Riley seketika terdiam. Sungguh perkataan Alen membuatnya tersentak kaget. Dia tidak pernah menyadari hal itu sebelumnya.Akan tetapi, tidak lama kemudian dia mendengar Ben berkata dengan nada menenangkan, “Tidak perlu dipikirkan. Apa yang kau katakan hanyalah sebuah perkiraan saja. Kita masih belum tahu apa yang mungkin terjadi.”“Ingat, masa depan bisa dengan mudah sangat berubah. Prediksi bukan sebuah vonis ataupun fakta,” Ben menambahkan.Riley mengangguk penuh kelegaan. Alen merasa bersalah, “Oh, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu berpikir keras.”“Sudahlah, tidak masalah. Omong-omong berapa lama kita akan tiba?” Riley bertanya dengan sengaja untuk mengalihkan perhatian teman-temannya.Sedangkan Ben rupanya telah menghubungi sahabat karibnya dan telah mendapatkan balasan berupa sebuah pesan.Pria itu menghela napas lega, “Shin dan yang lain juga telah berangkat. Kita akan tiba lebih dulu dibandingkan mereka.”Riley mengangguk dan langsung mengistirahatkan tubuhnya lanta
Namun, lagi-lagi Reiner yang memang memiliki sifat cuek dan tidak terlalu ingin mengetahui rahasia orang lain segera mengenyahkan hal tersebut dari kepalanya.Ah, untuk apa aku memikirkan hal itu? Itu bukan urusanku, Reiner membatin.Setelah selesai berdiskusi, para komandan perang itu bergegas meninggalkan ruang itu bersama dengan Andrew Reece yang berjalan menuju ke arah tempat kediaman raja.“Aku tidak menyangka jika Jenderal Reece akan tersinggung seperti itu,” kata Joseph.Seamus mengangguk dengan ekspresi muram di wajahnya, “Seharusnya aku tahu ….”Dia menghela napas panjang terlebih dulu seakan sedang mengumpulkan tenaga dan baru setelah mendapatkan energi lagi dia berbicara, “Jenderal Reece telah menjadi jenderal perang selama lebih dari dua puluh tahun dan dia … adalah salah satu prajurit senior yang telah ribuan kali pergi ke medan perang. Dia pasti bisa menilai kemampuan seseorang dengan baik sehingga … dia memilih Riley.”Sungguh Seamus ingin memukul kepalanya sendiri akib
Di saat Reiner sudah terlihat agak jengkel, dua komandan perang lain juga ikut merasakan kekesalan yang dirasa oleh Reiner.Sedangkan James sendiri masih termenung seakan sedang bingung. Tetapi, hal itu berbeda dengan Riley. Pemuda itu masih tampak tenang dan Andrew hanya memperhatikan putra dari sang legenda itu dengan seksama tanpa sedikit pun ikut campur. “Aku akan coba berdiskusi dengan mereka,” kata Riley secara tiba-tiba.James seketika menoleh ke arah temannya itu, “Maksudmu kau ingin bernegosiasi dengan mereka? Apa mungkin mereka mau melakukan hal itu?”“Aku tidak tahu, tapi itu salah satu cara yang lebih baik dibandingkan langsung memulai penyerangan,” jelas Riley.Joseph menelan ludah, “Kau yakin?”Riley menatap Joseph dan kemudian mengangguk, “Ini bukan soal yakin atau tidak, tapi ini lebih kepada sebuah cara untuk menghindari perang dan … jikapun cara ini gagal, setidaknya kita masih memiliki waktu untuk mempersiapkan pasukan kita.”Reiner sontak mengedipkan mata, tampak
Michael Hellfric menunggu balasan James.Ayolah! Pukul aku terlebih dahulu dan aku bersumpah akan membalas pukulanmu dengan pukulan yang lebih menyakitkan. Ini demi pamanku yang telah dibunuh oleh ayahmu! Michael membatin.Akan tetapi, harapan Michael ternyata tidak bisa terwujud. Alih-alih memukul Michael dengan emosi yang meluap-luap, James malah menyunggingkan senyuman santainya.Hal itu sontak membuat Michael tercengang.James mendesah pelan, “Aku tahu, pengangkatan sebagai wakil jenderal perang mengundang penasaran. Tapi … kau harus tahu satu hal, Tuan Hellfric.”Michael mengangkat alis kanan, tampak waspada lantaran James malah berjalan lebih dekat kepadanya dan kemudian membungkukkan bahunya.Pemuda itu pun lanjut berkata, “Raja Keannu sedari awal tahu aku putra dari Jody Gardner, salah seorang jenderal perang yang dicap sebagai seorang pengkhianat di negeri ini.”“Namun, dia tetap memberikan kesempatan kepadaku untuk membuktikan seluruh kemampuanku dan inilah hasilnya … aku te
James mendesah pelan, tapi masih terlihat enggan menjawab. Sedangkan, Shin rupanya masih memiliki rasa penasaran yang tinggi sehingga dia bertanya lagi, “Sudah tiga tahun. Apa kau sudah menyerah menemukannya?”Ben melihat ekspresi James yang tampak rumit. Pria muda itu pun cepat-cepat menanggapi perkataan temannya, “Shin, kau ini kenapa? Semua itu sudah berlalu. Mana mungkin seorang wakil jenderal perang memiliki waktu untuk memikirkan masalah seperti itu?”Dia tertawa kecil tapi rupanya tidak ada yang tertawa bersamanya sehingga dia kembali menutup mulutnya rapat-rapat saat dia mulai sadar jika tensi di sekitarnya mulai terlihat serius. Sedangkan Reiner yang sebenarnya sangat penasaran tapi tidak ingin membuat James kembali menggali masa lalu itu berkata, “Kau sudah berada di sini dan mencapai berbagai hal, James. Kau … bukan hanya seorang prajurit biasa, tapi kau wakil jenderal perang yang telah ikut memenangkan beberapa perang.”“Jasamu sangat besar untuk kerajaan ini. Kau … tidak
Riley menoleh ke arah James dan berkata, “Aku akan maju ke sana sendirian.”Reiner dan dua orang komandan perang lain melongo kaget, sementara James dengan tegas berkata, “Tidak. Apa kau sudah gila?”“Ini salah satu cara yang bisa kita gunakan untuk mengetahui sebenarnya apa yang mereka inginkan,” balas Riley.James menggelengkan kepala dan bangkit dari kursinya dengan menunjukkan ekspresi marah. “Kita sudah tahu tujuan mereka menyerang kerajaan kita. Sudah jelas mereka ingin menguasai sebagian dari daerah kerajaan kita. Lalu, apalagi yang harus kita selidiki? Bukankah yang paling penting itu mengalahkan mereka?” James berkata dengan jengkel.Jika James sudah terlihat emosi seperti itu, hampir tidak ada yang berani menentangnya. Padahal dia masih sangat muda dan semua orang di dalam ruangan itu lebih tua darinya, kecuali Riley.Namun, faktanya mereka tahu bila apapun yang dikatakan oleh pemuda yang menjabat sebagai seorang wakil jenderal perang itu kebanyakan adalah kebenaran.Akan te
“Tidak bisa, Jenderal,” jawab Reiner dengan nada formal.Riley memanggilnya dengan jabatannya yang artinya sang jenderal perang termuda itu sedang menggunakan otoritasnya sehingga dia pun harus bersikap sama terhadapnya.Riley mendesah, “Aku harus pergi ke sana. Ini demi menyelamatkan kerajaan kita.”Reiner tetap bersikeras, “Kalau begitu kenapa kau tidak berbicara dengan wakil jenderal perang, Jenderal?”Riley membuang napas dengan kasar, “Kau kemarin juga sudah dengar kalau dia tidak setuju.”“Aku juga tidak setuju kau pergi ke sana sendirian. Itu sama halnya kau menyerahkan dirimu ke pihak musuh. Astaga, Riley! Kau tidak sebodoh itu kan?” balas Reiner.Riley terdiam.Di saat melihat diamnya Riley, Reiner langsung ternganga. Dia pun baru menyadari sesuatu.“Sial! Riley … kau pergi ke sana memang sengaja untuk menyerahkan dirimu, begitu? Kau tahu itu akan terjadi dan kau tetap nekad ingin pergi ke sana. Kau-”Reiner tidak sempat menyelesaikan perkataannya lantaran pada saat yang bers
“Kalau aku bisa mencegahnya, sudah pasti aku cegah,” kata Reiner tanpa sedikitpun berusaha melepaskan dirinya dari James.James menggertakkan gigi, “Kenapa kau tidak bisa mencegahnya?”“Dia membantingku ke tanah. Kau tahu bagaimana kemampuannya kan? Dia sangat cepat sampai aku tidak bisa memprediksi dia akan menyerangku dengan sangat tiba-tiba seperti itu,” jelas Reiner dengan penuh rasa bersalah.James menggelengkan kepala dengan tegas, “Kau … kenapa tidak meminta bantuan? Tidak berteriak dan-”“Dia mengikatku, James. Apa kau pikir aku akan dengan sengaja membiarkannya pergi?” Reiner bertanya dengan menatap James lurus-lurus.Reiner manambahkan, “Dan dia menutup mulutku dengan kain. Dia … sepertinya memang sudah mengantisipasi jika ada yang ingin menghentikannya sehingga dia langsung tahu apa yang harus dia buat.”James merasa kepala berdenyu hebat. Namun, karena pria muda itu masih belum tahu apa yang harus dia lakukan, dia tetap mencengkeram kerah baju Reiner seakan dengan melakuka
James Gardner malah hanya terdiam, tidak memberikan jawaban yang jelas pada pertanyaan Reiner.Sebuah kecemasan langsung mendera sang komandan perang darat. Tidak mau diabaikan oleh james, maka Reiner kembali bertanya, “James, katakan padaku. Apa kau akan tetap tinggal di istana? Kau tidak akan pergi kan?”Dia menatap James yang sedang menatap ke arah luar jendela mobil dengan cemas. Tetapi, setelah dia cukup bersabar menunggu dia akhirnya mendengar James menjawab, “Aku tidak tahu.”Hati Reiner seperti dihantam oleh batu seketika.“Jadi … kau akan pergi?” pria itu bertanya dengan nada terdengar kecewa.“Tergantung.”Reiner yang masih menatap James pun menaikkan alis, tampak bingung, “Tergantung pada apa?”James mendesah pelan, “Tergantung pada jawaban Raja Xylan.”Reiner semakin kebingungan. Namun, dia tidak memiliki waktu untuk bertanya lebih lanjut lantaran mobil yang mereka naiki telah memasuki gerbang utama istana Kerajaan Ans De Lou. Meskipun begitu, Reiner tetap tidak mau menye
Pada awalnya Michelle Veren tidak memahami apa yang ditanyakan oleh James Gardner. Namun, ketika dia melihat air muka sang jenderal, dia langsung tahu yang dimaksud tentu saja waktu tentang kepergian tiga orang yang sedang mereka cari.Sehingga, sang pemilik butik Veren itu pun menjawab, “Sekitar satu jam yang lalu, Jenderal Gardner.”Mendengar jawaban itu, Reiner langsung lemas. Tapi, itu berbanding terbalik dengan James yang malah penuh semangat. Hal tersebut bisa terlihat dari James yang malah berkata, “Ayo, Rei. Kita kejar dia.”Reiner menatap sedih ke arah sahabat baiknya itu dan membalas, “Tidak akan terkejar, James. Itu sudah terlalu lama.”James malah tidak mendengarkan ucapan Reiner dan memerintah beberapa anak buahnya, “Siapkan mobil, kita kejar mereka.”“James,” Reiner memanggil pelan.James mengabaikan panggilan itu dan tetap berkata pada anak buahnya yang masih diam menunggu, “Cari tahu melalui CCTV saat ini mereka sudah berada di daerah mana. Mereka … pasti terlihat ji
Sayangnya semuanya itu telah terlambat disadari oleh gadis muda itu. Semua perkataan dari gadis bernama Alice Porter itu jelas-jelas didengar oleh Reiner Anderson dan James Gardner.Dengan raut wajah menggelap James pun berkata, “Nona, kau-”“Tidak, tidak. Aku hanya salah berbicara, aku … aku tidak tahu apapun. Kalian salah dengar,” kata Alice yang wajahnya kian memucat. Apalagi ketika dia melihat bagaimana aura James Gardner, sang jenderal perang yang menakutkan itu, dia semakin kesulitan untuk bernapas.Reiner pun juga sudah tidak bisa menahan diri sehingga berkata dengan nada jengkel, “Katakan apa saja yang kau ketahui atau kau … akan tahu betapa mengerikannya jika kau berhadapan dengan kami berdua.”“Aku tidak peduli kau itu seorang wanita. Aku masih bisa mencarikan sebuah hukuman yang pantas diterima olehmu,” lanjut Reiner dengan dingin.Alice menelan ludah dengan kasar. Tentu gadis muda itu sangat kebingungan. Terlebih lagi, saat itu tidak ada yang mencoba membantu dirinya sam
Pertanyaan James tersebut seketika membuat Reiner terdiam selama beberapa saat. Dia terpaku menatap ke arah butik itu dengan air muka bingung.Sementara James tidak ingin membuang waktu lebih banyak sehingga tanpa kata dia berjalan cepat menuju ke arah butik yang dimiliki oleh Michelle Veren, seorang desainer wanita berusia empat puluh tahun yang cukup terkenal di negara itu.Reiner pun tidak hanya bengong dan berdiam diri, meratapi ketidaktelitiannya. Dia mengikuti James dengan berlari-lari kecil tepat di belakang James tanpa kata.Begitu James lebih cepat darinya mencapai pintu, dia langsung melihat dua penjaga butik yang membukakan pintu itu untuk mereka.“Ada yang bisa saya bantu?” salah satu penjaga butik itu bertanya pada James.“Saya mencari Putri Rowena. Di mana dia sekarang?” James balik bertanya tanpa basa-basi seraya mengedarkan dua matanya ke segala penjuru lantai satu butik itu.Meskipun saat itu ada sebuah rasa curiga yang mencuat di dalam kepala James, pria muda itu leb
Reiner tidak kunjung menjawab pertanyaan James. Dia malah menampilkan ekspresi wajah yang terlihat ragu-ragu sekaligus bingung.Tentu saja hal itu membuat James menjadi semakin kesal. “Ayolah, katakan cepat! Apa yang aneh dari Putri Rowena?” desak James dengan tidak sabar.Reiner menelan ludah dan menggaruk telinganya sebelum menjawab, “Yah, aku tidak yakin apa ini memang aneh buatmu. Tapi … menurutku ini sangat aneh.”James menggertakkan giginya lantaran semakin jengkel dan tidak sabar.Beruntunglah, dia tidak perlu bertanya lagi karena Reiner menambahkan, “Jadi, menurut laporan dia pergi ke luar istana.”Mendengar jawaban Reiner, James sontak mendengus kasar. “Apa yang aneh dari hal itu? Setahuku dia memang sering pergi ke luar istana.”Reiner mendesah pelan, “Memang. Tapi, kali ini … beberapa jam yang lalu, dia pergi tanpa pengawal. Dan dia … pergi membawa putra mereka, Pangeran Kharel.”Seketika James melotot kaget, “Apa? Kau … yakin?”“Iya, James. Dan-”“Bagaimana mungkin? Raja
Gary Davis tidak menjawab pertanyaan Xylan. Dia hanya memasang ekspresi memelas. Hal itu seketika menimbulkan rasa bersalah pada diri Xylan Wellington.Oh, tidak. Apa yang sudah aku lakukan? Apa … aku sudah berlebihan karena telah menaruh curiga pada asisten pribadiku sendiri? Xylan membatin seraya menatap wajah polos Gary.Sang raja muda itu mendesah pelan. Dia pun kembali berpikir keras. Dia mencoba mengingat segala hal tentang Gary. Dia tidak pernah membuat kesalahan, tak sekalipun. Dia juga tidak pernah melakukan hal yang mencurigakan selama ini. Astaga, apa aku sudah salah mencurigai seseorang? pikir Xylan.Akan tetapi, dia menggelengkan kepalanya dengan cepat saat dia menyadari sesuatu.Tapi, tunggu dulu. James Gardnerlah yang mencurigai dia. Dia tidak mungkin berbicara sembarangan. Kalau tidak, tidak mungkin dia bisa terpilih menjadi wakil jenderal perang. Instingnya pasti sangat kuat sehingga dia memiliki kecurigaan pada Gary Davis, Xylan berpikir serius.Dia lalu menatap k
Ben tidak tahu bagaimana dia harus menanggapi perkataan temannya itu, tapi yang bisa dia lakukan hanyalah pergi mendekati James lalu menepuk punggungnya dengan perlahan berulang kali dengan tujuan menenangkan sang sahabat.“Dia benar-benar tidak akan kembali, Ben.”“Tidak. Itu hanya-”“Dia tidak akan memberi pesan semacam itu jika dia tidak serius dengan ucapannya,” James memotong ucapan Ben.Ben mendesah pelan, “James, yang aku maksud adalah … dia mungkin tidak ingin dicari lagi karena dia ingin pulang sendiri ke istana.”Perkataan Ben tersebut membuat James yang semula begitu sangat kalut menegakkan punggungnya. Jenderal perang itu kemudian menoleh ke arah Ben dan menanggapi, “Apa maksudmu?”Ben sebetulnya tidak yakin atas apa yang dia pikirkan tapi dia tetap menyampaikan buah pikirnya itu, “Menurutku … dia hanya mau pulang sendiri.”James terdiam, berusaha mencerna ucapan temannya.“Begini saja … bagaimana kalau kita pulang saja ke istana, siapa yang tahu kalau mungkin Riley benar-
Ricky Drilon hanya bisa terbengong-bengong saat mendengarkan pertanyaan itu.Oh, dia sering kali mendapati dirinya dalam sebuah situasi yang membingungkan. Tapi, dia tidak pernah merasa tertekan sekalipun.Padahal dia pun sangat sering dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit. Namun, lagi-lagi hal-hal semacam itu bisa diselesaikannya dengan baik tanpa adanya pergolakan batin.Akan tetapi, satu pertanyaan yang dilontarkan oleh Riley Mackenzie berhasil membuatnya berada di dalam fase tersulitnya. “Kenapa kau diam saja? Siapa yang akan kau patuhi? Aku atau Jenderal Gardner?” Riley mengulang kembali pertanyaannya itu.Ricky menelan ludah dengan kasar, semakin bingung.Dahinya pun berkerut, jelas menunjukkan sebuah kebimbangan yang sangat besar. Berulang kali dia merapikan rambutnya hanya dalam satu menit saja. Hal itu membuat Riley tersenyum aneh, “Jadi, bagaimana? Kau akan memilih untuk mematuhi siapa?” Ricky menggigit giginya sendiri.Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Dan k
Ricky tidak langsung menjawab pertanyaan James, dia justru kembali menoleh ke arah Steven, saudara laki-lakinya. Dari tatapan matanya, terlihat sangat jelas laki-laki muda itu meminta persetujuan dari Ricky.Rupanya, kebiasaan itu disadari oleh James Gardner sehingga dengan raut wajah jengkel dia pun berkomentar, “Ayolah! Apa kalian harus berdiskusi terlebih dulu sebelum menjawab pertanyaan sederhana seperti yang aku tanyakan tadi?”“Apa kalian tidak memiliki pendapat kalian sendiri?” James melanjutkan dengan nada dingin.Wajah Ricky dan Steven memerah dengan sempurna.Ben meringis melihat ketegasan James itu tapi dia tidak membuat sebuah interupsi. Tidak ingin membuat James menjadi semakin marah, pada akhirnya Ricky pun menjawab, “Jika itu orang biasa, kemungkinan besar kita masih bisa mengejarnya. Namun, jika itu Jenderal Mackenzie, saya ….”Pria muda itu tidak berani melanjutkan perkataannya. Dari raut wajahnya dia terlihat ragu-ragu hingga James yang melanjutkan perkataannya deng