"Kenapa kau melihatnya seperti itu, Dorothy?" tanya Jody Gardner yang tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya.Dorothy langsung memutar badan dan menghadap sang kekasih, "Hanya heran saja. Omong-omong, aku belum sempat mengucapkan selamat atas kemenanganmu." Jody Gardner tersenyum meskipun pikirannya dipenuhi oleh kecurigaan. Ia tadi jelas-jelas melihat bagaimana cara kekasihnya itu menatap dengan penuh kebingungan ke arah Penasihat Perang itu."Senang kau sudah kembali ke sini. Apa semuanya sudah beres?" tanya Jody.Dorothy mengangguk, "Tentu. Tapi, ternyata semakin hari semakin melelahkan. Apa menurutmu aku berhenti saja bekerja di istana?""Apa? Berhenti?""Iya. Aku sudah sangat lelah melakukan semua rutinitas ini. Tapi, bagaimana ... hidup juga memerlukan uang jadi sepertinya aku harus lebih menahan diri untuk tetap berada di sini sampai uangku terkumpul," ucap Dorothy.Jody Gardner berkata, "Tunggu dulu. Kenapa kau repot-repot memikirkan masalah ekonomi? Ada aku, Dorothy.""A
Suara Monica pun bergetar ketika ia menjawab ucapan Bill, "Pengkhianatan? Apa maksudmu dengan mengatakan semua yang aku lakukan ini adalah sebuah penghianatan?" "Rahasia raja adalah rahasia kerajaan dan itu artinya Anda memang telah mengkhianati raja sekaligus kerajaan ini," jelas Bill.Monica mulai frustrasi dan semakin tidak mengerti dengan bagaimana Bill bisa berpikir seperti itu."Tapi aku melakukan semua ini demi membuat semuanya berdamai. Aku hanya tidak ingin dia semakin melakukan kesalahan yang besar sampai-sampai banyak orang yang akan terbunuh karenanya," sanggah Monica.Bill manggut-manggut ketika mendengar penjelasan itu tapi lagi-lagi ia berkata, "Saya memahami niat baik Anda, tetapi raja belum tentu bisa memahaminya, Yang Mulia."Berikutnya, yang terjadi adalah Monica Wilhelm memberi sebuah tamparan yang cukup keras di pipi sang penasihat raja lalu ia pun pergi dengan begitu murka dari gedung latihan ditemani oleh pelayan setianya.Andrew Reece yang memasuki gedung itu
"Kau ... terlalu banyak bertanya, Reece!" ucap Bill yang kemudian terlihat tidak ingin lagi membahas masalah itu.Andrew Reece pun tidak lagi ingin bertanya dan memilih untuk mencoba melupakan masalah itu lalu membahas tentang masalah lain."Jenderal, bagaimana dengan perang dua minggu lagi di Mondega?" tanya Andrew yang kini mengalihkan perhatian.Bill benar-benar senang sekali memiliki anak buah yang begitu pengertian seperti Andrew Reece. Ia pun kemudian mencoba untuk mengingat-ingat nama yang telah disebut oleh anak buah setianya itu."Mondega?" ulang Bill."Ya, Jenderal. Sebuah kerajaan yang terletak di bagian utara, dekat dengan perbatasan Kerajaan Cruela."Bill masih berpikir dan menggali ingatannya. Lalu, seolah telah mengingat sesuatu ia pun berkata, "Ah, kerajaan yang memiliki ekspor terbesar dalam bidang persenjataan itu?""Benar, Jenderal. Kerajaan Mondega pernah menjadi salah satu pusat pembuat senjata-senjata kita di zaman sebelum Anda menjadi seorang jenderal perang di
Mary yang melihat kegelisahan di mata sang nyonya muda itu pun berkata, "Nyonya, mohon maaf kalau saya terkesan ikut campur, tapi izinkan saya menyampaikan sebuah pendapat."Cassandra menoleh kepada suster yang usianya sepertinya tidak terlalu jauh lebih tua daripada dirinya itu, "Ya? Katakan!""Nyonya, sejauh yang saya lihat Tuan Bill bukanlah seseorang yang terlihat bekerja di bidang terlarang," ucap Mary."Kenapa kau bisa bilang begitu? Apa kau sudah mengenal suamiku sejak lama?"Mary menjawab, "Sebenarnya saya baru bertemu dengan Tuan ya hari di mana beliau memperkerjakan saya untuk menjadi suster Anda."Cassandra pun menjadi pesimis akan pendapat Mary yang mungkin saja tidak objektif."Tapi, saya yakin tuan tidak mungkin melakukan hal-hal yang melanggar hukum. Ini juga karena Andrew Reece, teman tuan adalah salah seorang pengawal istana yang cukup terkenal. Anda mungkin bisa melihat di situs istana. Di sana, ada nama dia dan dengan begitu berarti tuan bekerja di istana."Informas
"Anda benar, mungkin jika kita mengetahui alasan Anda dan apa yang diinginkan oleh mereka, kita tidak perlu berperang," jawab Bill dengan begitu santainya.Jody segera melempar anak panahnya dengan asal dan berkata, "Jangan katakan kalau kau itu takut membuat strategi perang untuk kita kali ini. Apa kau sebenarnya tidak bisa membuat strateginya sampai kau ingin berdamai?"Bill menggelengkan kepala. Sepertinya dia harus lebih keras menahan diri agar tidak terpancing oleh amarah saat bersama dengan Jody Gardner."Jenderal, perang itu adalah solusi terakhir ketika kedua pihak tidak bisa diajak bekerja sama untuk berdamai atau mungkin konflik yang sudah terlalu parah sehingga cara yang paling tepat adalah dengan."Jody tersinggung dengan ucapan Bill tetapi belum sempat dia memprotes, Bill sudah berkata lagi, "Jika konflik yang mendasari sebuah peperangan itu tidak terlalu kuat, cara terbaik adalah bernegosiasi untuk membuat kesepakatan antara kedua belah pihak. Baru, jika nantinya tidak a
"Benar, Yang Mulia. Sekali lagi saya mohon maaf atas kelancangan saya tapi ini demi kebaikan kita bersama," ucap Bill terlihat begitu sungguh-sungguh dan dengan penuh ketenangan."Kebaikan?" ulang Keannu masih mencoba untuk memproses penjelasan dari Bill.Bill mengangguk, "Ya, Yang Mulia. Anda bisa memilih Jenderal Gardner untuk memutuskan semuanya dan saya keluar dari permasalahan ini atau mempertahankan saya namun harus mengeluarkan beliau."Kepala Keannu seakan dilempari sebuah bom yang meledakkan kepalanya. Ia benar-benar tidak mengerti.Ia tidak menyangka pemilihan antara dua orang yang amat penting baginya itu justru telah dimulai sekarang ini.Ia pikir hal itu baru akan terjadi di masa depan. Nyatanya hal itu ternyata harus ia hadapi lebih awal."Yang Mulia," panggil Bill.Keannu mendesah lelah, "Jenderal, ini bukan keputusan yang sangat mudah. Kau sendiri memilih jabatan itu dan sekarang kau yang membuatku harus memilih. Kalau begini caranya, kenapa tidak sedari dulu saja kau
"Penasihat Perang? Merebut posisiku? Yang benar saja. Mana mungkin ada hal seperti itu di sini?" balas Jody sambil tertawa canggung.Pria itu kemudian melanjutkan kata-katanya dengan menampilkan wajah terlihat agak serius."Kau tidak masuk akal, Dorothy. Kenapa aku harus takut pada orang baru macam dia?" ucap Jody yang kini mengalihkan pandangannya ke arah lain, tidak ingin melihat ke arah Dorothy.Dorothy Winks tentu saja tertawa mendengarnya, "Aku? Tidak masuk akal? Kalau kau memang tidak takut posisimu itu direbut oleh dia, bukankah seharusnya kau malah merasa kesal karena kini kau harus berpikir sendiri untuk strategi perang?"Jody Gardner tidak tahan lagi dengan perkataan kekasihnya yang begitu menyinggungnya itu. "Cukup! Aku tidak ingin membahasnya. Dia hanya sedikit mirip dengan Jenderal Mackenzie. Tak ada masalah jika aku membencinya. Aku tidak perlu harus menjelaskannya secara gamblang alasanku kan?" Kesal, Dorothy memilih meninggalkan kekasihnya itu dengan begitu jengkel sa
Bill hanya terdiam, tidak berniat menjawab pertanyaan Andrew Reece. Namun, tanpa perlu mendengar penjelasan Bill secara langsung, Andrew sudah bisa memahami jika Bill memang sesungguhnya tidak mau melepas Kerajaan Mondega pada Jody Gardner. "Sekarang, pastikan saja istriku baik-baik saja." "Sudah, Jenderal. Keadaan Nona Wood cukup stabil. Tidak lama lagi, beliau akan diizinkan pulang," balas Andrew. Bill manggut-manggut, "Lalu, bagaimana rumah yang akan jadi tempat tinggal istriku ke depan?" "Semuanya sudah beres, Jenderal. Sudah siap huni, tinggal menunggu Nona Wood pulih total," jelas Andrew terlihat senang dengan hasil kerjanya. "Bagus!" puji Bill, puas dengan kerja Andrew. "Terima kasih, Jenderal," balas Andrew. Sementara itu, saat ini, di Carlo Hill Hospital, Cassandra Wood baru saja selesai mandi dan telah siap menyisir rambut. Namun, belum sempat ia melakukannya. Mary berkata, "Nyonya Wood, di depan ada keluarga Anda. Apa Anda ingin menemuinya?" Cassandra sedikit terkeju