Home / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 247. Kenapa Kau Tidak Mencegahnya?

Share

247. Kenapa Kau Tidak Mencegahnya?

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2024-11-05 09:47:20

“Tidak bisa, Jenderal,” jawab Reiner dengan nada formal.

Riley memanggilnya dengan jabatannya yang artinya sang jenderal perang termuda itu sedang menggunakan otoritasnya sehingga dia pun harus bersikap sama terhadapnya.

Riley mendesah, “Aku harus pergi ke sana. Ini demi menyelamatkan kerajaan kita.”

Reiner tetap bersikeras, “Kalau begitu kenapa kau tidak berbicara dengan wakil jenderal perang, Jenderal?”

Riley membuang napas dengan kasar, “Kau kemarin juga sudah dengar kalau dia tidak setuju.”

“Aku juga tidak setuju kau pergi ke sana sendirian. Itu sama halnya kau menyerahkan dirimu ke pihak musuh. Astaga, Riley! Kau tidak sebodoh itu kan?” balas Reiner.

Riley terdiam.

Di saat melihat diamnya Riley, Reiner langsung ternganga. Dia pun baru menyadari sesuatu.

“Sial! Riley … kau pergi ke sana memang sengaja untuk menyerahkan dirimu, begitu? Kau tahu itu akan terjadi dan kau tetap nekad ingin pergi ke sana. Kau-”

Reiner tidak sempat menyelesaikan perkataannya lantaran pada saat yang bers
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Dewa Perang Terkuat    248. Dia Sudah Sinting!

    “Kalau aku bisa mencegahnya, sudah pasti aku cegah,” kata Reiner tanpa sedikitpun berusaha melepaskan dirinya dari James.James menggertakkan gigi, “Kenapa kau tidak bisa mencegahnya?”“Dia membantingku ke tanah. Kau tahu bagaimana kemampuannya kan? Dia sangat cepat sampai aku tidak bisa memprediksi dia akan menyerangku dengan sangat tiba-tiba seperti itu,” jelas Reiner dengan penuh rasa bersalah.James menggelengkan kepala dengan tegas, “Kau … kenapa tidak meminta bantuan? Tidak berteriak dan-”“Dia mengikatku, James. Apa kau pikir aku akan dengan sengaja membiarkannya pergi?” Reiner bertanya dengan menatap James lurus-lurus.Reiner manambahkan, “Dan dia menutup mulutku dengan kain. Dia … sepertinya memang sudah mengantisipasi jika ada yang ingin menghentikannya sehingga dia langsung tahu apa yang harus dia buat.”James merasa kepala berdenyu hebat. Namun, karena pria muda itu masih belum tahu apa yang harus dia lakukan, dia tetap mencengkeram kerah baju Reiner seakan dengan melakuka

    Last Updated : 2024-11-06
  • Sang Dewa Perang Terkuat    249. Serangan Dadakan

    “Tidak perlu berdebat seperti itu,” kata seorang prajurit dengan ekspresi lelah.Di saat mereka terdiam, pria muda yang merupakan prajurit kelas satu yang juga sempat menjadi lawan Riley dalam perebutan gelar jenderal perang, yakni Josh Cleve itu melanjutkan, “Kita seharusnya tidak berdebat tentang hal seperti ini. Yang harus kita lakukan hanyalah mendukung sepenuhnya keputusan wakil jenderal perang.”Temannya yang juga prajurit kelas satu menanggapi, “Josh, kau … sama sekali tidak membencinya? Dia mengalahkanmu, tapi kenapa kau malah mendukungnya?”Josh tampak terkejut mendengar perkataan temannya, “Kenapa aku harus membencinya? James … ataupun Riley bisa menang dariku karena kemampuan mereka yang memang jauh lebih hebat dariku.”“Lagi pula, semuanya sudah terbukti. Mereka berdua memang pantas mendapatkan dua gelar itu,” Josh menambahkan.Setelah mendengar semua perkataan Josh, tidak ada satu orang pun prajurit yang mengomentari strategi perang yang diambil oleh James Gardner.Sesaat

    Last Updated : 2024-11-07
  • Sang Dewa Perang Terkuat    250. Siasat Riley

    “Mereka masih memiliki wakil jenderal perang, Jenderal,” jawab prajurit tersebut.“BRENGSEK!” Evan mengumpat dengan penuh rasa amarah yang menguasai dirinya.Pria itu menendang sebuah tong besar hingga membuat Riley yang saat itu kehilangan kesadaran mulai tersadar.Pemuda itu mencoba membuka mata walaupun agak lemah.Dia mendengar Evan berteriak kesal, “Berani sekali mereka menyerang kita di saat jenderal perang mereka ada di sini? Apa mereka tidak takut kita akan membunuhnya?”Evan menoleh ke arah Riley yang matanya telah terbuka dengan ekspresi sebal.Evan berjalan mendekat ke arah Riley dan berjongkok, “Kau dengar apa yang aku katakan, Wood? Wakil jenderal perangmu menyerang kami.”Seakan ingin membuat Riley sebal, dia melanjutkan, “Dia sama sekali tidak peduli akan nasibmu. Mungkin dia memang ingin kau terbunuh di sini, Jenderal Wood.”Evan mengira setelah mendengarkan apa yang dia katakan, Riley akan langsung murka. Akan tetapi, Riley justru tersenyum miring dan berkata, “Akhir

    Last Updated : 2024-11-08
  • Sang Dewa Perang Terkuat    251. Kau Berhasil?

    Alen pun segera menyingkir sesuai perintah James tanpa membantah sedikit pun. Dia bersembunyi di balik sebuah patung besar dan menunggu instruksi selanjutnya dari James.Dia tidak akan melakukan apapun dan hanya berdiam diri di sana sambil melihat aksi James.Sebab, dia tahu situasi sedang sangat genting dan James sedang berupaya menyelamatkan dia dari serangan musuh yang mungkin saja bisa mengenai dirinya.James dengan cepat menyerang Evan yang terkejut dengan ketangkasan pria muda yang dia tebak adalah wakil jenderal perang Kerajaan Ans De Lou itu.“Jenderal, mundurlah terlebih dulu!” teriak salah satu anak buah Evan yang melihat Evan mulai kewalahan melawan James.Evan menggeleng tegas, “Aku tidak akan mundur.”“Tapi … Jenderal, dia-”“Kau … pergilah cari bantuan, aku akan tetap di sini menahannya,” kata Evan yang lagi-lagi harus berulang kali menghindar dari serangan James yang tidak ada jedanya.Bahkan, dia sempat berpikir bila James mungkin tidak pernah lelah sama sekali lantara

    Last Updated : 2024-11-10
  • Sang Dewa Perang Terkuat    252. Dia Akan Selamat Kan?

    Akan tetapi, sebelum James mendengarkan penjelasan Riley, pemuda yang sedang terluka parah malah pingsan.James yang semula terlihat kaget dan kesal secara bersamaan itu langsung menjadi panik, “Alen, kenapa dia pingsan? Apa lukanya terlalu parah?”Alen yang mulai merawat luka Riley itu mengangguk, “Kita harus segera membawanya … pulang ke istana, James.”“Tidak ada perlengkapan lengkap untuk merawat dia di sini,” Alen menambahkan.Ben segera berkata, “Kita bisa langsung membawanya pulang. Kita sudah menang.”“Tapi … masih ada-”“James, semuanya sudah benar-benar berakhir. Hanya sedikit yang perlu kita urus, kau bisa membawa Riley kembali ke istana. Hal lain biar aku dan yang lain yang menyelesaikannya,” Reiner memotong dengan cepat.James terlihat ragu-ragu. Hal itu bukan karena dia ingin menunda perawatan yang harus didapatkan oleh Riley, tapi dia tahu bahwa hanya ada satu pesawat tempur yang bisa digunakan untuk kembali ke Kerajaan Ans De Lou.“Kau … yakin kau bisa melakukannya?”

    Last Updated : 2024-11-11
  • Sang Dewa Perang Terkuat    253. James Gardner?

    Tidak butuh waktu lama bagi James Gardner untuk memahami semuanya. Bahkan, setelahnya dia melihat Alen Smith menyapa wanita dan pria baruh baya yang jelas merupakan sepasang suami istri tersebut. “Alen, Alen. Kau … staf medis, bukan?” Cassandra bertanya pada pemuda yang sudah pernah dia temui itu.“Riley akan baik-baik saja. Iya kan?” Cassandra berkata dengan penuh kepanikan.Alen mengangguk, “Anda tidak perlu khawatir, Nyonya Mackenzie. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan Riley.”James masih terdiam di tempatnya berdiri. Perkataan Alen pun sudah menjelaskan segalanya. Alen, salah satu sahabat baiknya itu juga mengetahui semua yang terjadi. James memejamkan matanya selama beberapa detik dan memilih untuk menahan dirinya saat itu.Pemuda itu kembali memegang bagian pinggir ranjang Riley lalu membantu untuk mendorong lagi. Dia lalu berkata pelan, “Alen, cepatlah sedikit!”Alen langsung terkejut dan menatap penuh rasa bersalah pada James seolah-olah dia sudah tahu a

    Last Updated : 2024-11-13
  • Sang Dewa Perang Terkuat    254. Kau Juga Tahu?

    Sedangkan William juga mulai kebingungan menenangkan istrinya yang kian menangis tersedu-sedu.Akan tetapi, tangisan Cassandra akhirnya berhenti kala dia melihat pintu ruang operasi tersebut terbuka.Semua orang juga langsung menatap ke arah pintu, menunggu dengan cemas.Di saat beberapa orang dari tim medis telah keluar, William dan Cassandra langsung berjalan mendekat.“Dokter,bagaimana dengan keadaan putra saya?” William bertanya.Sang dokter berusia senja itu menatap ke arah pria paruh baya yang sedang menatapnya penuh kecemasan. “Jenderal Mackenzie,” sapa dokter itu setelah dia memperhatikan wajah William.William mengangguk, “Iya, Dokter Sigmund. Ini saya.”Sigmund terkejut, “Riley Wood, maksud saya Jenderal Wood adalah … putra Anda?”“Iya, Dokter,” jawab William.James hanya menatap kosong ke arah depan, seolah telah siap mendengar penyataan itu. Sedangkan, Reiner dan prajurit lain hanya bisa memekik kaget lantaran sebuah fakta penting yang baru saja terungkap di depan mereka.

    Last Updated : 2024-11-14
  • Sang Dewa Perang Terkuat    255. Itu Sudah Terlalu Lama!

    Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang

    Last Updated : 2024-11-15

Latest chapter

  • Sang Dewa Perang Terkuat    88. Tidak Akan Terkejar, James!

    Pada awalnya Michelle Veren tidak memahami apa yang ditanyakan oleh James Gardner. Namun, ketika dia melihat air muka sang jenderal, dia langsung tahu yang dimaksud tentu saja waktu tentang kepergian tiga orang yang sedang mereka cari.Sehingga, sang pemilik butik Veren itu pun menjawab, “Sekitar satu jam yang lalu, Jenderal Gardner.”Mendengar jawaban itu, Reiner langsung lemas. Tapi, itu berbanding terbalik dengan James yang malah penuh semangat. Hal tersebut bisa terlihat dari James yang malah berkata, “Ayo, Rei. Kita kejar dia.”Reiner menatap sedih ke arah sahabat baiknya itu dan membalas, “Tidak akan terkejar, James. Itu sudah terlalu lama.”James malah tidak mendengarkan ucapan Reiner dan memerintah beberapa anak buahnya, “Siapkan mobil, kita kejar mereka.”“James,” Reiner memanggil pelan.James mengabaikan panggilan itu dan tetap berkata pada anak buahnya yang masih diam menunggu, “Cari tahu melalui CCTV saat ini mereka sudah berada di daerah mana. Mereka … pasti terlihat ji

  • Sang Dewa Perang Terkuat    87. Rencana Putri Rowena

    Sayangnya semuanya itu telah terlambat disadari oleh gadis muda itu. Semua perkataan dari gadis bernama Alice Porter itu jelas-jelas didengar oleh Reiner Anderson dan James Gardner.Dengan raut wajah menggelap James pun berkata, “Nona, kau-”“Tidak, tidak. Aku hanya salah berbicara, aku … aku tidak tahu apapun. Kalian salah dengar,” kata Alice yang wajahnya kian memucat. Apalagi ketika dia melihat bagaimana aura James Gardner, sang jenderal perang yang menakutkan itu, dia semakin kesulitan untuk bernapas.Reiner pun juga sudah tidak bisa menahan diri sehingga berkata dengan nada jengkel, “Katakan apa saja yang kau ketahui atau kau … akan tahu betapa mengerikannya jika kau berhadapan dengan kami berdua.”“Aku tidak peduli kau itu seorang wanita. Aku masih bisa mencarikan sebuah hukuman yang pantas diterima olehmu,” lanjut Reiner dengan dingin.Alice menelan ludah dengan kasar. Tentu gadis muda itu sangat kebingungan. Terlebih lagi, saat itu tidak ada yang mencoba membantu dirinya sam

  • Sang Dewa Perang Terkuat    86. Butik Veren

    Pertanyaan James tersebut seketika membuat Reiner terdiam selama beberapa saat. Dia terpaku menatap ke arah butik itu dengan air muka bingung.Sementara James tidak ingin membuang waktu lebih banyak sehingga tanpa kata dia berjalan cepat menuju ke arah butik yang dimiliki oleh Michelle Veren, seorang desainer wanita berusia empat puluh tahun yang cukup terkenal di negara itu.Reiner pun tidak hanya bengong dan berdiam diri, meratapi ketidaktelitiannya. Dia mengikuti James dengan berlari-lari kecil tepat di belakang James tanpa kata.Begitu James lebih cepat darinya mencapai pintu, dia langsung melihat dua penjaga butik yang membukakan pintu itu untuk mereka.“Ada yang bisa saya bantu?” salah satu penjaga butik itu bertanya pada James.“Saya mencari Putri Rowena. Di mana dia sekarang?” James balik bertanya tanpa basa-basi seraya mengedarkan dua matanya ke segala penjuru lantai satu butik itu.Meskipun saat itu ada sebuah rasa curiga yang mencuat di dalam kepala James, pria muda itu leb

  • Sang Dewa Perang Terkuat    85. Keanehan Lain

    Reiner tidak kunjung menjawab pertanyaan James. Dia malah menampilkan ekspresi wajah yang terlihat ragu-ragu sekaligus bingung.Tentu saja hal itu membuat James menjadi semakin kesal. “Ayolah, katakan cepat! Apa yang aneh dari Putri Rowena?” desak James dengan tidak sabar.Reiner menelan ludah dan menggaruk telinganya sebelum menjawab, “Yah, aku tidak yakin apa ini memang aneh buatmu. Tapi … menurutku ini sangat aneh.”James menggertakkan giginya lantaran semakin jengkel dan tidak sabar.Beruntunglah, dia tidak perlu bertanya lagi karena Reiner menambahkan, “Jadi, menurut laporan dia pergi ke luar istana.”Mendengar jawaban Reiner, James sontak mendengus kasar. “Apa yang aneh dari hal itu? Setahuku dia memang sering pergi ke luar istana.”Reiner mendesah pelan, “Memang. Tapi, kali ini … beberapa jam yang lalu, dia pergi tanpa pengawal. Dan dia … pergi membawa putra mereka, Pangeran Kharel.”Seketika James melotot kaget, “Apa? Kau … yakin?”“Iya, James. Dan-”“Bagaimana mungkin? Raja

  • Sang Dewa Perang Terkuat    84. Katakan, Rei!

    Gary Davis tidak menjawab pertanyaan Xylan. Dia hanya memasang ekspresi memelas. Hal itu seketika menimbulkan rasa bersalah pada diri Xylan Wellington.Oh, tidak. Apa yang sudah aku lakukan? Apa … aku sudah berlebihan karena telah menaruh curiga pada asisten pribadiku sendiri? Xylan membatin seraya menatap wajah polos Gary.Sang raja muda itu mendesah pelan. Dia pun kembali berpikir keras. Dia mencoba mengingat segala hal tentang Gary. Dia tidak pernah membuat kesalahan, tak sekalipun. Dia juga tidak pernah melakukan hal yang mencurigakan selama ini. Astaga, apa aku sudah salah mencurigai seseorang? pikir Xylan.Akan tetapi, dia menggelengkan kepalanya dengan cepat saat dia menyadari sesuatu.Tapi, tunggu dulu. James Gardnerlah yang mencurigai dia. Dia tidak mungkin berbicara sembarangan. Kalau tidak, tidak mungkin dia bisa terpilih menjadi wakil jenderal perang. Instingnya pasti sangat kuat sehingga dia memiliki kecurigaan pada Gary Davis, Xylan berpikir serius.Dia lalu menatap k

  • Sang Dewa Perang Terkuat    83. Pencarian Terakhir

    Ben tidak tahu bagaimana dia harus menanggapi perkataan temannya itu, tapi yang bisa dia lakukan hanyalah pergi mendekati James lalu menepuk punggungnya dengan perlahan berulang kali dengan tujuan menenangkan sang sahabat.“Dia benar-benar tidak akan kembali, Ben.”“Tidak. Itu hanya-”“Dia tidak akan memberi pesan semacam itu jika dia tidak serius dengan ucapannya,” James memotong ucapan Ben.Ben mendesah pelan, “James, yang aku maksud adalah … dia mungkin tidak ingin dicari lagi karena dia ingin pulang sendiri ke istana.”Perkataan Ben tersebut membuat James yang semula begitu sangat kalut menegakkan punggungnya. Jenderal perang itu kemudian menoleh ke arah Ben dan menanggapi, “Apa maksudmu?”Ben sebetulnya tidak yakin atas apa yang dia pikirkan tapi dia tetap menyampaikan buah pikirnya itu, “Menurutku … dia hanya mau pulang sendiri.”James terdiam, berusaha mencerna ucapan temannya.“Begini saja … bagaimana kalau kita pulang saja ke istana, siapa yang tahu kalau mungkin Riley benar-

  • Sang Dewa Perang Terkuat    82. Pilihan yang Sulit

    Ricky Drilon hanya bisa terbengong-bengong saat mendengarkan pertanyaan itu.Oh, dia sering kali mendapati dirinya dalam sebuah situasi yang membingungkan. Tapi, dia tidak pernah merasa tertekan sekalipun.Padahal dia pun sangat sering dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit. Namun, lagi-lagi hal-hal semacam itu bisa diselesaikannya dengan baik tanpa adanya pergolakan batin.Akan tetapi, satu pertanyaan yang dilontarkan oleh Riley Mackenzie berhasil membuatnya berada di dalam fase tersulitnya. “Kenapa kau diam saja? Siapa yang akan kau patuhi? Aku atau Jenderal Gardner?” Riley mengulang kembali pertanyaannya itu.Ricky menelan ludah dengan kasar, semakin bingung.Dahinya pun berkerut, jelas menunjukkan sebuah kebimbangan yang sangat besar. Berulang kali dia merapikan rambutnya hanya dalam satu menit saja. Hal itu membuat Riley tersenyum aneh, “Jadi, bagaimana? Kau akan memilih untuk mematuhi siapa?” Ricky menggigit giginya sendiri.Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Dan k

  • Sang Dewa Perang Terkuat    81. Dua Perintah

    Ricky tidak langsung menjawab pertanyaan James, dia justru kembali menoleh ke arah Steven, saudara laki-lakinya. Dari tatapan matanya, terlihat sangat jelas laki-laki muda itu meminta persetujuan dari Ricky.Rupanya, kebiasaan itu disadari oleh James Gardner sehingga dengan raut wajah jengkel dia pun berkomentar, “Ayolah! Apa kalian harus berdiskusi terlebih dulu sebelum menjawab pertanyaan sederhana seperti yang aku tanyakan tadi?”“Apa kalian tidak memiliki pendapat kalian sendiri?” James melanjutkan dengan nada dingin.Wajah Ricky dan Steven memerah dengan sempurna.Ben meringis melihat ketegasan James itu tapi dia tidak membuat sebuah interupsi. Tidak ingin membuat James menjadi semakin marah, pada akhirnya Ricky pun menjawab, “Jika itu orang biasa, kemungkinan besar kita masih bisa mengejarnya. Namun, jika itu Jenderal Mackenzie, saya ….”Pria muda itu tidak berani melanjutkan perkataannya. Dari raut wajahnya dia terlihat ragu-ragu hingga James yang melanjutkan perkataannya deng

  • Sang Dewa Perang Terkuat    80. Kau Terlalu Berimajinasi!

    Benedict Arkitson seketika terdiam membeku seperti sebuah patung seolah tidak berani menggerakkan badannya sedikitpun. Prajurit senior kelas satu yang usianya telah menginjak tiga puluh empat tahun itu hanya bisa terhenyak tanpa bisa mengeluarkan sebuah bantahan apapun terhadap penjelasan prajurit junior itu.Dia berpikir jika dia tidak memiliki alasan lagi untuk meragukan perkataan Lory Blackwell. Sedangkan James Gardner yang anehnya luar biasa terlihat muram itu malah membuang muka ke arah lain, seakan enggan menatap mata Lory Blackwell yang sedang menatap dirinya dengan tatapan polos. Sang jenderal perang muda itu kemudian berkata, “Itu Riley. Itu pasti dia, tidak mungkin salah.”Lory tersenyum puas dan mengangguk dengan penuh kelegaan. Pemuda itu menghela napas panjang setelah pernyataannya tidak diragukan lagi.Akan tetapi, dia justru melihat raut wajah sedih James Gardner yang tidak bisa disembunyikan oleh sang jenderal perang.Dia bahkan mendengar James bergumam pelan, “Itu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status