Sedangkan William juga mulai kebingungan menenangkan istrinya yang kian menangis tersedu-sedu.Akan tetapi, tangisan Cassandra akhirnya berhenti kala dia melihat pintu ruang operasi tersebut terbuka.Semua orang juga langsung menatap ke arah pintu, menunggu dengan cemas.Di saat beberapa orang dari tim medis telah keluar, William dan Cassandra langsung berjalan mendekat.“Dokter,bagaimana dengan keadaan putra saya?” William bertanya.Sang dokter berusia senja itu menatap ke arah pria paruh baya yang sedang menatapnya penuh kecemasan. “Jenderal Mackenzie,” sapa dokter itu setelah dia memperhatikan wajah William.William mengangguk, “Iya, Dokter Sigmund. Ini saya.”Sigmund terkejut, “Riley Wood, maksud saya Jenderal Wood adalah … putra Anda?”“Iya, Dokter,” jawab William.James hanya menatap kosong ke arah depan, seolah telah siap mendengar penyataan itu. Sedangkan, Reiner dan prajurit lain hanya bisa memekik kaget lantaran sebuah fakta penting yang baru saja terungkap di depan mereka.
Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang
Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
“Pasti bisa, Diego,” jawab James.“Dia pasti bisa menunggu,” James mengulang lagi dengan penekanan.Diego justru terlihat tidak yakin mendengar jawaban James.James biasanya enggan menjelaskan terlalu detail tentang apa yang dia pikirkan. Namun, Diego adalah salah satu sahabat baiknya sehingga dia pun tidak ingin membuat sahabatnya bingung.Maka, James pun berkata, “Dia bukan orang yang mudah dikalahkan, Diego. Dan … ada satu hal yang perlu kau tahu.”“Apa itu?” Diego bertanya dengan alis naik sebelah.“Ayahnya sendiri, maksudku Jenderal Mackenzie berkata padaku bahwa putranya … tidak akan mati dengan mudah,” jelas James.Diego tercengang sampai tidak berani membalas.James seketika yakin tugasnya menjelaskannya telah selesai, tapi dia tetap menambahkan, “Kalau seorang jenderal besar dan terkuat yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou saja mengatakan demikian, bukankah kemungkinannya memang sangat besar kalau Riley masih hidup di luar sana.”Diego terdiam selama beberapa saat.Tetapi,
Bibir William terangkat ke atas sekali lagi, membentuk sebuah senyuman hangat.“James, tanpa aku menjelaskannya, kau … pasti tahu sendiri kan?” William berkata pelan.Setelah itu sang lelaki tua yang dulu pernah menjadi seorang prajurit terkuat di kerajaan itu pun menepuk punggung belakang James dan kemudian pergi meninggalkan James yang termenung.Pria muda itu menelan ludah secara susah payah. Tiba-tiba saja dia teringat semua hal tentang Riley, lebih tepatnya persahabatan mereka yang telah mereka jalin sejak awal.Semua kenangan-kenangan itu kembali muncul. Salah satu kenangan yang mengusiknya adalah ketika mereka masih belum resmi dilantik menjadi prajurit. Saat itu dia kesal dan mengambil keputusan bodoh dan nekad yakni menyerang musuh sebagai pembuktian bahwa dia berbeda dari sang ayah. Lalu, satu-satunya orang yang benar-benar peduli terhadapnya adalah Riley. Dialah yang mengorbankan diri untuk menyelamatkannya. Pada waktu itu, dia dan Riley sama-sama berstatus sebagai seora
James Gardner pun mengangguk, “Iya, Yang Mulia. Bolehkah saya melakukannya?”Xylan Wellington dengan cepat mengangguk, “Pergilah, Jenderal Gardner. Kau bisa berbicara dengannya.”James bersyukur lantaran Xylan tidak menahannya.“Terima kasih, Yang Mulia,” kata James yang kemudian dia segera meninggalkan sang putra mahkota bersama dengan tiga orang prajurit kelas satu untuk menjaganya.Sesungguhnya tiga prajurit itu tentu tidak sebanding dengannya. Namun, dia memilih untuk mempercayai mereka bertiga.Beruntung, rupanya William Mackenzie yang terlihat jauh lebih tua beberapa tahun itu ternyata juga sedang mencarinya sehingga pertemuan mereka pun tidak mengalami rintangan apapun.“Jenderal Mackenzie,” James menyapa ayah dari sahabatnya itu dengan hormat.William Mackenzie tersenyum samar dan membalas, “Jenderal Gardner.”James mengangguk, “Anda … Anda baik-baik saja, Jenderal?”William kembali mengulas sebuah senyuman dan berkata dengan nada pelan, “Bagaimana aku bisa baik-baik saja keti
James sontak Gardner tersenyum miring. Dia tahu ternyata memang tidak mudah menjadi perisai Xylan Wellington. Tapi, dia sungguh-sungguh tidak menyangka bila putra mahkota yang menurutnya sangat pintar itu ternyata juga sangat polos.Kepintarannya rupanya berbanding terbalik dengan pengetahuannya dalam hal memahami dunia sekitarnya.Namun, dia sudah memutuskan untuk menggantikan Riley demi menebus beberapa tahun waktunya yang dia sia-siakan sehingga dia harus mencoba bersabar.Jadi, dengan penuh ketenangan dia menjawab, “Anda harus mulai memikirkan masalah pendapat mereka semua, Yang Mulia.”“Kenapa aku harus?” balas Xylan yang terlihat tidak terima dengan perkataan James.James menggigit bibir bawah, merasa memang harus lebih menekan rasa jengkelnya. Ayolah, James. Jangan mudah menyerah! James membatin.“Karena Anda adalah calon raja dan sebentar lagi akan segera mewarisi tahta negeri ini. Jadi, sudah seharusnya Anda mulai memikirkan apa yang mereka pikirkan tentang Anda,” jawab Jam
Kebimbangan terlihat begitu nyata di wajah Xylan Wellington. James Gardner yang merasa telah berhasil membuat sang putra mahkota menyadari kesalahan besar yang mungkin akan dilakukan oleh Xylan pun memanggil, “Yang Mulia.”Xylan sedikit agak tersentak ketika mendengar namanya dipanggil oleh James.Pria muda itu pun menoleh ke arah James, tapi masih belum membuka mulut.Di saat seperti itu, James Gardner telah yakin bila Xylan akan mengubah keputusan yang baru saja mereka bicarakan itu.Namun, tiba-tiba dia melihat Xylan tersenyum kepadanya. Hal itu tentu saja membuat James mengedipkan mata lantaran bingung.Akan tetapi, hanya dalam hitungan detik, kebingungannya pun terjawab. Dia mendengar Xylan berkata, “Jenderal Gardner, apa yang kau katakan memang benar. Semuanya benar. Aku … mungkin akan mendapatkan pertentangan karena memilih Gary Davis sebagai penasihat raja.”Dia manggut-manggut. James segera mendapatkan sebuah firasat buruk yang tidak ingin dia bayangkan.“Tapi, Jenderal Gard
“Iya, benar. Asisten pribadiku yang … sekarang ini berada di luar pintu kediaman ayahku,” jawab Xylan, terlihat tidak merasa ada yang aneh dengan jawabannya.James masih terlalu kaget hingga dia sampai terdiam, bingung apa yang harus dia katakan untuk menanggapi penjelasan Xylan.“Kenapa, Jenderal Gardner?” Xylan bertanya karena dia melihat James yang tidak kunjung berbicara.James membasahi bibir bawahnya, masih berpikir untuk menyusun kata-kata yang tepat.Namun, Xylan tidak sabar menunggunya sehingga dia berbicara lagi, “Jenderal Gardner, aku tahu apa yang sedang kau pikirkan.”James mengedipkan matanya, tampak terpana.Xylan menghela napas panjang, “Ini pasti status Gary Davis yang merupakan asisten pribadiku, bukan?”Mata James melebar sedikit hingga dia kemudian menatap sang putra mahkota dengan tatapan heran.Itu yang aku maksud, mengapa kau bisa berpikir menjadikan seorang asisten pribadi sebagai seorang penasihat raja? Apakah kau … sudah kehilangan akal, Yang Mulia? James mem
“Katakan pada saya, agar saya bisa melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, Yang Mulia,” James menambahkan.Xylan membalas tatapan sang jenderal perang dengan tatapan yang terlihat begitu sangat serius. Pria muda yang semula telah menetapkan salah satu keputusan besar itu pun akhirnya membuka mulut, “Ini berkaitan dengan … penentuan pejabat istana baru setelah aku menjabat sebagai raja.”James terdiam sejenak, terlihat sedikit terkejut. Sebetulnya sangat wajar bila Xylan Wellington telah memikirkan mengenai pemerintahannya kelak. Akan tetapi, menurutnya saat itu adalah waktu yang kurang tepat.Ayahnya bahkan belum dimakamkan. Mengapa dia sudah berpikir hal lain? Tidakkah dia masih bersedih? James berpikir.Xylan berdeham kecil hingga membuat James menatapnya dengan tatapan aneh. Lantaran tidak mau James berpikir aneh tentangnya atau bahkan malah salah paham terhadapnya, Xylan buru-buru menjelaskan, “Jenderal Gardner, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan.”James tidak la
Tetapi, sebelum James Gardner bisa berpikir lebih lanjut mengenai hal itu, Monica Wilhelm, sang ratu yang baru saja kehilangan suaminya itu berkata, “Sudahlah, tidak perlu diperpanjang lagi.”Setelahnya, Monica memutar tubuhnya dan menghadap para pejabat istana yang masih berada di istana. Dia menghela napas pelan sebelum berujar, “Seperti yang aku inginkan tadi, apa kalian bersedia membiarkan kami meratapi kepergian raja kalian sebelum kita menyelenggarakan upacara kematian untuknya?”Tanpa ragu semua pejabat istana itu kompak menjawab, “Iya, Yang Mulia.”Satu per satu pejabat istana itu pun meninggalkan area kediaman raja hingga benar-benar hanya menyisakan para prajurit khusus yang melindungi raja, ratu, putri dan putra mahkota. Sementara itu, beberapa anak buah James Gardner juga tetap berada di daerah tersebut sesuai perintah James. “Jenderal Gardner, mohon bantuannya,” kata Monica. James mengangguk dan segera melakukan tugasnya sebagai jenderal perang kerajaan itu untuk menyi
“Ah, kalau kau tidak siap melepas jabatan penting itu, bukankah kau seharusnya berhati-hati ketika berbicara, Perdana Menteri? Ingatlah, yang kau bicarakan itu bukanlah hal yang pantas,” kata James dengan nada tajam.Siapapun yang mendengar suara James yang penuh ancaman itu pastilah akan takut.Dan tidak disangka-sangka, ancaman James Gardner ternyata berhasil membungkam si tua Philip. Philip tak lagi berani berbicara dan hanya diam saja. Tetapi, tatapannya yang penuh kekesalan itu masih bisa dilihat oleh James.Tentu saja, kau pasti sangat kesal padaku, Perdana Menteri. Namun, kau sudah pasti tidak mau kehilangan jabatanmu hanya karena tuduhan konyol itu, James membatin.Hal tersebut membuat Monica Wilhelm dan kedua anak-anaknya merasa sedikit lebih tenang.“Y-Yang Mulia, saya … saya ….” Philip berusaha berbicara lagi, tapi kegugupannya terlihat sangat jelas sehingga James pun tahu orang tua itu tidak mungkin berani berkata hal ngawur lagi. James pun segera menanggapi, “Kenapa, Per