"Hoaaaamm ... " Natha menguap dengan lebarnya lalu merentangkan ke dua tangannya.
"Perasaan gue semalem tidur nggak pake selimut deh? Ah ... masa bodoh dengan itu." Natha mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar.
"Selamat pagi dunia ... " pandangan Natha terhenti ketika mendapati Kenzie terbaring tak berdaya di atas sofa yang berada tepat di seberangnya.
Langkah kakinya menuruni ranjang, lalu menuntunnya menuju sofa tempat Kenzie tertidur.
Natha memberanikan diri mendekati Kenzie, yang tengah tertidur pulas. Kaca mata tebal yang masih menempel di wajah dan rambut gondrong yang menutupi wajah Kenzie.
Dasar aneh!
Tidur seperti ini, bukankah akan menyakiti diri sendiri ketika bangun.Natha melepaskan kaca mata yang ada di wajah Kenzie, lalu meletakkanya di atas meja. Kemudian ia merapikan anak rambut yang menutupi wajah Kenzie.
"Ternyata lo nggak jelek-jelek amat ya? Bahkan terlihat tampan. Sayang banget, ketampanan ini tertutup dengan penampilan amburadul lo. Upsss ... ngomong apaan sih gue?" Buru-buru Natha berdiri meninggalkan Kenzie, lalu kembali ke kamarnya.
"Astaga! Ponsel gue. Ceroboh banget gue akhir-akhir ini." Saat sudah sampai di kamar Natha, ia baru sadar kalo ponselnya masih berada di tangan Kenzie.
Natha kemudian membersihkan diri dan bersiap untuk pergi berjalan-jalan. Saat sudah siap ia langsung menuju kamar Kenzie.
Di dalam kamar Kenzie, masih dengan posisi yang sama.
"Kebo banget sih nih orang! Perasaan dia kemarin ngajakin jalan-jalan. Kok jam segini masih molor aja, sih."
Natha mulai terlihat kesal dengan Kenzie yang masih saja tertidur dengan pulasnya.
"Kenzie!" Natha menusukkan jari telunjuknya ke pipi Kenzie. Namun tidak ada respon sama sekali.
"Ken, Kenzie. Bangun woy!"
Natha sedikit menaikkan nada suaranya agar Kenzie bangun. Bukannya segera bangun Kenzie malah semakin terlelap dalam mimpinya.
Huh ... ini orang susah banget kalo di kasih bangun. Harus pakai cara apa coba biar cepat bangun?
Natha mulai mencari ide agar Kenzie cepat terbangun dari tidurnya.
"Aha ... lihat aja lo pasti nggak bakal bisa tidur dengan nyenyak lagi. Liat aja." Natha menampilkan smirk miliknya.
Perlahan-lahan Natha, mendekatkan dirinya ke telinga Kenzie. Kemudian ia membisikkan sebuah kata-kata.
Mendengar bisikan Natha Kenzie langsung membulatkan matanya dengan sempurna. Bukan sampai disitu saja, bahkan Kenzie sampai langsung bangun dan berdiri. Pergerakan Kenzie yang secara tiba-tiba membuat Natha yang berada di sampingnya jatuh terjerembab di samping sofa.
"Awww ... kira-kira dong kalo bangun. Sakit tahu!" Natha nampak meringis kesakitan setelah terjatuh tepat dibawah Kenzie.
Natha semakin terkejut setelah melihat penampakan yang disuguhkan oleh Kenzie saat ini. Wajah putih pucat, mata merah yang berkantung hitam ditambah rambut mengembang berantakan khas bangun tidur. Menjadikan kesan horor di wajah Kenzie terlihat seperti setan yang ada di film-film horor.
"Astaga! Kenapa muka lo jadi begini, gue jadi ngeri kalo liat lo begini Kenz." Natha langsung berdiri dan menangkup wajah milik Kenzie.
GLEG!
Tatapan kosong Kenzie, membuat Natha kesulitan menelan salivanya sendiri.
Buru-buru Natha melepaskan tangannya yang menempel diwajah Kenzie. Perlahan tapi pasti Natha memundurkan langkahnya.
Aduh, gawat ini mah.
Jangan-jangan dia kerasukan jin penunggu kamar ini lagi?Ihh ... malah serem begini mendadak bulu dibagian leher Natha mulai meremang membayangkan jika yang dihadapannya saat ini adalah setan."Ya Allah, jangan biarkan setan dihadapanku menerkam ku.
Jangan-jangan dia mau mengambil jiwa-jiwa gadis perawan lagi?" Natha terus saja berfikir mengenai hal-hal negatif, hal itu membuatnya semakin gelisah dan ketakutan."Krak ... Krak ... "
Kenzie mulai memutar kepalanya lalu melihat Natha dengan tatapan tajam seolah-olah ingin menerkam Natha.
DEG DEG DEG
Begitu nyaring detak jantung Natha.Mungkin saat ini detak jantung Natha bisa terdengar oleh Kenzie."Ya Allah, jauhkan lah hamba dari segala jenis setan dan jin yang menunggu kamar ini. Ampun Jin, saya belum selesai kuliah dan belum puas bersenang-senang. Bawa aja laki-laki ini jika memang kamu meminta tumbal!" Seru Natha di hadapan Kenzie.
Natha terus saja komat-kamit di dalam hati sambil menjauh dari hadapan Kenzie.
Namun Kenzie, malah semakin mendekat ke arah Natha saat ini berdiri. Kaki-kaki Natha sudah mulai gemetar melihat langkah Kenzie yang semakin mendekatinya. Langkah kaki Natha terhenti tepat disisi pintu kamar mandi.
GLEG
"Haruskah aku mati?" Natha menutup matanya dengan rapat lalu berjongkok dan memohon. Kaki kakinya kini semakin lemas tak berdaya.
"Ampun, gue nggak bakal gangguin lo lagi gue janji." Natha saat ini tengah berlutut sambil menyatukan kedua tangannya memohon dihadapan Kenzie.
"Ck, minggir gak! Aku mau kencing." Kata Kenzie dengan suara berat khas bangun tidur. Kenzie menarik Natha agar menjauh dari hadapannya. Lalu dia masuk kedalam kamar mandi dan menghilang di balik pintu.
Natha yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya hanya mampu terdiam dan melamun kosong. Bahkan mulutnya masoh setia dengan menganga lebar. Mungkin jika ada segerombolan lalat bisa langsung masuk tanpa ada hambatan.
Setan?
Jin?Demit?Dia baik-baik saja?Apa-apaan tadi?Memalukan sekali.Natha menggelengkan kepalanya dan mengusap wajahnya dengan kasar."Huft, syukurlah trimakasih ya Allah." Natha yang sudah tersadar, kemudian kembali berjalan menuju sofa lalu duduk sambil memainkan laptop milik Kenzie.
**
Satu jam berlalu tidak ada tanda-tanda dari Kenzie keluar dari kamar mandi.Kemana dia? Bertapa kah?Jangan-jangan?Natha yang penasaran kembali melangkahkan kakinya dengan lebar menuju kamar mandi."Ceklek!" Pintu kamar mandi dibuka oleh Natha dengan perlahan. Pandangan matanya mengedar ke sekeliling mencari keberadaan Kenzie. Takut-takut dia melihat patung dewa keberuntungan yang tak seharusnya dia lihat nantinya.
"Astaga!" Saat ini Natha benar-benar terkejut dengan apa yang dilihatnya. Kenzie tengah tertidur dengan pulasnya di dalam bak mandi yang tidak terisi air.
"Ya Allah, makhluk apa yang sebenarnya engkau kirimkan kepada hamba saat ini?"
Natha kembali mendekati Kenzie lalu membangunkannya."Kenz, bangun jangan tidur disembarang tempat, bisa nggak sih?" Dengan perlahan Natha menepuk-nepuk pipi Kenzie. Namun sepertinya kata-kata dan usaha Natha hanya sia-sia saja.
"Hmmmmmm ... " dengan helaan nafas panjang Natha berdiri lalu menarik tangan Kenzie dengan susah payah, ia memapah tubuh besar milik Kenzie kembali ka dalam kamar.
Dengan langkah terseok-seok Natha akhirnya sampai di atas ranjang lalu menaruhnya dengan sedikit susah payah.
Setelah selesai Natha menyelimuti Kenzie dan hendak pergi meninggalkannya.Namun, belum sempat Natha pergi. Kenzie berhasil menarik pergelangan tangan Natha, lalu merengkuh tubuhnya dan langsung memeluknya dengan erat.
"Aaaaaaa ... apaan sih Kenz? Lepasih gue nggak?" Natha terus memberontak, namun sepertinya usahanya sia-sia. Tubuh Kenzie yang lebih besar membuat perlawanan Natha terlihat sia-sia saja.
"Siapa Angga?"
Angga?
Dari mana dia tahu?"Bukan urusan lo! Berarti lo nggak tidur dong pas gue bawa kesini? Lo curang ih ... malah badan lo beratnya kayak King Kong lagi!" Natha mengayakan dengan penuh kekesalan.
"Kalo Kamu nggak jelasin, Aku nggak akan lepasin pelukan ini sampai kapanpun!" Kata Kenzie, bahkan saat ini matanya masih terpejam.
Natha yang kesulitan bergerak dan nernafas akhirnya menyerah.
"Iya deh gue jelasin, tapi buka dulu pelukan lo. Gue nggak bisa gerak."Kenzie akhirnya melepaskan pelukannya, ia masih belum membuka matanya.
Natha yang melihat mata Kenzie masih terpejam pun, memanfaatkan untuk kabur.Namun gerakan Kenzie lebih cepat untuk menahannya tangannya lagi. "Jangan kabur, atau kamu akan menyesal jika aku melakukan kewajibanku sebagai suami."
GLEG!
"Iya, gue gak akan kabur. Jangan suka ngancam kenapa sih?" Nampak kekesalan penuh diwajah Natha.
"Ini bukan ancaman, tapi kewajiban kan?"
"Cara lo salah!"
"Tidak ada yang salah ketika seorang suami memberikan kewajiban kepada istrinya kan? Bahkan ketika seorang suami meminta untuk itu, Istri harus siap melayani kapanpun, bukan?" Perkataan Kenzie memang benar adanya. Natha hanya bisa terdiam saat mendengar hal itu. Ia sadar belum bisa menjadi istri sepenuhnya.
"Ok ok, jangan diperpanjang lagi. Gue janji gak kabur lagi. Tapi lo harus duduk dan buka mata dulu."
Akhirnya Kenzie menuruti perkataan Natha.
Mereka berdua duduk saling berhadapan di atas tempat tidur. Natha berusaha menahan tawanya ketika melihat wajah Kenzie yang terlihat menahan kantuk. Bahkan saat ini Kenzie seperti Panda berambut singa."Gue mau tanya dulu, dari mana lo tau Angga?"
"Ponsel kamu," kata Kenzie dengan santai
"Lo bisa buka sandinya?" Natha nampak heran, seingatnya ponsel miliknya dia berikan sandi yang hanya dirinyalah yang mengetahuinya.
"Jelasih siapa dia?"
"Kamu cemburu ya?" Natha mulai menggoda Kenzie.
"Ck, Natha. Jelasin atau-"
"Iya Gue jelasin, Dia temen main Gue dari kecil. Gak lebih. Puas lo?"
"Hadiah 10 juta, tolong jelaskan sekalian!"
"10 juta, woah ... harusnya gue gak liburan, ck bodohnya gue. Kita balik aja yuk Kenz." Natha nampak sedikit kecewa setelah Kenzie memberitahunya hadiah 10 juta.
"Jelasin dulu, nanti Aku bakal kasih 10 juta buat kamu. Kamu nggak macam-macam kan Nath?"
"Bukan urusan lo kan?"
"Sekarang yang kamu merjakan, jika itu merugikan atau membahayakan. Akan menjadi urusanku. Karena sekarang kamu adalah tanggung jawabku." Kata Kenzie dengan tegas.
"Janji lo nggak bakal marah, kalo lo tau yang sebenarnya!"
"Hm ..."
"Janji dulu Kenz, janji kamu gak akan larang aku lagi kalo aku bilang yang sebenarnya."
"Tergantung."
"Ya udah, nggak usah tau aja sekalian. Clear kan?"
"Ya udah kalo nggak mau kasih tahu. Aku bakal cari tahu sendiri."
"Ok, silahkan!" Natha nampak tersenyum.
Kruuukkk!
"Kamu lapar?" Tanya Kenzie, ia menyadari bahwa perut Natha telah berbunyi, memandakan cacing dalam perutnya memninta jatah.
Hanya senyuman lebar yang nampak di wajah Natha.
"Ok, tunggu sebentar kita cari makan. Aku mandi dulu." Kenzie bergegas menuju kamar mandi lalu bersiap untuk pergi mencari sarapan.
Bersambung ...
Setelah selesai dengan mandi kilatnya, Kenzie mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada seseorang. Natha yang melihat hal itu hanya diam saja.Entahlah dengan siapa dia mengirim pesan?"Ini ponsel kamu, Ayo!" Kenzie yang sudah siap mengajak Natha, untuk pergi mencari makan sekalian berjalan-jalan mengelilingi kota Bandung tentunya."Kemana?" Terlihat wajah Natha mulai penasaran."Keliling Bandung." Sahut Kenzie dengan santai sembari melangkahkan kakinya meninggalkan Natha."Naik apa?" Natha terlihat antusias setelah mengetahui dirinya akan diajak berjalan-jalan."Jalan kaki." Kenzie nampak menahan senyumannya ketika mengatakan kepada Natha. Ia sedikit penasaran, jawaban apa yang akan diberikan oleh Natha nantinya."Hah! Lo nggak gila 'kan? Masa iya keliling Bandung jalan kaki. Paling nggak 'kan bisa pesen Ojol." Natha mulai terlihat kesal.Jalan kaki.Keliling Bandung.Waras nggak sih dia ini?Punya Black Card tapi masak i
Sambungan telfon Kenzie dengan Mamanya sudah terputus. Kenzie yang tadi berdiri kembali ke tempat duduknya."Elo! Seenaknya aja buat keputusan." Mata Natha melotot."Kamu sebaiknya tenang dulu Nath, aku bakalan jelasin semuanya pelan-pelan," tutur Kenzie kemudian. "Dengerin dulu penjelasan aku. Kalau kamu marah-marah kayak gini terus, masalah kita nggak akan selesai."Natha menyadari bahwa perkataan Kenzie, hal itu membuat Natha menjadi bungkam. Terpaksa Natha menutup mulutnya rapat-rapat karna perkataan Kenzie ada benarnya. Sebenarnya malu, namun mau tak mau ia harus mengakui kesalahannya. Tindakannya yang selalu berlebihan akan memperkeruh suasana nantinya.Setelah Natha sedikit tenang, Kenzie pelan-pelan mengatakan rencana yang yang akan mereka jalani kedepannya. "Jadi begini, nanti ketika kita sudah pulang sebaiknya kita berpura-pura menjadi sepasang kekasih yang memang hanya bertemu seperlunya saja." Tutur Kenzie kemudian.Natha hanya m
Kegelisahan menyelimuti wajah Natha. Kulit putihnya semakin terlihat memucat karena kegugupan yang melanda dirinya saat ini. Tangannya berubah menjadi dingin dan bergetar.Kenzie yang menyadarinya, seketika itu juga meraih tangan Natha lalu mengenggamnya dengan erat. Pandangan matanya tak lepas dari Natha "Tenang Nath, jangan gugup! Semuanya akan baik-baik saja." Kenzie berusaha meyakinkan Natha agar tetap tenang saat menghadapi masalah yang ada di depan mereka saat ini.Tenang!Segampang ini dia berkata?Terbuat dari apa sebenarnya fikiran kenzie.Bahkan gue harus bertemu dengan ibu mertua dalam situasi yang tidak enak seperti saat ini.Apakah pura-pura pingsan adalah jalan keluarnya?Tidak-tidak, sepertinya menghadapi situasi ini akan jauh lebih baik.Tenang!Fokus!Jangan gugup Nath!Natha berusaha menyemangati dirinya sendiri. Walaupun itu sepertinya tidak terlalu berhasil."Jadi gara-gara wanita jadi-
"Resepsi?" Natha membelalakkan matanya mendengar perkataan Kenzie.Apa lagi ini ya Tuhan.Tadi mertua.Terus cucu.Besok resepsi.Nanti apa lagi?Temani dia arisan ala-ala?Natha meraup wajahnya dengan gusar.Kepalanya mengeleng berharap semua yang dia hadapi saat ini hanyalah mimpi."Kenapa? Bukan masalah 'kan?" Kenzie menghentikan gamenya. Pandangan netranya mengarah kepadan Natha meminta jawaban."Aku belum siap Ken, Mama dan Papa belum pulang juga. Kenapa secepat ini."Frustasi, Natha merasa semakin gila jika tinggal terus-terusan dengan Kenzie dan Mamanya."Aku ... anak satu-satunya Nath, kamu ingat kejadian kita di Bandung beberpaa hari yang lalu?" Ekor mata Kenzie terus mengamati gerak-gerik Natha. "Itu adalah hari dimana aku harus bertunangan sama Karin. Tapi aku memilih kabur dan berujung menikah dengan cara tidak hormat denganmu. Harga diriku sebagai seorang laki-laki udah jatuh Nath, aku janji nggak bakal buat aneh-aneh lagi
Kenzie membolak-balik makanan yang ada di atas piringnya. Kemudian ia menatap Vania."Kenapa?" Tanya Vania melihat tingkah aneh putranya, ia tahu jika Kenzie akan mengatakan sesuatu. Tergambar jelas dari raut wajahnya saat ini."Nggak diracun kan Mah," Vania langsung mengulurkan tangannya lalu menarik telinga Kenzie hingga merah."Aduuuuh ... sakit Ma," Cicit Kenzie kesakitan."Dasar, anak kurang ajar. Bisa-bisanya kamu menuduh Mama menaruh racun di dalam makananmu. Lihatlah Natha yang makan dengan lahapnya. Jika Mama racun, dia yang mati duluan. ya kan?" Perkataan Vania memang ada benarnya, tapi itu justru terdengar kejam."Uhuh uhukkk ... " mendengar perkataan Vania membuat Natha tersedak.Dasar mertua gila.Gumam Natha dalam hati.Natha memejamkan matanya untuk sejenak.Mengembalikan kesadaran dan juga kewarasannya. Selama ia bersama dengan Kenzie. Hidupnya terasa lebih sulit dan juga tak bebas."Minum-minum, ma
Hening.Pesta pernikahan telah selesai. Semua tamu undangan telah pergi dari kediaman Kenzie.Hanya tersisa beberapa keluarga inti dari kedua belah pihak dan juga sekretaris Kenzie saja.Tidak ada siapapun yang ingin memulai berbicara lebih dahulu.Natha dan Kenzie saling beradu pandang. Seolah mengisyaratkan, agar salah satu dari keduanya mau membuka mulut untuk menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya."Jadi?" Pertanyaan itu dilayangkan oleh Vania, ia menghujani pertanyaan kepada Kenzie dan Natha "apakah kalian, tidak ingin menjelaskan sesuatu kepada Mama?"Vania nampak menunggu jawaban dari anak dan menantunya. Sementara itu, Sarah hanya diam. Ia tak ingin membuka mulut dan memberitahukan masalah anak dan menantunya. Ia berharap Kenzie dan Natha lah yang akan memberitahukan kepada Vania.Di sisi lain, Vania sangat penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi kepada putranya dan juga menantunya sebelumnya. Ia sebenarnya tidak p
Ketika hendak tidur dan memulai petuangan di dalam mimpi, tiba-tiba saja notifikasi diponsel Natha berbunyi. Mendengar hal itu Natha, segera membuka pesan yang masuk. Senyum menyerigai terbit dibibir Natha, saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya.Di sana tertuliskan nama 'Devano'. Sahabatnya yang sering memberikan info mengenai balapan liar.Setelah menerima pesan dari Devano, senyum di wajah Natha terbit.Ia memastikan lelaki yang tengah tidur di sampingnya, saat ini benar-benar terlelap. Merasa mendapatkan jackpot Natha, segera keluar dengan mengendap-endap.Tangannya tak lupa menyambar jaket kulit berwarna hitam miliknya.Kepalanya tak henti-hentinya menengok ke kanan dan juga ke kiri, bahkan saat ini Natha seperti seorang maling yang tengah mencuri di rumah seseorang.Berharap tidak ada yang melihatnya keluar dari rumah Kenzie. Karena, malam telah larut dan tamu juga sudah pergi. Akhirnya, Natha berhasil keluar dengan aman. Tanpa
"Bagaimana ... kalo Alvin sampai tahu, ya?" Mendengar perkataan Kenzie, Natha langsung membulatkan matanya. Dia merasa ketakutan mendengarkan ucapan suaminya saat ini. Ancaman ketika di adukan kepada sang kakak memang lebih mengeritak dibanding harus berurusan dengan polisi atau begal."Please ... Ken, aku janji bakalan berubah. Swear, deh!" Tangan sebelah Natha memegang lengan Kenzie yang masih setia dengan setir mobilnya, sementara tangan yang satu diangkat dengan jari membentuk huruf V. Di dalam hati Kenzie tertawa terbahak-bahak melihat wajah panik sang istri saat ini.Namun, ketika melihat hal itu, justru membuat Kenzie ingin mengerjai Natha lebih lagi.Sebenarnya, Kenzie bukanlah orang yang suka mengatur dan bukan pula orang yang suka diatur. Namun, kelakuan Natha kali ini memang sudah terbilang kelewatan. Ia hanya ingin membuat Natha jera saja dan tidak lagi pergi tanpa berpamitan kepada dirinya. Bisa diingat-ingat semenjak mereka bertemu hal-hal an
“Sepertinya ada darah tarzan yang mengalir di tubuh istriku,” ujar Kenzie.“Apa kamu bilang?”Deg.Kenzie segera menoleh ke arah suara itu.“Eh Pa,” jawab Kenzie dengan senyum sedikit kikuk. Bagaimana tidak dirinya membicarakan keburukan istrinya tepat di depan mertuanya.Kenzie segera menghampiri Anantha lalu menyalami tangan papa mertuanya. Yang langsung di sambut hangat oleh Anantha.“Kamu yang sabar ya, maklum istri kamu itu setengah laki-laki, nggak tahu dulu sepertinya dia ingin lahir menjadi lelaki. Tapi pas pembagian kelamin dia nggak datang. Nah makanya kan jadi nggak songkron sifat sama sama gender,” kelakar AnanthaKegugupan Kenzie mendadak sirna mendengar ucapan mertuanya saat ini.Ternyata Papa mertuanya tidak segarang yang dia bayangkan.“He ... He iya Pa, Mama di mana kok dari tadi saya nggak lihat,” tanya Kenzie. Dia berusaha mengalihkan pe
"Whitney!" Seru Kenzie. Seekor angsa berwarna putih muncul dengan anggunnya."Soang!" Jerit Natha, dirinya langsung melompat ke dalam pelukan Kenzie."Kamu kenapa?" Kenzie terlihat keheranan, ketika melihat wajah yang berada di hadapannya menjadi putih memucat dalam seketika."I-itu jauhain Soangnya." Natha mengeratkan pelukan tangan dan kakinya ke dalam pelukan Kenzie."Iya-iya ... tapi turun dulu! Nanti kita bisa jatuh berdua," ujar Kenzie."Nggak mau, pokoknya nggak mau itu nanti kepalaku di petok. Aku nggak mau," jerit Natha.Sesekali Natha melihat angsa yang ada di bawah kaki Kenzie, lalu membenamkan kembali wajahnya di dalam ceruk leher Kenzie."Kenapa sih, dia nggak bakal metok orang Nath, aku udah pelihara dia dari dia masih kecil," ujar Kenzie meyakinkan istrinya itu.Natha masih tetap dalam posisinya. Memeluk Kenzie dengan eratnya, tubuhnya sekarang menjadi bergetar. Keringat dingin mengucur di dahi Natha.M
"Gimana? Emang kamu nggak sakit?" Kenzie menaikkan sebelah alisnya."Udah dong Ken, itu terus di bahas." Natha tersipu malu."Ya 'kan kamu yang mulai. Gimana sih Nath?" Kenzie mencubit gemas pipi Natha.Lalu mengecup bibirnya sekilas."Kebiasaan deh, udah aku mau mandi." Natha menarik selimut yang menutupi keduanya.Sementara Kenzie terkesiap, karena ulah Natha. Pasalnya keduanya memang benar-benar naked selama tidur.Dengan cepat Kenzie menutupi barang berharganya dengan bantal. Ingin sekali dirinya menerjang istrinya namun nyalinya ciut menyadari dirinya akan kalah beradu jotos dengan istrinya yang unik itu."Nggak gitu juga caranya dong, Natha!" Cicit Kenzie."Lah ... kenapa musti malu coba, bukankah semalam aku udahblihat semua ... udah lupain aja deh kalo gitu." Ujar Natha sembari mengibas-ngibaskan tangannya di udara. Telihat wajah kesal Natha terpampang dengan jelas."Bukannya malu, tapi ini dingin." Ujar Kenzie kemudia
Cup.Bibir keduanya saling bertautan, netra Natha dan Kenzie membulat dengan sempurna.Natha hendak mendorong dada Kenzie. Namun, dengan cepat Kenzie menggenggam tangan milik istrinya itu.Kenzie memejamkan matanya dengan tangan yang masih setia mengunci pergelangan tangan Natha. Perlahan-lahan Kenzie melumat bibir Natha tanpa mendapatkan balasan darinya.Natha yang masih syok dengan apa yang baru saja dia alami itupun, masih bergeming diposisi awal dengan mulut yang masih mengatup rapat.Kenzie 'pun dengan cepat mengigit bibir bawah Natha, ketika dirinya menyadari Natha tak membalas apa yang tengah dia lakukannya saat ini."Akh ...."Kenzie yang mendapatkan celah, mulai melancarkan aksinya dengan segera memperdalam ciumannya dengan begitu lembut. Hingga bibir keduanya saling bertaut, intim. Bergerak seirama menikmati gairah yang mulai menyulut mereka berdua. Meskipun Natha masih bagitu kaku, karena itu memang adalah pengalama
"Bagaimana ... kalo Alvin sampai tahu, ya?" Mendengar perkataan Kenzie, Natha langsung membulatkan matanya. Dia merasa ketakutan mendengarkan ucapan suaminya saat ini. Ancaman ketika di adukan kepada sang kakak memang lebih mengeritak dibanding harus berurusan dengan polisi atau begal."Please ... Ken, aku janji bakalan berubah. Swear, deh!" Tangan sebelah Natha memegang lengan Kenzie yang masih setia dengan setir mobilnya, sementara tangan yang satu diangkat dengan jari membentuk huruf V. Di dalam hati Kenzie tertawa terbahak-bahak melihat wajah panik sang istri saat ini.Namun, ketika melihat hal itu, justru membuat Kenzie ingin mengerjai Natha lebih lagi.Sebenarnya, Kenzie bukanlah orang yang suka mengatur dan bukan pula orang yang suka diatur. Namun, kelakuan Natha kali ini memang sudah terbilang kelewatan. Ia hanya ingin membuat Natha jera saja dan tidak lagi pergi tanpa berpamitan kepada dirinya. Bisa diingat-ingat semenjak mereka bertemu hal-hal an
Ketika hendak tidur dan memulai petuangan di dalam mimpi, tiba-tiba saja notifikasi diponsel Natha berbunyi. Mendengar hal itu Natha, segera membuka pesan yang masuk. Senyum menyerigai terbit dibibir Natha, saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya.Di sana tertuliskan nama 'Devano'. Sahabatnya yang sering memberikan info mengenai balapan liar.Setelah menerima pesan dari Devano, senyum di wajah Natha terbit.Ia memastikan lelaki yang tengah tidur di sampingnya, saat ini benar-benar terlelap. Merasa mendapatkan jackpot Natha, segera keluar dengan mengendap-endap.Tangannya tak lupa menyambar jaket kulit berwarna hitam miliknya.Kepalanya tak henti-hentinya menengok ke kanan dan juga ke kiri, bahkan saat ini Natha seperti seorang maling yang tengah mencuri di rumah seseorang.Berharap tidak ada yang melihatnya keluar dari rumah Kenzie. Karena, malam telah larut dan tamu juga sudah pergi. Akhirnya, Natha berhasil keluar dengan aman. Tanpa
Hening.Pesta pernikahan telah selesai. Semua tamu undangan telah pergi dari kediaman Kenzie.Hanya tersisa beberapa keluarga inti dari kedua belah pihak dan juga sekretaris Kenzie saja.Tidak ada siapapun yang ingin memulai berbicara lebih dahulu.Natha dan Kenzie saling beradu pandang. Seolah mengisyaratkan, agar salah satu dari keduanya mau membuka mulut untuk menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya."Jadi?" Pertanyaan itu dilayangkan oleh Vania, ia menghujani pertanyaan kepada Kenzie dan Natha "apakah kalian, tidak ingin menjelaskan sesuatu kepada Mama?"Vania nampak menunggu jawaban dari anak dan menantunya. Sementara itu, Sarah hanya diam. Ia tak ingin membuka mulut dan memberitahukan masalah anak dan menantunya. Ia berharap Kenzie dan Natha lah yang akan memberitahukan kepada Vania.Di sisi lain, Vania sangat penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi kepada putranya dan juga menantunya sebelumnya. Ia sebenarnya tidak p
Kenzie membolak-balik makanan yang ada di atas piringnya. Kemudian ia menatap Vania."Kenapa?" Tanya Vania melihat tingkah aneh putranya, ia tahu jika Kenzie akan mengatakan sesuatu. Tergambar jelas dari raut wajahnya saat ini."Nggak diracun kan Mah," Vania langsung mengulurkan tangannya lalu menarik telinga Kenzie hingga merah."Aduuuuh ... sakit Ma," Cicit Kenzie kesakitan."Dasar, anak kurang ajar. Bisa-bisanya kamu menuduh Mama menaruh racun di dalam makananmu. Lihatlah Natha yang makan dengan lahapnya. Jika Mama racun, dia yang mati duluan. ya kan?" Perkataan Vania memang ada benarnya, tapi itu justru terdengar kejam."Uhuh uhukkk ... " mendengar perkataan Vania membuat Natha tersedak.Dasar mertua gila.Gumam Natha dalam hati.Natha memejamkan matanya untuk sejenak.Mengembalikan kesadaran dan juga kewarasannya. Selama ia bersama dengan Kenzie. Hidupnya terasa lebih sulit dan juga tak bebas."Minum-minum, ma
"Resepsi?" Natha membelalakkan matanya mendengar perkataan Kenzie.Apa lagi ini ya Tuhan.Tadi mertua.Terus cucu.Besok resepsi.Nanti apa lagi?Temani dia arisan ala-ala?Natha meraup wajahnya dengan gusar.Kepalanya mengeleng berharap semua yang dia hadapi saat ini hanyalah mimpi."Kenapa? Bukan masalah 'kan?" Kenzie menghentikan gamenya. Pandangan netranya mengarah kepadan Natha meminta jawaban."Aku belum siap Ken, Mama dan Papa belum pulang juga. Kenapa secepat ini."Frustasi, Natha merasa semakin gila jika tinggal terus-terusan dengan Kenzie dan Mamanya."Aku ... anak satu-satunya Nath, kamu ingat kejadian kita di Bandung beberpaa hari yang lalu?" Ekor mata Kenzie terus mengamati gerak-gerik Natha. "Itu adalah hari dimana aku harus bertunangan sama Karin. Tapi aku memilih kabur dan berujung menikah dengan cara tidak hormat denganmu. Harga diriku sebagai seorang laki-laki udah jatuh Nath, aku janji nggak bakal buat aneh-aneh lagi