James yang ditatap dengan ekspresi melongo itu segera mengalihkan arah pandangnya dan menundukkan kepala, menghindari tatapan Alen.Pemuda itu berkata pelan, “Sial! Kau harus pura-pura tidak melihatku seperti ini, Smith!”Alen mendengus pelan dan berjalan mendekat ke arah pemuda yang sedang terisak. Dia menepuk bahu James dengan lembut dan berujar, “Aku memang tidak melihatmu menangis, jadi jangan khawatir!”James menyeka air matanya dan kembali menatap makam sang ayah dengan mata yang masih sedikit agak basah.Alen melirik pemuda itu dengan cara yang berbeda.Biasanya James selalu menampilkan ekspresi datar, dingin dan terkesan angkuh. Pemuda itu seolah memiliki duri di sekelilingnya sehingga membuat orang lain enggan mendekat.Akan tetapi, yang dilihatnya kali ini justru bukanlah pemuda yang seperti itu. Dia melihat seorang pemuda biasa yang bisa bersedih ketika menghadapi sesuatu yang menyakitkan. Mendengar pembicaraannya dengan Riley tadi, dia berpikir kemungkinan besar ada sebua
Alen yang sedang kebingungan itu kembali mendengar James berkata lagi, “Oh, tidak. Tidak. Kau benar-benar tidak perlu khawatir padaku, Ayah. Mereka sangat baik padaku, mereka tidak akan mengkhianatiku, aku yakin.”Alen semakin tercengang. Pemuda itu mengedipkan matanya berulang kali untuk mencoba mengenyahkan rasa tidak nyamannya. Tapi, tetap saja dia tidak merasa baik sedikitpun.Sementara dia masih luar biasa bingung, James terlihat menoleh ke arahnya dengan kening mengerut dan mata menyipit. “Ada apa?” Alen bertanya cepat.James menghela napas panjang, “Aku memanggilmu dari tadi. Memang kau tidak dengar?”Alen melongo, “Hah? Kapan?”James memutar bola matanya malas dan langsung bangkit dari tempatnya berlutut. Dia lalu menarik lengan Alen dan menyuruhnya mendekat. “Heh, a-apa yang kau mau lakukan?” Alen bertanya dengan terbata-bata sembari menoleh ke arah ke belakang di mana James telah berdiri dengan tegap.“Ya ampun, Smith. Aku tadi hanya memintamu untuk berbicara dengan ayahk
James Gardner menjawab tanpa menoleh ke arah Alen, “Kenapa kita harus mengambil jalan lain? Itu akan membuang-buang banyak waktu.”Alen menelan ludah dengan kasar, “Tapi, James. Di sana ada ….”“Aku tahu, lalu kenapa? Memangnya aku salah apa sampai aku harus menghindar dari dia?” ucap James yang masih tidak menoleh ke arah temannya.Namun, Alen tidak mau menyerah. Dengan rasa gugupnya dia berkata lagi, “Kau memang tidak memiliki kesalahan apapun, tapi kau-”“Sudahlah, Alen. Aku tidak takut dengannya dan bukankah seharusnya dia yang merasa tidak nyaman?”Alen terdiam, bingung menjawabnya.James akhirnya menoleh dan menatap Alen lurus-lurus, “Dia yang telah membuat seorang anak lahir dan tumbuh tanpa seorang ayah. Bukankah dia yang harus merasa bersalah untuk itu?”Mendengar perkataan James yang sarat akan emosi yang tertahan itu akhirnya membuat Alen benar-benar menyerah. Dia tidak bisa menahan James dan dia pun tidak ingin James semakin menggila jika dia malah membantahnya.“Ayo! Kita
Setelah James selesai berbicara dengan nada dingin tapi dengan tatapan yang menyimpan luka seperti itu, William langsung terdiam. Sungguh dia lebih suka mendengar pemuda itu berteriak kepadanya dan memakinya dibandingkan dengan tatapan yang membuat rasa bersalahnya pada pemuda itu.“James,” panggil Alen dengan nada pelan.Andrew berkata, “James, perhatikan apa yang kau katakan!”James mengalihkan arah pandangnya dari William pada Andrew, “Mengapa, Jenderal Reece? Apa yang saya katakan adalah sebuah kenyataan. Memang Jenderal Mackenzie yang membunuh ayah saya.”Andrew menggigit gigi, “Tapi … kau tidak boleh berbicara dengan nada seperti itu pada-”“Mengapa tidak boleh? Saya tidak menuntut pembalasan atas kematian ayah saya pada Jenderal Mackenzie. Yang saya tanyakan mengapa Jenderal Mackenzie bisa begitu sangat tenang seolah tidak memiliki rasa bersalah sedikitpun pada saya. Dia-”“Jenderal Mackenzie hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan, James. Kau harus tahu apa yang kami ha
James mengangguk kecil. Tetapi, ketika dia melihat ekspresi terkejut di wajah Riley dia buru-buru menambahkan, “Oh, seharusnya aku tahu hal seperti ini bisa terjadi.”James menggaruk bagian kepala belakangnya yang masih basah dan melanjutkan, “Bagaimanapun juga istana ini tidak seluas samudera, tentu saja kemungkinan aku bertemu dengannya cukup besar juga, Riley.”Dia mengangkat bahunya dan tersenyum kecil, sementara Riley masih diam seribu bahasa seolah ada banyak hal yang tiba-tiba saja muncul di kepalanya.James menghela napas panjang, “Aku agak berlebihan sepertinya. Kau … tidak perlu memikirkannya, Riley. Aku baik-baik saja. Hanya saja aku ….”“Hanya saja apa, James?” Riley cepat-cepat bertanya. Sementara Alen hanya bisa menahan napas, tidak berani menyela lantaran takut jika dirinya akan salah berbicara.Riley menelan ludah dan menatap ke arah mata James. Pemuda itu akhirnya memberanikan diri berkata, “Kau yakin baik-baik saja, James?”James mendengus sebal, “Kau tidak percaya
“Saya sangat yakin, Yang Mulia,” kata Andrew dengan nada penuh keyakinan.Keannu terlihat ragu hingga Andrew harus kembali meyakinkan sang raja dengan berkata, “Cara ini justru akan membuat rakyat Ans De Lou menjadi senang.”Kedua bola mata Keannu sontak membesar, “Benarkah? Jelaskan padaku bagaimana caranya!”Andrew Reece, sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou tersebut mengangguk dengan antusias. Dia menjelaskan secara rinci tentang cara yang dia maksud dengan beberapa kalimat saja, tapi rupanya hal itu membuat Keannu tersenyum lebar.Raja yang memiliki dua anak itu manggut-manggut dan kini tampak jauh lebih bersemangat, “Itu cara yang bagus. Kapan kau akan memanggil mereka, Jenderal?”“Setelah hari berkabung berakhir, Yang Mulia,” jawab Andrew.Keannu sekali menganggukkan kepala, “Baiklah, aku akan segera memberikan perintah resmi untuk itu. Dan kau … bisa memanggil mereka sesuai dengan daftar prajurit yang menurutmu memang memenuhi kriteria kita.”“Baik, Yang Mulia,” sahut Andr
Dengan ekspresi tanpa merasa bersalah telah membuat pemuda itu penasaran, Mary mengangkat bahu, “Oh, maafkan aku, Riley. Aku tidak bisa memberitahumu.”Riley menghela napas kecewa, “Ya sudah, tidak lama lagi aku juga akan tahu kan?”Mary mengerjap heran. “Kau sudah menyerah?”“Bukankah kau yang memintaku menyerah? Astaga!” Riley menggelengkan kepala dan pergi meninggalkan Mary yang terbengong-bengong menatap kepergian pemuda itu.Gadis itu berkomentar, “Dia pasti akan menjadi prajurit yang sangat disiplin.”Dia mengangguk yakin,”Kalau tidak, mana mungkin dia dengan mudah melupakan rasa penasarannya? Hm, sungguh benar-benar mirip dengan ayahnya.”Dia tersenyum samar dan ikut meninggalkan area tersebut.Tepat dua hari kemudian, seperti yang telah dijanjikan oleh Janice Grow dan Mary Kesley, Andrew Reece sudah mendapatkan semua daftar calon prajurit yang telah dipulangkan sebelum perang antara Kerajaan Ans De Lou dan Kerajaan Fermoza pecah.Pria itu cepat-cepat menyusun daftar baru menur
“Greco! Itu benar-benar Diego Greco?” James berkata dengan nada hampir-hampir tidak percaya atas apa yang sedang dia lihat dengan sepasang mata jernih miliknya.Alen sendiri ternganga melihat kedatangan Diego yang akhirnya sampai di tempat mereka lalu langsung melompat ke arahnya.Diego memeluk Alen terlebih dulu yang masih diam seperti patung dan kemudian beralih memeluk Riley sambil menepuk pundaknya, “Aku melihat berita di televisi. Kau sungguh hebat, Riley.”Belum sempat menanggapi ucapan Diego, pemuda itu sudah melepaskan pelukannya pada Riley. Dia berganti menoleh ke arah James yang menatapnya tanpa mengedipkan mata. Diego tersenyum pada pemuda itu dan menarik James untuk memeluknya. “Kau juga hebat, James. Oh, tidak. Sebenarnya semua pasukan Kerajaan Ans De Lou memang hebat,” kata Diego terdengar tulus.Setelah puas memeluk ketiga teman sekamarnya dulu, Diego melepaskan James dan menatap teman-temannya satu per satu. “Wah, kalian terlihat sangat keren dan gagah memakai serag