"Hentikan, Peter!" bentak Christopher tidak tahan mendengar ucapan Peter lagi. "Bicara sekali lagi, maka akan aku potong lidahmu! Dasar sampah! Sama saja kau dengan Bill!" umpat Christopher, tak lagi menjadikan Peter sebagai cucu menantu kesayangannya. Peter tertawa senang dengan kemarahan Christopher Wood yang memang tak disukainya sejak awal. Ia seakan memiliki kesempatan dengan berkata, "Hm. Sampah? Kau yakin mengataiku sampah, Pak Tua? Apa kau lupa kau yang membujukku untuk menikahi cucumu? Ayahku, tidak akan terima jika putra kesayangannya disebut sampah, kalau kau mau tahu." Christopher terbatuk-batuk dan ia tidak berbicara selama beberapa saat. Jika ia dihadapkan dengan ayah Peter Green, sudah tentu dia tidak berdaya. Keluarga Green cukup tersohor, dia pasti akan dipermalukan. Peter tersenyum puas melihat laki-laki tua itu tidak berkutik. "Kakak Ipar, kurasa Bill bekerja di istana." Cassandra terdiam untuk beberapa saat tapi kesadaran segera mengguncangnya kembali. "Hah? K
Bill tentu saja juga sudah memperhitungkan hal itu akan terjadi, sehingga dengan tenang ia menjawab, "Ya, Jenderal. Saya bersedia mundur dari istana ini bila saya kalah dalam perang dengan Kerajaan Mondega."Dalam hati Jody Gardner menertawakan kebodohan Bill. Akan tetapi, di luar, ia tetap bersikap layaknya jenderal yang dingin. "Baiklah, aku pegang kata-katamu. Kalau kau melanggar, aku tidak segan-segan untuk memaksamu pergi dari istana ini. Kau mengerti?""Mengerti, Jenderal Gardner.""Bagus," balas Jody.Ia pun bersiap-siap membalik badan, tapi tak disangka jika ternyata ia ditahan oleh Bill. "Namun, bagaimana jika saya menang, Jenderal Gardner?"Jody mendesah. Yang benar saja? Dia sombong sekali berani mengatakan kalau ia bisa menang? Apa dia tidak tahu keadaannya sedang bahaya sekarang? Perang dingin tentu jau lebih buruk dari pada perang secara terbuka. Apa dia sama sekali tidak menyadarinya? Jody membatin heran."Kau yakin bisa menang?" ucap Jody dengan bersedekap, seolah mena
"Itu sangat bagus, Jenderal. Sangat bagus!" puji Steven tulus.Jody Gardner pun tertawa, berbangga hati atas ide cemerlangnya itu. "Sudah kuduga, aku memang hebat!"Steven tersenyum senang, "Anda memang hebat, Jenderal. Dengan begini, Anda tidak akan terlihat seolah memaksa dia untuk mundur. Raja Keannu dan orang-orang tidak akan mengira jika Anda yang telah membuat Penasihat Mundur, Jenderal."Jody senang sekali sang anak buah dengan mudah mengetahi niatnya."Memang itulah yang aku mau!" ucap Jody."Selamat, Jenderal Gardner. Saya yakin Anda akan menang dari Bill Stewart!" ujar Steven sekali lagi.Jody hanya tersenyum senang menanggapinya.Sedangkan saat ini, Andrew Reece sedang uring-uringan setelah mendengar cerita dari Bill mengenai perjanjiannya dengan Jody Gardner."Jenderal, saya tahu kehebatan Anda dan saya sama sekali tidak memiliki keraguan akan hal itu, tapi Jenderal ... membuat perjanjian seperti itu dengan Jenderal Gardner rasanya ... sebuah keputusan yang kurang tepat,"
"Lumpuhkan saja!" ujar Bill.Detik selanjutnya, terjadilah pertarungan sengit antara kedua belah pihak. Keduanya saling melawan dengan tangan kosong. Bill pun tentu dengan mudah bisa menyimpulkan bila Kerajaan Mondega memang tidak ingin bertarung dengan mereka. Setidaknya mereka tidak akan saling membunuh saat ini, seperti itulah perkiraan Bill.Hal ini dikarenakan pasukan kerajaan yang memiliki beberapa daerah wisata di daerah dekat pegunungan itu tidak membawa senjata meskipun mereka adalah sebuah negeri pemasok persenjataan untuk berbagai kerajaan.Kendati demikian, agaknya pemimpin pasukan kerajaan berlambang kelinci putih itu sepertinya ingin menjajal kemampuan beberapa pengawal yang dibawa oleh Bill. Akan tetapi, Bill sama sekali tidak gentar. Pria itu bahkan dengan begitu gesitnya berhasil merobohkan beberapa pasukan kerajaan itu hanya dalam waktu yang singkat.Sang musuh pun dibuat tidak bisa bergerak leluasa karena serangan mereka selalu didahului oleh Bill."Bagaimana dia bi
Bill melotot kaget melihatnya. "Jenderal Cleve, apa yang sedang Anda lakukan?"Bill melihat sekelilingnya dan sekarang para pasukan kerajaan itu sedang menatap ke arah mereka dengan tatapan terkejut sekaligus syok."Saya ... ini saya, Eland Cleve. Anak laki-laki yang pernah Anda selamatkan sepuluh tahun yang lalu. Jenderal Mackenzie, apakah Anda lupa pada saya?" tanya Eland dengan tatapan penuh tanda tanya.Bill melangkah mundur, ekspresinya penuh dengan keterkejutan. "Kau tahu siapa aku?"Eland mengangguk dengan pasti, sama sekali tidak terlihat ragu sedikitpun."Bagaimana bisa?" tanya Bill bingung. Seingat dirinya, hanya sedikit orang yang benar-benar mengetahui identitas. Dan yang pasti orang yang mengenali dirinya sudah tentu orang yang berasal dari kerajaannya sendiri, bukan berasal dari kerajaan lain.Akan tetapi, orang yang menjabat sebagai pemimpin pasukan tertinggi di Kerajaan Mondega ini bisa mengenalnya dan malah mengaku pernah diselamatkan. Mana mungkin hal itu bisa terj
"Sampai jumpa di lain waktu, anak muda," ucap Bill."Tapi, Tuan. Tangan Anda-""Ah, luka kecil ini? Ini bukan masalah. Seorang laki-laki tidak masalah memiliki luka di tubuhnya, anak muda," ucap Bill.Eland remaja menatap penuh tanda tanyaBill berkata, "Luka bisa diibaratkan sebagai sebuah tanda untuk sebuah usaha atau perjuangan. Jadi, bukankah sangat keren kalau seorang laki-laki tanda memiliki seperti ini?"Eland terbengong-bengong."Laki-laki tanpa luka berarti laki-laki yang tak pernah berjuang, anak muda," kata Bill.Sang prajurit gagah itu pun kemudian menerbitkan sebuah senyuman hangat pada Eland sesaat sebelum ia meninggalkannya sendirian di sana.Saat ia baru melangkah sekitar beberapa meter dari sana, ia membalik badan dan melambaikan tangannya sekali lagi, "Jadilah prajurit yang kuat, anak muda!""Iya, Tuan," jawab Eland dengan sebuah teriakan.Bill lalu membalikkan badan dan lanjut berjalan.Eland menatap punggung tegap sang penyelamat yang tengah berjalan menjauh hingga
"Tentu, Jenderal. Anda boleh," jawab Eland. Sang jenderal besar itu pun tersenyum. "Jenderal Cleve, kau tahu ... aku bisa saja menyalahartikan kebaikan hatimu ini. Apa kau tidak keberatan?" "Sama sekali tidak, Jenderal. Nyawa saya milik Anda," ucap Eland. William Mackenzie sontak berkata, "Nyawamu ya milikmu sendiri. Aku tidak memintanya." "Jenderal," ucap Eland tersentak kaget. "Ah, begini saja. Aku hanya minta satu hal saja darimu," kata Bill. Eland segera bersiap-siap menerima perintah. "Berdamailah dengan kerajaanku dan jadilah sekutu kerajaanku. Apa kau bisa melakukannya?" tanya Bill. Eland Cleve terdiam tak percaya. Ia kehilangan kata-kata untuk sesaat dan baru bisa mendapatkan kembali kemampuan berkata-katanya. "Hanya itu, Jenderal?" "Ya." Sungguh Eland tak mengerti, "Anda yakin hanya ini, Jenderal?" "Iya. Aku hanya butuh itu," kata Bill. Eland pun merunduk. Dengan kepala sedikit tertunduk, lelaki muda itu berkata, "Baik, Jenderal. Saya akan menyampaikan hal ini pada
Keannu seketika melempar sebuah tatapan heran dengan kedua alis tebal menyatu. Jody Gardner dengan segera menyadari kesalahan kecil yang telah ia lakukan dan buru-buru memperbaiki, "Ah, maksud saya. Rasanya itu mustahil. Saya tidak percaya pada kerajaan itu. Pasti mereka telah melakukan sesuatu."Raut wajah sang raja pun kembali seperti sedia kala. "Kita belum tahu dengan pasti, Jenderal.""Tapi, Yang Mulia. Kerajaan Mondega jelas sekali sepertinya melakukan trik ini untuk mencoba memancing kita ke luar," ujar Jody, masih berusaha membuat pikiran rajanya tidak berpusat pada masalah itu."Mereka tidak akan berani menghadapi ... Penasihat Perang kita."Keannu hampir kembali menyebut kata "Jenderal". Tapi, dengan cepat ia bisa mengontrol lidahya yang biasanya tajam."Anda terlihat begitu yakin pada kemampuan Bill Stewart. Tapi, saya yakin Kerajaan Mondega sedang memperalat Bill Stewart. Tawanan perang. Ya pasti begitu," ujar Jody.Keannu menggeleng tidak yakin, "Dia tidak akan mudah dika