Beranda / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 53. Memilih Pemimpin

Share

53. Memilih Pemimpin

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-17 11:20:28

Suara Monica pun bergetar ketika ia menjawab ucapan Bill, "Pengkhianatan? Apa maksudmu dengan mengatakan semua yang aku lakukan ini adalah sebuah penghianatan?"

"Rahasia raja adalah rahasia kerajaan dan itu artinya Anda memang telah mengkhianati raja sekaligus kerajaan ini," jelas Bill.

Monica mulai frustrasi dan semakin tidak mengerti dengan bagaimana Bill bisa berpikir seperti itu.

"Tapi aku melakukan semua ini demi membuat semuanya berdamai. Aku hanya tidak ingin dia semakin melakukan kesalahan yang besar sampai-sampai banyak orang yang akan terbunuh karenanya," sanggah Monica.

Bill manggut-manggut ketika mendengar penjelasan itu tapi lagi-lagi ia berkata, "Saya memahami niat baik Anda, tetapi raja belum tentu bisa memahaminya, Yang Mulia."

Berikutnya, yang terjadi adalah Monica Wilhelm memberi sebuah tamparan yang cukup keras di pipi sang penasihat raja lalu ia pun pergi dengan begitu murka dari gedung latihan ditemani oleh pelayan setianya.

Andrew Reece yang memasuki gedung itu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    54. Masalah Daerah Perbatasan

    "Kau ... terlalu banyak bertanya, Reece!" ucap Bill yang kemudian terlihat tidak ingin lagi membahas masalah itu.Andrew Reece pun tidak lagi ingin bertanya dan memilih untuk mencoba melupakan masalah itu lalu membahas tentang masalah lain."Jenderal, bagaimana dengan perang dua minggu lagi di Mondega?" tanya Andrew yang kini mengalihkan perhatian.Bill benar-benar senang sekali memiliki anak buah yang begitu pengertian seperti Andrew Reece. Ia pun kemudian mencoba untuk mengingat-ingat nama yang telah disebut oleh anak buah setianya itu."Mondega?" ulang Bill."Ya, Jenderal. Sebuah kerajaan yang terletak di bagian utara, dekat dengan perbatasan Kerajaan Cruela."Bill masih berpikir dan menggali ingatannya. Lalu, seolah telah mengingat sesuatu ia pun berkata, "Ah, kerajaan yang memiliki ekspor terbesar dalam bidang persenjataan itu?""Benar, Jenderal. Kerajaan Mondega pernah menjadi salah satu pusat pembuat senjata-senjata kita di zaman sebelum Anda menjadi seorang jenderal perang di

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-18
  • Sang Dewa Perang Terkuat    55. Memancing Jenderal Gardner

    Mary yang melihat kegelisahan di mata sang nyonya muda itu pun berkata, "Nyonya, mohon maaf kalau saya terkesan ikut campur, tapi izinkan saya menyampaikan sebuah pendapat."Cassandra menoleh kepada suster yang usianya sepertinya tidak terlalu jauh lebih tua daripada dirinya itu, "Ya? Katakan!""Nyonya, sejauh yang saya lihat Tuan Bill bukanlah seseorang yang terlihat bekerja di bidang terlarang," ucap Mary."Kenapa kau bisa bilang begitu? Apa kau sudah mengenal suamiku sejak lama?"Mary menjawab, "Sebenarnya saya baru bertemu dengan Tuan ya hari di mana beliau memperkerjakan saya untuk menjadi suster Anda."Cassandra pun menjadi pesimis akan pendapat Mary yang mungkin saja tidak objektif."Tapi, saya yakin tuan tidak mungkin melakukan hal-hal yang melanggar hukum. Ini juga karena Andrew Reece, teman tuan adalah salah seorang pengawal istana yang cukup terkenal. Anda mungkin bisa melihat di situs istana. Di sana, ada nama dia dan dengan begitu berarti tuan bekerja di istana."Informas

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Sang Dewa Perang Terkuat    56. Memilih Salah Satu

    "Anda benar, mungkin jika kita mengetahui alasan Anda dan apa yang diinginkan oleh mereka, kita tidak perlu berperang," jawab Bill dengan begitu santainya.Jody segera melempar anak panahnya dengan asal dan berkata, "Jangan katakan kalau kau itu takut membuat strategi perang untuk kita kali ini. Apa kau sebenarnya tidak bisa membuat strateginya sampai kau ingin berdamai?"Bill menggelengkan kepala. Sepertinya dia harus lebih keras menahan diri agar tidak terpancing oleh amarah saat bersama dengan Jody Gardner."Jenderal, perang itu adalah solusi terakhir ketika kedua pihak tidak bisa diajak bekerja sama untuk berdamai atau mungkin konflik yang sudah terlalu parah sehingga cara yang paling tepat adalah dengan."Jody tersinggung dengan ucapan Bill tetapi belum sempat dia memprotes, Bill sudah berkata lagi, "Jika konflik yang mendasari sebuah peperangan itu tidak terlalu kuat, cara terbaik adalah bernegosiasi untuk membuat kesepakatan antara kedua belah pihak. Baru, jika nantinya tidak a

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Sang Dewa Perang Terkuat    57. Pilihan Raja

    "Benar, Yang Mulia. Sekali lagi saya mohon maaf atas kelancangan saya tapi ini demi kebaikan kita bersama," ucap Bill terlihat begitu sungguh-sungguh dan dengan penuh ketenangan."Kebaikan?" ulang Keannu masih mencoba untuk memproses penjelasan dari Bill.Bill mengangguk, "Ya, Yang Mulia. Anda bisa memilih Jenderal Gardner untuk memutuskan semuanya dan saya keluar dari permasalahan ini atau mempertahankan saya namun harus mengeluarkan beliau."Kepala Keannu seakan dilempari sebuah bom yang meledakkan kepalanya. Ia benar-benar tidak mengerti.Ia tidak menyangka pemilihan antara dua orang yang amat penting baginya itu justru telah dimulai sekarang ini.Ia pikir hal itu baru akan terjadi di masa depan. Nyatanya hal itu ternyata harus ia hadapi lebih awal."Yang Mulia," panggil Bill.Keannu mendesah lelah, "Jenderal, ini bukan keputusan yang sangat mudah. Kau sendiri memilih jabatan itu dan sekarang kau yang membuatku harus memilih. Kalau begini caranya, kenapa tidak sedari dulu saja kau

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21
  • Sang Dewa Perang Terkuat    58. Merebut Posisiku?

    "Penasihat Perang? Merebut posisiku? Yang benar saja. Mana mungkin ada hal seperti itu di sini?" balas Jody sambil tertawa canggung.Pria itu kemudian melanjutkan kata-katanya dengan menampilkan wajah terlihat agak serius."Kau tidak masuk akal, Dorothy. Kenapa aku harus takut pada orang baru macam dia?" ucap Jody yang kini mengalihkan pandangannya ke arah lain, tidak ingin melihat ke arah Dorothy.Dorothy Winks tentu saja tertawa mendengarnya, "Aku? Tidak masuk akal? Kalau kau memang tidak takut posisimu itu direbut oleh dia, bukankah seharusnya kau malah merasa kesal karena kini kau harus berpikir sendiri untuk strategi perang?"Jody Gardner tidak tahan lagi dengan perkataan kekasihnya yang begitu menyinggungnya itu. "Cukup! Aku tidak ingin membahasnya. Dia hanya sedikit mirip dengan Jenderal Mackenzie. Tak ada masalah jika aku membencinya. Aku tidak perlu harus menjelaskannya secara gamblang alasanku kan?" Kesal, Dorothy memilih meninggalkan kekasihnya itu dengan begitu jengkel sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Sang Dewa Perang Terkuat    59. Kau Yakin, Kakak Ipar?

    Bill hanya terdiam, tidak berniat menjawab pertanyaan Andrew Reece. Namun, tanpa perlu mendengar penjelasan Bill secara langsung, Andrew sudah bisa memahami jika Bill memang sesungguhnya tidak mau melepas Kerajaan Mondega pada Jody Gardner. "Sekarang, pastikan saja istriku baik-baik saja." "Sudah, Jenderal. Keadaan Nona Wood cukup stabil. Tidak lama lagi, beliau akan diizinkan pulang," balas Andrew. Bill manggut-manggut, "Lalu, bagaimana rumah yang akan jadi tempat tinggal istriku ke depan?" "Semuanya sudah beres, Jenderal. Sudah siap huni, tinggal menunggu Nona Wood pulih total," jelas Andrew terlihat senang dengan hasil kerjanya. "Bagus!" puji Bill, puas dengan kerja Andrew. "Terima kasih, Jenderal," balas Andrew. Sementara itu, saat ini, di Carlo Hill Hospital, Cassandra Wood baru saja selesai mandi dan telah siap menyisir rambut. Namun, belum sempat ia melakukannya. Mary berkata, "Nyonya Wood, di depan ada keluarga Anda. Apa Anda ingin menemuinya?" Cassandra sedikit terkeju

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23
  • Sang Dewa Perang Terkuat    60. Jangan Melantur!

    "Hm. Tidak akan, aku akan pulang," ucap Cassandra tegas, terlihat tidak terpengaruh. Peter menggelengkan kepala tak percaya, "Dasar wanita! Mudah sekali luluh!" "Keputusan yang bagus, Cassie," ucap Christopher dengan senyum cerah. "Kami akan menyiapkan kamar barumu," ucap George dengan senyum yang juga sama cerahnya seperti milik Christopher Wood. Chistopher kemudian berkata, "Tentu saja, aku sangat yakin kau akan pulang. Buat apa bertahan dengan Bill yang tidak jelas itu? Segera saja urus perceraianmu itu, Cassie!" "Apa kau mau aku saja yang mengurusnya, Cassie?" tawar George terlihat senang hati melakukannya untuk sang adik. "Lagi pula, pekerjaannya sangat berbahaya, kita tidak tahu apa yang mungkin terjadi ke depan," ujar Shirley. Peter mendengus keras, "Yang benar saja, Cassie. Kau percaya apa yang dikatakan mereka ini?" Peter menunjuk tiga orang itu dengan begitu jijk. Pandangannya benar-benar telah berubah dan ia sekarang terlihat tidak berada di dalam pihak pembenci Bill

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23
  • Sang Dewa Perang Terkuat    61. Kau Saja!

    "Hentikan, Peter!" bentak Christopher tidak tahan mendengar ucapan Peter lagi. "Bicara sekali lagi, maka akan aku potong lidahmu! Dasar sampah! Sama saja kau dengan Bill!" umpat Christopher, tak lagi menjadikan Peter sebagai cucu menantu kesayangannya. Peter tertawa senang dengan kemarahan Christopher Wood yang memang tak disukainya sejak awal. Ia seakan memiliki kesempatan dengan berkata, "Hm. Sampah? Kau yakin mengataiku sampah, Pak Tua? Apa kau lupa kau yang membujukku untuk menikahi cucumu? Ayahku, tidak akan terima jika putra kesayangannya disebut sampah, kalau kau mau tahu." Christopher terbatuk-batuk dan ia tidak berbicara selama beberapa saat. Jika ia dihadapkan dengan ayah Peter Green, sudah tentu dia tidak berdaya. Keluarga Green cukup tersohor, dia pasti akan dipermalukan. Peter tersenyum puas melihat laki-laki tua itu tidak berkutik. "Kakak Ipar, kurasa Bill bekerja di istana." Cassandra terdiam untuk beberapa saat tapi kesadaran segera mengguncangnya kembali. "Hah? K

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    41. Saudaranya?

    James Gardner pun mengangguk, “Iya, Yang Mulia. Bolehkah saya melakukannya?”Xylan Wellington dengan cepat mengangguk, “Pergilah, Jenderal Gardner. Kau bisa berbicara dengannya.”James bersyukur lantaran Xylan tidak menahannya.“Terima kasih, Yang Mulia,” kata James yang kemudian dia segera meninggalkan sang putra mahkota bersama dengan tiga orang prajurit kelas satu untuk menjaganya.Sesungguhnya tiga prajurit itu tentu tidak sebanding dengannya. Namun, dia memilih untuk mempercayai mereka bertiga.Beruntung, rupanya William Mackenzie yang terlihat jauh lebih tua beberapa tahun itu ternyata juga sedang mencarinya sehingga pertemuan mereka pun tidak mengalami rintangan apapun.“Jenderal Mackenzie,” James menyapa ayah dari sahabatnya itu dengan hormat.William Mackenzie tersenyum samar dan membalas, “Jenderal Gardner.”James mengangguk, “Anda … Anda baik-baik saja, Jenderal?”William kembali mengulas sebuah senyuman dan berkata dengan nada pelan, “Bagaimana aku bisa baik-baik saja keti

  • Sang Dewa Perang Terkuat    40. Tidak Tahu Apapun?

    James sontak Gardner tersenyum miring. Dia tahu ternyata memang tidak mudah menjadi perisai Xylan Wellington. Tapi, dia sungguh-sungguh tidak menyangka bila putra mahkota yang menurutnya sangat pintar itu ternyata juga sangat polos.Kepintarannya rupanya berbanding terbalik dengan pengetahuannya dalam hal memahami dunia sekitarnya.Namun, dia sudah memutuskan untuk menggantikan Riley demi menebus beberapa tahun waktunya yang dia sia-siakan sehingga dia harus mencoba bersabar.Jadi, dengan penuh ketenangan dia menjawab, “Anda harus mulai memikirkan masalah pendapat mereka semua, Yang Mulia.”“Kenapa aku harus?” balas Xylan yang terlihat tidak terima dengan perkataan James.James menggigit bibir bawah, merasa memang harus lebih menekan rasa jengkelnya. Ayolah, James. Jangan mudah menyerah! James membatin.“Karena Anda adalah calon raja dan sebentar lagi akan segera mewarisi tahta negeri ini. Jadi, sudah seharusnya Anda mulai memikirkan apa yang mereka pikirkan tentang Anda,” jawab Jam

  • Sang Dewa Perang Terkuat    39. Pemakaman

    Kebimbangan terlihat begitu nyata di wajah Xylan Wellington. James Gardner yang merasa telah berhasil membuat sang putra mahkota menyadari kesalahan besar yang mungkin akan dilakukan oleh Xylan pun memanggil, “Yang Mulia.”Xylan sedikit agak tersentak ketika mendengar namanya dipanggil oleh James.Pria muda itu pun menoleh ke arah James, tapi masih belum membuka mulut.Di saat seperti itu, James Gardner telah yakin bila Xylan akan mengubah keputusan yang baru saja mereka bicarakan itu.Namun, tiba-tiba dia melihat Xylan tersenyum kepadanya. Hal itu tentu saja membuat James mengedipkan mata lantaran bingung.Akan tetapi, hanya dalam hitungan detik, kebingungannya pun terjawab. Dia mendengar Xylan berkata, “Jenderal Gardner, apa yang kau katakan memang benar. Semuanya benar. Aku … mungkin akan mendapatkan pertentangan karena memilih Gary Davis sebagai penasihat raja.”Dia manggut-manggut. James segera mendapatkan sebuah firasat buruk yang tidak ingin dia bayangkan.“Tapi, Jenderal Gard

  • Sang Dewa Perang Terkuat    38. Tekanan

    “Iya, benar. Asisten pribadiku yang … sekarang ini berada di luar pintu kediaman ayahku,” jawab Xylan, terlihat tidak merasa ada yang aneh dengan jawabannya.James masih terlalu kaget hingga dia sampai terdiam, bingung apa yang harus dia katakan untuk menanggapi penjelasan Xylan.“Kenapa, Jenderal Gardner?” Xylan bertanya karena dia melihat James yang tidak kunjung berbicara.James membasahi bibir bawahnya, masih berpikir untuk menyusun kata-kata yang tepat.Namun, Xylan tidak sabar menunggunya sehingga dia berbicara lagi, “Jenderal Gardner, aku tahu apa yang sedang kau pikirkan.”James mengedipkan matanya, tampak terpana.Xylan menghela napas panjang, “Ini pasti status Gary Davis yang merupakan asisten pribadiku, bukan?”Mata James melebar sedikit hingga dia kemudian menatap sang putra mahkota dengan tatapan heran.Itu yang aku maksud, mengapa kau bisa berpikir menjadikan seorang asisten pribadi sebagai seorang penasihat raja? Apakah kau … sudah kehilangan akal, Yang Mulia? James mem

  • Sang Dewa Perang Terkuat    37. Keanehan Xylan

    “Katakan pada saya, agar saya bisa melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, Yang Mulia,” James menambahkan.Xylan membalas tatapan sang jenderal perang dengan tatapan yang terlihat begitu sangat serius. Pria muda yang semula telah menetapkan salah satu keputusan besar itu pun akhirnya membuka mulut, “Ini berkaitan dengan … penentuan pejabat istana baru setelah aku menjabat sebagai raja.”James terdiam sejenak, terlihat sedikit terkejut. Sebetulnya sangat wajar bila Xylan Wellington telah memikirkan mengenai pemerintahannya kelak. Akan tetapi, menurutnya saat itu adalah waktu yang kurang tepat.Ayahnya bahkan belum dimakamkan. Mengapa dia sudah berpikir hal lain? Tidakkah dia masih bersedih? James berpikir.Xylan berdeham kecil hingga membuat James menatapnya dengan tatapan aneh. Lantaran tidak mau James berpikir aneh tentangnya atau bahkan malah salah paham terhadapnya, Xylan buru-buru menjelaskan, “Jenderal Gardner, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan.”James tidak la

  • Sang Dewa Perang Terkuat    36. Bantuan Seperti Apa?

    Tetapi, sebelum James Gardner bisa berpikir lebih lanjut mengenai hal itu, Monica Wilhelm, sang ratu yang baru saja kehilangan suaminya itu berkata, “Sudahlah, tidak perlu diperpanjang lagi.”Setelahnya, Monica memutar tubuhnya dan menghadap para pejabat istana yang masih berada di istana. Dia menghela napas pelan sebelum berujar, “Seperti yang aku inginkan tadi, apa kalian bersedia membiarkan kami meratapi kepergian raja kalian sebelum kita menyelenggarakan upacara kematian untuknya?”Tanpa ragu semua pejabat istana itu kompak menjawab, “Iya, Yang Mulia.”Satu per satu pejabat istana itu pun meninggalkan area kediaman raja hingga benar-benar hanya menyisakan para prajurit khusus yang melindungi raja, ratu, putri dan putra mahkota. Sementara itu, beberapa anak buah James Gardner juga tetap berada di daerah tersebut sesuai perintah James. “Jenderal Gardner, mohon bantuannya,” kata Monica. James mengangguk dan segera melakukan tugasnya sebagai jenderal perang kerajaan itu untuk menyi

  • Sang Dewa Perang Terkuat    35. Lalu Siapa?

    “Ah, kalau kau tidak siap melepas jabatan penting itu, bukankah kau seharusnya berhati-hati ketika berbicara, Perdana Menteri? Ingatlah, yang kau bicarakan itu bukanlah hal yang pantas,” kata James dengan nada tajam.Siapapun yang mendengar suara James yang penuh ancaman itu pastilah akan takut.Dan tidak disangka-sangka, ancaman James Gardner ternyata berhasil membungkam si tua Philip. Philip tak lagi berani berbicara dan hanya diam saja. Tetapi, tatapannya yang penuh kekesalan itu masih bisa dilihat oleh James.Tentu saja, kau pasti sangat kesal padaku, Perdana Menteri. Namun, kau sudah pasti tidak mau kehilangan jabatanmu hanya karena tuduhan konyol itu, James membatin.Hal tersebut membuat Monica Wilhelm dan kedua anak-anaknya merasa sedikit lebih tenang.“Y-Yang Mulia, saya … saya ….” Philip berusaha berbicara lagi, tapi kegugupannya terlihat sangat jelas sehingga James pun tahu orang tua itu tidak mungkin berani berkata hal ngawur lagi. James pun segera menanggapi, “Kenapa, Per

  • Sang Dewa Perang Terkuat    34. Perdana Menteri

    Philip Crawford terbatuk-batuk begitu mendengar perkataan James Gardner.James menaikkan alis kanan, tampak menanti penjelasan Philip.Philip pun berdeham kecil dan membalas tanpa berani melihat ke arah James, “Bukan saya yang menuduh Anda, Jenderal Gardner. Hanya saja … seluruh penghuni Kerajaan Ans De Lou membicarakan hal ini. Anggap saja saya hanya menyampaikan apa yang sedang dipikirkan oleh mereka.”James tertawa pelan, membuat Philip seketika menoleh ke arah dirinya. Begitu juga dengan Monica dan kedua anaknya yang tampak terkejut melihat reaksi sang jenderal perang.“A-apa yang lucu dari perkataan saya sampai Anda tertawa, Jenderal Gardner?” Philip berkata dengan nada tersinggung.James menghentikan tawanya dan mendesah pelan sebelum berkata, “Tidak ada yang lucu. Hanya saja aku merasa kau sangat pengecut sekali, Perdana Menteri.”“Pe-pengecut? Apa maksudmu, Jenderal?” Philip membelalakkan mata, jelas semakin tersinggung.“Benar. Tentu saja kau hanyalah seorang pengecut. Kau m

  • Sang Dewa Perang Terkuat    33. Penyebab

    “Jadi, kalian bisa memberi kami waktu untuk meratapi anggota keluarga kami, bukan? Kalian tidak lupa bukan bahwa Keannu Wellington bukan hanya seorang raja negeri ini, tapi dia adalah kepala keluarga kami. Dia suamiku, ayah dari kedua anakku dan seorang kakek dari cucuku,” kata Monica dengan nada datar tapi tegas.Perkataan sang ratu rupanya berhasil membuat para pejabat istana itu saling lirik dan akhirnya terbungkam.Beberapa di antara mereka tampak mundur beberapa langkah seakan memang benar-benar tidak ingin mengganggu lagi anggota keluarga kerajaan. James Gardner sendiri tersenyum melihat para pejabat istana yang sebagian merupakan jajaran menteri penting itu tidak berkutik di hadapan sang ratu. James tidak bisa tidak terkesan pada kemampuan sang ratu yang mampu membuat orang-orang tunduk atas perintahnya. Hal itu karena menurut James sangatlah langka dan jarang terjadi.Sebelum dia melepaskan jabatannya sebagai seorang wakil jenderal perang, dia telah bertemu dengan begitu ba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status