"Lumpuhkan saja!" ujar Bill.Detik selanjutnya, terjadilah pertarungan sengit antara kedua belah pihak. Keduanya saling melawan dengan tangan kosong. Bill pun tentu dengan mudah bisa menyimpulkan bila Kerajaan Mondega memang tidak ingin bertarung dengan mereka. Setidaknya mereka tidak akan saling membunuh saat ini, seperti itulah perkiraan Bill.Hal ini dikarenakan pasukan kerajaan yang memiliki beberapa daerah wisata di daerah dekat pegunungan itu tidak membawa senjata meskipun mereka adalah sebuah negeri pemasok persenjataan untuk berbagai kerajaan.Kendati demikian, agaknya pemimpin pasukan kerajaan berlambang kelinci putih itu sepertinya ingin menjajal kemampuan beberapa pengawal yang dibawa oleh Bill. Akan tetapi, Bill sama sekali tidak gentar. Pria itu bahkan dengan begitu gesitnya berhasil merobohkan beberapa pasukan kerajaan itu hanya dalam waktu yang singkat.Sang musuh pun dibuat tidak bisa bergerak leluasa karena serangan mereka selalu didahului oleh Bill."Bagaimana dia bi
Bill melotot kaget melihatnya. "Jenderal Cleve, apa yang sedang Anda lakukan?"Bill melihat sekelilingnya dan sekarang para pasukan kerajaan itu sedang menatap ke arah mereka dengan tatapan terkejut sekaligus syok."Saya ... ini saya, Eland Cleve. Anak laki-laki yang pernah Anda selamatkan sepuluh tahun yang lalu. Jenderal Mackenzie, apakah Anda lupa pada saya?" tanya Eland dengan tatapan penuh tanda tanya.Bill melangkah mundur, ekspresinya penuh dengan keterkejutan. "Kau tahu siapa aku?"Eland mengangguk dengan pasti, sama sekali tidak terlihat ragu sedikitpun."Bagaimana bisa?" tanya Bill bingung. Seingat dirinya, hanya sedikit orang yang benar-benar mengetahui identitas. Dan yang pasti orang yang mengenali dirinya sudah tentu orang yang berasal dari kerajaannya sendiri, bukan berasal dari kerajaan lain.Akan tetapi, orang yang menjabat sebagai pemimpin pasukan tertinggi di Kerajaan Mondega ini bisa mengenalnya dan malah mengaku pernah diselamatkan. Mana mungkin hal itu bisa terj
"Sampai jumpa di lain waktu, anak muda," ucap Bill."Tapi, Tuan. Tangan Anda-""Ah, luka kecil ini? Ini bukan masalah. Seorang laki-laki tidak masalah memiliki luka di tubuhnya, anak muda," ucap Bill.Eland remaja menatap penuh tanda tanyaBill berkata, "Luka bisa diibaratkan sebagai sebuah tanda untuk sebuah usaha atau perjuangan. Jadi, bukankah sangat keren kalau seorang laki-laki tanda memiliki seperti ini?"Eland terbengong-bengong."Laki-laki tanpa luka berarti laki-laki yang tak pernah berjuang, anak muda," kata Bill.Sang prajurit gagah itu pun kemudian menerbitkan sebuah senyuman hangat pada Eland sesaat sebelum ia meninggalkannya sendirian di sana.Saat ia baru melangkah sekitar beberapa meter dari sana, ia membalik badan dan melambaikan tangannya sekali lagi, "Jadilah prajurit yang kuat, anak muda!""Iya, Tuan," jawab Eland dengan sebuah teriakan.Bill lalu membalikkan badan dan lanjut berjalan.Eland menatap punggung tegap sang penyelamat yang tengah berjalan menjauh hingga
"Tentu, Jenderal. Anda boleh," jawab Eland. Sang jenderal besar itu pun tersenyum. "Jenderal Cleve, kau tahu ... aku bisa saja menyalahartikan kebaikan hatimu ini. Apa kau tidak keberatan?" "Sama sekali tidak, Jenderal. Nyawa saya milik Anda," ucap Eland. William Mackenzie sontak berkata, "Nyawamu ya milikmu sendiri. Aku tidak memintanya." "Jenderal," ucap Eland tersentak kaget. "Ah, begini saja. Aku hanya minta satu hal saja darimu," kata Bill. Eland segera bersiap-siap menerima perintah. "Berdamailah dengan kerajaanku dan jadilah sekutu kerajaanku. Apa kau bisa melakukannya?" tanya Bill. Eland Cleve terdiam tak percaya. Ia kehilangan kata-kata untuk sesaat dan baru bisa mendapatkan kembali kemampuan berkata-katanya. "Hanya itu, Jenderal?" "Ya." Sungguh Eland tak mengerti, "Anda yakin hanya ini, Jenderal?" "Iya. Aku hanya butuh itu," kata Bill. Eland pun merunduk. Dengan kepala sedikit tertunduk, lelaki muda itu berkata, "Baik, Jenderal. Saya akan menyampaikan hal ini pada
Keannu seketika melempar sebuah tatapan heran dengan kedua alis tebal menyatu. Jody Gardner dengan segera menyadari kesalahan kecil yang telah ia lakukan dan buru-buru memperbaiki, "Ah, maksud saya. Rasanya itu mustahil. Saya tidak percaya pada kerajaan itu. Pasti mereka telah melakukan sesuatu."Raut wajah sang raja pun kembali seperti sedia kala. "Kita belum tahu dengan pasti, Jenderal.""Tapi, Yang Mulia. Kerajaan Mondega jelas sekali sepertinya melakukan trik ini untuk mencoba memancing kita ke luar," ujar Jody, masih berusaha membuat pikiran rajanya tidak berpusat pada masalah itu."Mereka tidak akan berani menghadapi ... Penasihat Perang kita."Keannu hampir kembali menyebut kata "Jenderal". Tapi, dengan cepat ia bisa mengontrol lidahya yang biasanya tajam."Anda terlihat begitu yakin pada kemampuan Bill Stewart. Tapi, saya yakin Kerajaan Mondega sedang memperalat Bill Stewart. Tawanan perang. Ya pasti begitu," ujar Jody.Keannu menggeleng tidak yakin, "Dia tidak akan mudah dika
Eland Cleve merasa jantungnya seperti hendak dicabut ketika mendengar pertanyaan balik yang dilontarkan oleh dewa penyelamatnya itu. Astaga, apa dia sudah menyinggung pria hebat ini? Eland Cleve, apa yang sudah kau lakukan? Mengapa bertanya tentang hal yang seharusnya tidak perlu kau tanyakan? Dasar bodoh, kau Eland Cleve! Bodoh! umpat Eland pada dirinya sendiri. Kini ia begitu cemas.Ia pun berkata dengan perlahan, "Ampun, Jenderal. Saya tidak bermaksud demikian. Saya-""Tak apa, santailah!" ucap Bill sambil tersenyum samar. Tatapan mata jernihnya kembali teduh. Eland semakin terlihat takut menyinggung tapi akhirnya dirinya pun bisa bernapas dengan lega."Ya, aku tahu. Kau pasti berpikir aku aneh, tapi begitulah kenyataannya. Yang aku inginkan hanyalah mengabdi pada kerajaanku, hanya itu. Masalah dikenal atau tidak, itu bukan persoalan besar bagiku," lanjut Bill.Eland Cleve menatap sang jenderal dengan penuh kekaguman. Tak perlu diragukan lagi, William Mackenzie sungguh pantas men
Eland Cleve menjawab dengan santai, "Aku baru bicara dengannya dan beliau mengatakan jika kau adalah salah satu orang yang mengetahui wajah asli beliau."Andrew Reece ternganga, matanya pun melebar dengan sempurna. Gelas yang tengah ia bawa pun hampir saja terlepas dari tangannya kalau ia tidak hati-hati.Ia seketika melirik ke kanan dan kiri, meneliti dengan was-was, takut jika ada orang yang mungkin akan mendengarkan percakapan mereka.Ia bersusah payah meneguk ludah dalam-dalam, membuat dirinya tenang dan mencoba kembali bersikap normal. Eland Cleve mengamati dengan seksama dan dengan mudah mengetahui jika Andrew Reece sedang terkejut sekaligus gugup."Beliau mengatakannya pada Anda, Jenderal?" tanya Andrew pada akhirnya.Ia bahkan kesulitan menutup mulutnya kembali dan mulai berpikir lebih luas. Seketika ia kini memahami, alasan mengapa Eland Cleve terlihat langsung akrab dengan sang jenderal besar. Orang itu rupanya sudah mengenal jenderalnya.Tapi bagaimana bisa? Apakah William
"Apa alasan Anda memilih berdamai?" tanya Jody Gardner tanpa berusaha berniat melontarkan kalimat basa basi. Ia hanya ingin mengutarakan dengan cepat untuk menghemat waktu.Eland Cleve seketika merasa bila pertanyaan itu terdengar sedikit aneh. Gelagat itu juga dilihat dari sikap Jody Gardner yang terlihat tidak tenang.Akan tetapi, sang jenderal muda itu pun menjawab dengan santai, "Perang tidak akan membawa dampak yang begitu baik untuk dua kerajaan, Jenderal Gardner."Jody tersenyum samar, senang pancingannya itu berhasil. Dia pun berkata kembali, "Semua peperangan yang terjadi tentu saja membawa dampak yang berbeda-beda. Bukankah Anda juga pasti sudah menyadarinya begitu Anda mulai memberi isntruksi menyerang kerajaan kami?"Jody bersikap santai tapi jelas sekali mengharapkan jawaban yang jujur dari Eland Cleve, meskipun ia sayang yakin Eland Cleve bukanlah orang yang mudah dihadapi. Dan justru karena hal itu, Jody begitu ingin tahu cara apa yang telah digunakan oleh penasihat per
Sebelum James memberikan jawaban atas perkataan Xylan Wellington, sang putra mahkota yang masih sangat muda itu, Xylan telah kembali berbicara, “Jenderal Gardner, aku tahu permintaanku ini sangat berlebihan.”“Dan aku tahu … tujuanmu bersedia kembali ke istana ini adalah demi kakak iparku, namun … aku sangat membutuhkan bantuanmu, Jenderal Gardner,” Xylan menambahkan dengan raut wajah penuh permohonan.James menghela napas panjang dan kemudian menggelengkan kepalanya.Hal itu membuat Xylan lemas dan juga kecewa. Tetapi, itu hanya berlangsung sementara karena tidak lama kemudian Xylan mendengar James berkata, “Anda tidak perlu meminta saya sampai seperti ini, Yang Mulia.”Xylan terhenyak. Terlebih lagi James melanjutkan dengan berkata, “Sebagai seorang Jenderal Perang Kerajaan Ans De Lou, tugas saya tidak hanya melindungi negeri ini. Tapi juga melindungi kepala pemimpin kerajaan ini.”Mulut Xylan terbuka sedikit karena terkejut mendengar jawaban James yang tanpa sedikitpun keraguan it
“Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” Reiner terlihat semakin bingung.Biasanya, jika mereka memenangkan sebuah peperangan, mereka akan disambut dengan begitu meriah.Tidak hanya sejumlah prajurit istana saja yang menyambut mereka, namun juga para pejabat istana serta anggota keluarga kerajaan akan menyambut kedatangan mereka.Akan tetapi, saat itu hanya ada sejumlah prajurit dan prajurit pengawal pangeran saja yang ada di lapangan tempat pesawat mereka akan segera mendarat.Hal itu tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan yang akhirnya mencuat di kepala para prajurit yang baru kembali dari pertempuran antara hidup dan mati itu. “Apa mereka tidak mendengar kabar kemenangan kita?” celetuk salah seorang prajurit kelas satu dengan nada penuh rasa kecewa.Seorang prajurit kelas dua menanggapi, “Tidak mungkin. Mereka pasti mendengarnya. Ini sebuah kemenangan besar yang ditunggu-tunggu. Mereka tidak mungkin tidak tahu.”“Betul. Istana pasti telah mengumumkan berita paling membahagiakan i
“Astaga, Xylan! Mengapa kau meragukan dia?” Rowena membalas dengan nada pelan, seolah takut membuat putra kecilnya yang sedang tertidur dalam gendongannya terbangun akibat suaranya yang mungkin terlalu kencang.Xylan menggelengkan kepala, “Aku sama sekali tidak bermaksud meragukan dia. Hanya saja, aku tahu tujuan utamanya kembali ke istana ini, Rowena. Dia ….”“Berhenti berpikir seperti itu! Dia akan sangat kecewa kalau dia tahu ternyata kau meragukan kesetiaannya,” kata Rowena dengan tajam.Rupanya nada suaranya kali itu sedikit agak lebih keras sehingga sang putra, Kharel Mackenzie terganggu tidurnya sampai bocah kecil itu menggerakkan tubuhnya.Rowena pun kembali mencoba untuk membuat pangeran kecil itu terlelap lagi dengan cara menimangnya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.Xylan terdiam, seakan dia tahu sang kakak masih belum selesai berbicara.Ternyata memang benar dugaan Xylan. Usai keponakan kesayangannya itu tertidur tenang lagi, Rowena pun berkata lagi, “Xylan, menuru
Selama Ben mengenal James, baru saat itu dia melihat James terlihat begitu sangat frustasi.Biasanya James selalu tampak datar, dingin dan tak jarang malah tanpa emosi. Akan tetapi, James yang sangat kaku itu telah berubah.Rasa cemas dan gelisah itu ditampakkan dengan jelas. Hal itu tentu membuat Ben cukup bingung menanggapinya.Akan tetapi, dia kemudian mendengar Reiner berkata, “Tenanglah, James! Ini bukan berarti kau tidak bisa membawa Riley pulan selamanya. Namun, kau hanya belum bisa membawanya pulang saat ini saja.”Reiner menepuk punggung James yang terlihat sedikit bergetar itu. Oh, Reiner sangat terkejut. Rupanya James benar-benar sangat memikirkan perasaan putra sahabat mereka itu. “Ingat, James. Kita akan kembali ke sana untuk mencarinya lagi, jadi kau tidak perlu merasa bersalah,” Reiner menambahkan.Bukannya menjadi tenang, James malah semakin resah. Pria muda itu menoleh ke arah Reiner dan membalas, “Bagaimana bisa aku tidak merasa bersalah, Rei? Aku … sudah berjanji
Seakan baru tersadar, James sontak mengangguk perlahan, “Kau benar, Rei. Kita … harus kembali ke istana dan menyusun strategi lagi untuk menemukan Riley.”Reiner pun akhirnya bisa bernapas dengan penuh kelegaan.“Ayo! Kita harus segera meninggalkan tempat ini terlebih dulu,” ucap Reiner.James melihat sekeliling area tersebut untuk yang terakhir kalinya. Setelah dia merasa semua usahanya sudah cukup untuk saat itu, dia segera naik ke pesawat yang akan membawanya kembali menuju Kerajaan Ans De Lou.Selama dalam perjalanan, James lebih banyak terdiam.Sementara Reiner dan Ben yang juga berada di dalam pesawat yang sama dengan James berulang kali masih mengajak James berbicara. Namun, pria muda itu tetap memilih untuk diam.Padahal, Reiner ingin menghiburnya dengan cara mengalihkan perhatian James dari masalah Riley yang belum ditemukan. Sayangnya, dia masih gagal melakukannya. James masih terlihat tidak ing
Sang prajurit sontak mendadak takut.Apalagi, sorot mata James Gardner tiba-tiba berubah tajam seolah sedang menusuk dirinya.Oh, dia sungguh hanya bermaksud untuk mengungkapkan apa yang sedang dia pikirkan. Dia tidak bermaksud menyinggung jenderal perang itu.Dia tentu saja tidak berani melawan James Gardner. Nyalinya pun seketika semakin menciut kala dia mendengar James berbicara kembali, “Ayo! Katakan padaku! Apa kau bermaksud mengatakan kalau Riley tidak mau bertemu denganku?”Prajurit bernama Joseph Zow itu dengan segera menggelengkan kepala kuat-kuat. “Tidak, Jenderal Gardner. Bukan itu maksud saya. Saya hanya-”“Lalu, apa? Bagaimana bisa kau berpikir Riley tidak ingin keluar dari tempat persembunyiannya?” kini nada suara James semakin terdengar frustasi.Tidak mau suasana di sana semakin tidak terkendali, Reiner segera mendekati sahabatnya itu dan berkata, “James, hentikan!&r
Reiner mengedipkan mata mendengar perkataan temannya tersebut. Lelaki itu pun menggelengkan kepala dengan tegas, “Masalah militer di istana? Kau gila? Masalah seperti apa?”“Tidak ada masalah perebutan kekuasaan di istana, James. Pangeran Xylan dan Putri Rowena memiliki hubungan yang sangat baik,” Reiner menjelaskan dengan alis terangkat akibat sangat heran.Belum sempat James menjawab penjelasan Reiner, Ben sudah buru-buru ikut berkata, “Reiner benar. Mereka berdua tidak pernah memiliki masalah. Tidak mungkin mereka bertengkar.”“Tentu saja. Bahkan, Putri Rowena selalu mendukung Pangeran Xylan. Sangat mustahil memperebutkan sebuah tahta. Lagipula, Putri Rowena pastilah masih sangat sedih karena Riley belum ditemukan. Mana mungkin dia memikirkan-”“CUKUP!” James tiba-tiba memotong perkataan Reiner yang sangat panjang itu.Reiner hendak meneruskan perkataannya, tapi rupanya James sedang agak kesal sehingga dia tidak memperdulikan niat Reiner tersebut dan malah lanjut berkata, “Astaga!
“Tidak mungkin,” kata Ben dengan nada tegas.Reiner juga menanggapi, “Mereka tidak mungkin membunuh Riley.”Ben menambahkan kembali, “Jika mereka membunuh Riley, aku yakin mereka sudah mengumumkannya. Atau … setidaknya mereka akan melakukan sesuatu seperti membuat kita bingung dengan keberadaan Riley.”Melihat James terlihat frustasi, Reiner berkata lagi, “Dia pasti masih hidup. Hanya saja kita belum menemukannya.”“Benar. Dia mungkin dipindahkan ke tempat rahasia mereka,” kata Ben.Raut wajah James merileks daripada sebelumnya saat mendengar kalimat-kalimat menenangkan kedua temannya itu. Dia sedikit jauh lebih lega.James lalu menganggukkan kepala, “Kalau begitu, kita harus mencari tahu lebih banyak.”“Iya, kita akan melakukannya. Jangan khawatir!” kata Reiner.Ben berujar dengan penuh nada yakin, “Kita pasti menemukan Riley, James.”James memilih untuk percaya dan kembali melakukan pencarian dengan lebih menyeluruh. Sayangnya, meskipun para prajurit Kerajaan Ans De Lou telah mengi
Reiner mengernyitkan dahi, “Itu memang mustahil. Apa dia berbohong?”James menggelengkan kepala dengan tegas, “Tidak mungkin.”“Kenapa kau bisa percaya dia dengan mudah?” Reiner bertanya sembari tetap memeriksa area itu.James mendesah pelan, “Aku belum pernah bertemu dengan prajurit Ans De Lou yang berani berbohong kepadaku.”Reiner seketika memutar kepala dan menatap temannya itu tanpa berkedip.Dua detik kemudian dia pun mengangguk setuju, “Oh, kau benar. Mana mungkin ada yang berani berurusan denganmu?”James mengibaskan tangannya.Dia menengadah dan melebarkan mata begitu mendapatkan sesuatu. Dengan cepat dia meminta Reiner untuk mendekat ke arahnya.“Ada apa? Di atas ada apa?” Reiner bertanya saat James melihat ke arah atas.Namun, James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan malah berjinjit sedikit lalu mengambil sesuatu benda berukuran kecil yang menempel pada dinding.“Apa itu?” Reiner bertanya dengan ekspresi penasaran.James memeriksa benda itu dan langsung mengumpat, “BEDEBAH