Bill hanya terdiam, tidak berniat menjawab pertanyaan Andrew Reece. Namun, tanpa perlu mendengar penjelasan Bill secara langsung, Andrew sudah bisa memahami jika Bill memang sesungguhnya tidak mau melepas Kerajaan Mondega pada Jody Gardner. "Sekarang, pastikan saja istriku baik-baik saja." "Sudah, Jenderal. Keadaan Nona Wood cukup stabil. Tidak lama lagi, beliau akan diizinkan pulang," balas Andrew. Bill manggut-manggut, "Lalu, bagaimana rumah yang akan jadi tempat tinggal istriku ke depan?" "Semuanya sudah beres, Jenderal. Sudah siap huni, tinggal menunggu Nona Wood pulih total," jelas Andrew terlihat senang dengan hasil kerjanya. "Bagus!" puji Bill, puas dengan kerja Andrew. "Terima kasih, Jenderal," balas Andrew. Sementara itu, saat ini, di Carlo Hill Hospital, Cassandra Wood baru saja selesai mandi dan telah siap menyisir rambut. Namun, belum sempat ia melakukannya. Mary berkata, "Nyonya Wood, di depan ada keluarga Anda. Apa Anda ingin menemuinya?" Cassandra sedikit terkeju
"Hm. Tidak akan, aku akan pulang," ucap Cassandra tegas, terlihat tidak terpengaruh. Peter menggelengkan kepala tak percaya, "Dasar wanita! Mudah sekali luluh!" "Keputusan yang bagus, Cassie," ucap Christopher dengan senyum cerah. "Kami akan menyiapkan kamar barumu," ucap George dengan senyum yang juga sama cerahnya seperti milik Christopher Wood. Chistopher kemudian berkata, "Tentu saja, aku sangat yakin kau akan pulang. Buat apa bertahan dengan Bill yang tidak jelas itu? Segera saja urus perceraianmu itu, Cassie!" "Apa kau mau aku saja yang mengurusnya, Cassie?" tawar George terlihat senang hati melakukannya untuk sang adik. "Lagi pula, pekerjaannya sangat berbahaya, kita tidak tahu apa yang mungkin terjadi ke depan," ujar Shirley. Peter mendengus keras, "Yang benar saja, Cassie. Kau percaya apa yang dikatakan mereka ini?" Peter menunjuk tiga orang itu dengan begitu jijk. Pandangannya benar-benar telah berubah dan ia sekarang terlihat tidak berada di dalam pihak pembenci Bill
"Hentikan, Peter!" bentak Christopher tidak tahan mendengar ucapan Peter lagi. "Bicara sekali lagi, maka akan aku potong lidahmu! Dasar sampah! Sama saja kau dengan Bill!" umpat Christopher, tak lagi menjadikan Peter sebagai cucu menantu kesayangannya. Peter tertawa senang dengan kemarahan Christopher Wood yang memang tak disukainya sejak awal. Ia seakan memiliki kesempatan dengan berkata, "Hm. Sampah? Kau yakin mengataiku sampah, Pak Tua? Apa kau lupa kau yang membujukku untuk menikahi cucumu? Ayahku, tidak akan terima jika putra kesayangannya disebut sampah, kalau kau mau tahu." Christopher terbatuk-batuk dan ia tidak berbicara selama beberapa saat. Jika ia dihadapkan dengan ayah Peter Green, sudah tentu dia tidak berdaya. Keluarga Green cukup tersohor, dia pasti akan dipermalukan. Peter tersenyum puas melihat laki-laki tua itu tidak berkutik. "Kakak Ipar, kurasa Bill bekerja di istana." Cassandra terdiam untuk beberapa saat tapi kesadaran segera mengguncangnya kembali. "Hah? K
Bill tentu saja juga sudah memperhitungkan hal itu akan terjadi, sehingga dengan tenang ia menjawab, "Ya, Jenderal. Saya bersedia mundur dari istana ini bila saya kalah dalam perang dengan Kerajaan Mondega."Dalam hati Jody Gardner menertawakan kebodohan Bill. Akan tetapi, di luar, ia tetap bersikap layaknya jenderal yang dingin. "Baiklah, aku pegang kata-katamu. Kalau kau melanggar, aku tidak segan-segan untuk memaksamu pergi dari istana ini. Kau mengerti?""Mengerti, Jenderal Gardner.""Bagus," balas Jody.Ia pun bersiap-siap membalik badan, tapi tak disangka jika ternyata ia ditahan oleh Bill. "Namun, bagaimana jika saya menang, Jenderal Gardner?"Jody mendesah. Yang benar saja? Dia sombong sekali berani mengatakan kalau ia bisa menang? Apa dia tidak tahu keadaannya sedang bahaya sekarang? Perang dingin tentu jau lebih buruk dari pada perang secara terbuka. Apa dia sama sekali tidak menyadarinya? Jody membatin heran."Kau yakin bisa menang?" ucap Jody dengan bersedekap, seolah mena
"Itu sangat bagus, Jenderal. Sangat bagus!" puji Steven tulus.Jody Gardner pun tertawa, berbangga hati atas ide cemerlangnya itu. "Sudah kuduga, aku memang hebat!"Steven tersenyum senang, "Anda memang hebat, Jenderal. Dengan begini, Anda tidak akan terlihat seolah memaksa dia untuk mundur. Raja Keannu dan orang-orang tidak akan mengira jika Anda yang telah membuat Penasihat Mundur, Jenderal."Jody senang sekali sang anak buah dengan mudah mengetahi niatnya."Memang itulah yang aku mau!" ucap Jody."Selamat, Jenderal Gardner. Saya yakin Anda akan menang dari Bill Stewart!" ujar Steven sekali lagi.Jody hanya tersenyum senang menanggapinya.Sedangkan saat ini, Andrew Reece sedang uring-uringan setelah mendengar cerita dari Bill mengenai perjanjiannya dengan Jody Gardner."Jenderal, saya tahu kehebatan Anda dan saya sama sekali tidak memiliki keraguan akan hal itu, tapi Jenderal ... membuat perjanjian seperti itu dengan Jenderal Gardner rasanya ... sebuah keputusan yang kurang tepat,"
"Lumpuhkan saja!" ujar Bill.Detik selanjutnya, terjadilah pertarungan sengit antara kedua belah pihak. Keduanya saling melawan dengan tangan kosong. Bill pun tentu dengan mudah bisa menyimpulkan bila Kerajaan Mondega memang tidak ingin bertarung dengan mereka. Setidaknya mereka tidak akan saling membunuh saat ini, seperti itulah perkiraan Bill.Hal ini dikarenakan pasukan kerajaan yang memiliki beberapa daerah wisata di daerah dekat pegunungan itu tidak membawa senjata meskipun mereka adalah sebuah negeri pemasok persenjataan untuk berbagai kerajaan.Kendati demikian, agaknya pemimpin pasukan kerajaan berlambang kelinci putih itu sepertinya ingin menjajal kemampuan beberapa pengawal yang dibawa oleh Bill. Akan tetapi, Bill sama sekali tidak gentar. Pria itu bahkan dengan begitu gesitnya berhasil merobohkan beberapa pasukan kerajaan itu hanya dalam waktu yang singkat.Sang musuh pun dibuat tidak bisa bergerak leluasa karena serangan mereka selalu didahului oleh Bill."Bagaimana dia bi
Bill melotot kaget melihatnya. "Jenderal Cleve, apa yang sedang Anda lakukan?"Bill melihat sekelilingnya dan sekarang para pasukan kerajaan itu sedang menatap ke arah mereka dengan tatapan terkejut sekaligus syok."Saya ... ini saya, Eland Cleve. Anak laki-laki yang pernah Anda selamatkan sepuluh tahun yang lalu. Jenderal Mackenzie, apakah Anda lupa pada saya?" tanya Eland dengan tatapan penuh tanda tanya.Bill melangkah mundur, ekspresinya penuh dengan keterkejutan. "Kau tahu siapa aku?"Eland mengangguk dengan pasti, sama sekali tidak terlihat ragu sedikitpun."Bagaimana bisa?" tanya Bill bingung. Seingat dirinya, hanya sedikit orang yang benar-benar mengetahui identitas. Dan yang pasti orang yang mengenali dirinya sudah tentu orang yang berasal dari kerajaannya sendiri, bukan berasal dari kerajaan lain.Akan tetapi, orang yang menjabat sebagai pemimpin pasukan tertinggi di Kerajaan Mondega ini bisa mengenalnya dan malah mengaku pernah diselamatkan. Mana mungkin hal itu bisa terj
"Sampai jumpa di lain waktu, anak muda," ucap Bill."Tapi, Tuan. Tangan Anda-""Ah, luka kecil ini? Ini bukan masalah. Seorang laki-laki tidak masalah memiliki luka di tubuhnya, anak muda," ucap Bill.Eland remaja menatap penuh tanda tanyaBill berkata, "Luka bisa diibaratkan sebagai sebuah tanda untuk sebuah usaha atau perjuangan. Jadi, bukankah sangat keren kalau seorang laki-laki tanda memiliki seperti ini?"Eland terbengong-bengong."Laki-laki tanpa luka berarti laki-laki yang tak pernah berjuang, anak muda," kata Bill.Sang prajurit gagah itu pun kemudian menerbitkan sebuah senyuman hangat pada Eland sesaat sebelum ia meninggalkannya sendirian di sana.Saat ia baru melangkah sekitar beberapa meter dari sana, ia membalik badan dan melambaikan tangannya sekali lagi, "Jadilah prajurit yang kuat, anak muda!""Iya, Tuan," jawab Eland dengan sebuah teriakan.Bill lalu membalikkan badan dan lanjut berjalan.Eland menatap punggung tegap sang penyelamat yang tengah berjalan menjauh hingga
Ben mengedipkan mata.Ah, dia sama sekali tidak tersinggung sedikitpun atas perkataan James. Dia malah takjub pada cara berpikir James yang menurutnya sangat cepat.“Lantas, apa yang harus kita lakukan?” Ben bertanya, masih dengan ekspresi bodohnya.James semakin gemas, tapi tetap menjawab dengan nada jengkel, “Tentu saja mencarinya.”“Tapi … kau bilang dia tidak ingin bertemu denganmu, lalu kenapa kau mau mencarinya?” Ben membalas cepat.“Untuk bertanya kepadanya mengapa dia sampai bertindak bodoh seperti ini,” jawab James kaku.Dia segera memutar kepala dan menatap lurus-lurus pada Lory yang masih terlihat kaku bagai batu, “Tunjukkan di mana kau terakhir bertemu dengan Riley!”“Di sebelah-”“Antar aku ke sana!” James memotong dengan tidak sabar.Lory mengangguk dengan sedikit agak takut. “Ayo, cepat. Kita tidak boleh membuang-buang waktu,” James memberi perintah pada beberapa orang yang diharuskan untuk mengikuti dirinya. Sebelum mulai melakukan perjalanan mereka mencari jejak Ri
Lory seketika melihat ke arah sekelilingnya dan langsung sadar bila saat itu dirinya sedang ditatap oleh belasan prajurit yang secara kebetulan mendengarkan percakapannya dengan Jensen Clown.Lory sontak menggertakkan gigi, “Ada apa denganmu?”Jensen langsung tergagap menyadari bila suaranya berhasil membuat semua prajurit di sekitar area itu tertarik kepada mereka. Dia pun langsung meringis seraya mengusap tengkuknya karena malu. “Aku hanya kaget.”Lory memutar bola matanya dan lanjut berjalan.Sementara Jensen masih mengikutinya. Dia kembali berbicara, “Kau hanya bercanda kan?”“Tentu saja kau pasti hanya bergurau. Mana mungkin kau bertemu dengan Jenderal Mackenzie. Kau-”“Aku sungguh-sungguh bertemu dengannya,” Lory memotong karena kesal luar biasa.Dia membalikkan badan dan menatap Jensen dengan tatapan jengkel. “Kenapa kau tidak percaya?”“Kau yakin? Lalu … di mana Jenderal Mackenzie berada sekarang?” Jensen bertanya lebih lanjut.Dengan ekspresi luar biasa bangga, Lory pun menj
Lory Blackwell telah melihat wajah pemimpin prajurit tertinggi di Kerajaan Ans De Lou tersebut, tapi dia tidak pernah berada sedekat itu dengan pria yang rambutnya terlihat sedikit agak memanjang itu.Dia hanyalah seorang prajurit kelas tiga, prajurit yang berasal dari sebuah kelas paling rendah yang tentunya sangat jarang berinteraksi dengan jenderal perang. Bahkan, dia juga belum pernah berbicara dengan Reiner Anderson, sang komandan perang darat. Posisinya yang hanya merupakan prajurit biasa dan tidak memiliki satupun prestasi atau keunggulan membuatnya sangat jarang bisa berdekatan dengan para prajurit hebat. “Jenderal Mackenzie. Ini benar-benar Anda,” ucap Lory sekali lagi. Oh, dia masih sulit mempercayai apa yang sedang terjadi. Baginya pertemuannya dengan orang yang berdiri tidak jauh darinya seperti sebuah mimpi yang sangat langka.Dia benar-benar Riley Mackenzie, jenderal perang yang menghilang tanpa kabar yang saat ini sedang dicari, Lory berkata dalam hati. Riley Macken
Lory Blackwell terdiam, mencoba menenangkan diri.Menurut yang dia ketahui, hutan yang terletak di daerah perbatasan yang dekat dengan Kerajaan Mecco itu adalah hutan yang tidak berpenghuni. Hutan lebat itu merupakan hutan liar yang hanya dihuni oleh para binatang. Meskipun memang sejumlah prajurit dari dua kerajaan, yakni Kerajaan Ans De Lou dan Kerajaan Mecco melakukan pengecekan secara berkala, tapi tetap saja hal itu sangat jarang terjadi.Maka, tidak mengherankan jika Lory mengira dia telah salah mendengar. “Mungkin hanya halusinasi.” Pemuda itu berkata pelan dan mengangguk, meyakinkan dirinya sendiri.Namun, selang beberapa detik dia kembali mendengar sebuah suara yang sama, “Hei, aku di sebelah sini.”Mata Lory pun melebar. Dia menjadi sangat waspada.Di malam gelap seperti itu, tentu saja dia tidak bisa melihat dengan sangat jelas sehingga dia hanya bisa menyipitkan mata dan memegang senjatanya erat-erat. Tapi, dari suara orang itu, Lory menebak bila suara tersebut bersumbe
Ben seketika memutar otak, memikirkan cara yang tepat untuk membuat James tenang. Tetapi, sebelum dia sempat menemukan susunan kata-kata yang bagus, dia sudah mendengar James berkata lagi, “Atau … dia marah karena aku mengambil posisinya saat ini? Tapi, ….”James menggelengkan kepala dengan lemah, “Tidak mungkin dia marah karena itu kan? Apalagi … dia tahu dengan benar kalau aku tidak pernah menginginkan jabatannya. Dia pasti-”“Berhentilah berpikir seperti itu, James! Apa kau bodoh?” Ben berujar dengan nada kesal.James hendak menanggapi, tapi Ben mengangkat tangan kanannya seakan meminta James diam selama beberapa saat.Tampaknya James mengerti arti gerakan Ben tersebut dan dia pun menghela napas panjang.Ben menelan ludah sebelum menjelaskan, “James, kau tahu Riley pun tidak peduli dengan jabatan ‘Jenderal Perang’. Pada dasarnya kalian berdua ini sama-sama tidak gila akan jabatan.”James lunglai. Ben benar. Mana mungkin Riley kecewa dan marah padaku hanya karena masalah jabatan s
Tanpa mengalihkan arah pandangnya, Ben berpikir keras. James pun tidak hanya berdiam diri, menunggu jawaban Ben. Dia sendiri berulang kali menyentuh sapu tangan itu untuk meneliti. Tidak hanya itu, jenderal perang Kerajaan Ans De Lou saat itu juga mengendus sapu tangan berwarna abu-abu itu seolah sedang mencari sesuatu.Melihat apa yang dilakukan oleh James, Ben tidak sabar berkomentar, “Kau bukan anjing. Mana bisa kau melacak keberadaan seseorang dari mengendus benda itu?”James seketika memberi tatapan jengkel pada Ben, “Bukan begitu. Aku hanya mencoba mencium aroma sapu tangan ini. Siapa tahu … ternyata ada sebuah petunjuk.”“Lalu … apa kau mendapatkan petunjuk setelah mengendus kain itu?” Ben bertanya dengan tatapan santai.Dengan ekspresi penuh kekecewaan James pun menjawab, “Tidak. Aku hanya mencium aroma tanah.”Kalau saja saat itu mereka tidak berada di dalam situasi yang serius, tawa Ben pasti sudah meledak. Akan tetapi, saat itu mereka sedang mengerjakan misi penting sehin
Foei Maccray membalikkan badan dan menatap sinis ke arah sang junior.Ketika dia melihat kepatuhan Lory Blackwell, Foei Maccray pun tersenyum miring seolah puas telah berhasil membuat salah satu juniornya tersebut tunduk terhadap perintahnya.Tentu saja hal itu membuat dirinya menjadi besar kepala. Oleh karena itu, dengan begitu angkuhnya Foei berujar kembali, “Tetaplah berdiri di sini sampai kami tidak terlihat oleh matamu. Setelah itu … baru kau bisa berjalan.”Lory Blackwell tidak menjawabnya. Tetapi Foei menganggap diamnya Lory itu sebagai sebuah kepatuhan sehingga dia kembali berkata, “Bagus! Memang seharusnya kau patuh pada perintah seniormu.”Lory hanya menelan ludah tanpa berani mengeluarkan sepatah katapun. Akan tetapi, Foei memang tidak membutuhkan jawaban sehingga dia hanya lanjut berjalan bersama dengan teman baiknya, Derrick Weybe yang terlihat mulai bosan berada di daerah sekitar Lory. Para prajurit lain pun mengikuti dua orang prajurit senior itu dengan perasaan yang c
Derrick mendecih sebal, sementara Foei langsung menanggapi, “Oh, kau ini rupanya sangat penakut ya!” Foei melempar arah pandangnya pada Derrick dan kemudian melempar sebuah senyum dengan ekspresi mengejek. Derrick menggelengkan kepalanya, ikut tersenyum mengejek.“Kalau kau takut, mengapa kau mau ikut dalam misi penting ini?” ucap Foei.Lory cepat-cepat menggelengkan kepala, “Saya tidak takut … saya-”“Hah? Tidak takut? Lalu, mengapa kau tadi berkata demikian?” Derrick memotong perkataan Lory, seolah sengaja memang tidak ingin mendengarkan Lory berbicara.“Jelas-jelas kau ini penakut! Astaga! Seharusnya kau tetap saja berada di istana dan tidak perlu ikut dalam pencarian Jenderal Mackenzie,” jelas Foei dengan senyuman miring. “Dasar pengecut!” ejek Derrick lagi. “Prajurit yang menyedihkan sepertimu tapi berani mengatai kami kalau kami lamban? Cih! Kau pikir kau ini siapa? Atasanku?” Foei berkata dengan nada dingin serta ekspresi meremehkan.Ah, dia memang benar-benar sangat puas m
Melihat senyuman James yang penuh keyakinan itu, Ben seketika sadar bila sahabatnya itu memang tidak bisa ditebak. Tapi, saat dia kembali mengingat bagaimana hubungan antara James dan Riley di masa lalu, dia merasa bila semua yang dikatakan oleh James memang benar adanya. Riley selalu terbuka sepenuhnya pada James. Pemuda itu hanya menyembunyikan satu hal, yakni fakta mengenai dirinya yang merupakan putra William Mackenzie. Selain itu, Riley tidak memiliki rahasia lain dari James. Sementara itu, Riley pun menjadi satu-satunya orang yang bisa memahami James dengan sangat baik. Hanya Riley yang mampu mengerti setiap tindakan yang dilakukan oleh James dan James pun hanya mau membicarakan banyak hal dengan Riley.Maka, dengan melihat semua fakta itu Ben akhirnya mengangguk, “Baiklah, kalau begitu. Aku harus melakukan apa?”James mendengus dan langsung memasang wajah cemberut, “Ayolah, Ben! Aku tadi sudah memberitahumu.”Ben memutar bola mata, “Aku masih tidak mengerti. Tolong jelaskan