“Saya sangat yakin, Yang Mulia,” kata Andrew dengan nada penuh keyakinan.Keannu terlihat ragu hingga Andrew harus kembali meyakinkan sang raja dengan berkata, “Cara ini justru akan membuat rakyat Ans De Lou menjadi senang.”Kedua bola mata Keannu sontak membesar, “Benarkah? Jelaskan padaku bagaimana caranya!”Andrew Reece, sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou tersebut mengangguk dengan antusias. Dia menjelaskan secara rinci tentang cara yang dia maksud dengan beberapa kalimat saja, tapi rupanya hal itu membuat Keannu tersenyum lebar.Raja yang memiliki dua anak itu manggut-manggut dan kini tampak jauh lebih bersemangat, “Itu cara yang bagus. Kapan kau akan memanggil mereka, Jenderal?”“Setelah hari berkabung berakhir, Yang Mulia,” jawab Andrew.Keannu sekali menganggukkan kepala, “Baiklah, aku akan segera memberikan perintah resmi untuk itu. Dan kau … bisa memanggil mereka sesuai dengan daftar prajurit yang menurutmu memang memenuhi kriteria kita.”“Baik, Yang Mulia,” sahut Andr
Dengan ekspresi tanpa merasa bersalah telah membuat pemuda itu penasaran, Mary mengangkat bahu, “Oh, maafkan aku, Riley. Aku tidak bisa memberitahumu.”Riley menghela napas kecewa, “Ya sudah, tidak lama lagi aku juga akan tahu kan?”Mary mengerjap heran. “Kau sudah menyerah?”“Bukankah kau yang memintaku menyerah? Astaga!” Riley menggelengkan kepala dan pergi meninggalkan Mary yang terbengong-bengong menatap kepergian pemuda itu.Gadis itu berkomentar, “Dia pasti akan menjadi prajurit yang sangat disiplin.”Dia mengangguk yakin,”Kalau tidak, mana mungkin dia dengan mudah melupakan rasa penasarannya? Hm, sungguh benar-benar mirip dengan ayahnya.”Dia tersenyum samar dan ikut meninggalkan area tersebut.Tepat dua hari kemudian, seperti yang telah dijanjikan oleh Janice Grow dan Mary Kesley, Andrew Reece sudah mendapatkan semua daftar calon prajurit yang telah dipulangkan sebelum perang antara Kerajaan Ans De Lou dan Kerajaan Fermoza pecah.Pria itu cepat-cepat menyusun daftar baru menur
“Greco! Itu benar-benar Diego Greco?” James berkata dengan nada hampir-hampir tidak percaya atas apa yang sedang dia lihat dengan sepasang mata jernih miliknya.Alen sendiri ternganga melihat kedatangan Diego yang akhirnya sampai di tempat mereka lalu langsung melompat ke arahnya.Diego memeluk Alen terlebih dulu yang masih diam seperti patung dan kemudian beralih memeluk Riley sambil menepuk pundaknya, “Aku melihat berita di televisi. Kau sungguh hebat, Riley.”Belum sempat menanggapi ucapan Diego, pemuda itu sudah melepaskan pelukannya pada Riley. Dia berganti menoleh ke arah James yang menatapnya tanpa mengedipkan mata. Diego tersenyum pada pemuda itu dan menarik James untuk memeluknya. “Kau juga hebat, James. Oh, tidak. Sebenarnya semua pasukan Kerajaan Ans De Lou memang hebat,” kata Diego terdengar tulus.Setelah puas memeluk ketiga teman sekamarnya dulu, Diego melepaskan James dan menatap teman-temannya satu per satu. “Wah, kalian terlihat sangat keren dan gagah memakai serag
Riley sontak terdiam. Dahinya berkerut dan James tahu bahwa teman baiknya tersebut sedang memikirkan perkataannya. Sedangkan Alen malah langsung memberikan tanggapan, “Hei, jangan berpikir terlalu jauh seperti itu!”James mendengus, “Aku hanya berpikir secara logis saja. Kalau tidak ada masalah besar seperti perang yang mungkin sedang mengancam, mengapa pihak istana memanggil semua prajurit yang telah gagal dalam tes?”Alen mendesah lelah, “Untuk bersiap-siap mungkin, James.”James tetap tidak terlalu yakin dan kini melihat dengan seksama pengaturan barisan dari para calon prajurit. Sekilas dia melihat Jason Hoult yang saat itu gagal.Dia menghela napas panjang, “Sejujurnya aku senang melihat Greco dan para calon prajurit yang memiliki potensi bagus seperti si Hoult itu, tapi ini malah membuatku berpikir serius.”Riley yang telah memikirkan hal itu akhirnya memberikan respon, “Aku pikir keputusan ini tidak ada hubungannya dengan perang.”“Nah, aku benar kan?” Alen berujar dengan sen
“Jangan bodoh, Alen! Semua orang mendengarnya juga. Kalau tidak, mana mungkin kini semua orang tampak terkejut dan bingung?” James membalas dengan nada jengkel.Alen enggan setuju atas perkataan James. Tapi, ketika dia benar-benar mengedarkan arah pandangnya ke sekeliling dirinya, dia mendapati bahwa begitu banyak prajurit yang membicarakan masalah itu. Tidak hanya itu, bahkan para pejabat juga terlihat sibuk berbicara dengan yang lainnya hingga Mary Kesley sedikit agak meninggikan suaranya agar suasana kembali tenang. Riley menghela napas, “Entah apa yang sedang terjadi, tapi … mungkin Jenderal Reece memiliki kesulitannya sendiri sehingga dia terpaksa harus mundur sekarang.” Alen tiba-tiba menjadi lemas. Pemuda itu teringat sesuatu.“Mungkin … ini berkaitan dengan lukanya,” kata Alen dengan nada pelan. James sekali lagi menoleh ke arah Alen, “Memang lukanya sangat parah? Hei, tapi dia terlihat baik-baik saja.”Alen menggelengkan kepala, “Aku salah satu staf medis yang ikut merawa
Di luar dugaan, Riley malah dengan santai menjawab, “James memang pemberani, Alen. Kau juga tahu bagaimana dia menghadapi para pasukan musuh.”Alen mengerutkan kening, “Aku tahu. Tapi … maksudku kalau James di tempat kelas dua, bukankah kau seharusnya juga berada di kelas yang sama seperti dia, Riley?”Riley menggeleng tegas, “Aku melakukan beberapa kesalahan.”“Kesalahan yang mana? Kau ….”“Aku menyebabkan kematian salah satu komandan terbaik kerajaan ini, Alen.”“Tidak. Itu bukan kesalahanmu, kau hanya-”“Itu salah satu kecerobohanku yang sangat lambat memahami tindakan yang mungkin dilakukan oleh Jenderal Perang Fermoza. Dan … akibat ketidakhati-hatianku itu Komandan Sehel harus membantuku dan akhirnya seperti yang kau ketahui … dia terbunuh karena melindungiku,” jelas Riley, sarat akan rasa bersalah yang tidak pernah hilang dari dalam kepalanya.Alen tidak bisa membalas lagi.Bagaimanapun juga, semua perkataan Riley adalah sebuah fakta dan dia tidak mungkin membantah argumen terse
Xylan malah langsung memberi tatapan aneh pada sang kakak.Rowena yang alih-alih tidak mendapatkan jawaban tapi tatapan menyebalkan itu sontak mendengus, “Yah, kau putra mahkota. Ayah pasti membicarakan hal itu denganmu. Iya kan?”Xylan menghela napas panjang, merasa aga kesal dengan sikap kakak perempuannya itu. “Kenapa kau berpikir ayah akan mendiskusikan masalah ini denganku, Kakak?” Rowena menahan rasa tidak sabarnya dan menjawab, “Astaga. Kau adalah calon raja negeri ini, menggantikan ayah kelak. Masalah pengangkatan jenderal perang yang baru juga harus berkaitan denganmu.”Xylan menggelengkan kepala, “Tidak begitu. Memang kau tidak ingat berapa umurku saat ini, Kak?”Rowena tidak menjawab.“Aku masih lima belas tahun, baru akan enam belas tahun tiga bulan lagi. Mana mungkin aku dilibatkan dalam masalah sepenting itu?”Rowena masih enggan membalas. Sang putri yang saat itu memakai gaun violet berlengan panjang dengan panjang mencapai mata kaki itu malah memutar bola matanya ma
Alen pun dengan sabar menjelaskan, “Josh Cleve mengalami luka serius saat terjadi perang beberapa bulan yang lalu.”“Dia mengalami kerusakan otak yang cukup parah sehingga dia harus menjalani beberapa operasi sampai akhirnya dia dinyatakan sembuh,” lanjut Alen.James tercengang. “Kerusakan otak yang parah? Dan dia … sekarang kembali menjadi prajurit, begitu?”Alen mengangguk, “Sayangnya, saat perang dengan Kerajaan Fermoza terjadi dia masih harus menjalani pemeriksaan intensif sampai dia benar-benar dia dinyatakan benar-benar pulih secara total.”Alen melirik ke arah Josh Cleve selama beberapa detik, baru kemudian dia melanjutkan, “Oleh sebab itu, dia tidak bisa bergabung dengan kita melawan Kerajaan Fermoza.”James masih terlihat penasaran dan tidak bisa berhenti bertanya begitu saja sehingga dia bertanya lagi, “Lalu, sebenarnya apa yang membuatnya istimewa sampai dia terpilih menjadi kandidat?”Riley yang juga tertarik ikut menoleh ke arah Alen, “Usianya sepertinya jauh lebih tua da
“Pasti bisa, Diego,” jawab James.“Dia pasti bisa menunggu,” James mengulang lagi dengan penekanan.Diego justru terlihat tidak yakin mendengar jawaban James.James biasanya enggan menjelaskan terlalu detail tentang apa yang dia pikirkan. Namun, Diego adalah salah satu sahabat baiknya sehingga dia pun tidak ingin membuat sahabatnya bingung.Maka, James pun berkata, “Dia bukan orang yang mudah dikalahkan, Diego. Dan … ada satu hal yang perlu kau tahu.”“Apa itu?” Diego bertanya dengan alis naik sebelah.“Ayahnya sendiri, maksudku Jenderal Mackenzie berkata padaku bahwa putranya … tidak akan mati dengan mudah,” jelas James.Diego tercengang sampai tidak berani membalas.James seketika yakin tugasnya menjelaskannya telah selesai, tapi dia tetap menambahkan, “Kalau seorang jenderal besar dan terkuat yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou saja mengatakan demikian, bukankah kemungkinannya memang sangat besar kalau Riley masih hidup di luar sana.”Diego terdiam selama beberapa saat.Tetapi,
Bibir William terangkat ke atas sekali lagi, membentuk sebuah senyuman hangat.“James, tanpa aku menjelaskannya, kau … pasti tahu sendiri kan?” William berkata pelan.Setelah itu sang lelaki tua yang dulu pernah menjadi seorang prajurit terkuat di kerajaan itu pun menepuk punggung belakang James dan kemudian pergi meninggalkan James yang termenung.Pria muda itu menelan ludah secara susah payah. Tiba-tiba saja dia teringat semua hal tentang Riley, lebih tepatnya persahabatan mereka yang telah mereka jalin sejak awal.Semua kenangan-kenangan itu kembali muncul. Salah satu kenangan yang mengusiknya adalah ketika mereka masih belum resmi dilantik menjadi prajurit. Saat itu dia kesal dan mengambil keputusan bodoh dan nekad yakni menyerang musuh sebagai pembuktian bahwa dia berbeda dari sang ayah. Lalu, satu-satunya orang yang benar-benar peduli terhadapnya adalah Riley. Dialah yang mengorbankan diri untuk menyelamatkannya. Pada waktu itu, dia dan Riley sama-sama berstatus sebagai seora
James Gardner pun mengangguk, “Iya, Yang Mulia. Bolehkah saya melakukannya?”Xylan Wellington dengan cepat mengangguk, “Pergilah, Jenderal Gardner. Kau bisa berbicara dengannya.”James bersyukur lantaran Xylan tidak menahannya.“Terima kasih, Yang Mulia,” kata James yang kemudian dia segera meninggalkan sang putra mahkota bersama dengan tiga orang prajurit kelas satu untuk menjaganya.Sesungguhnya tiga prajurit itu tentu tidak sebanding dengannya. Namun, dia memilih untuk mempercayai mereka bertiga.Beruntung, rupanya William Mackenzie yang terlihat jauh lebih tua beberapa tahun itu ternyata juga sedang mencarinya sehingga pertemuan mereka pun tidak mengalami rintangan apapun.“Jenderal Mackenzie,” James menyapa ayah dari sahabatnya itu dengan hormat.William Mackenzie tersenyum samar dan membalas, “Jenderal Gardner.”James mengangguk, “Anda … Anda baik-baik saja, Jenderal?”William kembali mengulas sebuah senyuman dan berkata dengan nada pelan, “Bagaimana aku bisa baik-baik saja keti
James sontak Gardner tersenyum miring. Dia tahu ternyata memang tidak mudah menjadi perisai Xylan Wellington. Tapi, dia sungguh-sungguh tidak menyangka bila putra mahkota yang menurutnya sangat pintar itu ternyata juga sangat polos.Kepintarannya rupanya berbanding terbalik dengan pengetahuannya dalam hal memahami dunia sekitarnya.Namun, dia sudah memutuskan untuk menggantikan Riley demi menebus beberapa tahun waktunya yang dia sia-siakan sehingga dia harus mencoba bersabar.Jadi, dengan penuh ketenangan dia menjawab, “Anda harus mulai memikirkan masalah pendapat mereka semua, Yang Mulia.”“Kenapa aku harus?” balas Xylan yang terlihat tidak terima dengan perkataan James.James menggigit bibir bawah, merasa memang harus lebih menekan rasa jengkelnya. Ayolah, James. Jangan mudah menyerah! James membatin.“Karena Anda adalah calon raja dan sebentar lagi akan segera mewarisi tahta negeri ini. Jadi, sudah seharusnya Anda mulai memikirkan apa yang mereka pikirkan tentang Anda,” jawab Jam
Kebimbangan terlihat begitu nyata di wajah Xylan Wellington. James Gardner yang merasa telah berhasil membuat sang putra mahkota menyadari kesalahan besar yang mungkin akan dilakukan oleh Xylan pun memanggil, “Yang Mulia.”Xylan sedikit agak tersentak ketika mendengar namanya dipanggil oleh James.Pria muda itu pun menoleh ke arah James, tapi masih belum membuka mulut.Di saat seperti itu, James Gardner telah yakin bila Xylan akan mengubah keputusan yang baru saja mereka bicarakan itu.Namun, tiba-tiba dia melihat Xylan tersenyum kepadanya. Hal itu tentu saja membuat James mengedipkan mata lantaran bingung.Akan tetapi, hanya dalam hitungan detik, kebingungannya pun terjawab. Dia mendengar Xylan berkata, “Jenderal Gardner, apa yang kau katakan memang benar. Semuanya benar. Aku … mungkin akan mendapatkan pertentangan karena memilih Gary Davis sebagai penasihat raja.”Dia manggut-manggut. James segera mendapatkan sebuah firasat buruk yang tidak ingin dia bayangkan.“Tapi, Jenderal Gard
“Iya, benar. Asisten pribadiku yang … sekarang ini berada di luar pintu kediaman ayahku,” jawab Xylan, terlihat tidak merasa ada yang aneh dengan jawabannya.James masih terlalu kaget hingga dia sampai terdiam, bingung apa yang harus dia katakan untuk menanggapi penjelasan Xylan.“Kenapa, Jenderal Gardner?” Xylan bertanya karena dia melihat James yang tidak kunjung berbicara.James membasahi bibir bawahnya, masih berpikir untuk menyusun kata-kata yang tepat.Namun, Xylan tidak sabar menunggunya sehingga dia berbicara lagi, “Jenderal Gardner, aku tahu apa yang sedang kau pikirkan.”James mengedipkan matanya, tampak terpana.Xylan menghela napas panjang, “Ini pasti status Gary Davis yang merupakan asisten pribadiku, bukan?”Mata James melebar sedikit hingga dia kemudian menatap sang putra mahkota dengan tatapan heran.Itu yang aku maksud, mengapa kau bisa berpikir menjadikan seorang asisten pribadi sebagai seorang penasihat raja? Apakah kau … sudah kehilangan akal, Yang Mulia? James mem
“Katakan pada saya, agar saya bisa melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, Yang Mulia,” James menambahkan.Xylan membalas tatapan sang jenderal perang dengan tatapan yang terlihat begitu sangat serius. Pria muda yang semula telah menetapkan salah satu keputusan besar itu pun akhirnya membuka mulut, “Ini berkaitan dengan … penentuan pejabat istana baru setelah aku menjabat sebagai raja.”James terdiam sejenak, terlihat sedikit terkejut. Sebetulnya sangat wajar bila Xylan Wellington telah memikirkan mengenai pemerintahannya kelak. Akan tetapi, menurutnya saat itu adalah waktu yang kurang tepat.Ayahnya bahkan belum dimakamkan. Mengapa dia sudah berpikir hal lain? Tidakkah dia masih bersedih? James berpikir.Xylan berdeham kecil hingga membuat James menatapnya dengan tatapan aneh. Lantaran tidak mau James berpikir aneh tentangnya atau bahkan malah salah paham terhadapnya, Xylan buru-buru menjelaskan, “Jenderal Gardner, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan.”James tidak la
Tetapi, sebelum James Gardner bisa berpikir lebih lanjut mengenai hal itu, Monica Wilhelm, sang ratu yang baru saja kehilangan suaminya itu berkata, “Sudahlah, tidak perlu diperpanjang lagi.”Setelahnya, Monica memutar tubuhnya dan menghadap para pejabat istana yang masih berada di istana. Dia menghela napas pelan sebelum berujar, “Seperti yang aku inginkan tadi, apa kalian bersedia membiarkan kami meratapi kepergian raja kalian sebelum kita menyelenggarakan upacara kematian untuknya?”Tanpa ragu semua pejabat istana itu kompak menjawab, “Iya, Yang Mulia.”Satu per satu pejabat istana itu pun meninggalkan area kediaman raja hingga benar-benar hanya menyisakan para prajurit khusus yang melindungi raja, ratu, putri dan putra mahkota. Sementara itu, beberapa anak buah James Gardner juga tetap berada di daerah tersebut sesuai perintah James. “Jenderal Gardner, mohon bantuannya,” kata Monica. James mengangguk dan segera melakukan tugasnya sebagai jenderal perang kerajaan itu untuk menyi
“Ah, kalau kau tidak siap melepas jabatan penting itu, bukankah kau seharusnya berhati-hati ketika berbicara, Perdana Menteri? Ingatlah, yang kau bicarakan itu bukanlah hal yang pantas,” kata James dengan nada tajam.Siapapun yang mendengar suara James yang penuh ancaman itu pastilah akan takut.Dan tidak disangka-sangka, ancaman James Gardner ternyata berhasil membungkam si tua Philip. Philip tak lagi berani berbicara dan hanya diam saja. Tetapi, tatapannya yang penuh kekesalan itu masih bisa dilihat oleh James.Tentu saja, kau pasti sangat kesal padaku, Perdana Menteri. Namun, kau sudah pasti tidak mau kehilangan jabatanmu hanya karena tuduhan konyol itu, James membatin.Hal tersebut membuat Monica Wilhelm dan kedua anak-anaknya merasa sedikit lebih tenang.“Y-Yang Mulia, saya … saya ….” Philip berusaha berbicara lagi, tapi kegugupannya terlihat sangat jelas sehingga James pun tahu orang tua itu tidak mungkin berani berkata hal ngawur lagi. James pun segera menanggapi, “Kenapa, Per