"Aku? Bill Stewart, suami dari cucu menantumu, Cassandra Wood, Kakek. Apa kau sudah lupa akan hal itu?" jawab Bill.Christopher sontak menatap jengkel. "Pergi dari sini dan jangan pernah kembali lagi!" usir Christopher.Bill mendesah, "Ini terakhir kalinya aku menahan diri, Kek. Lain kali, aku tidak akan peduli lagi. Akan aku hadapi semuanya, termasuk Kakek!" Sumpah serapah pun seketika ke luar dari mulut Christopher Wood dengan begitu lancarnya, sementara Bill meninggalkan rumah itu dengan langkah lebar-lebar. Ia menoleh sebentar sebelum membawa mobilnya kembali menuju rumah sakit tempat istrinya dirawat.Ketika ia sedang memarkir mobilnya di rumah sakit, ia agak terkejut saat melihat beberapa orang dengan pakaian serba hitam dengan lambang kerajaan bunga lily di bagian depan saku jas mereka. Bunga lily merupakan lambang Kerajaan Ans De Lou.Seakan seperti mendapatkan sebuah peringatan, Bill segera berlari menuju kamar istrinya dan menghentikan langkahnya saat di sana sudah ada ses
Beberapa tahun lalu, tahun di mana Jody Gardner yang masih muda baru saja mendapatkan kepercayaan bergabung dengan pasukan utama, dia benar-benar dikejutkan oleh pemandangan tak biasa yang tersuguh di depan kedua mata biru lautnya sesaat sebelum dia menghadiri pertemuan resmi dengan salah seorang menteri di istana.Saat itu, unit baru dilatih di luar istana karena bangunan dan fasilitasnya yang belum memadai. Dengan setelan jas lengkapnya, ia melihat jenderap perang sedang berjongkok di dekat rerumputan dan semak-semak.William Mackenzie yang masih muda sedang berusaha melepaskan seekor kucing yang terjerat tali di pinggir jalan. Setelahnya, ia menggendong kucing liar dengan warna abu-abu itu."Kucing itu berdarah, Jenderal," ucap Jody dengan pandangan jijik. Ia seorang prajurit yang telah menyaksikan orang-orang terbunuh di depan matanya di medan perang dan ia tidak pernah keberatan akan hal itu. Tapi jika darah itu bukan berasal dari medang perang, ia membencinya.Sang jenderal ber
Steven tidak mengerti kata-kata aneh yang diucapkan oleh jenderalnya itu, sehingga ia memilih terdiam saja, tak ingin membuat kesalahan yang tidak perlu."Stev, mulai sekarang kau harus lebih mengawasi Penasihat Perang,""Baik, Jenderal."Jody menyeringai dan kembali berkata, "Berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk mengusirnya dari sini?""Jen-jenderal," kata Steven tergagap, sebenarnya tahu maksud Jody tapi ia hanya terkejut.Jody menoleh, "Ayolah, bukankah kau sudah berkata akan membantuku untuk membuatnya terusir dari sini, Stev?""Ah, masalah itu ... saya ... mungkin membutukan waktu yang agak lama, Jenderal."Jody mengerang tidak suka, "Kenapa lama? Apakah sulit?""Jenderal, Raja Keannu harus menjadi orang yang mengusirnya sendiri. Dan untuk itu, artinya kita harus meyakinkan Raja Keannu jika Bill Stewart tak layak ada di sini.""Aku tahu hal itu. Lalu?" balas Jody malas."Bill Stewart harus melakukan kesalahan-kesalahan yang akan membuat murka Raja Keannu sehingga tidak cukup
Pagi itu pun menjadi awal mula Bill mewaspadai setiap pergerakan dari Jody Gardner.Pada awalnya, ia hanya mengira Jody ketakutan jika ia mengambil posisi milik Jody. Tapi, hal ini segera berkembang karena sepertinya pria itu curiga terhadapnya dan ingin menghancurkannya secara perlahan.Dengan cara mendekati raja yang memang cukup dekat dengan dirinya semakin membuatnya yakin Jody akan memanfaatkan raja untuk membuatnya berada di dalam keadaan yang terjepit.Akan tetapi, ia bukanlah orang yang dengan mudah menyerah atau menerima sebuah kekalahan. Ia adalah seorang dewa perang yang memiliki kekuatan paling tinggi yang pernah ada di kerajaan itu. Ia tentu tidak mau dikalahkan oleh siapapun, harga dirinya tidak mengizinkan hal itu terjadi.Ia sudah terlatih menghadapi musuh dengan berbagai karakter. Tak ada yang bisa menghancurkan dirinya dan tak ada pula yang berhasil memperdaya dirinya. Menghadapi seorang seperti mantan anak buahnya itu tentu saja cukup mudah untuknya.Ia pun kemudia
"Kenapa kau melihatnya seperti itu, Dorothy?" tanya Jody Gardner yang tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya.Dorothy langsung memutar badan dan menghadap sang kekasih, "Hanya heran saja. Omong-omong, aku belum sempat mengucapkan selamat atas kemenanganmu." Jody Gardner tersenyum meskipun pikirannya dipenuhi oleh kecurigaan. Ia tadi jelas-jelas melihat bagaimana cara kekasihnya itu menatap dengan penuh kebingungan ke arah Penasihat Perang itu."Senang kau sudah kembali ke sini. Apa semuanya sudah beres?" tanya Jody.Dorothy mengangguk, "Tentu. Tapi, ternyata semakin hari semakin melelahkan. Apa menurutmu aku berhenti saja bekerja di istana?""Apa? Berhenti?""Iya. Aku sudah sangat lelah melakukan semua rutinitas ini. Tapi, bagaimana ... hidup juga memerlukan uang jadi sepertinya aku harus lebih menahan diri untuk tetap berada di sini sampai uangku terkumpul," ucap Dorothy.Jody Gardner berkata, "Tunggu dulu. Kenapa kau repot-repot memikirkan masalah ekonomi? Ada aku, Dorothy.""A
Suara Monica pun bergetar ketika ia menjawab ucapan Bill, "Pengkhianatan? Apa maksudmu dengan mengatakan semua yang aku lakukan ini adalah sebuah penghianatan?" "Rahasia raja adalah rahasia kerajaan dan itu artinya Anda memang telah mengkhianati raja sekaligus kerajaan ini," jelas Bill.Monica mulai frustrasi dan semakin tidak mengerti dengan bagaimana Bill bisa berpikir seperti itu."Tapi aku melakukan semua ini demi membuat semuanya berdamai. Aku hanya tidak ingin dia semakin melakukan kesalahan yang besar sampai-sampai banyak orang yang akan terbunuh karenanya," sanggah Monica.Bill manggut-manggut ketika mendengar penjelasan itu tapi lagi-lagi ia berkata, "Saya memahami niat baik Anda, tetapi raja belum tentu bisa memahaminya, Yang Mulia."Berikutnya, yang terjadi adalah Monica Wilhelm memberi sebuah tamparan yang cukup keras di pipi sang penasihat raja lalu ia pun pergi dengan begitu murka dari gedung latihan ditemani oleh pelayan setianya.Andrew Reece yang memasuki gedung itu
"Kau ... terlalu banyak bertanya, Reece!" ucap Bill yang kemudian terlihat tidak ingin lagi membahas masalah itu.Andrew Reece pun tidak lagi ingin bertanya dan memilih untuk mencoba melupakan masalah itu lalu membahas tentang masalah lain."Jenderal, bagaimana dengan perang dua minggu lagi di Mondega?" tanya Andrew yang kini mengalihkan perhatian.Bill benar-benar senang sekali memiliki anak buah yang begitu pengertian seperti Andrew Reece. Ia pun kemudian mencoba untuk mengingat-ingat nama yang telah disebut oleh anak buah setianya itu."Mondega?" ulang Bill."Ya, Jenderal. Sebuah kerajaan yang terletak di bagian utara, dekat dengan perbatasan Kerajaan Cruela."Bill masih berpikir dan menggali ingatannya. Lalu, seolah telah mengingat sesuatu ia pun berkata, "Ah, kerajaan yang memiliki ekspor terbesar dalam bidang persenjataan itu?""Benar, Jenderal. Kerajaan Mondega pernah menjadi salah satu pusat pembuat senjata-senjata kita di zaman sebelum Anda menjadi seorang jenderal perang di
Mary yang melihat kegelisahan di mata sang nyonya muda itu pun berkata, "Nyonya, mohon maaf kalau saya terkesan ikut campur, tapi izinkan saya menyampaikan sebuah pendapat."Cassandra menoleh kepada suster yang usianya sepertinya tidak terlalu jauh lebih tua daripada dirinya itu, "Ya? Katakan!""Nyonya, sejauh yang saya lihat Tuan Bill bukanlah seseorang yang terlihat bekerja di bidang terlarang," ucap Mary."Kenapa kau bisa bilang begitu? Apa kau sudah mengenal suamiku sejak lama?"Mary menjawab, "Sebenarnya saya baru bertemu dengan Tuan ya hari di mana beliau memperkerjakan saya untuk menjadi suster Anda."Cassandra pun menjadi pesimis akan pendapat Mary yang mungkin saja tidak objektif."Tapi, saya yakin tuan tidak mungkin melakukan hal-hal yang melanggar hukum. Ini juga karena Andrew Reece, teman tuan adalah salah seorang pengawal istana yang cukup terkenal. Anda mungkin bisa melihat di situs istana. Di sana, ada nama dia dan dengan begitu berarti tuan bekerja di istana."Informas