Di saat yang bersamaan, William menoleh ke arah dua orang yang masih tampak berdiri tidak jauh dari pintu. Pria yang saat itu mengenakan kemeja hitam berlengan panjang tersebut sontak berkata, “Vincent mengatakan kau membawa dua temanmu. Kenapa kau tidak perkenalkan pada kami, Nak?”“Benar, Ibu juga ingin bertemu dengan teman-temanmu, Sayang,” kata Cassandra.Riley mengangguk paham dan segera berjalan mendekati dua temannya bersama dengan kedua orang tuanya mengikutinya di belakangnya.Ben sudah bisa menutup mulutnya tapi masih belum sanggup berkedip lantaran masih terlalu terkejut.“Ayah, Ibu, ini Alen, teman Riley satu asrama. Kami berada di kelas yang sama. Dan ….”Riley memegang lengan Ben dengan ekspresi cerah, “Ini Ben, salah satu senior dari kelas satu yang banyak membantu Riley.”Pemuda itu menyunggingkan senyum pada kedua orang tuanya seolah benar-benar senang membawa dua temannya pulang ke rumah mereka.Alen langsung memasang senyum cerahnya dan menyapa, “Selamat malam, Jen
“Aku tidak tahu, Senior Ben. Tapi aku selalu berharap kalau dia tidak akan pernah tahu,” jawab Alen yang kemudian menghela napas panjang.Ben memijat pelipisnya lantaran pusing secara mendadak. Setelah dia mengetahui rahasia Riley, dia merasa sedikit agak terbebani. Hal itu karena dia pun harus ikut menyembunyikan semua itu dari James dan dia berpikir itu sangat tidak adil untuk James.Namun, dia pun juga memahami situasi dan kondisinya sehingga dia semakin kebingungan. Dia tidak ingin berpihak pada siapapun. Dua anak muda itu, baik Riley maupun James adalah teman-teman yang dekat dengannya. Bagaimana bisa dia membantu salah satu di antara keduanya?Melihat Ben hanya diam saja, Alen pun langsung yakin sang senior sedang tertekan. Dia pun berkata, “Kita tidak tahu apa yang mungkin terjadi di masa depan, Senior. Namun, yang kita tahu saat ini kita semua berteman. Anda juga tidak ingin kan jika pertemanan kita semua menjadi berantakan?”Ben mengangguk dan menghela napas berat sebelum ke
James mendesah pelan, “Bagaimana aku bisa mengatakannya kalau sebelum aku membuka mulut, Ibu sudah melempariku dengan senjata-senjata Ibu dari dapur itu?”Dorothy menaikkan alis kiri dan menatap putranya dengan tatapan galak, “Itu karena salahmu sendiri, James.”Tetapi, segera Dorothy berjalan menghampiri Diego dan Shin dengan ekspresi cerah dan juga dengan senyuman hangat, “Oh, maafkan aku. Kalian berdua tidak terkena lemparanku tadi, bukan?”Shin dan Diego cukup terkejut. Wanita paruh baya yang berdiri di depannya saat itu sangat berbeda dengan wanita yang melempari mereka dengan barang-barang mengerikan itu.Wanita itu bahkan tersenyum dengan begitu hangat dan ramah kepada mereka, berbeda dengan saat dia menatap galak pada putranya sendiri.“Tentu saja mereka tidak terkena, putramu kan sudah terbiasa menangkis seranganmu, Ibu,” jawab James dengan nada santai.Dorothy menggelengkan kepala seakan menampik ucapan putranya.Dia lalu berkata dengan nada lembut, “Jangan dengarkan ocehan
“Ibu, apa yang sedang kau lakukan?” keluh James seraya menatap ibunya dengan tatapan cemberut.Dorothy tertawa kecil, masih tidak menghiraukan perkataan putranya dia berkata pada Diego, “Kau pastilah sangat sabar sekali karena kuat mendengar perkataan-perkataan putraku yang terkadang menyakitkan telinga.”Diego terhenyak. Sungguh tidak menyangka apabila ternyata ibu James luar bisa terbuka dan sangat jujur. Shin yang sedang menahan tawa akhirnya menanggapi, “Bibi, kau sungguh tepat sekali mendeskripsikan sifat James.”“Tentu saja, Anak Muda. Aku ibunya, aku tahu bagaimana putraku,” balas Dorothy sambil melirik James yang masih terlihat dongkol.“Ibu, asal tahu saja. Aku sekarang memiliki banyak teman dan mereka-”“Kebal dengan lidahmu yang tajam?” Dorothy memotong perkataan putranya.Diego tidak bisa menahan tawanya dan akhirnya dia tertawa kecil bersama dengan Shin.James mengunyah makanannya dengan cepat lalu menjawab, “Percayalah, Ibu. Bahkan, aku memiliki salah satu teman dekat y
Andai saja yang bertanya tersebut adalah orang lain, dia pasti tidak akan mau menjawab. Namun, yang bertanya saat itu adalah ibunya sendiri sehingga tidak mungkin dia menolak menjawab.“Tidak banyak. Dia … hanya mengatakan ayah tidak seburuk yang orang pikir. Bagaimanapun juga ayah adalah seorang jenderal banyak yang juga telah mengorbankan banyak untuk Kerajaan Ans De Lou,” jelas James.Mendengar penjelasan putranya, sebuah senyuman tipis muncul di bibir Dorothy. Wanita itu pun kemudian menanggapi, “Dia tidak berubah, masih bijaksana seperti dulu.”Diego tercengang, sementara Shin mengernyitkan dahi lantaran heran dengan perkataan ibu James tersebut.James mendengus dan menatap ibunya dengan tatapan tidak suka, “Ibu, ayolah!”Dorothy mengibaskan tangan, “Hei, jangan menatap ibumu dengan cara seperti itu. Bagaimanapun juga, apa yang Ibu katakan memang benar.”Tiba-tiba kemudian Dorothy bangkit dari kursinya, “Ya sudahlah, waktu telah berlalu. Omong-omong, kenapa kalian belum selesai m
Riley seketika terdiam. Sungguh perkataan Alen membuatnya tersentak kaget. Dia tidak pernah menyadari hal itu sebelumnya.Akan tetapi, tidak lama kemudian dia mendengar Ben berkata dengan nada menenangkan, “Tidak perlu dipikirkan. Apa yang kau katakan hanyalah sebuah perkiraan saja. Kita masih belum tahu apa yang mungkin terjadi.”“Ingat, masa depan bisa dengan mudah sangat berubah. Prediksi bukan sebuah vonis ataupun fakta,” Ben menambahkan.Riley mengangguk penuh kelegaan. Alen merasa bersalah, “Oh, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu berpikir keras.”“Sudahlah, tidak masalah. Omong-omong berapa lama kita akan tiba?” Riley bertanya dengan sengaja untuk mengalihkan perhatian teman-temannya.Sedangkan Ben rupanya telah menghubungi sahabat karibnya dan telah mendapatkan balasan berupa sebuah pesan.Pria itu menghela napas lega, “Shin dan yang lain juga telah berangkat. Kita akan tiba lebih dulu dibandingkan mereka.”Riley mengangguk dan langsung mengistirahatkan tubuhnya lanta
Namun, lagi-lagi Reiner yang memang memiliki sifat cuek dan tidak terlalu ingin mengetahui rahasia orang lain segera mengenyahkan hal tersebut dari kepalanya.Ah, untuk apa aku memikirkan hal itu? Itu bukan urusanku, Reiner membatin.Setelah selesai berdiskusi, para komandan perang itu bergegas meninggalkan ruang itu bersama dengan Andrew Reece yang berjalan menuju ke arah tempat kediaman raja.“Aku tidak menyangka jika Jenderal Reece akan tersinggung seperti itu,” kata Joseph.Seamus mengangguk dengan ekspresi muram di wajahnya, “Seharusnya aku tahu ….”Dia menghela napas panjang terlebih dulu seakan sedang mengumpulkan tenaga dan baru setelah mendapatkan energi lagi dia berbicara, “Jenderal Reece telah menjadi jenderal perang selama lebih dari dua puluh tahun dan dia … adalah salah satu prajurit senior yang telah ribuan kali pergi ke medan perang. Dia pasti bisa menilai kemampuan seseorang dengan baik sehingga … dia memilih Riley.”Sungguh Seamus ingin memukul kepalanya sendiri akib
Di saat Reiner sudah terlihat agak jengkel, dua komandan perang lain juga ikut merasakan kekesalan yang dirasa oleh Reiner.Sedangkan James sendiri masih termenung seakan sedang bingung. Tetapi, hal itu berbeda dengan Riley. Pemuda itu masih tampak tenang dan Andrew hanya memperhatikan putra dari sang legenda itu dengan seksama tanpa sedikit pun ikut campur. “Aku akan coba berdiskusi dengan mereka,” kata Riley secara tiba-tiba.James seketika menoleh ke arah temannya itu, “Maksudmu kau ingin bernegosiasi dengan mereka? Apa mungkin mereka mau melakukan hal itu?”“Aku tidak tahu, tapi itu salah satu cara yang lebih baik dibandingkan langsung memulai penyerangan,” jelas Riley.Joseph menelan ludah, “Kau yakin?”Riley menatap Joseph dan kemudian mengangguk, “Ini bukan soal yakin atau tidak, tapi ini lebih kepada sebuah cara untuk menghindari perang dan … jikapun cara ini gagal, setidaknya kita masih memiliki waktu untuk mempersiapkan pasukan kita.”Reiner sontak mengedipkan mata, tampak