Natha bingung.
Setelah Kenzie memberikan pertanyaan kepadanya. Saat itu juga ponselnya berdering. Disana tertuliskan 'Papa' menandakan sang Papa melakukan panggilan suara kepadanya. "Aduh, gimana ini?" Wajah putih Natha terlihat memucat.Kenzie yang menyadari akan hal itu langsung menyambar ponsel yang tengah berada di tangan Natha.
"Sssttt diam! biar aku yang bicara." Kenzie keluar dari kamar meninggalkan Natha sendiri. "Gimana mau diem coba, nggak tau aja kalo papa tuh galaknya melebihi singa habis beranak," gumam Natha, hatinya mulai tidak tenang, karena dia menyadari kesalahannya kali kali ini memang melebihi yang biasanya.Sedangkan di luar Kenzie berusaha menjelaskan permasalahan yang terjadi antara Dirinya dan juga Natha hari ini.
"Anda tenang saja Pak, sekarang anda sedang berada dimana? Biar sekretaris saya yang akan mendatangi Bapak dan menjelaskan permasalahannya." Kenzie berusaha menjelaskan dengan setenang mungkin."Saat ini saya sedang berada di pulau Sebatik, kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Alamat lengkap akan saya kirim via Email. Saya titip anak saya, maaf jika Natha sulit untuk diatur. Saya mungkin baru bisa kembali ke Surabaya satu minggu lagi." Anantha menjelaskan tentang Natha, dia tidak heran saat ini bahkan dia sudah tahu dengan apa yang dilakukan anaknya, karena dia selalu memonitor keberadaan anak gadisnya itu, melalui GPS yang dia pasang di dalam kalung yang dia berikan beberapa bulan lalu sebagai hadiah ulang tahunnya.
"Baiklah kalo begitu Pak, maaf sudah membuat anda cemas dengan permasalahan yang kami timbulkan saat ini. Tolong sebaiknya anda tidak usah menghubungi Natha terlebih dahulu, sepertinya dia sedang syok."
Kenzie berusaha menjelaskan agar orang tua Natha, bisa mengerti keadaan anaknya saat ini. Bukan hal yang mudah bagi Natha, mengalami hal yang sangat memalukan. Pikir Kenzie. Tangan Kenzie kembali mencari nama sekretaris yang ada di ponselnya. Kemudian dia men-dial no tersebut dan langsung mendapatkan jawaban dari seberang telepon."Halo, Kepin?""Ya halo Bos," kata Orang, di seberang sana."Aku sedang berada di Bandung dan kebetulan sedang mengalami masalah, tolong segera selesaikan dan pergilah ke alamat yang aku kirim ke emailmu." Kenzie menjelaskan dengan singkat lalu mengakhiri panggilan tersebut. Bahkan saat ini dia sangat yakin sekretarisnya sudah faham dan mengerti dengan tugas yang diberikannya.Kenzie melangkahkan kakinya menuju kamar di mana Natha berada, baru saja dia membuka pintu Natha sudah mengejutkannya dengan beberapa pertanyaan.
"Gimana-gimana? Papa pasti marah besar ya?" Natha nampak ketakutan melihat Kenzie masuk ke dalam kamar dan memberondonginya dengan pertanyaan bertubi-tubi. "Tenang sedikit bisa kan?" Kenzie masih dengan wajah datarnya. "Sekarang kamu jelasin bagaimana kamu bisa masuk ke dalam kamarku." Kata Kenzie sambil menaikkan sebelah alisnya. "Tunggu dulu, bukannya loe yang masuk ke kamar gue seenaknya." Natha nampak tidak terima jika dia dituduh salah memasuki kamarnya."Ck, jelas-jelas kamu yang salah. Sini kamu ikut sama aku, bawa sekalian kunci kamar kamu." Kata Kenzie, Natha menuruti apa yang di katakan oleh Kenzie mereka berhenti tepat di depan pintu kamar.
"Lihat baik-baik yang aku lakukan." Kenzie menutup pintu, lalu menguncinya dengan kunci yang dia punya dan benar saja pintu itu langsung terkunci dengan sempurna. Natha sedikit bengong dengan apa yang dia lihat saat ini. "Eh tunggu dulu, ini bener kok nomor 9. tapi, emang gue pas masuk pintunya emang nggak nutup rapat dan nggak ke kunci juga. Tuh, lihat nomor di atas memang nomor 9 kan?" Natha masih kekeuh dengan penjelasannya. Saat ini Natha sudah berdiri di depan pintu bersama Kenzie untuk menyelidik apa yang terjadi dan apa yang salah.Kenzie nampak berpikir sejenak lalu dia memegang nomor yang menempel pada pintu tersebut.
"Aku tahu jawabannya, nomor di pintu ini terputar karena bautnya hilang satu jadi nomor yang seharuanya 6 berubah menjadi 9." Natha merasa semakin jengkel dengan apa yang dilihatnya saat ini. "Arrrrgghhhhh..." Braak!Natha menendang pintu yang ada di hadapannya hingga menimbulkan suara yang sangat keras. Karena ulahnya yang brutal menyebabkan kegaduhan di lorong hotel tersebut. Dalam waktu sekejap orang-orang sudah berkumpul mengelilingi mereka."Sudah Nath, jangan buat masalah lagi!" Kenzie mencoba menenangkan Natha supaya tidak bertindak yang tidak sepantasnya.
"Siapa yang bertanggung jawab dengan hotel ini?" Natha berteriak di depan para karyawan hotel yang tengah mengelilingi mereka. "Sa-saya Mbak." Jawab salah seorang pegawai laki-laki yang terlihat ketakutan melihat keganasan Natha saat menendang pintu."Apa kalian tidak pernah memeriksa keadaan hotel ini, huh?" Triakan Natha membuat orang yang berada di sana tersentak, termasuk dengan Kenzie.
"Waduh, bisa gawat kalo dibiarin ini. Lama-lama bisa hancur usaha orang." Gumam Kenzie, ia heran dengan apa yang dilakukan oleh istrinya. "Sud-""Diem lo, gue nggak terima sama apa yang terjadi hari ini," belum sempat Kenzie berbicaara Natha sudah memotong perkataanya."Bukan hanya rugi tapi, gue juga sangat malu, apa kalian memikirkan perasaan gue, hah?" Suara Natha semakin meninggi, beberapa orang juga terlihat berbisik-bisik membicarakan kelakuan Natha saat ini. Melihat akan hal itu Kenzie langsung menarik Natha pergi dari tempat itu. Natha berusaha melepas cengkraman Kenzie dengan sekuat tenaga agar bisa terlepas dari tangannya. "Lepasin gue bisa nggak! Gue belum selesai sama urusan ini," kata Natha sambil menepuk-nepuk tangan Kenzie. "Sudah lah Nath, semuanya juga sudah terjadi dan Kamu juga sudah sah menjadi Istriku." Kenzie terlihat serius saat mengatakannya.
Natha tidak bisa berkata apa-apa lagi. Akhirnya dia pergi meninggalkan Kenzie sendiri yang masih terpaku melihat kepergian Natha. "Mungkin dia butuh waktu untuk sendiri," pikir Kenzie saat ini, entah kemana Natha pergi. Kenzie melangkahkan kakinya sembari memijit pelipisnya. Kenzie yang berjalan menuju kamar melewati kolam renang, namun dia malah mendengar sebuah kegaduhan.
Bugh! Bugh! Bugh!
Betapa terkejutnya Kenzie saat ini, dia mendapati Natha sedang memukul pegawai hotel yang tadi berulang kali meminta maaf kepadanya. Melihat hal itu Kenzie langsung berlari ke pinggir kolam renang yang memang sepi. Sepertinya petugas Hotel itu memang agak apes, harus bertemu Natha kembali. Kenzie langsung menarik tubuh Natha dan langsung memeluknya dengan erat. "Pergi sekarang juga Mas!" Kenzie berseru kepada pegawai hotel yang sudah babak belur akibat ulah Natha. "Kamu bisa nggak sih nurut perkataanku?" Kali ini Kenzie mengatakan dengan intonasi yang cukup tinggi. Sementara Natha masih di dalam pelukan Kenzie.DEG
Serasa mau runtuh perasaan Natha saat ini, seumur hidupnya tidak ada yang pernah berani membentak dirinya sekasar itu. Termasuk kedua Orang tuanya dan juga Kakaknya sendiri. Perlahan tetes demi tetes air meleleh dari pelupuk mata Natha. Kenzie masih belum menyadari jika Natha saat ini sedang menangis dalam diam. Natha langsung mendorong tubuh Kenzie dengan kekuatan penuh, lalu pergi berlalu meninggalkan Kenzie untuk kesekian kalinya. Kali ini Kenzie tidak membiarkan Natha kabur lagi. Diam-diam Kenzie mengikuti kemanapun langkah kaki Natha pergi. "Kenapa gadis ini sangat keras kepala, bahkan untuk diajak bicara baik-baik saja tidak bisa. Ya Allah sebenarnya jelmaan apa gadis itu? kenapa malah wanita setengah Tarzan yang Engkau kirim pada Ku." Langkah kaki Kenzie terhenti saat melihat Natha berjalan menuju kebun teh. Hotel tempat Natha menginap memang berhadapan dengan kebun Teh yang sangat luas. Langkah Natha, membawanya berjalan menyusuri hamparan daun-daun hijau dan berhenti di sebuah gubug kecil.Kenzie yang sedari tadi mengikuti Natha kemudian melangkahkan kakinya perlahan mendekatinya. "Maaf," Kata Kenzie. Mendengar suara Kenzie, dia langsung menghapus air matanya dan berusaha agar terlihat tidak terjadi apa-apa. Padahal saat ini Natha sedang merasa kacau dengan masalah yang di alaminya.
"Nggak usah dibahas lagi, semua sudah terjadi." Natha menjawab dengan nada datar. "Kita bahkan belum berkenalan secara resmi ya?" Kenzie berusaha mencairkan suasana. Namun Natha hanya memberikan anggukan kepalanya saja. "Kamu pasti kecewa dan belum siap ya?" Kenzie memperhatikan Natha yang masih menunduk lesu. "Kita cari makan yuk? Sekalian kita buat kesepakatan di dalam pernikahan ini. Pasti kamu masih ingin bebas kan?" Mendengar perkataan itu, Natha langsung menghapapkan wajahnya kepada Kenzie.DEG
Jantung Kenzie seperti mau copot saat diberi tatapan secara tiba-tiba oleh gadis di hadapannya. "Cantik sih, tapi kelakuannya minus." Kata Kenzie didalam hatinya, ia bahkan tidak sadar saat mengagumi kecantikan Natha. Bahkan saat ini Kenzie terlihat sedang melamun. "Jadi cari makan, nggak?" natha melambaikan tangannya tepat di hadapan Kenzie. "Eh, iya ayo!" Natha berjalan mendahului Kenzie yang masih sedikit termenung.Bersambung...
Setelah perjalanan berapa menit Natha dan Kenzie sampai di rumah makan sederhana. Suasana menjadi canggung saat Natha duduk tepat di hadapan Kenzie."Mau pesan apa?" Tanya Kenzie."Samain aja.""Jadi mau pesan apa Mas?" Tanya pelayan wanita mengenakan seragam berwarna hitam dengan memberikan senyuman yang dibuat semanis mungkin. "Ayam bakar sama air jeruk hangat saja Mba." Kata Kenzie."Baiklah, jadi dua porsi ayam bakar dan dua air jeruk hangat ya Mas?" Kata pelayan itu mengulangi perkataannya. "Bisa cepetang nggak sih Mbak?" Natha mengatakan sambil memberikan tatapan tajam kepada pelayan itu. "Ma-af Mba," pelayan itu nampak ketakutan lalu pergi meninggalkan meja Natha. "Kamu bisa nggak sih, nggak usah buat masalah sekali ... aja?" Kata Kenzie."Langsung pada intinya aja deh, tadi lo kan bilang kalo mau bikin kesepakatan." Natha nampaknya sudah tidak sabar dengan yang akan disampaikan oleh Kenzie."Kita makan dulu ya, nanti d
Natha buru-buru memasuki kamarnya dengan berlari kecil. "Dasar aneh, hampir saja gue diterkam singa." Gumam natha saat mengingat apa yang dilakukan oleh Kenzie kepadanya. Jantung Natha berdegup dengan kencang ketika mengingat yang terjadi kepadanya saat di dalam kamar Kenzie."Astaga! kenapa wajahnya selalu terngiang-ngiang di fikiranku kayak gini sih?" Natha membanting tubuhnya ke atas kasur.Ting! Ting!Notifikasi di ponsel Natha berbunyi."Gleg! Mampus gue. Kak Alvin," Natha kesulitan menelan salivanya saat membaca pesan dari sang Kakak.[Dimana kamu sekarang? Share lokasimu sekarang juga, NATHA! Jika tidak Kakak akan menyeretmu pulang jika berhasil menemukanmu!]Pesan dari Alvin mampu membuat Natha lemas dalam waktu sekejap. Kakaknya memang keras kepadanya, apalagi jika dia membuat masalah.Natha langsung berlari keluar menemui Kenzie lagi, dia tidak ingin menjadi sasaran kemarahan sang Kakak sendiri. Ini bukan
"Na ... Natha?" Kenzie nampak kesulitan menelan salivanya sendiri. Ia bahkan mengulangi perkataan lelaki yang ada dihadapannya dengan terbata."Dimana Adikku? Maaf saya lancang. Perkenalkan saya Alvin, Kakak kandung Natha. Saya sudah mendengar semua dari Ayah saya," penglihatan Alvin mengedar berusaha menerobos ke dalam kamar Kenzie, sambil mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Kenzie."Saya Kenzie, maaf kami sudah membuat masalah. Sebaiknya kita bicarakan masalah ini diluar saja." Kenzie buru-buru menutup pintu kamar, ia menyadari gerak-gerik Alvin yang berusaha mencari keberadaan Natha.Tingkah Kenzie, membuat Alvin curiga. "Apa dia ada di dalam?" Perkataan Alvin membuat Kenzie kaget dan membulatkan matanya dengan sempurna."Sebaiknya kita bicarakan di tempat lain saja." Kenzie berusaha membujuk Alvin agar mau meninggalkan kamar hotel miliknya.Alvin hanya menurut dan mengekor dibelakang Kenzie, entah lelaki itu akan membawanya k
"Hoaaaamm ... " Natha menguap dengan lebarnya lalu merentangkan ke dua tangannya."Perasaan gue semalem tidur nggak pake selimut deh? Ah ... masa bodoh dengan itu." Natha mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar."Selamat pagi dunia ... " pandangan Natha terhenti ketika mendapati Kenzie terbaring tak berdaya di atas sofa yang berada tepat di seberangnya.Langkah kakinya menuruni ranjang, lalu menuntunnya menuju sofa tempat Kenzie tertidur.Natha memberanikan diri mendekati Kenzie, yang tengah tertidur pulas. Kaca mata tebal yang masih menempel di wajah dan rambut gondrong yang menutupi wajah Kenzie.Dasar aneh!Tidur seperti ini, bukankah akan menyakiti diri sendiri ketika bangun.Natha melepaskan kaca mata yang ada di wajah Kenzie, lalu meletakkanya di atas meja. Kemudian ia merapikan anak rambut yang menutupi wajah Kenzie."Ternyata lo nggak jelek-jelek amat ya? Bahkan terlihat tampan. Sayang banget, ketampanan ini tertutup
Setelah selesai dengan mandi kilatnya, Kenzie mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada seseorang. Natha yang melihat hal itu hanya diam saja.Entahlah dengan siapa dia mengirim pesan?"Ini ponsel kamu, Ayo!" Kenzie yang sudah siap mengajak Natha, untuk pergi mencari makan sekalian berjalan-jalan mengelilingi kota Bandung tentunya."Kemana?" Terlihat wajah Natha mulai penasaran."Keliling Bandung." Sahut Kenzie dengan santai sembari melangkahkan kakinya meninggalkan Natha."Naik apa?" Natha terlihat antusias setelah mengetahui dirinya akan diajak berjalan-jalan."Jalan kaki." Kenzie nampak menahan senyumannya ketika mengatakan kepada Natha. Ia sedikit penasaran, jawaban apa yang akan diberikan oleh Natha nantinya."Hah! Lo nggak gila 'kan? Masa iya keliling Bandung jalan kaki. Paling nggak 'kan bisa pesen Ojol." Natha mulai terlihat kesal.Jalan kaki.Keliling Bandung.Waras nggak sih dia ini?Punya Black Card tapi masak i
Sambungan telfon Kenzie dengan Mamanya sudah terputus. Kenzie yang tadi berdiri kembali ke tempat duduknya."Elo! Seenaknya aja buat keputusan." Mata Natha melotot."Kamu sebaiknya tenang dulu Nath, aku bakalan jelasin semuanya pelan-pelan," tutur Kenzie kemudian. "Dengerin dulu penjelasan aku. Kalau kamu marah-marah kayak gini terus, masalah kita nggak akan selesai."Natha menyadari bahwa perkataan Kenzie, hal itu membuat Natha menjadi bungkam. Terpaksa Natha menutup mulutnya rapat-rapat karna perkataan Kenzie ada benarnya. Sebenarnya malu, namun mau tak mau ia harus mengakui kesalahannya. Tindakannya yang selalu berlebihan akan memperkeruh suasana nantinya.Setelah Natha sedikit tenang, Kenzie pelan-pelan mengatakan rencana yang yang akan mereka jalani kedepannya. "Jadi begini, nanti ketika kita sudah pulang sebaiknya kita berpura-pura menjadi sepasang kekasih yang memang hanya bertemu seperlunya saja." Tutur Kenzie kemudian.Natha hanya m
Kegelisahan menyelimuti wajah Natha. Kulit putihnya semakin terlihat memucat karena kegugupan yang melanda dirinya saat ini. Tangannya berubah menjadi dingin dan bergetar.Kenzie yang menyadarinya, seketika itu juga meraih tangan Natha lalu mengenggamnya dengan erat. Pandangan matanya tak lepas dari Natha "Tenang Nath, jangan gugup! Semuanya akan baik-baik saja." Kenzie berusaha meyakinkan Natha agar tetap tenang saat menghadapi masalah yang ada di depan mereka saat ini.Tenang!Segampang ini dia berkata?Terbuat dari apa sebenarnya fikiran kenzie.Bahkan gue harus bertemu dengan ibu mertua dalam situasi yang tidak enak seperti saat ini.Apakah pura-pura pingsan adalah jalan keluarnya?Tidak-tidak, sepertinya menghadapi situasi ini akan jauh lebih baik.Tenang!Fokus!Jangan gugup Nath!Natha berusaha menyemangati dirinya sendiri. Walaupun itu sepertinya tidak terlalu berhasil."Jadi gara-gara wanita jadi-
"Resepsi?" Natha membelalakkan matanya mendengar perkataan Kenzie.Apa lagi ini ya Tuhan.Tadi mertua.Terus cucu.Besok resepsi.Nanti apa lagi?Temani dia arisan ala-ala?Natha meraup wajahnya dengan gusar.Kepalanya mengeleng berharap semua yang dia hadapi saat ini hanyalah mimpi."Kenapa? Bukan masalah 'kan?" Kenzie menghentikan gamenya. Pandangan netranya mengarah kepadan Natha meminta jawaban."Aku belum siap Ken, Mama dan Papa belum pulang juga. Kenapa secepat ini."Frustasi, Natha merasa semakin gila jika tinggal terus-terusan dengan Kenzie dan Mamanya."Aku ... anak satu-satunya Nath, kamu ingat kejadian kita di Bandung beberpaa hari yang lalu?" Ekor mata Kenzie terus mengamati gerak-gerik Natha. "Itu adalah hari dimana aku harus bertunangan sama Karin. Tapi aku memilih kabur dan berujung menikah dengan cara tidak hormat denganmu. Harga diriku sebagai seorang laki-laki udah jatuh Nath, aku janji nggak bakal buat aneh-aneh lagi
“Sepertinya ada darah tarzan yang mengalir di tubuh istriku,” ujar Kenzie.“Apa kamu bilang?”Deg.Kenzie segera menoleh ke arah suara itu.“Eh Pa,” jawab Kenzie dengan senyum sedikit kikuk. Bagaimana tidak dirinya membicarakan keburukan istrinya tepat di depan mertuanya.Kenzie segera menghampiri Anantha lalu menyalami tangan papa mertuanya. Yang langsung di sambut hangat oleh Anantha.“Kamu yang sabar ya, maklum istri kamu itu setengah laki-laki, nggak tahu dulu sepertinya dia ingin lahir menjadi lelaki. Tapi pas pembagian kelamin dia nggak datang. Nah makanya kan jadi nggak songkron sifat sama sama gender,” kelakar AnanthaKegugupan Kenzie mendadak sirna mendengar ucapan mertuanya saat ini.Ternyata Papa mertuanya tidak segarang yang dia bayangkan.“He ... He iya Pa, Mama di mana kok dari tadi saya nggak lihat,” tanya Kenzie. Dia berusaha mengalihkan pe
"Whitney!" Seru Kenzie. Seekor angsa berwarna putih muncul dengan anggunnya."Soang!" Jerit Natha, dirinya langsung melompat ke dalam pelukan Kenzie."Kamu kenapa?" Kenzie terlihat keheranan, ketika melihat wajah yang berada di hadapannya menjadi putih memucat dalam seketika."I-itu jauhain Soangnya." Natha mengeratkan pelukan tangan dan kakinya ke dalam pelukan Kenzie."Iya-iya ... tapi turun dulu! Nanti kita bisa jatuh berdua," ujar Kenzie."Nggak mau, pokoknya nggak mau itu nanti kepalaku di petok. Aku nggak mau," jerit Natha.Sesekali Natha melihat angsa yang ada di bawah kaki Kenzie, lalu membenamkan kembali wajahnya di dalam ceruk leher Kenzie."Kenapa sih, dia nggak bakal metok orang Nath, aku udah pelihara dia dari dia masih kecil," ujar Kenzie meyakinkan istrinya itu.Natha masih tetap dalam posisinya. Memeluk Kenzie dengan eratnya, tubuhnya sekarang menjadi bergetar. Keringat dingin mengucur di dahi Natha.M
"Gimana? Emang kamu nggak sakit?" Kenzie menaikkan sebelah alisnya."Udah dong Ken, itu terus di bahas." Natha tersipu malu."Ya 'kan kamu yang mulai. Gimana sih Nath?" Kenzie mencubit gemas pipi Natha.Lalu mengecup bibirnya sekilas."Kebiasaan deh, udah aku mau mandi." Natha menarik selimut yang menutupi keduanya.Sementara Kenzie terkesiap, karena ulah Natha. Pasalnya keduanya memang benar-benar naked selama tidur.Dengan cepat Kenzie menutupi barang berharganya dengan bantal. Ingin sekali dirinya menerjang istrinya namun nyalinya ciut menyadari dirinya akan kalah beradu jotos dengan istrinya yang unik itu."Nggak gitu juga caranya dong, Natha!" Cicit Kenzie."Lah ... kenapa musti malu coba, bukankah semalam aku udahblihat semua ... udah lupain aja deh kalo gitu." Ujar Natha sembari mengibas-ngibaskan tangannya di udara. Telihat wajah kesal Natha terpampang dengan jelas."Bukannya malu, tapi ini dingin." Ujar Kenzie kemudia
Cup.Bibir keduanya saling bertautan, netra Natha dan Kenzie membulat dengan sempurna.Natha hendak mendorong dada Kenzie. Namun, dengan cepat Kenzie menggenggam tangan milik istrinya itu.Kenzie memejamkan matanya dengan tangan yang masih setia mengunci pergelangan tangan Natha. Perlahan-lahan Kenzie melumat bibir Natha tanpa mendapatkan balasan darinya.Natha yang masih syok dengan apa yang baru saja dia alami itupun, masih bergeming diposisi awal dengan mulut yang masih mengatup rapat.Kenzie 'pun dengan cepat mengigit bibir bawah Natha, ketika dirinya menyadari Natha tak membalas apa yang tengah dia lakukannya saat ini."Akh ...."Kenzie yang mendapatkan celah, mulai melancarkan aksinya dengan segera memperdalam ciumannya dengan begitu lembut. Hingga bibir keduanya saling bertaut, intim. Bergerak seirama menikmati gairah yang mulai menyulut mereka berdua. Meskipun Natha masih bagitu kaku, karena itu memang adalah pengalama
"Bagaimana ... kalo Alvin sampai tahu, ya?" Mendengar perkataan Kenzie, Natha langsung membulatkan matanya. Dia merasa ketakutan mendengarkan ucapan suaminya saat ini. Ancaman ketika di adukan kepada sang kakak memang lebih mengeritak dibanding harus berurusan dengan polisi atau begal."Please ... Ken, aku janji bakalan berubah. Swear, deh!" Tangan sebelah Natha memegang lengan Kenzie yang masih setia dengan setir mobilnya, sementara tangan yang satu diangkat dengan jari membentuk huruf V. Di dalam hati Kenzie tertawa terbahak-bahak melihat wajah panik sang istri saat ini.Namun, ketika melihat hal itu, justru membuat Kenzie ingin mengerjai Natha lebih lagi.Sebenarnya, Kenzie bukanlah orang yang suka mengatur dan bukan pula orang yang suka diatur. Namun, kelakuan Natha kali ini memang sudah terbilang kelewatan. Ia hanya ingin membuat Natha jera saja dan tidak lagi pergi tanpa berpamitan kepada dirinya. Bisa diingat-ingat semenjak mereka bertemu hal-hal an
Ketika hendak tidur dan memulai petuangan di dalam mimpi, tiba-tiba saja notifikasi diponsel Natha berbunyi. Mendengar hal itu Natha, segera membuka pesan yang masuk. Senyum menyerigai terbit dibibir Natha, saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya.Di sana tertuliskan nama 'Devano'. Sahabatnya yang sering memberikan info mengenai balapan liar.Setelah menerima pesan dari Devano, senyum di wajah Natha terbit.Ia memastikan lelaki yang tengah tidur di sampingnya, saat ini benar-benar terlelap. Merasa mendapatkan jackpot Natha, segera keluar dengan mengendap-endap.Tangannya tak lupa menyambar jaket kulit berwarna hitam miliknya.Kepalanya tak henti-hentinya menengok ke kanan dan juga ke kiri, bahkan saat ini Natha seperti seorang maling yang tengah mencuri di rumah seseorang.Berharap tidak ada yang melihatnya keluar dari rumah Kenzie. Karena, malam telah larut dan tamu juga sudah pergi. Akhirnya, Natha berhasil keluar dengan aman. Tanpa
Hening.Pesta pernikahan telah selesai. Semua tamu undangan telah pergi dari kediaman Kenzie.Hanya tersisa beberapa keluarga inti dari kedua belah pihak dan juga sekretaris Kenzie saja.Tidak ada siapapun yang ingin memulai berbicara lebih dahulu.Natha dan Kenzie saling beradu pandang. Seolah mengisyaratkan, agar salah satu dari keduanya mau membuka mulut untuk menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya."Jadi?" Pertanyaan itu dilayangkan oleh Vania, ia menghujani pertanyaan kepada Kenzie dan Natha "apakah kalian, tidak ingin menjelaskan sesuatu kepada Mama?"Vania nampak menunggu jawaban dari anak dan menantunya. Sementara itu, Sarah hanya diam. Ia tak ingin membuka mulut dan memberitahukan masalah anak dan menantunya. Ia berharap Kenzie dan Natha lah yang akan memberitahukan kepada Vania.Di sisi lain, Vania sangat penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi kepada putranya dan juga menantunya sebelumnya. Ia sebenarnya tidak p
Kenzie membolak-balik makanan yang ada di atas piringnya. Kemudian ia menatap Vania."Kenapa?" Tanya Vania melihat tingkah aneh putranya, ia tahu jika Kenzie akan mengatakan sesuatu. Tergambar jelas dari raut wajahnya saat ini."Nggak diracun kan Mah," Vania langsung mengulurkan tangannya lalu menarik telinga Kenzie hingga merah."Aduuuuh ... sakit Ma," Cicit Kenzie kesakitan."Dasar, anak kurang ajar. Bisa-bisanya kamu menuduh Mama menaruh racun di dalam makananmu. Lihatlah Natha yang makan dengan lahapnya. Jika Mama racun, dia yang mati duluan. ya kan?" Perkataan Vania memang ada benarnya, tapi itu justru terdengar kejam."Uhuh uhukkk ... " mendengar perkataan Vania membuat Natha tersedak.Dasar mertua gila.Gumam Natha dalam hati.Natha memejamkan matanya untuk sejenak.Mengembalikan kesadaran dan juga kewarasannya. Selama ia bersama dengan Kenzie. Hidupnya terasa lebih sulit dan juga tak bebas."Minum-minum, ma
"Resepsi?" Natha membelalakkan matanya mendengar perkataan Kenzie.Apa lagi ini ya Tuhan.Tadi mertua.Terus cucu.Besok resepsi.Nanti apa lagi?Temani dia arisan ala-ala?Natha meraup wajahnya dengan gusar.Kepalanya mengeleng berharap semua yang dia hadapi saat ini hanyalah mimpi."Kenapa? Bukan masalah 'kan?" Kenzie menghentikan gamenya. Pandangan netranya mengarah kepadan Natha meminta jawaban."Aku belum siap Ken, Mama dan Papa belum pulang juga. Kenapa secepat ini."Frustasi, Natha merasa semakin gila jika tinggal terus-terusan dengan Kenzie dan Mamanya."Aku ... anak satu-satunya Nath, kamu ingat kejadian kita di Bandung beberpaa hari yang lalu?" Ekor mata Kenzie terus mengamati gerak-gerik Natha. "Itu adalah hari dimana aku harus bertunangan sama Karin. Tapi aku memilih kabur dan berujung menikah dengan cara tidak hormat denganmu. Harga diriku sebagai seorang laki-laki udah jatuh Nath, aku janji nggak bakal buat aneh-aneh lagi