Beranda / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 208. Bukankah Itu Sangat Aneh?

Share

208. Bukankah Itu Sangat Aneh?

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-17 10:26:22

Xylan malah langsung memberi tatapan aneh pada sang kakak.

Rowena yang alih-alih tidak mendapatkan jawaban tapi tatapan menyebalkan itu sontak mendengus, “Yah, kau putra mahkota. Ayah pasti membicarakan hal itu denganmu. Iya kan?”

Xylan menghela napas panjang, merasa aga kesal dengan sikap kakak perempuannya itu.

“Kenapa kau berpikir ayah akan mendiskusikan masalah ini denganku, Kakak?”

Rowena menahan rasa tidak sabarnya dan menjawab, “Astaga. Kau adalah calon raja negeri ini, menggantikan ayah kelak. Masalah pengangkatan jenderal perang yang baru juga harus berkaitan denganmu.”

Xylan menggelengkan kepala, “Tidak begitu. Memang kau tidak ingat berapa umurku saat ini, Kak?”

Rowena tidak menjawab.

“Aku masih lima belas tahun, baru akan enam belas tahun tiga bulan lagi. Mana mungkin aku dilibatkan dalam masalah sepenting itu?”

Rowena masih enggan membalas.

Sang putri yang saat itu memakai gaun violet berlengan panjang dengan panjang mencapai mata kaki itu malah memutar bola matanya ma
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    209. Tiga Kandidat Jenderal Perang

    Alen pun dengan sabar menjelaskan, “Josh Cleve mengalami luka serius saat terjadi perang beberapa bulan yang lalu.”“Dia mengalami kerusakan otak yang cukup parah sehingga dia harus menjalani beberapa operasi sampai akhirnya dia dinyatakan sembuh,” lanjut Alen.James tercengang. “Kerusakan otak yang parah? Dan dia … sekarang kembali menjadi prajurit, begitu?”Alen mengangguk, “Sayangnya, saat perang dengan Kerajaan Fermoza terjadi dia masih harus menjalani pemeriksaan intensif sampai dia benar-benar dia dinyatakan benar-benar pulih secara total.”Alen melirik ke arah Josh Cleve selama beberapa detik, baru kemudian dia melanjutkan, “Oleh sebab itu, dia tidak bisa bergabung dengan kita melawan Kerajaan Fermoza.”James masih terlihat penasaran dan tidak bisa berhenti bertanya begitu saja sehingga dia bertanya lagi, “Lalu, sebenarnya apa yang membuatnya istimewa sampai dia terpilih menjadi kandidat?”Riley yang juga tertarik ikut menoleh ke arah Alen, “Usianya sepertinya jauh lebih tua da

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Sang Dewa Perang Terkuat    210. Putuskan Sekarang!

    “Ini menarik!” kata Xylan, mengomentari pengumuman tersebut sambil tersenyum bahagia.“Ini sangat menarik!” Xylan mengulang kembali seraya menoleh ke arah sang kakak perempuannya yang saat itu ternyata sedang melotot tajam ke arah dirinya. Senyum Xylan pun menghilang seketika.“Kenapa kau menatapku seperti itu?” Xyan bertanya dengan agak bingung.Rowena menggertakkan gigi dan menarik lengan adik laki-lakinya itu, meminta Xylan untuk lebih mendekat kepadanya dengan jari tangannya.Dengan penuh tanda tanya Xylan menuruti sang kakak dengan sedikit menundukkan kepalanya lalu memasang telinga kanannya untuk mendengar Rowena berbicara.“Kau sudah gila?” Rowena berkata dengan nada agak keras hingga Xylan harus menjauhkan telinganya dari Rowena.Xylan sontak menutup telinganya dan menatap kakak perempuannya itu, “Kenapa kau melakukan itu?”“Karena kau sepertinya sudah gila sepertinya Jenderal Reece yang memilih Riley untuk bersaing dengan James Gardner. Oh, astaga! Yang benar saja!”Gadis mu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Sang Dewa Perang Terkuat    211. Kau Memikirkan Sesuatu?

    Riley menggertakkan gigi, “Kau mau membuang kesempatan besar seperti ini? Kau sudah kehilangan akal, hah?”James mengangkat bahu, “Tidak akan menyenangkan jika tidak ada lawan yang setara denganku.”“Kau ….”“Kita tidak punya waktu banyak, cepat putuskan!” desak James. Riley membuang napas dengan kasar, tampak begitu sangat kesal atas sikap temannya yang jelas-jelas keras kepala itu. Riley sangat memahami karakter James. Pemuda itu bukanlah orang yang menjilat ludahnya sendiri. Dia yakin James akan benar-benar melakukan apa yang dia katakan.Alen sendiri tidak khawatir akan masalah itu lantaran dia sangat yakin James pasti akan mendapatkan apa yang dia mau dan sudah jelas keinginan James sama seperti keinginannya. Jadi, dia hanya harus menunggu tanpa ikut campur.Dilihatnya tatapan Riley mulai menyerah. Beberapa detik selanjutnya dia bergerak untuk maju ke depan ke samping James, lalu berbisik dengan kesal, “Aku bersumpah akan menendang kakimu sampai patah nanti.”James hanya tersen

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Sang Dewa Perang Terkuat    212. Pemimpinmu?

    Bukannya menjawab pertanyaan Shin tersebut, Riley malah tiba-tiba melemparkan tatapan kesal pada James yang pura-pura tidak mau menatapnya.Sebagai gantinya, Alen Smith yang menggantikan sahabatnya itu dan berkata, “Ada sesuatu yang memang dia pikirkan tapi … itu bukan masalah besar. Sekarang dia sudah resmi menjadi kandidat jenderal perang.”Ben mengangguk setuju, “Wah! Aku masih tidak bisa mempercayainya. Kalian berdua akan bersaing menjadi pemimpinku.”“Pemimpinmu, senior?” James berkata dengan dahi mengerut.“Jenderal Perang kan pemimpin tertinggi semua pasukan, dia hanya bisa diperintah oleh raja. Tentu saja dia pemimpinku,” jelas Ben.Penjelasan itu sontak membuat telinga James memerah. Hal itu dilihat oleh Alen yang cepat-cepat berkomentar, “Jangan terlalu yakin kalau kau yang terpilih. Ingatlah! Lawanmu itu berat. Riley dan … Josh Cleve.”James mendengus jengkel, tampak tersinggung, “Tidak perlu mengingatkan aku. Ingatanku masih sangat bagus.”Shin tertawa renyah dan ketika d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Sang Dewa Perang Terkuat    213. Sejarah Baru

    Diego menghela napas panjang, terlihat mulai tertekan seperti teman-temannya yang menghadapi situasi yang sama dengannya.Tetapi, pemuda itu menjawab dengan mencoba tetap tenang, “Masalah tes yang sulit tidak akan menjadi hambatan bagi kami, Riley. Ini kesempatan kedua kami sehingga sesulit apapun tes tersebut semua itu tidak akan membuat kami kehilangan semangat.”James yang mendengarkan secara seksama sembari mengamati perubahan ekspresi Diego pun segera menyadari bahwa ada sesuatu yang sepertinya jauh lebih buruk dari sekedar seleksi yang sulit.“Lantas apa masalahnya?” James akhirnya bertanya.Diego lagi-lagi menghela napas panjang hingga semakin membuat tiga temannya itu penasaran. “Masalah utamanya adalah jika kami gagal, kami tidak bisa mengikuti seleksi penerimaan prajurit tahun depan,” jelas Diego dengan raut wajah tiba-tiba menjadi muram.“Apa?” James melotot kaget.“Si-siapa yang membuat peraturan seperti itu?” Alen bertanya dengan mata yang juga melebar.Sementara Shin be

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Sang Dewa Perang Terkuat    214. Aku Baik-Baik Saja!

    Reiner memberi sebuah penghormatan untuk Andrew, yang kemudian dibalas oleh Andrew dengan sebuah anggukan.“Bicaralah, Reiner!” Andrew memerintah.Reiner pun berujar, “Ini sebenarnya tidak ada kaitannya dengan proses seleksi ulang calon prajurit, Jenderal.”“Lalu, soal apa?”Reiner mengangkat kepala perlahan, “Bagaimana dengan kesehatan Anda, Jenderal?”Andrew tampak terkejut mendengar pertanyaan tersebut, tapi pria itu kemudian tersenyum samar.“Aku baik-baik saja.”Reiner menggelengkan kepala, “Anda terlihat tidak baik-baik saja, Jenderal Reece.”Dia menatap Andrew Reece yang sesungguhnya memang tampak agak pucat. Bahkan, sorot matanya pun terlihat agak sayu, tidak seperti biasanya.Reiner pun berpendapat bila luka sang jenderal perang itu memanglah luka yang cukup serius. Kalau tidak, sangat tidak mungkin bila Andrew terburu-buru ingin mundur dari jabatannya.Andrew tiba-tiba saja terkekeh pelan dan berbicara, “Kau sangat jeli rupanya.”Reiner menggigit bibir, tapi dia bingung baga

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Sang Dewa Perang Terkuat    215. Keistimewaan

    James buru-buru menjawab, “Tenanglah! Semua pasti akan ada penjelasannya.”Riley pun mencoba untuk bersabar dan menunggu. Dan memang benar, seperti yang dikatakan oleh James, mereka mendapatkan jawaban itu dari seorang wanita muda yang merupakan salah satu staf istana yang juga memiliki hubungan yang baik dengan Riley, yakni Mary Kesley.“Jenderal Reece masih dalam masa pemulihan pasca operasi sehingga beliau tidak bisa hadir dalam acara peresmian ini.”Orang-orang mulai bertanya-tanya dengan penyampaian informasi tersebut. Beberapa di antara mereka bahkan mulai menduga-duga tentang hasil operasi tersebut. Seorang prajurit kelas tiga yang tidak mengalami kenaikan jabatan dan secara kebetulan berdiri sejajar dengan Riley berkomentar, “Apa operasi medis itu tidak berlangsung dengan lancar?”“Entahlah. Kalau operasinya berhasil, kita pasti sudah melihat Jenderal Reece di sini, bukan?” sahut temannya yang lain.“Kurasa Jenderal Reece sedang benar-benar dalam kondisi yang tidak baik. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Sang Dewa Perang Terkuat    216. Gedung Perak

    “Bagaimana bisa aku tahu soal itu?” Riley membalas sembari menggelengkan kepala, heran dengan pertanyaan James yang menurutnya tidak penting untuk dibahas.James mendecakkan lidah, “Kau baik-baik saja kita tidak tinggal dalam satu kamar lagi?”“Aku justru sangat bersyukur,” balas Riley santai.James mengangkat alis dan menatap Riley dengan tatapan penuh curiga.Riley menyeringai, “Setidaknya aku tidak akan mendengar celotehanmu yang tidak penting seperti ini.”Pemuda yang menjadi satu-satunya prajurit baru yang berada di kelas dua itu mendengus sebal dan meninju lengan Riley meskipun tidak terlalu serius melakukannya.“Aku akan sangat bosan,” ucap James dengan lesu.Riley menoleh dan mendesah,”Hei, kita hanya tinggal di gedung yang berbeda, bukan kerajaan yang berbeda. Kita masih di istana yang sama.”Pemuda berwajah tampan itu langsung menoleh ke arah Riley, matanya menunjukkan sorot penuh harap. “Memang benar, jadi … kenapa kita tidak-”“Berhentilah berbicara sesuatu yang tidak bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    36. Bantuan Seperti Apa?

    Tetapi, sebelum James Gardner bisa berpikir lebih lanjut mengenai hal itu, Monica Wilhelm, sang ratu yang baru saja kehilangan suaminya itu berkata, “Sudahlah, tidak perlu diperpanjang lagi.”Setelahnya, Monica memutar tubuhnya dan menghadap para pejabat istana yang masih berada di istana. Dia menghela napas pelan sebelum berujar, “Seperti yang aku inginkan tadi, apa kalian bersedia membiarkan kami meratapi kepergian raja kalian sebelum kita menyelenggarakan upacara kematian untuknya?”Tanpa ragu semua pejabat istana itu kompak menjawab, “Iya, Yang Mulia.”Satu per satu pejabat istana itu pun meninggalkan area kediaman raja hingga benar-benar hanya menyisakan para prajurit khusus yang melindungi raja, ratu, putri dan putra mahkota. Sementara itu, beberapa anak buah James Gardner juga tetap berada di daerah tersebut sesuai perintah James. “Jenderal Gardner, mohon bantuannya,” kata Monica. James mengangguk dan segera melakukan tugasnya sebagai jenderal perang kerajaan itu untuk menyi

  • Sang Dewa Perang Terkuat    35. Lalu Siapa?

    “Ah, kalau kau tidak siap melepas jabatan penting itu, bukankah kau seharusnya berhati-hati ketika berbicara, Perdana Menteri? Ingatlah, yang kau bicarakan itu bukanlah hal yang pantas,” kata James dengan nada tajam.Siapapun yang mendengar suara James yang penuh ancaman itu pastilah akan takut.Dan tidak disangka-sangka, ancaman James Gardner ternyata berhasil membungkam si tua Philip. Philip tak lagi berani berbicara dan hanya diam saja. Tetapi, tatapannya yang penuh kekesalan itu masih bisa dilihat oleh James.Tentu saja, kau pasti sangat kesal padaku, Perdana Menteri. Namun, kau sudah pasti tidak mau kehilangan jabatanmu hanya karena tuduhan konyol itu, James membatin.Hal tersebut membuat Monica Wilhelm dan kedua anak-anaknya merasa sedikit lebih tenang.“Y-Yang Mulia, saya … saya ….” Philip berusaha berbicara lagi, tapi kegugupannya terlihat sangat jelas sehingga James pun tahu orang tua itu tidak mungkin berani berkata hal ngawur lagi. James pun segera menanggapi, “Kenapa, Per

  • Sang Dewa Perang Terkuat    34. Perdana Menteri

    Philip Crawford terbatuk-batuk begitu mendengar perkataan James Gardner.James menaikkan alis kanan, tampak menanti penjelasan Philip.Philip pun berdeham kecil dan membalas tanpa berani melihat ke arah James, “Bukan saya yang menuduh Anda, Jenderal Gardner. Hanya saja … seluruh penghuni Kerajaan Ans De Lou membicarakan hal ini. Anggap saja saya hanya menyampaikan apa yang sedang dipikirkan oleh mereka.”James tertawa pelan, membuat Philip seketika menoleh ke arah dirinya. Begitu juga dengan Monica dan kedua anaknya yang tampak terkejut melihat reaksi sang jenderal perang.“A-apa yang lucu dari perkataan saya sampai Anda tertawa, Jenderal Gardner?” Philip berkata dengan nada tersinggung.James menghentikan tawanya dan mendesah pelan sebelum berkata, “Tidak ada yang lucu. Hanya saja aku merasa kau sangat pengecut sekali, Perdana Menteri.”“Pe-pengecut? Apa maksudmu, Jenderal?” Philip membelalakkan mata, jelas semakin tersinggung.“Benar. Tentu saja kau hanyalah seorang pengecut. Kau m

  • Sang Dewa Perang Terkuat    33. Penyebab

    “Jadi, kalian bisa memberi kami waktu untuk meratapi anggota keluarga kami, bukan? Kalian tidak lupa bukan bahwa Keannu Wellington bukan hanya seorang raja negeri ini, tapi dia adalah kepala keluarga kami. Dia suamiku, ayah dari kedua anakku dan seorang kakek dari cucuku,” kata Monica dengan nada datar tapi tegas.Perkataan sang ratu rupanya berhasil membuat para pejabat istana itu saling lirik dan akhirnya terbungkam.Beberapa di antara mereka tampak mundur beberapa langkah seakan memang benar-benar tidak ingin mengganggu lagi anggota keluarga kerajaan. James Gardner sendiri tersenyum melihat para pejabat istana yang sebagian merupakan jajaran menteri penting itu tidak berkutik di hadapan sang ratu. James tidak bisa tidak terkesan pada kemampuan sang ratu yang mampu membuat orang-orang tunduk atas perintahnya. Hal itu karena menurut James sangatlah langka dan jarang terjadi.Sebelum dia melepaskan jabatannya sebagai seorang wakil jenderal perang, dia telah bertemu dengan begitu ba

  • Sang Dewa Perang Terkuat    32. Bukankah Kami Berhak?

    Dikarenakan James tidak kunjung bergerak dari tempatnya berdiri dan malah terdiam seperti sebuah patung, Rowena langsung melirik ke arah Xylan.Xylan tentu saja mengerti maksud dari kakak perempuannya itu sehingga dia cepat-cepat berkata, “Jenderal Gardner, apa … kau baik-baik saja?”James sontak tersadar dari lamunannya dan mengangguk pada Xylan. Dengan kebingungan yang sedang menguasai pikirannya, dia tetap melangkah masuk ke dalam kamar sang raja.Begitu dia memasuki area itu untuk pertama kalinya, James bisa melihat jasad raja Kerajaan Ans De Lou yang terbaring kaku di atas tempat tidur mewah itu. Dia hanya bisa menghembuskan napas pelan melihat orang yang pernah bertanggung jawab atas kerumitan hubungan antara ayahnya dan juga ayah Riley itu. Akibat kesalahan raja yang telah wafat itu, hubungannya dengan Riley pun meregang.Akan tetapi, sang raja telah meminta maaf kepadanya dan dia pun telah memaafkan segala kesalahannya sehingga saat itu sudah tidak ada rasa amarah ataupun dend

  • Sang Dewa Perang Terkuat    31. Perisai

    Sebelum James memberikan jawaban atas perkataan Xylan Wellington, sang putra mahkota yang masih sangat muda itu, Xylan telah kembali berbicara, “Jenderal Gardner, aku tahu permintaanku ini sangat berlebihan.”“Dan aku tahu … tujuanmu bersedia kembali ke istana ini adalah demi kakak iparku, namun … aku sangat membutuhkan bantuanmu, Jenderal Gardner,” Xylan menambahkan dengan raut wajah penuh permohonan.James menghela napas panjang dan kemudian menggelengkan kepalanya.Hal itu membuat Xylan lemas dan juga kecewa. Tetapi, itu hanya berlangsung sementara karena tidak lama kemudian Xylan mendengar James berkata, “Anda tidak perlu meminta saya sampai seperti ini, Yang Mulia.”Xylan terhenyak. Terlebih lagi James melanjutkan dengan berkata, “Sebagai seorang Jenderal Perang Kerajaan Ans De Lou, tugas saya tidak hanya melindungi negeri ini. Tapi juga melindungi kepala pemimpin kerajaan ini.”Mulut Xylan terbuka sedikit karena terkejut mendengar jawaban James yang tanpa sedikitpun keraguan it

  • Sang Dewa Perang Terkuat    30. Kau Bisa Membantuku?

    “Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” Reiner terlihat semakin bingung.Biasanya, jika mereka memenangkan sebuah peperangan, mereka akan disambut dengan begitu meriah.Tidak hanya sejumlah prajurit istana saja yang menyambut mereka, namun juga para pejabat istana serta anggota keluarga kerajaan akan menyambut kedatangan mereka.Akan tetapi, saat itu hanya ada sejumlah prajurit dan prajurit pengawal pangeran saja yang ada di lapangan tempat pesawat mereka akan segera mendarat.Hal itu tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan yang akhirnya mencuat di kepala para prajurit yang baru kembali dari pertempuran antara hidup dan mati itu. “Apa mereka tidak mendengar kabar kemenangan kita?” celetuk salah seorang prajurit kelas satu dengan nada penuh rasa kecewa.Seorang prajurit kelas dua menanggapi, “Tidak mungkin. Mereka pasti mendengarnya. Ini sebuah kemenangan besar yang ditunggu-tunggu. Mereka tidak mungkin tidak tahu.”“Betul. Istana pasti telah mengumumkan berita paling membahagiakan i

  • Sang Dewa Perang Terkuat    29. Keresahan

    “Astaga, Xylan! Mengapa kau meragukan dia?” Rowena membalas dengan nada pelan, seolah takut membuat putra kecilnya yang sedang tertidur dalam gendongannya terbangun akibat suaranya yang mungkin terlalu kencang.Xylan menggelengkan kepala, “Aku sama sekali tidak bermaksud meragukan dia. Hanya saja, aku tahu tujuan utamanya kembali ke istana ini, Rowena. Dia ….”“Berhenti berpikir seperti itu! Dia akan sangat kecewa kalau dia tahu ternyata kau meragukan kesetiaannya,” kata Rowena dengan tajam.Rupanya nada suaranya kali itu sedikit agak lebih keras sehingga sang putra, Kharel Mackenzie terganggu tidurnya sampai bocah kecil itu menggerakkan tubuhnya.Rowena pun kembali mencoba untuk membuat pangeran kecil itu terlelap lagi dengan cara menimangnya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.Xylan terdiam, seakan dia tahu sang kakak masih belum selesai berbicara.Ternyata memang benar dugaan Xylan. Usai keponakan kesayangannya itu tertidur tenang lagi, Rowena pun berkata lagi, “Xylan, menuru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    28. Kegagalan?

    Selama Ben mengenal James, baru saat itu dia melihat James terlihat begitu sangat frustasi.Biasanya James selalu tampak datar, dingin dan tak jarang malah tanpa emosi. Akan tetapi, James yang sangat kaku itu telah berubah.Rasa cemas dan gelisah itu ditampakkan dengan jelas. Hal itu tentu membuat Ben cukup bingung menanggapinya.Akan tetapi, dia kemudian mendengar Reiner berkata, “Tenanglah, James! Ini bukan berarti kau tidak bisa membawa Riley pulan selamanya. Namun, kau hanya belum bisa membawanya pulang saat ini saja.”Reiner menepuk punggung James yang terlihat sedikit bergetar itu. Oh, Reiner sangat terkejut. Rupanya James benar-benar sangat memikirkan perasaan putra sahabat mereka itu. “Ingat, James. Kita akan kembali ke sana untuk mencarinya lagi, jadi kau tidak perlu merasa bersalah,” Reiner menambahkan.Bukannya menjadi tenang, James malah semakin resah. Pria muda itu menoleh ke arah Reiner dan membalas, “Bagaimana bisa aku tidak merasa bersalah, Rei? Aku … sudah berjanji

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status