Alen yang sedang kebingungan itu kembali mendengar James berkata lagi, “Oh, tidak. Tidak. Kau benar-benar tidak perlu khawatir padaku, Ayah. Mereka sangat baik padaku, mereka tidak akan mengkhianatiku, aku yakin.”Alen semakin tercengang. Pemuda itu mengedipkan matanya berulang kali untuk mencoba mengenyahkan rasa tidak nyamannya. Tapi, tetap saja dia tidak merasa baik sedikitpun.Sementara dia masih luar biasa bingung, James terlihat menoleh ke arahnya dengan kening mengerut dan mata menyipit. “Ada apa?” Alen bertanya cepat.James menghela napas panjang, “Aku memanggilmu dari tadi. Memang kau tidak dengar?”Alen melongo, “Hah? Kapan?”James memutar bola matanya malas dan langsung bangkit dari tempatnya berlutut. Dia lalu menarik lengan Alen dan menyuruhnya mendekat. “Heh, a-apa yang kau mau lakukan?” Alen bertanya dengan terbata-bata sembari menoleh ke arah ke belakang di mana James telah berdiri dengan tegap.“Ya ampun, Smith. Aku tadi hanya memintamu untuk berbicara dengan ayahk
James Gardner menjawab tanpa menoleh ke arah Alen, “Kenapa kita harus mengambil jalan lain? Itu akan membuang-buang banyak waktu.”Alen menelan ludah dengan kasar, “Tapi, James. Di sana ada ….”“Aku tahu, lalu kenapa? Memangnya aku salah apa sampai aku harus menghindar dari dia?” ucap James yang masih tidak menoleh ke arah temannya.Namun, Alen tidak mau menyerah. Dengan rasa gugupnya dia berkata lagi, “Kau memang tidak memiliki kesalahan apapun, tapi kau-”“Sudahlah, Alen. Aku tidak takut dengannya dan bukankah seharusnya dia yang merasa tidak nyaman?”Alen terdiam, bingung menjawabnya.James akhirnya menoleh dan menatap Alen lurus-lurus, “Dia yang telah membuat seorang anak lahir dan tumbuh tanpa seorang ayah. Bukankah dia yang harus merasa bersalah untuk itu?”Mendengar perkataan James yang sarat akan emosi yang tertahan itu akhirnya membuat Alen benar-benar menyerah. Dia tidak bisa menahan James dan dia pun tidak ingin James semakin menggila jika dia malah membantahnya.“Ayo! Kita
Setelah James selesai berbicara dengan nada dingin tapi dengan tatapan yang menyimpan luka seperti itu, William langsung terdiam. Sungguh dia lebih suka mendengar pemuda itu berteriak kepadanya dan memakinya dibandingkan dengan tatapan yang membuat rasa bersalahnya pada pemuda itu.“James,” panggil Alen dengan nada pelan.Andrew berkata, “James, perhatikan apa yang kau katakan!”James mengalihkan arah pandangnya dari William pada Andrew, “Mengapa, Jenderal Reece? Apa yang saya katakan adalah sebuah kenyataan. Memang Jenderal Mackenzie yang membunuh ayah saya.”Andrew menggigit gigi, “Tapi … kau tidak boleh berbicara dengan nada seperti itu pada-”“Mengapa tidak boleh? Saya tidak menuntut pembalasan atas kematian ayah saya pada Jenderal Mackenzie. Yang saya tanyakan mengapa Jenderal Mackenzie bisa begitu sangat tenang seolah tidak memiliki rasa bersalah sedikitpun pada saya. Dia-”“Jenderal Mackenzie hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan, James. Kau harus tahu apa yang kami ha
James mengangguk kecil. Tetapi, ketika dia melihat ekspresi terkejut di wajah Riley dia buru-buru menambahkan, “Oh, seharusnya aku tahu hal seperti ini bisa terjadi.”James menggaruk bagian kepala belakangnya yang masih basah dan melanjutkan, “Bagaimanapun juga istana ini tidak seluas samudera, tentu saja kemungkinan aku bertemu dengannya cukup besar juga, Riley.”Dia mengangkat bahunya dan tersenyum kecil, sementara Riley masih diam seribu bahasa seolah ada banyak hal yang tiba-tiba saja muncul di kepalanya.James menghela napas panjang, “Aku agak berlebihan sepertinya. Kau … tidak perlu memikirkannya, Riley. Aku baik-baik saja. Hanya saja aku ….”“Hanya saja apa, James?” Riley cepat-cepat bertanya. Sementara Alen hanya bisa menahan napas, tidak berani menyela lantaran takut jika dirinya akan salah berbicara.Riley menelan ludah dan menatap ke arah mata James. Pemuda itu akhirnya memberanikan diri berkata, “Kau yakin baik-baik saja, James?”James mendengus sebal, “Kau tidak percaya
“Saya sangat yakin, Yang Mulia,” kata Andrew dengan nada penuh keyakinan.Keannu terlihat ragu hingga Andrew harus kembali meyakinkan sang raja dengan berkata, “Cara ini justru akan membuat rakyat Ans De Lou menjadi senang.”Kedua bola mata Keannu sontak membesar, “Benarkah? Jelaskan padaku bagaimana caranya!”Andrew Reece, sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou tersebut mengangguk dengan antusias. Dia menjelaskan secara rinci tentang cara yang dia maksud dengan beberapa kalimat saja, tapi rupanya hal itu membuat Keannu tersenyum lebar.Raja yang memiliki dua anak itu manggut-manggut dan kini tampak jauh lebih bersemangat, “Itu cara yang bagus. Kapan kau akan memanggil mereka, Jenderal?”“Setelah hari berkabung berakhir, Yang Mulia,” jawab Andrew.Keannu sekali menganggukkan kepala, “Baiklah, aku akan segera memberikan perintah resmi untuk itu. Dan kau … bisa memanggil mereka sesuai dengan daftar prajurit yang menurutmu memang memenuhi kriteria kita.”“Baik, Yang Mulia,” sahut Andr
Dengan ekspresi tanpa merasa bersalah telah membuat pemuda itu penasaran, Mary mengangkat bahu, “Oh, maafkan aku, Riley. Aku tidak bisa memberitahumu.”Riley menghela napas kecewa, “Ya sudah, tidak lama lagi aku juga akan tahu kan?”Mary mengerjap heran. “Kau sudah menyerah?”“Bukankah kau yang memintaku menyerah? Astaga!” Riley menggelengkan kepala dan pergi meninggalkan Mary yang terbengong-bengong menatap kepergian pemuda itu.Gadis itu berkomentar, “Dia pasti akan menjadi prajurit yang sangat disiplin.”Dia mengangguk yakin,”Kalau tidak, mana mungkin dia dengan mudah melupakan rasa penasarannya? Hm, sungguh benar-benar mirip dengan ayahnya.”Dia tersenyum samar dan ikut meninggalkan area tersebut.Tepat dua hari kemudian, seperti yang telah dijanjikan oleh Janice Grow dan Mary Kesley, Andrew Reece sudah mendapatkan semua daftar calon prajurit yang telah dipulangkan sebelum perang antara Kerajaan Ans De Lou dan Kerajaan Fermoza pecah.Pria itu cepat-cepat menyusun daftar baru menur
“Greco! Itu benar-benar Diego Greco?” James berkata dengan nada hampir-hampir tidak percaya atas apa yang sedang dia lihat dengan sepasang mata jernih miliknya.Alen sendiri ternganga melihat kedatangan Diego yang akhirnya sampai di tempat mereka lalu langsung melompat ke arahnya.Diego memeluk Alen terlebih dulu yang masih diam seperti patung dan kemudian beralih memeluk Riley sambil menepuk pundaknya, “Aku melihat berita di televisi. Kau sungguh hebat, Riley.”Belum sempat menanggapi ucapan Diego, pemuda itu sudah melepaskan pelukannya pada Riley. Dia berganti menoleh ke arah James yang menatapnya tanpa mengedipkan mata. Diego tersenyum pada pemuda itu dan menarik James untuk memeluknya. “Kau juga hebat, James. Oh, tidak. Sebenarnya semua pasukan Kerajaan Ans De Lou memang hebat,” kata Diego terdengar tulus.Setelah puas memeluk ketiga teman sekamarnya dulu, Diego melepaskan James dan menatap teman-temannya satu per satu. “Wah, kalian terlihat sangat keren dan gagah memakai serag
Riley sontak terdiam. Dahinya berkerut dan James tahu bahwa teman baiknya tersebut sedang memikirkan perkataannya. Sedangkan Alen malah langsung memberikan tanggapan, “Hei, jangan berpikir terlalu jauh seperti itu!”James mendengus, “Aku hanya berpikir secara logis saja. Kalau tidak ada masalah besar seperti perang yang mungkin sedang mengancam, mengapa pihak istana memanggil semua prajurit yang telah gagal dalam tes?”Alen mendesah lelah, “Untuk bersiap-siap mungkin, James.”James tetap tidak terlalu yakin dan kini melihat dengan seksama pengaturan barisan dari para calon prajurit. Sekilas dia melihat Jason Hoult yang saat itu gagal.Dia menghela napas panjang, “Sejujurnya aku senang melihat Greco dan para calon prajurit yang memiliki potensi bagus seperti si Hoult itu, tapi ini malah membuatku berpikir serius.”Riley yang telah memikirkan hal itu akhirnya memberikan respon, “Aku pikir keputusan ini tidak ada hubungannya dengan perang.”“Nah, aku benar kan?” Alen berujar dengan sen
Dengan bahu lemas Rowena mengangguk pelan, mengiyakan perkataan Xylan yang memang benar menurutnya.Xylan tercengang, tidak percaya. Memang ada orang seperti itu? Jenderal perang bukanlah jabatan yang sembarangan. Mana mungkin ada orang yang rela memberikan jabatan penting itu untuk orang lain? Itu tidak masuk akal, Xylan membatin dengan kening terlipat.Rowena memperhatikan reaksi adik laki-lakinya itu dan kemudian dia pun mendesah pelan. Wanita muda itu berkata, “Iya, aku tahu orang tak akan mudah percaya kalau ada orang seperti Riley. Namun, … setiap orang yang mengenal Riley dengan sangat baik sudah pasti berpikir bahwa hal yang dilakukan oleh Riley itu bukanlah hal besar untuknya.” “Dia bukanlah orang yang gila jabatan penting dan dia tidak akan segan-segan untuk mengorbankan dirinya, termasuk jabatan dan bahkan nyawanya sekalipun untuk orang lain,” Rowena menambahkan, memperkuat argumen yang dia yakini memang benar.Xylan masih terlihat tidak yakin dan malah sepenuhnya meragu
Diperlakukan seperti seorang anak kecil oleh Rowena, tentu saja Xylan tidak mau menerimanya. Dia itu seorang raja. Dia tidak ingin wibawanya jatuh di hadapan semua orang hanya karena masih dianggap seperti bocah oleh kakak perempuannya itu.Secara cepat dia menoleh ke arah sekelilingnya guna melihat apakah ada orang yang melihat sang kakak menyentuh rambut bagian kepala belakangnya. Akan tetapi, dia menghela napas lega ketika tidak ada yang melihatnya.Ah, aku sudah menjadi raja. Siapapun tidak akan berani melihat ke arahku jika aku tidak memberi mereka izin, Xylan berkata dalam hati. Pria muda itu menggelengkan kepala, merasa terlalu mengkhawatirkan hal yang tidak terlalu penting.“Bukan. Bukan aku tidak percaya kepadamu, Rowena. Masalahnya adalah … itu ….”Oh, Xylan kehilangan kata-kata. Dia kesulitan merangkai kata-kata, takut bila perkataannya bisa menyinggung sang kakak.Tetapi, dia melihat Rowena terdiam, seolah memang menunggu lanjutan ucapannya sehingga dia pun berujar, “Beg
Lelah mendengar pertanyaan-pertanyaan Nick Collins, si pria cerewet itu, akhirnya Gary Davis menjawab, “Tidak ada. Aku hanya ingin tidur. Apakah kau keberatan jika aku memejamkan mata sekarang?”Nick Collins mengedipkan mata, terlihat tampak kecewa.Tapi, Gary tidak peduli dan menambahkan, “Aku sangat lelah. Hari ini penobatan Raja Xylan. Banyak sekali hal yang aku lakukan.”Gary menghela napas lelah dan memasang ekspresi wajah memelas sehingga Nick menjadi kasihan.Dia pun langsung menanggapi, “Oh, maafkan aku. Gara-gara aku kau jadi tidak bisa beristirahat. Baiklah, silakan ambil waktumu.”Gary Davis tersenyum penuh terima kasih dan segera memejamkan mata.“Selamat beristirahat, kawan!” kata Nick kala dia melihat kedua mata Gary telah terpejam.Tidak lupa dia menambahkan, “Kita bisa lanjut mengobrol nanti.”Tidak usah, tidak perlu, Gary membatin sambil masih memejamkan mata.Dia tentu saja tidak mau repot-repot membalas ucapan Nick dan tetap berpura-pura tidur. Padahal sesungguhnya
Pemuda berusia 23 tahun itu melonggarkan bagian kerah kemejanya dan kemudian duduk dengan nyaman. Wajahnya tampak cerah penuh senyuman. Bahkan, salah seorang penumpang lain yang duduk satu kompartemen dengannya merasa bila pemuda yang membawa tas ransel dengan lambang Kerajaan Ans De Lou itu merupakan pria muda yang sangat ceria.“Maaf, di mana Anda akan turun?” Gary bertanya untuk sekedar berbasa-basi dengan teman satu kompartemennya itu.Pria yang terlihat seusia dengannya itu pun menjawab, “Vues Hill.”Gary mengangguk, “Oh, Anda berarti turun sebelum saya.”“Anda memang turun di mana?” pria itu bertanya balik. “Ah, saya akan turun di stasiun terakhir, Wenderstein,” jawab Gary.Pria itu mengerutkan dahi, “Wenderstein? Anda berasal dari daerah … yang pernah menjadi milik Kerajaan Sealand rupanya.”Gary tersenyum ramah dan mengangguk, “Anda sepertinya mengetahui daerah saya.”Pria itu langsung manggut-manggut, “Tentu saja. Saya pernah pergi ke sana beberapa kali.”Gary sebetulnya en
“Mohon ampuni saya, Yang Mulia. Saya … akan berhenti berbicara dan mendengarkan Anda,” kata Gary Davis yang setelah mengucapkan hal itu segera menutup mulutnya rapat-rapat. Lelaki muda itu pun juga menundukkan kepala seolah takut bila dirinya akan membuat sang raja muda murka kepadanya.Xylan mendesah pelan melihat kepatuhan asisten pribadinya itu dan kemudian menanggapi, “Gary, aku … sudah mengingkari janjiku. Aku tidak bisa membuatmu menempati posisi penting di istana ini.”Dia mengamati ekspresi wajah Gary yang sialnya tidak terlihat olehnya karena kepalanya tertunduk agak dalam.Tetapi, melihat Gary yang tidak bergerak sedikitpun Xylan yakin Gary mendengarkan semua perkataannya dengan baik-baik.“Tapi … bukan berarti aku tidak bisa melakukannya selamanya,” Xylan melanjutkan.Perkataan Xylan berhasil membuat Gary sedikit menggerakkan kepalanya tapi masih tetap dalam posisi tertunduk.Xylan tersenyum samar dan menambahkan, “Iya, Gary. Kau tidak salah mendengar. Aku hanya menunda pe
“Jenderal Gardner, kau selalu bisa membaca apa yang ada di dalam otakku,” Xylan menjawab pelan.Sudut bibir James pun terangkat sedikit membentuk sebuah senyuman tipis.“Katakanlah, Yang Mulia! Saya siap membantu Anda,” James berujar santai.Xylan menganggukkan kepala, “Ini tentang kau.”“Tentang saya?” James mengulang dengan ekspresi terkejut.Pria muda itu sama sekali tidak mengira bahwa jawaban dari sang raja justru mengenai dirinya. Dia pikir yang dimaksud Xylan adalah kekhawatirannya terhadap pemerintahan. Dengan nada bingung dia bertanya, “Apakah ada sesuatu yang saya lakukan mengganggu Anda, Yang Mulia?” Xylan menggelengkan kepala dengan tegas, “Tidak. Kau justru lebih banyak membantuku dan itu sudah di luar ekspektasiku.”Hal itu tentu semakin membuat James tidak mengerti, “Lantas apa yang Anda pikirkan tentang saya?”“Ini soal perjanjian kita sebelum aku dilantik,” jawab Xylan.Dahi lebar James mengerut, tapi dia segera menyadari dengan cepat tentang apa yang dimaksud oleh
Seorang staf wanita dari kementerian lain seketika menertawakan perkataan Celine Klein. Wanita muda itu adalah Lucy Berry.Tetapi Celine, wanita muda berusia dua puluh lima tahun itu hanya menatapnya dengan alis terangkat sebelah. Dia tidak tampak terganggu sama sekali, justru penasaran.Beberapa orang juga akhirnya ikut tertawa bersama wanita yang juga terlihat seusia dengan Celine.Dikarenakan tidak mendapatkan tanggapan sesuai yang dia inginkan, Lucy berkata dengan nada sinis, “Kenapa kalau Raja Xylan memilih seorang wanita dari kalangan biasa? Apa … kau berminat menjadi istrinya?”Celine hendak menjawab, tapi Lucy menertawakan dirinya lagi dan berujar, “Jangan terlalu banyak berharap! Meskipun Raja Xylan memilih seorang wanita yang bukan berasal dari anggota keluarga kerajaan, dia tetap tidak mungkin melirik seorang staf biasa sepertimu.”Tatapan matanya pada Celine jelas sangat meremehkan, namun Celine tetap terlihat tenang dan santai.Wanita muda itu malah dengan berani berkata,
Perkataan Perdana Menteri Kerajaan Ans De Lou yang telah berjasa banyak untuk negeri itu seketika membuat sebagian besar menteri di istana itu menjadi terkesima.Banyak di antara mereka yang takut bernapas. Bahkan, ada juga yang tidak berani hanya sekedar menggerakkan bola mata mereka. Hal itu lantaran menurut mereka Philip Crawford terlalu berani sehingga mereka berpendapat bahwa kali itu raja muda yang baru saja dilantik itu pasti akan kehilangan kesabarannya dan marah besar.Reiner Anderson, salah satu komandan perang di negeri itu hampir merasa jika hal itu adalah akhir dari perdebatan yang terjadi antara dua orang yang berbeda generasi itu.“Perdana Menteri Crawford pasti tamat kali ini. Raja Xylan tidak mungkin membiarkannya,” kata Reiner dengan nada suara terdengar penuh kengerian.Josh Cleve mengedipkan mata dan berkata, “Kau benar, Rei. Tuduhan itu sedikit keterlaluan menurutku. Kalau begitu caranya, raja muda itu pasti akan mendepak si tua Crawford.”Benedict Arkitson yang
Philip Crawford pun menjawab, “Yang Mulia, Anda telah melakukan kesalahan besar.”Semua orang menahan napas mendengar jawaban yang sangat berani yang dikatakan oleh Philip.Bahkan, Ashton Rowles tampak terkejut setengah mati hingga lupa menutup mulutnya yang terbuka lebar.“Astaga! Apa Perdana Menteri sudah hilang akal?” gumam seorang menteri yang berdiri tidak jauh dari Ashton.Seorang temannya yang juga merupakan menteri pun membalas, “Dia memang sudah gila.”“Aku rasa dia berani membantah raja karena dia tidak rela kehilangan jabatannya,” sahut menteri lain.Seorang staf kementerian kehutanan mengangguk, “Anda semua benar, menteri. Sepertinya Perdana Menteri Crawford tidak bisa menerima keputusan raja.”“Itu sudah jelas. Hanya saja … kalau aku menjadi Perdana Menteri, aku akan melakukan hal yang sama,” kata seorang staf kementerian yang lain.Menteri Sosial menanggapi, “Mengapa?”Orang itu mengangkat bahu, “Masalahnya adalah … dia digantikan oleh seorang yang memiliki kriteria jauh