“Tidak bisa, Jenderal,” jawab Reiner dengan nada formal.Riley memanggilnya dengan jabatannya yang artinya sang jenderal perang termuda itu sedang menggunakan otoritasnya sehingga dia pun harus bersikap sama terhadapnya.Riley mendesah, “Aku harus pergi ke sana. Ini demi menyelamatkan kerajaan kita.”Reiner tetap bersikeras, “Kalau begitu kenapa kau tidak berbicara dengan wakil jenderal perang, Jenderal?”Riley membuang napas dengan kasar, “Kau kemarin juga sudah dengar kalau dia tidak setuju.”“Aku juga tidak setuju kau pergi ke sana sendirian. Itu sama halnya kau menyerahkan dirimu ke pihak musuh. Astaga, Riley! Kau tidak sebodoh itu kan?” balas Reiner.Riley terdiam.Di saat melihat diamnya Riley, Reiner langsung ternganga. Dia pun baru menyadari sesuatu.“Sial! Riley … kau pergi ke sana memang sengaja untuk menyerahkan dirimu, begitu? Kau tahu itu akan terjadi dan kau tetap nekad ingin pergi ke sana. Kau-”Reiner tidak sempat menyelesaikan perkataannya lantaran pada saat yang bers
“Kalau aku bisa mencegahnya, sudah pasti aku cegah,” kata Reiner tanpa sedikitpun berusaha melepaskan dirinya dari James.James menggertakkan gigi, “Kenapa kau tidak bisa mencegahnya?”“Dia membantingku ke tanah. Kau tahu bagaimana kemampuannya kan? Dia sangat cepat sampai aku tidak bisa memprediksi dia akan menyerangku dengan sangat tiba-tiba seperti itu,” jelas Reiner dengan penuh rasa bersalah.James menggelengkan kepala dengan tegas, “Kau … kenapa tidak meminta bantuan? Tidak berteriak dan-”“Dia mengikatku, James. Apa kau pikir aku akan dengan sengaja membiarkannya pergi?” Reiner bertanya dengan menatap James lurus-lurus.Reiner manambahkan, “Dan dia menutup mulutku dengan kain. Dia … sepertinya memang sudah mengantisipasi jika ada yang ingin menghentikannya sehingga dia langsung tahu apa yang harus dia buat.”James merasa kepala berdenyu hebat. Namun, karena pria muda itu masih belum tahu apa yang harus dia lakukan, dia tetap mencengkeram kerah baju Reiner seakan dengan melakuka
“Tidak perlu berdebat seperti itu,” kata seorang prajurit dengan ekspresi lelah.Di saat mereka terdiam, pria muda yang merupakan prajurit kelas satu yang juga sempat menjadi lawan Riley dalam perebutan gelar jenderal perang, yakni Josh Cleve itu melanjutkan, “Kita seharusnya tidak berdebat tentang hal seperti ini. Yang harus kita lakukan hanyalah mendukung sepenuhnya keputusan wakil jenderal perang.”Temannya yang juga prajurit kelas satu menanggapi, “Josh, kau … sama sekali tidak membencinya? Dia mengalahkanmu, tapi kenapa kau malah mendukungnya?”Josh tampak terkejut mendengar perkataan temannya, “Kenapa aku harus membencinya? James … ataupun Riley bisa menang dariku karena kemampuan mereka yang memang jauh lebih hebat dariku.”“Lagi pula, semuanya sudah terbukti. Mereka berdua memang pantas mendapatkan dua gelar itu,” Josh menambahkan.Setelah mendengar semua perkataan Josh, tidak ada satu orang pun prajurit yang mengomentari strategi perang yang diambil oleh James Gardner.Sesaat
“Mereka masih memiliki wakil jenderal perang, Jenderal,” jawab prajurit tersebut.“BRENGSEK!” Evan mengumpat dengan penuh rasa amarah yang menguasai dirinya.Pria itu menendang sebuah tong besar hingga membuat Riley yang saat itu kehilangan kesadaran mulai tersadar.Pemuda itu mencoba membuka mata walaupun agak lemah.Dia mendengar Evan berteriak kesal, “Berani sekali mereka menyerang kita di saat jenderal perang mereka ada di sini? Apa mereka tidak takut kita akan membunuhnya?”Evan menoleh ke arah Riley yang matanya telah terbuka dengan ekspresi sebal.Evan berjalan mendekat ke arah Riley dan berjongkok, “Kau dengar apa yang aku katakan, Wood? Wakil jenderal perangmu menyerang kami.”Seakan ingin membuat Riley sebal, dia melanjutkan, “Dia sama sekali tidak peduli akan nasibmu. Mungkin dia memang ingin kau terbunuh di sini, Jenderal Wood.”Evan mengira setelah mendengarkan apa yang dia katakan, Riley akan langsung murka. Akan tetapi, Riley justru tersenyum miring dan berkata, “Akhir
Alen pun segera menyingkir sesuai perintah James tanpa membantah sedikit pun. Dia bersembunyi di balik sebuah patung besar dan menunggu instruksi selanjutnya dari James.Dia tidak akan melakukan apapun dan hanya berdiam diri di sana sambil melihat aksi James.Sebab, dia tahu situasi sedang sangat genting dan James sedang berupaya menyelamatkan dia dari serangan musuh yang mungkin saja bisa mengenai dirinya.James dengan cepat menyerang Evan yang terkejut dengan ketangkasan pria muda yang dia tebak adalah wakil jenderal perang Kerajaan Ans De Lou itu.“Jenderal, mundurlah terlebih dulu!” teriak salah satu anak buah Evan yang melihat Evan mulai kewalahan melawan James.Evan menggeleng tegas, “Aku tidak akan mundur.”“Tapi … Jenderal, dia-”“Kau … pergilah cari bantuan, aku akan tetap di sini menahannya,” kata Evan yang lagi-lagi harus berulang kali menghindar dari serangan James yang tidak ada jedanya.Bahkan, dia sempat berpikir bila James mungkin tidak pernah lelah sama sekali lantara
Akan tetapi, sebelum James mendengarkan penjelasan Riley, pemuda yang sedang terluka parah malah pingsan.James yang semula terlihat kaget dan kesal secara bersamaan itu langsung menjadi panik, “Alen, kenapa dia pingsan? Apa lukanya terlalu parah?”Alen yang mulai merawat luka Riley itu mengangguk, “Kita harus segera membawanya … pulang ke istana, James.”“Tidak ada perlengkapan lengkap untuk merawat dia di sini,” Alen menambahkan.Ben segera berkata, “Kita bisa langsung membawanya pulang. Kita sudah menang.”“Tapi … masih ada-”“James, semuanya sudah benar-benar berakhir. Hanya sedikit yang perlu kita urus, kau bisa membawa Riley kembali ke istana. Hal lain biar aku dan yang lain yang menyelesaikannya,” Reiner memotong dengan cepat.James terlihat ragu-ragu. Hal itu bukan karena dia ingin menunda perawatan yang harus didapatkan oleh Riley, tapi dia tahu bahwa hanya ada satu pesawat tempur yang bisa digunakan untuk kembali ke Kerajaan Ans De Lou.“Kau … yakin kau bisa melakukannya?”
Tidak butuh waktu lama bagi James Gardner untuk memahami semuanya. Bahkan, setelahnya dia melihat Alen Smith menyapa wanita dan pria baruh baya yang jelas merupakan sepasang suami istri tersebut. “Alen, Alen. Kau … staf medis, bukan?” Cassandra bertanya pada pemuda yang sudah pernah dia temui itu.“Riley akan baik-baik saja. Iya kan?” Cassandra berkata dengan penuh kepanikan.Alen mengangguk, “Anda tidak perlu khawatir, Nyonya Mackenzie. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan Riley.”James masih terdiam di tempatnya berdiri. Perkataan Alen pun sudah menjelaskan segalanya. Alen, salah satu sahabat baiknya itu juga mengetahui semua yang terjadi. James memejamkan matanya selama beberapa detik dan memilih untuk menahan dirinya saat itu.Pemuda itu kembali memegang bagian pinggir ranjang Riley lalu membantu untuk mendorong lagi. Dia lalu berkata pelan, “Alen, cepatlah sedikit!”Alen langsung terkejut dan menatap penuh rasa bersalah pada James seolah-olah dia sudah tahu a
Sedangkan William juga mulai kebingungan menenangkan istrinya yang kian menangis tersedu-sedu.Akan tetapi, tangisan Cassandra akhirnya berhenti kala dia melihat pintu ruang operasi tersebut terbuka.Semua orang juga langsung menatap ke arah pintu, menunggu dengan cemas.Di saat beberapa orang dari tim medis telah keluar, William dan Cassandra langsung berjalan mendekat.“Dokter,bagaimana dengan keadaan putra saya?” William bertanya.Sang dokter berusia senja itu menatap ke arah pria paruh baya yang sedang menatapnya penuh kecemasan. “Jenderal Mackenzie,” sapa dokter itu setelah dia memperhatikan wajah William.William mengangguk, “Iya, Dokter Sigmund. Ini saya.”Sigmund terkejut, “Riley Wood, maksud saya Jenderal Wood adalah … putra Anda?”“Iya, Dokter,” jawab William.James hanya menatap kosong ke arah depan, seolah telah siap mendengar penyataan itu. Sedangkan, Reiner dan prajurit lain hanya bisa memekik kaget lantaran sebuah fakta penting yang baru saja terungkap di depan mereka.
Dipukul, dimaki oleh sahabatnya sendiri ternyata tidak membuat James Gardner naik pitam. Pria itu justru tertawa kecil lalu malah membalas pelukan Shin. Dia berujar dengan nada yang begitu sangat pelan, “Maafkan aku.”Shin sesungguhnya terkejut saat mendengar permintaan maaf James tersebut. Dia merasa bila pada dasarnya James tidak bersalah sedikitpun. Sahabatnya itu hanya kecewa dan reaksinya juga tidak berlebihan. Meskipun memang dia memilih untuk pergi, James tetap saja tidak bisa dianggap bertindak di luar batas. Dia tetap memiliki hak untuk memilih tinggal di istana atau keluar dari kehidupan istana.Maka Shin cepat-cepat berkata, “Sudah, lupakan saja. Kau … sama sekali tidak bersalah.”James mendesah pelan dan kemudian melepaskan pelukannya pada Shin. Shin sontak menoleh ke arah Diego yang tiba-tiba tidak berani menatapnya. Pria yang telah berusia empat puluh tahun itu menyipitkan matanya lantaran curiga.“Apa ini artinya kau … selama ini tahu-”Diego segera berdeham pelan d
Xylan kembali tersenyum santai menanggapi sikap James yang masih belum berubah.Sang raja calon raja masa depan itu pun dengan tenang menjawab, “Karena aku sudah di sini, tentu saja … konsekuensi yang kau terima akan jauh lebih buruk, Wakil Jenderal Perang.”Brengsek, James hanya berani mengumpat dalam hati.Tentu saja meskipun dia sangat kesal pada pria yang usianya terpaut beberapa tahun lebih muda darinya itu, dia tidak bisa langsung mengumpat secara langsung. Dia tidak bodoh. Xylan bisa memenggal kepalanya dengan mudah.“Jadi, bagaimana? Apa kau … masih tetap menolak, Wakil Jenderal Perang?” Xylan bertanya dengan nada mendesak.James menggertakkan gigi dan dengan menahan kesal dia pun menjawab, “Mana bisa saya menolak jika Anda sudah mengancam saya seperti itu, Yang Mulia?”Xylan terkekeh pelan.Hal itu membuat James menjadi waspada. Setelah dia melihat perubahan Xylan Wellington, dari yang dulu adalah remaja belasan tahun lalu saat berdiri tidak jauh darinya menjadi seorang pri
James seketika menghentikan kegiatannya tapi tetap tidak menoleh ke arah Diego.Diego yang melihat gerakan berhenti James yang tiba-tiba itu seketika menampar mulutnya sendiri seakan sadar bila dia telah salah berbicara.“Ah, apa yang sudah aku katakan? Kau … tentu saja masih menganggapnya sebagai sahabat baikmu. Kalau tidak, mana mungkin kau selalu membuatkannya senjata khusus?” kata Diego dengan penuh rasa bersalah.James mendesah pelan, “Dia pasti bisa lolos tanpa ikut campur tangan dariku.”“Aku tidak yakin, James. Kalau aku yakin, aku tidak mungkin datang lagi ke sini dan memintamu kembali. Bahkan, Putri Rowena dan Pangeran Xylan ….”James mengerutkan kening dan akhirnya menoleh ke arah Diego, “Ada apa dengan mereka?”“Putri Rowena secara khusus mendatangiku saat aku baru saja tiba di istana. Dia memintaku untuk mencari tahu keberadaanmu, James. Pangeran Xylan juga mend
“Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku