"Monica, kau tahu bagaimana kehebatannya kan?" balas Keannu malah semakin kesal luar biasa."Yah, sehebat apapun dia, kalau dia tidak bisa kau kendalikan ya percuma saja kan?" ujar Monica.Keannu segera membuat gerakan, menyuruh semua pengawal dan pelayannya menyingkir dari sana. Astaga, suasana hatinya sungguh semakin buruk setelah ia mendengar ucapan istrinya.Monica menghela napas panjang, ratu muda itu terlihat kasihan pada suaminya. "Lalu, apa yang sebenarnya dia sudah lakukan?""Dia hanya mengkritik caraku untuk menang.""Cara yang seperti apa?" tanya Monica.Keannu memanglah sangat terbuka pada istrinya. Apapun ia ceritakan pada ratunya itu. Tak satu pun rahasia yang disembunyikannya dari Monica Wilhelm. Maka, kali ini pun dia tidak ragu sama sekali saat bercerita, "Aku menemukan sebuah informasi menarik tentang putra mahkota Kerajaan Maldiva dan itu berupa skandal. Aku berniat menggunakan ini untuk mengancam Raja Maldiva."Monica manggut-manggut, dengan mudah memahami cerita i
"Maaf, Yang Mulia. Ampuni saya jika saya sudah lancang. Tapi, ini adalah pertama kalinya saya bertemu dengan Anda," ucap Bill.Monica mengerutkan dahi, sedikit tidak yakin. Tidak mungkin ia salah orang. Orang yang berdiri tak jauh darinya ini jelas orang itu. Orang yang pernah ia temui beberapa tahun lalu.Ah, memang kejadiannya sudah begitu lama, tapi kejadian lama itu kejadian biasa saja dan mudah ia lupakan. Jadi, ia yakin ia tidak mungkin salah mengenali orang. Bahkan, wajah orang itu tidak berubah. Sama sekali tidak ada perubahan yang signifikan."Tidak. Kau salah, kita pernah bertemu sebelumnya. Itu di ... di ...."Wanita itu tidak bisa melanjutkan perkataannya dan segera sadar saat ini ia tidak hanya berdua saja dengan Bill. Begitu banyak pengawal dan juga pelayan yang ada di selkitar mereka. Jika ia salah mengambil langkah, bisa-bisa esok hari gosip tidak sedap bisa tersebar ke seluruh penjuru istana. Reputasi baik yang selama ia jaga pun bisa rusak dan ia tidak mau hal itu s
"Ada sesuatu yang perlu aku diskusikan dengannya," jawab Bill, mengakhiri pertanyaan yang mungkin akan diajukan oleh Andrew.Andrew pun tidak berani bertanya lagi setelah melihat wajah sang jendral yang terlihat begitu tidak baik.Bill sekali lagi memeriksa semua perlengkapan senjata itu dan setelahnya mencatat beberapa hal yang penting.Esok paginya, tepat dua hari sebelum mereka akan melakukan penyerangan terhadap kerajaan Maldiva, Bill menemui jenderal perang tersebut setelah mendapatkan izin yang didapatkan atas bantuan Andrew."Aku tidak mengerti jika ternyata Andrew Reece telah berubah menjadi pelayan setiamu," sindir Jody begitu Bill memasuki tempat tinggal pribadinya.Bill kau sedang disindir dan ia pun membalas dengan santai, "Sejak saya masuk ke istana ini, Andrew Reece memang menjadi orang yang paling banyak membantu saya dalam berbagai hal.""Hm, tentu saja aku bisa melihat hal itu." Tatapan mata Jody terlihat tidak bersahabat tetapi dikarenakan ia dan penasihat perangnya
Keannu tanpa rasa beban menjawab, "Tentu. Aku sudah memikirkan bagaimana nanti ke depannya.""Kau yakin?" tanya Monica, jelas terlihat begitu meragu atas ucapan sang suami."Kau meragukan ucapanku, Sayang?" Sebuah senyuman terbit di bibir sang ratu, "Aku tidak tahu apakah ini namanya sebuah keraguan atau bukan. Tapi yang pasti, entah bagaimana aku mengenal dirimu."Keannu Wellington membalasnya dengan sebuah tawa kecil tetapi cukup membuktikan jika apa yang ada di dalam kepala Monica sedikit dengan kebenaran."Kau pasti telah memikirkan untuk menyingkirkan salah satu dari mereka, bukan?" tebak Monica.Keannu Wellington menghentikan tawanya lalu menatap istrinya lekat-lekat, sebelum kemudian membalas dengan sebuah tawa lagi yang kini terdengar lebih tidak mengenakkan untuk didengar.Sang ratu tidak membalas tawa itu dan hanya menatap suaminya penuh dengan rasa penasaran sehingga raja muda tersebut pun segera membalas, "Kau benar-benar sangat cocok menjadi istriku, ratuku."Monica meng
Jody Gardner mengangguk tenang dan Steven segera mengucapkan beberapa rencana yang telah muncul di dalam kepalanya. Begitu mendengar rencana yang terdengar luar biasa itu, Jody Gardner tertawa terbahak-bahak sambil menepuk-nepuk punggung sang anak buah. "Wah! Tak kusangka. Kau benar-benar sangat ahli dalam hal ini. Dari mana kau bisa mendapatkan ide se-briliant itu?" Steven hanya tersenyum senang mendengar pujian dari sang jenderal. Sementara itu, di bagian tempat peristirahatan yang lain, Bill, Sang Dewa Perang Terkuat yang pernah dimiliki oleh Kerajaan Ans De Lou terlihat sedang duduk di taman bersama dengan anak buah kepercayaannya, Andrew. "Ah, rasanya saya tidak pernah sebahagia ini selama 3 tahun ini," ucap Andrew. "Kenapa?" tanya Bill yang saat ini sedang menikmati udara malam sambil merapatkan jaketnya. "Menang." Bill segera menoleh ke arah sang anak buah yang sedang tersenyum, "Jody Gardner juga telah memenangkan beberapa perang bersamamu kan?" Andrew Reece mengangg
Cassandra membelalakkan mata, "Kakek."Arthur pun berjalan mendekat dan berniat menyentuh tangan Cassandra, tapi wanita itu dengan tegas menyentak tangan sang pengawal. Cassandra terlalu terkejut atas apa yang sedang terjadi. Ia masih kesulitan mempercayai jika sang kakek tega melakukan hal itu kepada dirinya yang merupakan cucu kandungnya."Cassie. Menurutlah atau-""Atau apa, Kek? Menikahkan aku dengan pria lain?" sela Cassandra sambil mundur beberapa langkah.Ia menggelengkan kepala, terlihat begitu terluka."Jangan keras kepala, Cassie!" bentak Christopher."Arthur, tunggu apa lagi?" ucap George, memerintah kembali sang anak buah kakeknya.Cassandra menatap kakaknya dengan tatapan kecewa dan menoleh kembali memutar pandangan ke arah sang kakek, "Kenapa, Kek? Apa salahku?' Aku-""Tak usah dengarkan dia, Kek! Cepat bawa saja ke sana!" potong Shirley cepat, tak ingin memberikan kesempatan bagi kakaknya untuk menghindari hukuman kakek mereka.Cassandra sungguh tidak mengerti. Ketiga o
Kata-kata Bill membuat Shirley bergetar, entah bagaimana kata-kata itu berhasil membuatnya begitu takut. Memang, sejak pria itu menghilang lalu muncul kembali dalam keluarga itu aura Bill terlihat sangat jauh berbeda.Namun, baru sekali ini ia merasakan ketakutan yang sampai merontokkan hatinya.Tetapi hal itu tidak terjadi pada Christopher Wood yang memiliki hati yang sangat keras serta temperamen yang cukup buruk. Tidak merasakan takut malah pria itu terlihat begitu kembali marah karena merasa terhina telah diancam oleh cucu menantunya yang menurutnya tidak berguna itu.Lelaki tua itu memberang marah, "Kau pikir kau siapa berani mengancam kakek mertuamu, berandal?""Punya pekerjaan yang tidak jelas saja sudah mulai sombong!" tambah Christopher terlihat tidak bisa mengontrol kemarahannya sedikitpun.Urat nadinya di bagian leher bahkan terlihat begitu jelas saat ia berteriak marah.Namun, Bill tidak sempat membalasnya karena lebih sibuk membawa istrinya untuk segera pergi ke rumah s
Sebuah senyuman aneh langsung saja terbit di bibir sang raja muda berwajah tampan itu. Wajah yang membuat Monica Wilhelm yang awalnya tidak berniat menikahi orang yang tidak dia suka menjadi setuju menerima pinangannya. Namun, kali ini Monica terlihat begitu keheranan dengan sikap suaminya yang menurutnya menjadi-jadi itu.Dia bukannya tidak tahu dengan sifat asli sang suami yang memang bukanlah raja dengan memiliki kepribadian yang keren, tapi dia tetap saja masih sulit menerima sisi buruk suaminya yang satu ini. Perlahan, Keannu mengubah senyum aneh itu menjadi sebuah senyum miring yang jelas ditujukan untuk menghina. Yang dihina tentu saja adalah William Mackenzie yang dibahas oleh keduanya."Dia hanya hidup menumpang di keluarga istrinya, Monica. Menjadi beban bagi keluarga itu. Sungguh menjijikkan."Keannu menjeda dengan sebuah tawa kecil sebelum kembali melanjutkan kata-katanya."Kau bisa bayangkan itu? Seorang Jenderal Perang Terkuat yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou nya
Foei Maccray membalikkan badan dan menatap sinis ke arah sang junior.Ketika dia melihat kepatuhan Lory Blackwell, Foei Maccray pun tersenyum miring seolah puas telah berhasil membuat salah satu juniornya tersebut tunduk terhadap perintahnya.Tentu saja hal itu membuat dirinya menjadi besar kepala. Oleh karena itu, dengan begitu angkuhnya Foei berujar kembali, “Tetaplah berdiri di sini sampai kami tidak terlihat oleh matamu. Setelah itu … baru kau bisa berjalan.”Lory Blackwell tidak menjawabnya. Tetapi Foei menganggap diamnya Lory itu sebagai sebuah kepatuhan sehingga dia kembali berkata, “Bagus! Memang seharusnya kau patuh pada perintah seniormu.”Lory hanya menelan ludah tanpa berani mengeluarkan sepatah katapun. Akan tetapi, Foei memang tidak membutuhkan jawaban sehingga dia hanya lanjut berjalan bersama dengan teman baiknya, Derrick Weybe yang terlihat mulai bosan berada di daerah sekitar Lory. Para prajurit lain pun mengikuti dua orang prajurit senior itu dengan perasaan yang c
Derrick mendecih sebal, sementara Foei langsung menanggapi, “Oh, kau ini rupanya sangat penakut ya!” Foei melempar arah pandangnya pada Derrick dan kemudian melempar sebuah senyum dengan ekspresi mengejek. Derrick menggelengkan kepalanya, ikut tersenyum mengejek.“Kalau kau takut, mengapa kau mau ikut dalam misi penting ini?” ucap Foei.Lory cepat-cepat menggelengkan kepala, “Saya tidak takut … saya-”“Hah? Tidak takut? Lalu, mengapa kau tadi berkata demikian?” Derrick memotong perkataan Lory, seolah sengaja memang tidak ingin mendengarkan Lory berbicara.“Jelas-jelas kau ini penakut! Astaga! Seharusnya kau tetap saja berada di istana dan tidak perlu ikut dalam pencarian Jenderal Mackenzie,” jelas Foei dengan senyuman miring. “Dasar pengecut!” ejek Derrick lagi. “Prajurit yang menyedihkan sepertimu tapi berani mengatai kami kalau kami lamban? Cih! Kau pikir kau ini siapa? Atasanku?” Foei berkata dengan nada dingin serta ekspresi meremehkan.Ah, dia memang benar-benar sangat puas m
Melihat senyuman James yang penuh keyakinan itu, Ben seketika sadar bila sahabatnya itu memang tidak bisa ditebak. Tapi, saat dia kembali mengingat bagaimana hubungan antara James dan Riley di masa lalu, dia merasa bila semua yang dikatakan oleh James memang benar adanya. Riley selalu terbuka sepenuhnya pada James. Pemuda itu hanya menyembunyikan satu hal, yakni fakta mengenai dirinya yang merupakan putra William Mackenzie. Selain itu, Riley tidak memiliki rahasia lain dari James. Sementara itu, Riley pun menjadi satu-satunya orang yang bisa memahami James dengan sangat baik. Hanya Riley yang mampu mengerti setiap tindakan yang dilakukan oleh James dan James pun hanya mau membicarakan banyak hal dengan Riley.Maka, dengan melihat semua fakta itu Ben akhirnya mengangguk, “Baiklah, kalau begitu. Aku harus melakukan apa?”James mendengus dan langsung memasang wajah cemberut, “Ayolah, Ben! Aku tadi sudah memberitahumu.”Ben memutar bola mata, “Aku masih tidak mengerti. Tolong jelaskan
Meskipun tampak bingung dengan perintah sang jenderal perang, mereka tetap kompak menjawab, “Siap, Jenderal.”Tidak lama kemudian semua prajurit itu membentuk sebuah barisan di mana mereka akan bersiap-siap melakukan pencarian terhadap Riley Mackenzie seperti yang diperintahkan oleh James Gardner.Sebagian besar dari para prajurit kelas satu tidak sedikitpun ragu melakukan tugas itu, namun ada beberapa di antara prajurit kelas dua yang tampaknya masih tidak yakin dengan apa yang akan mereka kerjakan.Dua di antara mereka adalah Foei Mccray dan Derrick Weybe“Aku tidak mengerti, mengapa Jenderal Gardner malah melakukan pencarian di hutan. Mana mungkin Jenderal Mackenzie ada di sini? Ini tidak masuk akal,” ucap Derrick yang baru saja berbaris menghadap ke arah depan hutan.Pria muda berusia dua puluh enam tahun itu berada di barisan paling depan bersama dengan teman baiknya sehingga mereka masih bisa berbicara dengan nada suara yang cukup pelan.Foei mengangguk setuju, tampak juga berpi
Gary Davis menggelengkan kepala dengan ekspresi super bingung. Dia tak bisa menerka-nerka perihal apa yang mungkin terjadi. Dia sendiri tidak terlalu mengenal James Gardner. Dia memasuki istana ketika James Gardner tepat mengundurkan diri dari jabatan wakil jenderal perang. Sehingga pada dasarnya dia pun hanya bertemu dengan James beberapa kali saja. Hal itu berbeda dengan Riley Mackenzie. Tidak terhitung jumlahnya dia telah bertemu dengan Riley. Bahkan, bisa dibilang dia sudah mengetahui bagaimana sikap Riley. Namun, dia tidak bisa memikirkan apapun tentang James Gardner. Dia sama saja seperti orang buta jika disangkut pautkan dengan James. “Jenderal Mackenzie muda saja tidak curiga terhadapmu. Padahal dia lebih lama berada di istana dibandingkan dengan jenderal perang yang satu itu. Aku tidak mengerti,” kata Elena yang juga belum menemukan jawaban dari pertanyaan yang mengganggu dirinya itu.Dia pun juga masih belum mengerti. Akan tetapi, sebuah hal pun terbersit di dalam pikir
Elena Goldwin menggigit bibir, merasa telah berbuat salah. Wanita tua itu pun berucap, “Maafkan saya, Pangeran … oh, maksud saya … Gary.”Melihat wajah penuh rasa Elena, Gary menjadi tidak nyaman. Dilihatnya wanita tua yang telah menjaga dirinya sejak dia masih kecil itu. Wanita itu sudah sangat berjasa banyak bagi keluarganya. Tidak hanya mengabdikan dirinya sebagai asisten rumah tangga, dia juga menjadi sosok ibu pengganti bagi adiknya. Memang usianya lebih pantas dipanggil sebagai “nenek”, namun perannya justru lebih cocok sebagai seorang ibu bagi dirinya sendiri dan juga Rowen.Astaga! Apa yang sudah aku lakukan? Dia sudah berkorban banyak, tapi apa yang sudah aku perbuat? Wanita tua yang telah membantuku dengan segala waktu dan tenaganya itu malah aku buat hampir saja menangis, Gary membatin dengan jengkel.Pria muda itu menyentuh tangan Elena, membuat wanita itu kaget. Dia kemudian mendengar Gary berujar, “Kau tidak perlu meminta maaf, Nek. Dan aku … akulah yang seharusnya
Gary Davis seketika mendesah pelan. Rasa bersalah segera mendera hatinya.Dia pun segera memposisikan tempat duduknya ke arah sang adik lal menatapnya dengan tatapan penuh rasa bersalah.Tatapan bocah itu benar-benar lugu dan polos sehingga membuat perasaan Gary semakin kacau.Rowen, adik laki-lakinya itu masih begitu sangat kecil, tapi dia harus ikut menanggung permasalahan yang tidak seharusnya dia pikirkan di usia belia. Dengan nada yang begitu sangat lembut Gary pun berujar, “Rowen, maafkan aku. Aku … tahu kau pasti merasa sangat kesepian. Tapi … percayalah aku melakukan semua ini demi kita. Aku-”“Kau mempertaruhkan nyawamu, Kak. Aku … aku ….”Gary menggelengkan kepala, “Jangan pikirkan aku! Kau hanya harus tumbuh dengan sehat dan aman. Agar nanti di saat kita bisa memperoleh apa yang seharusnya menjadi milik kita, kita bisa berdiri dengan tegak.”Tiba-tiba saja perkataan Gary tersebut malah membuat Rowen menunduk sedih. “Gary, tidak bisakah kau tinggalkan itu semua?”Rowen memb
Sesungguhnya, bukan hanya Doris Tan yang rasanya sulit mempercayai apa yang Xylan putuskan. Namun, ketiga rekan pengawalnya pun juga merasakan hal yang sama.Bahkan, gambaran ekspresi ketiga sangat jelas sekali terlihat dari hanya sekali melihat. Terutama Jim Chesnut yang terlihat begitu syok mendengar perkataan Xylan. Mulutnya bahkan sampai terbuka lebar dan dia pun lupa untuk menutupnya lagi. “Y-Yang Mulia, saya sangat bingung. Saya … saya-”“Doris Tan,” Xylan memotong perkataan Doris dengan nada tegas.Doris pun terdiam, seolah tahu bahwa Xylan akan segera menjelaskan alasan raja muda itu. Benar saja, tidak lama kemudian Xylan berkata, “Hm, kau … memang melakukan hal yang benar dengan mengakui kesalahanmu.”Dia berhenti selama beberapa detik, sengaja untuk memberi waktu pada Doris untuk menenangkan diri sebelum dia melanjutkan apa yang ingin dia katakan.Ketika Doris terlihat jauh lebih tenang, Xylan pun melanjutkan, “Namun, kau melakukan itu dengan cara yang salah.”Ludos Flee m
Sesungguhnya Xylan tidak pernah peduli dengan perkataan-perkataan orang di istananya. Dia cenderung mengabaikan berbagai gosip mengenai dirinya.Bahkan, dulu pernah suatu ketika ada sebuah kunjungan dari kerajaan lain, saat itu Xylan diminta ayahnya untuk beramah-tamah dengan salah satu pangeran. Akan tetapi, dia yang memang tidak terlalu pintar bergaul nyatanya malah membuat anak raja dari kerajaan sebelah itu tidak nyaman. Akibatnya, terjadi sedikit keributan saat itu. Xylan dituding bersikap kasar pada sang pangeran sehingga pangeran itu tidak betah tinggal di Kerajaan Ans De Lou dan akhirnya meninggalkan istana lebih cepat daripada yang seharusnya.Situasi di istana sedikit agak kacau. Banyak orang yang menilai Xylan bersalah total sampai mengakibatkan sebuah kerjasama yang penting menjadi gagal. Namun, pemuda itu sama sekali tidak peduli dan tidak pernah menjelaskan apapun.Sang ayah, Raja Keannu kala itu pun tidak pernah bertanya pada sang putra dan malah terkesan membiarkan p