James mengernyitkan dahi dengan reaksi berlebihan yang ditunjukkan oleh Riley sehingga pemuda itu berkata, “Kau ini kenapa? Senang atau bagaimana?”Riley sontak memukul lengan James dan tertawa kecil, “Tentu saja aku senang. Tapi kau tidak berbohong kan?”James melotot kesal, “Teman, bukan hanya aku saja mendengarkan pengumuman itu. Kau bisa tanya seluruh penghuni kerajaan ini jika kau ragu.”Mendengar jawaban James, Riley hampir melompat karena gembira. “Ada apa denganmu? Kau merindukan orang tuamu?” Reiner bertanya dengan dahi mengerut juga tapi menahan senyum.Alen sontak melirik ke arah Riley lantaran hanya pemuda itu yang mengetahui identitas Riley yang sebenarnya sehingga dia pun juga penasaran atas jawaban yang Riley berikan.“Itu sudah pasti, kenapa harus ditanya lagi?” balas Riley.Ben terkekeh pelan, “Ah! Tidak aku sangka jika salah satu prajurit junior paling berani ini memiliki perasaan yang lembut.”Riley hanya tersenyum samar.Sedangkan James malah membalas, “Bukan hany
Riley seketika memberi tatapan bingung pada sahabat baiknya itu, “Apa maksudmu?”James menaikkan alis kirinya dan menjelaskan, “Maksudnya kita berdua ditakdirkan untuk terus berada di lingkup yang sama. Kau dan aku … Jenderal Perang dan Wakil Jenderal Perang.”“Bagaimana menurutmu? Bukankah ini sangat mengagumkan?” James menambahkan sembari tersenyum bodoh. Riley sontak menggelengkan kepala, “Kau sungguh terlalu percaya diri. Kau tidak ingat kalau kemampuan Josh Cleve mulai meningkat?”James mendecakkan lidah, “Aku tahu dia lebih kuat daripada sebelumnya, tapi … dia tidak akan bisa mengejar kita.”“Poin hari ini dilipatgandakan. Kau lupa?” balas Riley sembari tersenyum miring.James mendengus sebal dan segera membuang muka ke arah lain, “Dasar menjengkelkan! Kau ini … memang menyebalkan, Riley. Aku jadi heran mengapa kita bisa berteman.”“Kau tidak bisa ya melihat temanmu ini memiliki kepercayaan yang tinggi?” lanjut James masih tampak kesal.Riley terkekeh pelan. “Itu agar kau tidak
Tanpa menoleh ke arah sahabatnya, Riley menjawab dengan tatapan mata terlihat kaget, “Siapa lagi? Yang namanya Benedict Arkitson ya Senior Ben yang kita kenal.”James langsung mengulum bibir, masih tampak terkejut.Namun, itu hanya selama beberapa detik saja, lantaran dia bisa mengontrol dirinya dengan baik, “Tenanglah! Ini hanya sebuah tantangan saja, tidak sungguhan.”Riley memejamkan mata, tampak stres dan tertekan.“Memang kita tidak benar-benar bertarung, James. Tapi … ini juga menyangkut reputasi Senior Ben juga. Kau mengerti maksudku tidak?” kata Riley yang tiba-tiba memiliki mood yang buruk.James bukannya tidak tahu, tentu saja dia tahu dan mengerti apa yang dikatakan oleh Riley. Hanya saja dia mencoba untuk tidak membuat Riley semakin tertekan.“Dengar, aku yakin Senior Ben tidak akan menyalahkanmu jika kau mengalahkan dia. Dia juga tahu posisimu, dia pasti akan mengerti,” ucap James.Riley pun membuka matanya dan menoleh ke arah James, “Kenapa aku harus aku? Kenapa dia tida
Riley tidak menjawab perkataan Ben dan justru menatap senior yang juga temannya itu lewat kaca dari helm pelindung yang dia kenakan.Ben mendesah pelan, “Riley, kau dengar aku atau tidak?” Riley menjawab dengan terbata-bata, “Iya, Senior Ben. Tapi-”“Tidak ada tapi. Fokus saja pada kemenanganmu dan aku … juga akan fokus untuk mengalahkanmu,” potong Ben cepat.Riley tercengang tapi saat dia melihat Ben mengangguk dengan mantap ke arahnya dia pun akhirnya bisa tenang.Dia yakin Ben juga akan berjuang seperti dirinya. Dan ketika dia melihat dari cara Ben menatapnya, dia tahu bila Ben tidak akan mudah menyerah.Justru dia sangat lega dengan sikap Ben tersebut dan segera bersiap-siap sesuai instruksi Mary Kesley.Di sisi lain, rupanya tidak hanya mereka saja yang sudah mempersiapkan diri, tetapi juga dua prajurit lain yang terpilih juga telah bersiap-siap seperti mereka bersama dengan James dan Josh.Sementara itu, Diego dan Alen yang duduk bersama dengan Shin sangat tegang.“Menurut kali
Dari sekian orang yang menginginkan sebuah pertandingan ulang, tiba-tiba terdapat seseorang yang tidak memiliki pendapat yang sama. Orang tersebut juga merupakan seorang prajurit kelas satu yang langsung berkata, “Jangan bodoh! Ben sudah berusaha keras. Kalian tidak melihat bagaimana dia berjuang ya?”Ketika ada seorang yang ingin membantah, prajurit itu berkata lagi, “Akui saja kalau anak itu memang tangguh. Lagipula, ingatlah! Jenderal Reece yang memilihnya, tidak mungkin seorang jenderal perang sepertinya memilih prajurit bodoh yang hanya mengandalkan statusnya.”Perkataan sang prajurit itu rupanya berhasil membuat mereka tersadar dan mau tidak mau mereka terpaksa harus menerima kekalahan.“Aku tidak bisa percaya ini. Dua anak muda itu mengalahkan kita. Apa yang salah dengan kita sebenarnya?” gumam seorang prajurit kelas satu yang telah menjadi prajurit di kelas itu selama empat tahun lamanya.Dia menggelengkan kepala, “Ini sangat memalukan! Prajurit baru mengalahkan kita yang tel
Riley seketika membatu di tempatnya berdiri, sedangkan Alen menatap dengan ekspresi cemas ke arah Riley.“Itu asyik. Aku juga mau setelah pergi ke rumah James juga pergi ke rumah Riley,” ucap Diego.Shin turut menganggukkan kepala, “Ide bagus. Anggap saja kita berlibur sejenak setelah perang yang cukup panjang kemarin.”James tersenyum senang, “Akan sangat menyenangkan kalau bisa pergi ke suatu tempat yang menyegarkan.”“Ah, kita tidak akan bisa melakukannya. Kita hanya punya waktu tiga hari, itu tidak akan cukup,” sahut Ben.James mendesah pelan, “Iya tapi setidaknya kita bisa melihat rumah Riley. Bagaimana, Riley? Kau … tidak keberatan kan?”Riley tidak mungkin hanya diam saja dan tidak mungkin baginya untuk menolak karena tidak ingin membuat James menjadi tidak nyaman. Sehingga, pemuda itu menjawab, “Tentu saja. Kalian semua bisa pergi ke rumahku setelah dari rumah James.”Alen melebarkan mata, tapi tidak berani berkomentar apapun. Sementara James berseru senang, “Bagus! Baiklah,
“Iya, kita langsung pulang,” jawab Riley.Sang pria berbaju hitam nan rapi itu segera mengangguk paham, “Baik, Tuan Muda.”Setelah mengatakan hal itu, pria itu berbicara dengan seseorang menggunakan sebuah alat dan hanya dalam beberapa detik saja, ada lima orang yang tiba-tiba datang mendekat. Ben melotot kaget, tapi tidak sempat berkomentar apapun lantaran orang-orang yang baru saja datang itu sudah mengambil alih tugasnya membawa tas ranselnya. “Ayo, kita ke mobil!” ajak Riley sembari tersenyum cerah.Ben hanya bisa terbengong-bengong dan mengikuti Riley serta Alen yang anehnya tidak terkejut sama sekali dengan semua hal itu.Bahkan, bisa dikatakan Alen terlalu tenang hingga Ben berpikir mungkin Alen sudah mengetahui bahwa Riley adalah seorang putra dari pengusaha kaya.Tidak berhenti sampai di situ, Ben dibuat semakin kaget saat dia melihat mobil mewah yang ternyata merupakan mobil milik keluarga Riley.Pria muda itu sampai lupa menutup mulutnya saat sudah berada di dalam mobil h
Di saat yang bersamaan, William menoleh ke arah dua orang yang masih tampak berdiri tidak jauh dari pintu. Pria yang saat itu mengenakan kemeja hitam berlengan panjang tersebut sontak berkata, “Vincent mengatakan kau membawa dua temanmu. Kenapa kau tidak perkenalkan pada kami, Nak?”“Benar, Ibu juga ingin bertemu dengan teman-temanmu, Sayang,” kata Cassandra.Riley mengangguk paham dan segera berjalan mendekati dua temannya bersama dengan kedua orang tuanya mengikutinya di belakangnya.Ben sudah bisa menutup mulutnya tapi masih belum sanggup berkedip lantaran masih terlalu terkejut.“Ayah, Ibu, ini Alen, teman Riley satu asrama. Kami berada di kelas yang sama. Dan ….”Riley memegang lengan Ben dengan ekspresi cerah, “Ini Ben, salah satu senior dari kelas satu yang banyak membantu Riley.”Pemuda itu menyunggingkan senyum pada kedua orang tuanya seolah benar-benar senang membawa dua temannya pulang ke rumah mereka.Alen langsung memasang senyum cerahnya dan menyapa, “Selamat malam, Jen
Reiner mengernyitkan dahi saat melihat ekspresi James yang menurutnya sangat aneh. Apalagi dia juga melihat bagaimana tiba-tiba bibir James membentuk sebuah senyuman.“Ada apa denganmu?” Reiner akhirnya memilih untuk bertanya.James sekali lagi malah tersenyum pada Reiner, membuat Reiner mengedipkan mata.Reiner juga langsung merinding seketika. “Kau ini kenapa? Jangan bilang kau jadi gila, James!”Helaan napas langsung terdengar dari James. Dia mendengus jengkel, “Sialan! Aku masih memiliki harapan bertemu dengan Riley, meskipun tidak sekarang. Untuk apa aku harus jadi gila?”Mendengar hal itu, Reiner menghela napas penuh kelegaan. Sebab, omelan James adalah salah satu cara yang memperlihatkan bahwa sahabat baiknya itu memang benar-benar baik saja. “Lalu, kenapa kau jadi seperti itu? Tersenyum mengerikan. Sangat aneh, asal kau tahu! Tidak seperti kau yang biasanya,” jelas Reiner yang masih terlihat agak ngeri.James kembali menyeringai, memperlihatkan deretan giginya yang bersih. Di
Bukannya menjawab pertanyaan James Gardner, Xylan Wellington malah berkata, “Aku … aku tahu apa yang sedang ingin kau katakan, Jenderal Gardner.”Baguslah, jadi apa jawabannya? Reiner membatin, mulai merasa malas.James menaikkan alis, “Iya, Yang Mulia?”Xylan mendesah pelan, lalu memejamkan mata selama beberapa detik. Setelah berhasil menguasai dirinya lagi dia pun menjawab, “Ini kelalaianku, Jenderal Gardner.”“Kelalaian? Soal apa, Yang Mulia?” James bertanya, terdengar meminta jawaban yang lebih jelas.“Kakak perempuanku. Aku … tahu dia sudah berbuat salah,” kata Xylan pelan.Sang raja muda itu menundukkan kepala selama beberapa detik, sementara James masih terdiam, menunggu dia berbicara lagi.Dan tanpa James mendesaknya, Xylan berujar, “Sesungguhnya aku sudah memperhatikan ada sesuatu yang aneh tentang dia. Ini … bahkan, sebelum kau berangkat mencari kakak iparku lagi, Jenderal Gardner.”Mata James melebar seketika, tapi dia masih menahan diri untuk berkomentar.Xylan berdehem pe
Mendengar pertanyaan sang jenderal perang baru itu, Xylan Wellington seketika tertawa canggung.Tawa itu sungguh tidak lepas, bahkan malah terdengar aneh sehingga membuat siapapun yang mendengar tawa sang raja muda itu menjadi bingung.Reiner pun menatap Xylan dengan tatapan aneh sedangkan James malah tidak berkedip. Sorot matanya menunjukkan sebuah tuntutan.Tuntutan mengenai penjelasan dari Xylan berkaitan apa yang baru saja dikatakan oleh dirinya.Ketika melihat sorot penuh tanya yang mendesak itu akhirnya Xylan menghentikan tawanya. Dia berdeham pelan sebelum kemudian berkata, “Hm … aku tahu dari prajurit utama.”“Prajurit utama?” ulang James seraya mengernyitkan dahi.Xylan menelan ludah dan tersenyum kikuk, “Prajurit istana raja, Jenderal Gardner.”Oh, sesungguhnya bukan itu yang dimaksud oleh James. Dia tanpa bertanya pun juga tahu jika prajurit utama adalah prajurit istana yang
James Gardner malah hanya terdiam, tidak memberikan jawaban yang jelas pada pertanyaan Reiner.Sebuah kecemasan langsung mendera sang komandan perang darat. Tidak mau diabaikan oleh james, maka Reiner kembali bertanya, “James, katakan padaku. Apa kau akan tetap tinggal di istana? Kau tidak akan pergi kan?”Dia menatap James yang sedang menatap ke arah luar jendela mobil dengan cemas. Tetapi, setelah dia cukup bersabar menunggu dia akhirnya mendengar James menjawab, “Aku tidak tahu.”Hati Reiner seperti dihantam oleh batu seketika.“Jadi … kau akan pergi?” pria itu bertanya dengan nada terdengar kecewa.“Tergantung.”Reiner yang masih menatap James pun menaikkan alis, tampak bingung, “Tergantung pada apa?”James mendesah pelan, “Tergantung pada jawaban Raja Xylan.”Reiner semakin kebingungan. Namun, dia tidak memiliki waktu untuk bertanya lebih lanjut lantaran mobil yang mereka naiki telah memasuki gerbang utama istana Kerajaan Ans De Lou. Meskipun begitu, Reiner tetap tidak mau menye
Pada awalnya Michelle Veren tidak memahami apa yang ditanyakan oleh James Gardner. Namun, ketika dia melihat air muka sang jenderal, dia langsung tahu yang dimaksud tentu saja waktu tentang kepergian tiga orang yang sedang mereka cari.Sehingga, sang pemilik butik Veren itu pun menjawab, “Sekitar satu jam yang lalu, Jenderal Gardner.”Mendengar jawaban itu, Reiner langsung lemas. Tapi, itu berbanding terbalik dengan James yang malah penuh semangat. Hal tersebut bisa terlihat dari James yang malah berkata, “Ayo, Rei. Kita kejar dia.”Reiner menatap sedih ke arah sahabat baiknya itu dan membalas, “Tidak akan terkejar, James. Itu sudah terlalu lama.”James malah tidak mendengarkan ucapan Reiner dan memerintah beberapa anak buahnya, “Siapkan mobil, kita kejar mereka.”“James,” Reiner memanggil pelan.James mengabaikan panggilan itu dan tetap berkata pada anak buahnya yang masih diam menunggu, “Cari tahu melalui CCTV saat ini mereka sudah berada di daerah mana. Mereka … pasti terlihat ji
Sayangnya semuanya itu telah terlambat disadari oleh gadis muda itu. Semua perkataan dari gadis bernama Alice Porter itu jelas-jelas didengar oleh Reiner Anderson dan James Gardner.Dengan raut wajah menggelap James pun berkata, “Nona, kau-”“Tidak, tidak. Aku hanya salah berbicara, aku … aku tidak tahu apapun. Kalian salah dengar,” kata Alice yang wajahnya kian memucat. Apalagi ketika dia melihat bagaimana aura James Gardner, sang jenderal perang yang menakutkan itu, dia semakin kesulitan untuk bernapas.Reiner pun juga sudah tidak bisa menahan diri sehingga berkata dengan nada jengkel, “Katakan apa saja yang kau ketahui atau kau … akan tahu betapa mengerikannya jika kau berhadapan dengan kami berdua.”“Aku tidak peduli kau itu seorang wanita. Aku masih bisa mencarikan sebuah hukuman yang pantas diterima olehmu,” lanjut Reiner dengan dingin.Alice menelan ludah dengan kasar. Tentu gadis muda itu sangat kebingungan. Terlebih lagi, saat itu tidak ada yang mencoba membantu dirinya sam
Pertanyaan James tersebut seketika membuat Reiner terdiam selama beberapa saat. Dia terpaku menatap ke arah butik itu dengan air muka bingung.Sementara James tidak ingin membuang waktu lebih banyak sehingga tanpa kata dia berjalan cepat menuju ke arah butik yang dimiliki oleh Michelle Veren, seorang desainer wanita berusia empat puluh tahun yang cukup terkenal di negara itu.Reiner pun tidak hanya bengong dan berdiam diri, meratapi ketidaktelitiannya. Dia mengikuti James dengan berlari-lari kecil tepat di belakang James tanpa kata.Begitu James lebih cepat darinya mencapai pintu, dia langsung melihat dua penjaga butik yang membukakan pintu itu untuk mereka.“Ada yang bisa saya bantu?” salah satu penjaga butik itu bertanya pada James.“Saya mencari Putri Rowena. Di mana dia sekarang?” James balik bertanya tanpa basa-basi seraya mengedarkan dua matanya ke segala penjuru lantai satu butik itu.Meskipun saat itu ada sebuah rasa curiga yang mencuat di dalam kepala James, pria muda itu leb
Reiner tidak kunjung menjawab pertanyaan James. Dia malah menampilkan ekspresi wajah yang terlihat ragu-ragu sekaligus bingung.Tentu saja hal itu membuat James menjadi semakin kesal. “Ayolah, katakan cepat! Apa yang aneh dari Putri Rowena?” desak James dengan tidak sabar.Reiner menelan ludah dan menggaruk telinganya sebelum menjawab, “Yah, aku tidak yakin apa ini memang aneh buatmu. Tapi … menurutku ini sangat aneh.”James menggertakkan giginya lantaran semakin jengkel dan tidak sabar.Beruntunglah, dia tidak perlu bertanya lagi karena Reiner menambahkan, “Jadi, menurut laporan dia pergi ke luar istana.”Mendengar jawaban Reiner, James sontak mendengus kasar. “Apa yang aneh dari hal itu? Setahuku dia memang sering pergi ke luar istana.”Reiner mendesah pelan, “Memang. Tapi, kali ini … beberapa jam yang lalu, dia pergi tanpa pengawal. Dan dia … pergi membawa putra mereka, Pangeran Kharel.”Seketika James melotot kaget, “Apa? Kau … yakin?”“Iya, James. Dan-”“Bagaimana mungkin? Raja
Gary Davis tidak menjawab pertanyaan Xylan. Dia hanya memasang ekspresi memelas. Hal itu seketika menimbulkan rasa bersalah pada diri Xylan Wellington.Oh, tidak. Apa yang sudah aku lakukan? Apa … aku sudah berlebihan karena telah menaruh curiga pada asisten pribadiku sendiri? Xylan membatin seraya menatap wajah polos Gary.Sang raja muda itu mendesah pelan. Dia pun kembali berpikir keras. Dia mencoba mengingat segala hal tentang Gary. Dia tidak pernah membuat kesalahan, tak sekalipun. Dia juga tidak pernah melakukan hal yang mencurigakan selama ini. Astaga, apa aku sudah salah mencurigai seseorang? pikir Xylan.Akan tetapi, dia menggelengkan kepalanya dengan cepat saat dia menyadari sesuatu.Tapi, tunggu dulu. James Gardnerlah yang mencurigai dia. Dia tidak mungkin berbicara sembarangan. Kalau tidak, tidak mungkin dia bisa terpilih menjadi wakil jenderal perang. Instingnya pasti sangat kuat sehingga dia memiliki kecurigaan pada Gary Davis, Xylan berpikir serius.Dia lalu menatap k