"Resepsi?" Natha membelalakkan matanya mendengar perkataan Kenzie.
Apa lagi ini ya Tuhan.Tadi mertua.Terus cucu.Besok resepsi.Nanti apa lagi?Temani dia arisan ala-ala?Natha meraup wajahnya dengan gusar.Kepalanya mengeleng berharap semua yang dia hadapi saat ini hanyalah mimpi."Kenapa? Bukan masalah 'kan?" Kenzie menghentikan gamenya. Pandangan netranya mengarah kepadan Natha meminta jawaban.
"Aku belum siap Ken, Mama dan Papa belum pulang juga. Kenapa secepat ini." Frustasi, Natha merasa semakin gila jika tinggal terus-terusan dengan Kenzie dan Mamanya."Aku ... anak satu-satunya Nath, kamu ingat kejadian kita di Bandung beberpaa hari yang lalu?" Ekor mata Kenzie terus mengamati gerak-gerik Natha. "Itu adalah hari dimana aku harus bertunangan sama Karin. Tapi aku memilih kabur dan berujung menikah dengan cara tidak hormat denganmu. Harga diriku sebagai seorang laki-laki udah jatuh Nath, aku janji nggak bakal buat aneh-aneh lagi
Kenzie membolak-balik makanan yang ada di atas piringnya. Kemudian ia menatap Vania."Kenapa?" Tanya Vania melihat tingkah aneh putranya, ia tahu jika Kenzie akan mengatakan sesuatu. Tergambar jelas dari raut wajahnya saat ini."Nggak diracun kan Mah," Vania langsung mengulurkan tangannya lalu menarik telinga Kenzie hingga merah."Aduuuuh ... sakit Ma," Cicit Kenzie kesakitan."Dasar, anak kurang ajar. Bisa-bisanya kamu menuduh Mama menaruh racun di dalam makananmu. Lihatlah Natha yang makan dengan lahapnya. Jika Mama racun, dia yang mati duluan. ya kan?" Perkataan Vania memang ada benarnya, tapi itu justru terdengar kejam."Uhuh uhukkk ... " mendengar perkataan Vania membuat Natha tersedak.Dasar mertua gila.Gumam Natha dalam hati.Natha memejamkan matanya untuk sejenak.Mengembalikan kesadaran dan juga kewarasannya. Selama ia bersama dengan Kenzie. Hidupnya terasa lebih sulit dan juga tak bebas."Minum-minum, ma
Hening.Pesta pernikahan telah selesai. Semua tamu undangan telah pergi dari kediaman Kenzie.Hanya tersisa beberapa keluarga inti dari kedua belah pihak dan juga sekretaris Kenzie saja.Tidak ada siapapun yang ingin memulai berbicara lebih dahulu.Natha dan Kenzie saling beradu pandang. Seolah mengisyaratkan, agar salah satu dari keduanya mau membuka mulut untuk menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya."Jadi?" Pertanyaan itu dilayangkan oleh Vania, ia menghujani pertanyaan kepada Kenzie dan Natha "apakah kalian, tidak ingin menjelaskan sesuatu kepada Mama?"Vania nampak menunggu jawaban dari anak dan menantunya. Sementara itu, Sarah hanya diam. Ia tak ingin membuka mulut dan memberitahukan masalah anak dan menantunya. Ia berharap Kenzie dan Natha lah yang akan memberitahukan kepada Vania.Di sisi lain, Vania sangat penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi kepada putranya dan juga menantunya sebelumnya. Ia sebenarnya tidak p
Ketika hendak tidur dan memulai petuangan di dalam mimpi, tiba-tiba saja notifikasi diponsel Natha berbunyi. Mendengar hal itu Natha, segera membuka pesan yang masuk. Senyum menyerigai terbit dibibir Natha, saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya.Di sana tertuliskan nama 'Devano'. Sahabatnya yang sering memberikan info mengenai balapan liar.Setelah menerima pesan dari Devano, senyum di wajah Natha terbit.Ia memastikan lelaki yang tengah tidur di sampingnya, saat ini benar-benar terlelap. Merasa mendapatkan jackpot Natha, segera keluar dengan mengendap-endap.Tangannya tak lupa menyambar jaket kulit berwarna hitam miliknya.Kepalanya tak henti-hentinya menengok ke kanan dan juga ke kiri, bahkan saat ini Natha seperti seorang maling yang tengah mencuri di rumah seseorang.Berharap tidak ada yang melihatnya keluar dari rumah Kenzie. Karena, malam telah larut dan tamu juga sudah pergi. Akhirnya, Natha berhasil keluar dengan aman. Tanpa
"Bagaimana ... kalo Alvin sampai tahu, ya?" Mendengar perkataan Kenzie, Natha langsung membulatkan matanya. Dia merasa ketakutan mendengarkan ucapan suaminya saat ini. Ancaman ketika di adukan kepada sang kakak memang lebih mengeritak dibanding harus berurusan dengan polisi atau begal."Please ... Ken, aku janji bakalan berubah. Swear, deh!" Tangan sebelah Natha memegang lengan Kenzie yang masih setia dengan setir mobilnya, sementara tangan yang satu diangkat dengan jari membentuk huruf V. Di dalam hati Kenzie tertawa terbahak-bahak melihat wajah panik sang istri saat ini.Namun, ketika melihat hal itu, justru membuat Kenzie ingin mengerjai Natha lebih lagi.Sebenarnya, Kenzie bukanlah orang yang suka mengatur dan bukan pula orang yang suka diatur. Namun, kelakuan Natha kali ini memang sudah terbilang kelewatan. Ia hanya ingin membuat Natha jera saja dan tidak lagi pergi tanpa berpamitan kepada dirinya. Bisa diingat-ingat semenjak mereka bertemu hal-hal an
Cup.Bibir keduanya saling bertautan, netra Natha dan Kenzie membulat dengan sempurna.Natha hendak mendorong dada Kenzie. Namun, dengan cepat Kenzie menggenggam tangan milik istrinya itu.Kenzie memejamkan matanya dengan tangan yang masih setia mengunci pergelangan tangan Natha. Perlahan-lahan Kenzie melumat bibir Natha tanpa mendapatkan balasan darinya.Natha yang masih syok dengan apa yang baru saja dia alami itupun, masih bergeming diposisi awal dengan mulut yang masih mengatup rapat.Kenzie 'pun dengan cepat mengigit bibir bawah Natha, ketika dirinya menyadari Natha tak membalas apa yang tengah dia lakukannya saat ini."Akh ...."Kenzie yang mendapatkan celah, mulai melancarkan aksinya dengan segera memperdalam ciumannya dengan begitu lembut. Hingga bibir keduanya saling bertaut, intim. Bergerak seirama menikmati gairah yang mulai menyulut mereka berdua. Meskipun Natha masih bagitu kaku, karena itu memang adalah pengalama
"Gimana? Emang kamu nggak sakit?" Kenzie menaikkan sebelah alisnya."Udah dong Ken, itu terus di bahas." Natha tersipu malu."Ya 'kan kamu yang mulai. Gimana sih Nath?" Kenzie mencubit gemas pipi Natha.Lalu mengecup bibirnya sekilas."Kebiasaan deh, udah aku mau mandi." Natha menarik selimut yang menutupi keduanya.Sementara Kenzie terkesiap, karena ulah Natha. Pasalnya keduanya memang benar-benar naked selama tidur.Dengan cepat Kenzie menutupi barang berharganya dengan bantal. Ingin sekali dirinya menerjang istrinya namun nyalinya ciut menyadari dirinya akan kalah beradu jotos dengan istrinya yang unik itu."Nggak gitu juga caranya dong, Natha!" Cicit Kenzie."Lah ... kenapa musti malu coba, bukankah semalam aku udahblihat semua ... udah lupain aja deh kalo gitu." Ujar Natha sembari mengibas-ngibaskan tangannya di udara. Telihat wajah kesal Natha terpampang dengan jelas."Bukannya malu, tapi ini dingin." Ujar Kenzie kemudia
"Whitney!" Seru Kenzie. Seekor angsa berwarna putih muncul dengan anggunnya."Soang!" Jerit Natha, dirinya langsung melompat ke dalam pelukan Kenzie."Kamu kenapa?" Kenzie terlihat keheranan, ketika melihat wajah yang berada di hadapannya menjadi putih memucat dalam seketika."I-itu jauhain Soangnya." Natha mengeratkan pelukan tangan dan kakinya ke dalam pelukan Kenzie."Iya-iya ... tapi turun dulu! Nanti kita bisa jatuh berdua," ujar Kenzie."Nggak mau, pokoknya nggak mau itu nanti kepalaku di petok. Aku nggak mau," jerit Natha.Sesekali Natha melihat angsa yang ada di bawah kaki Kenzie, lalu membenamkan kembali wajahnya di dalam ceruk leher Kenzie."Kenapa sih, dia nggak bakal metok orang Nath, aku udah pelihara dia dari dia masih kecil," ujar Kenzie meyakinkan istrinya itu.Natha masih tetap dalam posisinya. Memeluk Kenzie dengan eratnya, tubuhnya sekarang menjadi bergetar. Keringat dingin mengucur di dahi Natha.M
“Sepertinya ada darah tarzan yang mengalir di tubuh istriku,” ujar Kenzie.“Apa kamu bilang?”Deg.Kenzie segera menoleh ke arah suara itu.“Eh Pa,” jawab Kenzie dengan senyum sedikit kikuk. Bagaimana tidak dirinya membicarakan keburukan istrinya tepat di depan mertuanya.Kenzie segera menghampiri Anantha lalu menyalami tangan papa mertuanya. Yang langsung di sambut hangat oleh Anantha.“Kamu yang sabar ya, maklum istri kamu itu setengah laki-laki, nggak tahu dulu sepertinya dia ingin lahir menjadi lelaki. Tapi pas pembagian kelamin dia nggak datang. Nah makanya kan jadi nggak songkron sifat sama sama gender,” kelakar AnanthaKegugupan Kenzie mendadak sirna mendengar ucapan mertuanya saat ini.Ternyata Papa mertuanya tidak segarang yang dia bayangkan.“He ... He iya Pa, Mama di mana kok dari tadi saya nggak lihat,” tanya Kenzie. Dia berusaha mengalihkan pe
“Sepertinya ada darah tarzan yang mengalir di tubuh istriku,” ujar Kenzie.“Apa kamu bilang?”Deg.Kenzie segera menoleh ke arah suara itu.“Eh Pa,” jawab Kenzie dengan senyum sedikit kikuk. Bagaimana tidak dirinya membicarakan keburukan istrinya tepat di depan mertuanya.Kenzie segera menghampiri Anantha lalu menyalami tangan papa mertuanya. Yang langsung di sambut hangat oleh Anantha.“Kamu yang sabar ya, maklum istri kamu itu setengah laki-laki, nggak tahu dulu sepertinya dia ingin lahir menjadi lelaki. Tapi pas pembagian kelamin dia nggak datang. Nah makanya kan jadi nggak songkron sifat sama sama gender,” kelakar AnanthaKegugupan Kenzie mendadak sirna mendengar ucapan mertuanya saat ini.Ternyata Papa mertuanya tidak segarang yang dia bayangkan.“He ... He iya Pa, Mama di mana kok dari tadi saya nggak lihat,” tanya Kenzie. Dia berusaha mengalihkan pe
"Whitney!" Seru Kenzie. Seekor angsa berwarna putih muncul dengan anggunnya."Soang!" Jerit Natha, dirinya langsung melompat ke dalam pelukan Kenzie."Kamu kenapa?" Kenzie terlihat keheranan, ketika melihat wajah yang berada di hadapannya menjadi putih memucat dalam seketika."I-itu jauhain Soangnya." Natha mengeratkan pelukan tangan dan kakinya ke dalam pelukan Kenzie."Iya-iya ... tapi turun dulu! Nanti kita bisa jatuh berdua," ujar Kenzie."Nggak mau, pokoknya nggak mau itu nanti kepalaku di petok. Aku nggak mau," jerit Natha.Sesekali Natha melihat angsa yang ada di bawah kaki Kenzie, lalu membenamkan kembali wajahnya di dalam ceruk leher Kenzie."Kenapa sih, dia nggak bakal metok orang Nath, aku udah pelihara dia dari dia masih kecil," ujar Kenzie meyakinkan istrinya itu.Natha masih tetap dalam posisinya. Memeluk Kenzie dengan eratnya, tubuhnya sekarang menjadi bergetar. Keringat dingin mengucur di dahi Natha.M
"Gimana? Emang kamu nggak sakit?" Kenzie menaikkan sebelah alisnya."Udah dong Ken, itu terus di bahas." Natha tersipu malu."Ya 'kan kamu yang mulai. Gimana sih Nath?" Kenzie mencubit gemas pipi Natha.Lalu mengecup bibirnya sekilas."Kebiasaan deh, udah aku mau mandi." Natha menarik selimut yang menutupi keduanya.Sementara Kenzie terkesiap, karena ulah Natha. Pasalnya keduanya memang benar-benar naked selama tidur.Dengan cepat Kenzie menutupi barang berharganya dengan bantal. Ingin sekali dirinya menerjang istrinya namun nyalinya ciut menyadari dirinya akan kalah beradu jotos dengan istrinya yang unik itu."Nggak gitu juga caranya dong, Natha!" Cicit Kenzie."Lah ... kenapa musti malu coba, bukankah semalam aku udahblihat semua ... udah lupain aja deh kalo gitu." Ujar Natha sembari mengibas-ngibaskan tangannya di udara. Telihat wajah kesal Natha terpampang dengan jelas."Bukannya malu, tapi ini dingin." Ujar Kenzie kemudia
Cup.Bibir keduanya saling bertautan, netra Natha dan Kenzie membulat dengan sempurna.Natha hendak mendorong dada Kenzie. Namun, dengan cepat Kenzie menggenggam tangan milik istrinya itu.Kenzie memejamkan matanya dengan tangan yang masih setia mengunci pergelangan tangan Natha. Perlahan-lahan Kenzie melumat bibir Natha tanpa mendapatkan balasan darinya.Natha yang masih syok dengan apa yang baru saja dia alami itupun, masih bergeming diposisi awal dengan mulut yang masih mengatup rapat.Kenzie 'pun dengan cepat mengigit bibir bawah Natha, ketika dirinya menyadari Natha tak membalas apa yang tengah dia lakukannya saat ini."Akh ...."Kenzie yang mendapatkan celah, mulai melancarkan aksinya dengan segera memperdalam ciumannya dengan begitu lembut. Hingga bibir keduanya saling bertaut, intim. Bergerak seirama menikmati gairah yang mulai menyulut mereka berdua. Meskipun Natha masih bagitu kaku, karena itu memang adalah pengalama
"Bagaimana ... kalo Alvin sampai tahu, ya?" Mendengar perkataan Kenzie, Natha langsung membulatkan matanya. Dia merasa ketakutan mendengarkan ucapan suaminya saat ini. Ancaman ketika di adukan kepada sang kakak memang lebih mengeritak dibanding harus berurusan dengan polisi atau begal."Please ... Ken, aku janji bakalan berubah. Swear, deh!" Tangan sebelah Natha memegang lengan Kenzie yang masih setia dengan setir mobilnya, sementara tangan yang satu diangkat dengan jari membentuk huruf V. Di dalam hati Kenzie tertawa terbahak-bahak melihat wajah panik sang istri saat ini.Namun, ketika melihat hal itu, justru membuat Kenzie ingin mengerjai Natha lebih lagi.Sebenarnya, Kenzie bukanlah orang yang suka mengatur dan bukan pula orang yang suka diatur. Namun, kelakuan Natha kali ini memang sudah terbilang kelewatan. Ia hanya ingin membuat Natha jera saja dan tidak lagi pergi tanpa berpamitan kepada dirinya. Bisa diingat-ingat semenjak mereka bertemu hal-hal an
Ketika hendak tidur dan memulai petuangan di dalam mimpi, tiba-tiba saja notifikasi diponsel Natha berbunyi. Mendengar hal itu Natha, segera membuka pesan yang masuk. Senyum menyerigai terbit dibibir Natha, saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya.Di sana tertuliskan nama 'Devano'. Sahabatnya yang sering memberikan info mengenai balapan liar.Setelah menerima pesan dari Devano, senyum di wajah Natha terbit.Ia memastikan lelaki yang tengah tidur di sampingnya, saat ini benar-benar terlelap. Merasa mendapatkan jackpot Natha, segera keluar dengan mengendap-endap.Tangannya tak lupa menyambar jaket kulit berwarna hitam miliknya.Kepalanya tak henti-hentinya menengok ke kanan dan juga ke kiri, bahkan saat ini Natha seperti seorang maling yang tengah mencuri di rumah seseorang.Berharap tidak ada yang melihatnya keluar dari rumah Kenzie. Karena, malam telah larut dan tamu juga sudah pergi. Akhirnya, Natha berhasil keluar dengan aman. Tanpa
Hening.Pesta pernikahan telah selesai. Semua tamu undangan telah pergi dari kediaman Kenzie.Hanya tersisa beberapa keluarga inti dari kedua belah pihak dan juga sekretaris Kenzie saja.Tidak ada siapapun yang ingin memulai berbicara lebih dahulu.Natha dan Kenzie saling beradu pandang. Seolah mengisyaratkan, agar salah satu dari keduanya mau membuka mulut untuk menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya."Jadi?" Pertanyaan itu dilayangkan oleh Vania, ia menghujani pertanyaan kepada Kenzie dan Natha "apakah kalian, tidak ingin menjelaskan sesuatu kepada Mama?"Vania nampak menunggu jawaban dari anak dan menantunya. Sementara itu, Sarah hanya diam. Ia tak ingin membuka mulut dan memberitahukan masalah anak dan menantunya. Ia berharap Kenzie dan Natha lah yang akan memberitahukan kepada Vania.Di sisi lain, Vania sangat penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi kepada putranya dan juga menantunya sebelumnya. Ia sebenarnya tidak p
Kenzie membolak-balik makanan yang ada di atas piringnya. Kemudian ia menatap Vania."Kenapa?" Tanya Vania melihat tingkah aneh putranya, ia tahu jika Kenzie akan mengatakan sesuatu. Tergambar jelas dari raut wajahnya saat ini."Nggak diracun kan Mah," Vania langsung mengulurkan tangannya lalu menarik telinga Kenzie hingga merah."Aduuuuh ... sakit Ma," Cicit Kenzie kesakitan."Dasar, anak kurang ajar. Bisa-bisanya kamu menuduh Mama menaruh racun di dalam makananmu. Lihatlah Natha yang makan dengan lahapnya. Jika Mama racun, dia yang mati duluan. ya kan?" Perkataan Vania memang ada benarnya, tapi itu justru terdengar kejam."Uhuh uhukkk ... " mendengar perkataan Vania membuat Natha tersedak.Dasar mertua gila.Gumam Natha dalam hati.Natha memejamkan matanya untuk sejenak.Mengembalikan kesadaran dan juga kewarasannya. Selama ia bersama dengan Kenzie. Hidupnya terasa lebih sulit dan juga tak bebas."Minum-minum, ma
"Resepsi?" Natha membelalakkan matanya mendengar perkataan Kenzie.Apa lagi ini ya Tuhan.Tadi mertua.Terus cucu.Besok resepsi.Nanti apa lagi?Temani dia arisan ala-ala?Natha meraup wajahnya dengan gusar.Kepalanya mengeleng berharap semua yang dia hadapi saat ini hanyalah mimpi."Kenapa? Bukan masalah 'kan?" Kenzie menghentikan gamenya. Pandangan netranya mengarah kepadan Natha meminta jawaban."Aku belum siap Ken, Mama dan Papa belum pulang juga. Kenapa secepat ini."Frustasi, Natha merasa semakin gila jika tinggal terus-terusan dengan Kenzie dan Mamanya."Aku ... anak satu-satunya Nath, kamu ingat kejadian kita di Bandung beberpaa hari yang lalu?" Ekor mata Kenzie terus mengamati gerak-gerik Natha. "Itu adalah hari dimana aku harus bertunangan sama Karin. Tapi aku memilih kabur dan berujung menikah dengan cara tidak hormat denganmu. Harga diriku sebagai seorang laki-laki udah jatuh Nath, aku janji nggak bakal buat aneh-aneh lagi