Riley menoleh ke arah James dan berkata, “Aku akan maju ke sana sendirian.”Reiner dan dua orang komandan perang lain melongo kaget, sementara James dengan tegas berkata, “Tidak. Apa kau sudah gila?”“Ini salah satu cara yang bisa kita gunakan untuk mengetahui sebenarnya apa yang mereka inginkan,” balas Riley.James menggelengkan kepala dan bangkit dari kursinya dengan menunjukkan ekspresi marah. “Kita sudah tahu tujuan mereka menyerang kerajaan kita. Sudah jelas mereka ingin menguasai sebagian dari daerah kerajaan kita. Lalu, apalagi yang harus kita selidiki? Bukankah yang paling penting itu mengalahkan mereka?” James berkata dengan jengkel.Jika James sudah terlihat emosi seperti itu, hampir tidak ada yang berani menentangnya. Padahal dia masih sangat muda dan semua orang di dalam ruangan itu lebih tua darinya, kecuali Riley.Namun, faktanya mereka tahu bila apapun yang dikatakan oleh pemuda yang menjabat sebagai seorang wakil jenderal perang itu kebanyakan adalah kebenaran.Akan te
“Tidak bisa, Jenderal,” jawab Reiner dengan nada formal.Riley memanggilnya dengan jabatannya yang artinya sang jenderal perang termuda itu sedang menggunakan otoritasnya sehingga dia pun harus bersikap sama terhadapnya.Riley mendesah, “Aku harus pergi ke sana. Ini demi menyelamatkan kerajaan kita.”Reiner tetap bersikeras, “Kalau begitu kenapa kau tidak berbicara dengan wakil jenderal perang, Jenderal?”Riley membuang napas dengan kasar, “Kau kemarin juga sudah dengar kalau dia tidak setuju.”“Aku juga tidak setuju kau pergi ke sana sendirian. Itu sama halnya kau menyerahkan dirimu ke pihak musuh. Astaga, Riley! Kau tidak sebodoh itu kan?” balas Reiner.Riley terdiam.Di saat melihat diamnya Riley, Reiner langsung ternganga. Dia pun baru menyadari sesuatu.“Sial! Riley … kau pergi ke sana memang sengaja untuk menyerahkan dirimu, begitu? Kau tahu itu akan terjadi dan kau tetap nekad ingin pergi ke sana. Kau-”Reiner tidak sempat menyelesaikan perkataannya lantaran pada saat yang bers
“Kalau aku bisa mencegahnya, sudah pasti aku cegah,” kata Reiner tanpa sedikitpun berusaha melepaskan dirinya dari James.James menggertakkan gigi, “Kenapa kau tidak bisa mencegahnya?”“Dia membantingku ke tanah. Kau tahu bagaimana kemampuannya kan? Dia sangat cepat sampai aku tidak bisa memprediksi dia akan menyerangku dengan sangat tiba-tiba seperti itu,” jelas Reiner dengan penuh rasa bersalah.James menggelengkan kepala dengan tegas, “Kau … kenapa tidak meminta bantuan? Tidak berteriak dan-”“Dia mengikatku, James. Apa kau pikir aku akan dengan sengaja membiarkannya pergi?” Reiner bertanya dengan menatap James lurus-lurus.Reiner manambahkan, “Dan dia menutup mulutku dengan kain. Dia … sepertinya memang sudah mengantisipasi jika ada yang ingin menghentikannya sehingga dia langsung tahu apa yang harus dia buat.”James merasa kepala berdenyu hebat. Namun, karena pria muda itu masih belum tahu apa yang harus dia lakukan, dia tetap mencengkeram kerah baju Reiner seakan dengan melakuka
“Tidak perlu berdebat seperti itu,” kata seorang prajurit dengan ekspresi lelah.Di saat mereka terdiam, pria muda yang merupakan prajurit kelas satu yang juga sempat menjadi lawan Riley dalam perebutan gelar jenderal perang, yakni Josh Cleve itu melanjutkan, “Kita seharusnya tidak berdebat tentang hal seperti ini. Yang harus kita lakukan hanyalah mendukung sepenuhnya keputusan wakil jenderal perang.”Temannya yang juga prajurit kelas satu menanggapi, “Josh, kau … sama sekali tidak membencinya? Dia mengalahkanmu, tapi kenapa kau malah mendukungnya?”Josh tampak terkejut mendengar perkataan temannya, “Kenapa aku harus membencinya? James … ataupun Riley bisa menang dariku karena kemampuan mereka yang memang jauh lebih hebat dariku.”“Lagi pula, semuanya sudah terbukti. Mereka berdua memang pantas mendapatkan dua gelar itu,” Josh menambahkan.Setelah mendengar semua perkataan Josh, tidak ada satu orang pun prajurit yang mengomentari strategi perang yang diambil oleh James Gardner.Sesaat
“Mereka masih memiliki wakil jenderal perang, Jenderal,” jawab prajurit tersebut.“BRENGSEK!” Evan mengumpat dengan penuh rasa amarah yang menguasai dirinya.Pria itu menendang sebuah tong besar hingga membuat Riley yang saat itu kehilangan kesadaran mulai tersadar.Pemuda itu mencoba membuka mata walaupun agak lemah.Dia mendengar Evan berteriak kesal, “Berani sekali mereka menyerang kita di saat jenderal perang mereka ada di sini? Apa mereka tidak takut kita akan membunuhnya?”Evan menoleh ke arah Riley yang matanya telah terbuka dengan ekspresi sebal.Evan berjalan mendekat ke arah Riley dan berjongkok, “Kau dengar apa yang aku katakan, Wood? Wakil jenderal perangmu menyerang kami.”Seakan ingin membuat Riley sebal, dia melanjutkan, “Dia sama sekali tidak peduli akan nasibmu. Mungkin dia memang ingin kau terbunuh di sini, Jenderal Wood.”Evan mengira setelah mendengarkan apa yang dia katakan, Riley akan langsung murka. Akan tetapi, Riley justru tersenyum miring dan berkata, “Akhir
Alen pun segera menyingkir sesuai perintah James tanpa membantah sedikit pun. Dia bersembunyi di balik sebuah patung besar dan menunggu instruksi selanjutnya dari James.Dia tidak akan melakukan apapun dan hanya berdiam diri di sana sambil melihat aksi James.Sebab, dia tahu situasi sedang sangat genting dan James sedang berupaya menyelamatkan dia dari serangan musuh yang mungkin saja bisa mengenai dirinya.James dengan cepat menyerang Evan yang terkejut dengan ketangkasan pria muda yang dia tebak adalah wakil jenderal perang Kerajaan Ans De Lou itu.“Jenderal, mundurlah terlebih dulu!” teriak salah satu anak buah Evan yang melihat Evan mulai kewalahan melawan James.Evan menggeleng tegas, “Aku tidak akan mundur.”“Tapi … Jenderal, dia-”“Kau … pergilah cari bantuan, aku akan tetap di sini menahannya,” kata Evan yang lagi-lagi harus berulang kali menghindar dari serangan James yang tidak ada jedanya.Bahkan, dia sempat berpikir bila James mungkin tidak pernah lelah sama sekali lantara
Akan tetapi, sebelum James mendengarkan penjelasan Riley, pemuda yang sedang terluka parah malah pingsan.James yang semula terlihat kaget dan kesal secara bersamaan itu langsung menjadi panik, “Alen, kenapa dia pingsan? Apa lukanya terlalu parah?”Alen yang mulai merawat luka Riley itu mengangguk, “Kita harus segera membawanya … pulang ke istana, James.”“Tidak ada perlengkapan lengkap untuk merawat dia di sini,” Alen menambahkan.Ben segera berkata, “Kita bisa langsung membawanya pulang. Kita sudah menang.”“Tapi … masih ada-”“James, semuanya sudah benar-benar berakhir. Hanya sedikit yang perlu kita urus, kau bisa membawa Riley kembali ke istana. Hal lain biar aku dan yang lain yang menyelesaikannya,” Reiner memotong dengan cepat.James terlihat ragu-ragu. Hal itu bukan karena dia ingin menunda perawatan yang harus didapatkan oleh Riley, tapi dia tahu bahwa hanya ada satu pesawat tempur yang bisa digunakan untuk kembali ke Kerajaan Ans De Lou.“Kau … yakin kau bisa melakukannya?”
Tidak butuh waktu lama bagi James Gardner untuk memahami semuanya. Bahkan, setelahnya dia melihat Alen Smith menyapa wanita dan pria baruh baya yang jelas merupakan sepasang suami istri tersebut. “Alen, Alen. Kau … staf medis, bukan?” Cassandra bertanya pada pemuda yang sudah pernah dia temui itu.“Riley akan baik-baik saja. Iya kan?” Cassandra berkata dengan penuh kepanikan.Alen mengangguk, “Anda tidak perlu khawatir, Nyonya Mackenzie. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan Riley.”James masih terdiam di tempatnya berdiri. Perkataan Alen pun sudah menjelaskan segalanya. Alen, salah satu sahabat baiknya itu juga mengetahui semua yang terjadi. James memejamkan matanya selama beberapa detik dan memilih untuk menahan dirinya saat itu.Pemuda itu kembali memegang bagian pinggir ranjang Riley lalu membantu untuk mendorong lagi. Dia lalu berkata pelan, “Alen, cepatlah sedikit!”Alen langsung terkejut dan menatap penuh rasa bersalah pada James seolah-olah dia sudah tahu a
Dengan bahu lemas Rowena mengangguk pelan, mengiyakan perkataan Xylan yang memang benar menurutnya.Xylan tercengang, tidak percaya. Memang ada orang seperti itu? Jenderal perang bukanlah jabatan yang sembarangan. Mana mungkin ada orang yang rela memberikan jabatan penting itu untuk orang lain? Itu tidak masuk akal, Xylan membatin dengan kening terlipat.Rowena memperhatikan reaksi adik laki-lakinya itu dan kemudian dia pun mendesah pelan. Wanita muda itu berkata, “Iya, aku tahu orang tak akan mudah percaya kalau ada orang seperti Riley. Namun, … setiap orang yang mengenal Riley dengan sangat baik sudah pasti berpikir bahwa hal yang dilakukan oleh Riley itu bukanlah hal besar untuknya.” “Dia bukanlah orang yang gila jabatan penting dan dia tidak akan segan-segan untuk mengorbankan dirinya, termasuk jabatan dan bahkan nyawanya sekalipun untuk orang lain,” Rowena menambahkan, memperkuat argumen yang dia yakini memang benar.Xylan masih terlihat tidak yakin dan malah sepenuhnya meragu
Diperlakukan seperti seorang anak kecil oleh Rowena, tentu saja Xylan tidak mau menerimanya. Dia itu seorang raja. Dia tidak ingin wibawanya jatuh di hadapan semua orang hanya karena masih dianggap seperti bocah oleh kakak perempuannya itu.Secara cepat dia menoleh ke arah sekelilingnya guna melihat apakah ada orang yang melihat sang kakak menyentuh rambut bagian kepala belakangnya. Akan tetapi, dia menghela napas lega ketika tidak ada yang melihatnya.Ah, aku sudah menjadi raja. Siapapun tidak akan berani melihat ke arahku jika aku tidak memberi mereka izin, Xylan berkata dalam hati. Pria muda itu menggelengkan kepala, merasa terlalu mengkhawatirkan hal yang tidak terlalu penting.“Bukan. Bukan aku tidak percaya kepadamu, Rowena. Masalahnya adalah … itu ….”Oh, Xylan kehilangan kata-kata. Dia kesulitan merangkai kata-kata, takut bila perkataannya bisa menyinggung sang kakak.Tetapi, dia melihat Rowena terdiam, seolah memang menunggu lanjutan ucapannya sehingga dia pun berujar, “Beg
Lelah mendengar pertanyaan-pertanyaan Nick Collins, si pria cerewet itu, akhirnya Gary Davis menjawab, “Tidak ada. Aku hanya ingin tidur. Apakah kau keberatan jika aku memejamkan mata sekarang?”Nick Collins mengedipkan mata, terlihat tampak kecewa.Tapi, Gary tidak peduli dan menambahkan, “Aku sangat lelah. Hari ini penobatan Raja Xylan. Banyak sekali hal yang aku lakukan.”Gary menghela napas lelah dan memasang ekspresi wajah memelas sehingga Nick menjadi kasihan.Dia pun langsung menanggapi, “Oh, maafkan aku. Gara-gara aku kau jadi tidak bisa beristirahat. Baiklah, silakan ambil waktumu.”Gary Davis tersenyum penuh terima kasih dan segera memejamkan mata.“Selamat beristirahat, kawan!” kata Nick kala dia melihat kedua mata Gary telah terpejam.Tidak lupa dia menambahkan, “Kita bisa lanjut mengobrol nanti.”Tidak usah, tidak perlu, Gary membatin sambil masih memejamkan mata.Dia tentu saja tidak mau repot-repot membalas ucapan Nick dan tetap berpura-pura tidur. Padahal sesungguhnya
Pemuda berusia 23 tahun itu melonggarkan bagian kerah kemejanya dan kemudian duduk dengan nyaman. Wajahnya tampak cerah penuh senyuman. Bahkan, salah seorang penumpang lain yang duduk satu kompartemen dengannya merasa bila pemuda yang membawa tas ransel dengan lambang Kerajaan Ans De Lou itu merupakan pria muda yang sangat ceria.“Maaf, di mana Anda akan turun?” Gary bertanya untuk sekedar berbasa-basi dengan teman satu kompartemennya itu.Pria yang terlihat seusia dengannya itu pun menjawab, “Vues Hill.”Gary mengangguk, “Oh, Anda berarti turun sebelum saya.”“Anda memang turun di mana?” pria itu bertanya balik. “Ah, saya akan turun di stasiun terakhir, Wenderstein,” jawab Gary.Pria itu mengerutkan dahi, “Wenderstein? Anda berasal dari daerah … yang pernah menjadi milik Kerajaan Sealand rupanya.”Gary tersenyum ramah dan mengangguk, “Anda sepertinya mengetahui daerah saya.”Pria itu langsung manggut-manggut, “Tentu saja. Saya pernah pergi ke sana beberapa kali.”Gary sebetulnya en
“Mohon ampuni saya, Yang Mulia. Saya … akan berhenti berbicara dan mendengarkan Anda,” kata Gary Davis yang setelah mengucapkan hal itu segera menutup mulutnya rapat-rapat. Lelaki muda itu pun juga menundukkan kepala seolah takut bila dirinya akan membuat sang raja muda murka kepadanya.Xylan mendesah pelan melihat kepatuhan asisten pribadinya itu dan kemudian menanggapi, “Gary, aku … sudah mengingkari janjiku. Aku tidak bisa membuatmu menempati posisi penting di istana ini.”Dia mengamati ekspresi wajah Gary yang sialnya tidak terlihat olehnya karena kepalanya tertunduk agak dalam.Tetapi, melihat Gary yang tidak bergerak sedikitpun Xylan yakin Gary mendengarkan semua perkataannya dengan baik-baik.“Tapi … bukan berarti aku tidak bisa melakukannya selamanya,” Xylan melanjutkan.Perkataan Xylan berhasil membuat Gary sedikit menggerakkan kepalanya tapi masih tetap dalam posisi tertunduk.Xylan tersenyum samar dan menambahkan, “Iya, Gary. Kau tidak salah mendengar. Aku hanya menunda pe
“Jenderal Gardner, kau selalu bisa membaca apa yang ada di dalam otakku,” Xylan menjawab pelan.Sudut bibir James pun terangkat sedikit membentuk sebuah senyuman tipis.“Katakanlah, Yang Mulia! Saya siap membantu Anda,” James berujar santai.Xylan menganggukkan kepala, “Ini tentang kau.”“Tentang saya?” James mengulang dengan ekspresi terkejut.Pria muda itu sama sekali tidak mengira bahwa jawaban dari sang raja justru mengenai dirinya. Dia pikir yang dimaksud Xylan adalah kekhawatirannya terhadap pemerintahan. Dengan nada bingung dia bertanya, “Apakah ada sesuatu yang saya lakukan mengganggu Anda, Yang Mulia?” Xylan menggelengkan kepala dengan tegas, “Tidak. Kau justru lebih banyak membantuku dan itu sudah di luar ekspektasiku.”Hal itu tentu semakin membuat James tidak mengerti, “Lantas apa yang Anda pikirkan tentang saya?”“Ini soal perjanjian kita sebelum aku dilantik,” jawab Xylan.Dahi lebar James mengerut, tapi dia segera menyadari dengan cepat tentang apa yang dimaksud oleh
Seorang staf wanita dari kementerian lain seketika menertawakan perkataan Celine Klein. Wanita muda itu adalah Lucy Berry.Tetapi Celine, wanita muda berusia dua puluh lima tahun itu hanya menatapnya dengan alis terangkat sebelah. Dia tidak tampak terganggu sama sekali, justru penasaran.Beberapa orang juga akhirnya ikut tertawa bersama wanita yang juga terlihat seusia dengan Celine.Dikarenakan tidak mendapatkan tanggapan sesuai yang dia inginkan, Lucy berkata dengan nada sinis, “Kenapa kalau Raja Xylan memilih seorang wanita dari kalangan biasa? Apa … kau berminat menjadi istrinya?”Celine hendak menjawab, tapi Lucy menertawakan dirinya lagi dan berujar, “Jangan terlalu banyak berharap! Meskipun Raja Xylan memilih seorang wanita yang bukan berasal dari anggota keluarga kerajaan, dia tetap tidak mungkin melirik seorang staf biasa sepertimu.”Tatapan matanya pada Celine jelas sangat meremehkan, namun Celine tetap terlihat tenang dan santai.Wanita muda itu malah dengan berani berkata,
Perkataan Perdana Menteri Kerajaan Ans De Lou yang telah berjasa banyak untuk negeri itu seketika membuat sebagian besar menteri di istana itu menjadi terkesima.Banyak di antara mereka yang takut bernapas. Bahkan, ada juga yang tidak berani hanya sekedar menggerakkan bola mata mereka. Hal itu lantaran menurut mereka Philip Crawford terlalu berani sehingga mereka berpendapat bahwa kali itu raja muda yang baru saja dilantik itu pasti akan kehilangan kesabarannya dan marah besar.Reiner Anderson, salah satu komandan perang di negeri itu hampir merasa jika hal itu adalah akhir dari perdebatan yang terjadi antara dua orang yang berbeda generasi itu.“Perdana Menteri Crawford pasti tamat kali ini. Raja Xylan tidak mungkin membiarkannya,” kata Reiner dengan nada suara terdengar penuh kengerian.Josh Cleve mengedipkan mata dan berkata, “Kau benar, Rei. Tuduhan itu sedikit keterlaluan menurutku. Kalau begitu caranya, raja muda itu pasti akan mendepak si tua Crawford.”Benedict Arkitson yang
Philip Crawford pun menjawab, “Yang Mulia, Anda telah melakukan kesalahan besar.”Semua orang menahan napas mendengar jawaban yang sangat berani yang dikatakan oleh Philip.Bahkan, Ashton Rowles tampak terkejut setengah mati hingga lupa menutup mulutnya yang terbuka lebar.“Astaga! Apa Perdana Menteri sudah hilang akal?” gumam seorang menteri yang berdiri tidak jauh dari Ashton.Seorang temannya yang juga merupakan menteri pun membalas, “Dia memang sudah gila.”“Aku rasa dia berani membantah raja karena dia tidak rela kehilangan jabatannya,” sahut menteri lain.Seorang staf kementerian kehutanan mengangguk, “Anda semua benar, menteri. Sepertinya Perdana Menteri Crawford tidak bisa menerima keputusan raja.”“Itu sudah jelas. Hanya saja … kalau aku menjadi Perdana Menteri, aku akan melakukan hal yang sama,” kata seorang staf kementerian yang lain.Menteri Sosial menanggapi, “Mengapa?”Orang itu mengangkat bahu, “Masalahnya adalah … dia digantikan oleh seorang yang memiliki kriteria jauh