Hari ini adalah hari selasa. Di mana Natha sedang menikmati liburannya, sambil duduk di meja makan sembari mengoleskan selai kacang di atas roti tawar miliknya.
"Nath, hari ini Papa mau pergi dinas ke luar Kota sama mama seminggu. Kamu nggak apa-apa kan di rumah sendiri?" Kata Anantha. "Beneran mau dinas ke luar?" Dengan suara yang dibuat kecewa, Natha berpura-pura sedih mendengar Orang tuanya akan pergi. Padahal inilah saat yang dia tunggu-tunggu selama ini. Gadis tomboy yang hobinya bikin onar ini paling pandai menyusun kebohongan di depan Orang tuanya.
"Iya, mau gimana lagi. Mama sudah nunggu di Bandara dan urusan ini juga sangat mendesak. Mama udah bangunin kamu dari tadi. Tapi, kamu susah banget dibangunin mentang-mentang libur. Nanti Papa tambahin uang jajan buat kamu deh, tapi-" Anantha sengaja menggantungkan perkataanya.
"Tapi apa Pah?" Natha nampak penasaran."Papa nggak mau dengar kamu buat masalah lagi. Nggak ada balapan liar, tawuran dan sejenisnya. Paham?" Anantha sudah tahu sifat Putri keduanya itu yang suka membuat masalah."Iya janji nggak bakal lakuin yang Papa sebut tadi suer." Kata Natha sambil mengacungkan dua jarinya dengan nada serius."Bagus, kalo begitu Papa pergi dulu ya kamu baik-baik di rumah." Anantha mengusap puncak kepala Natha lalu pergi berlalu meninggalkan sang Putri yang masih duduk di meja makan."Tenang aja Pa, aku nggak bakal ngelakuin itu kok, tapi lebih dari itu." Gumam Natha, di dalam hatinya, takut jika Papanya masih bisa mendengar perkataanya.Bukan Natha Bree Wijaya jika dia tidak membuat masalah di dalam hidupnya.
Setelah memastikan sang Papa sudah pergi, dia segera mencari tiket pesawat yang bertujuan ke Kota Bandung sekalian dengan Hotelnya. Setelah serching selama 15 menit akhirnya Natha mendapatkan yang dia inginkan. "Yes, ahirnya gue bebas." Natha menjerit kegirangan menuju kamarnya. Di benaknya saat ini dia hanya ingin bersenang-senang menghabiskan masa liburnya yang tinggal 5 hari.Setelah selesai dengan persiapannya Natha melangkahkan kakinya menuju Bandara yang tidak jauh dari rumahnya.
Perjalanan dari Surabaya menuju Bandung terasa sedikit melelahkan bagi Natha, apalagi tanpa persiapan dan serba mendadak.Setelah sampai di Kota Kembang, Natha segera mencari taxi untuk menuju Hotel yang sudah dia pesan sebelumnya melalui aplikasi. "Mbak saya yang pesan kamar melalui aplikasi tadi." Kata Natha kepada salah satu pegawai hotel. "Atas nama Natha Bree Wijaya ya Kak?" Kata pegawai itu sambil memberikan kunci hotel no 9. Natha hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan pegawai tersebut.
Bruk! "Aduh!" Tubuh Natha tidak sengaja menabrak seseorang yang tidak dikenalnya. "Maaf." Lelaki itu pergi begitu saja meninggalkan Natha yang masih terpaku. "Untung cakep, kalo nggak udah gue... ah sudahlah." Natha melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.Pandangan Natha mengedar menyusuri lorong Hotel mencari keberadaan kamar yang sedang dia cari. Sorot matanya terhenti setelah melihat nomor 9 yang menempel pada pintu kamar. Natha sedikit heran dengan yang dilihatnya, karena nomor pintu sedikit acak menurutnya. "Bukannya seharusnya setelah nomor 5 itu nomor 6 dulu ya?" Gumam Natha. Namun, karena merasa lelah ia memutuskan segera memasuki kamar tersebut.
"Aneh, nggak dikunci lagi." Natha segera memasuki kamar dan meletakkan barangnya di lemari. Karena efek jetlag di perjalanan membuat Natha merasa tidak nyaman, akhirnya memutuskan untuk mandi. Dia berendam cukup lama di dalam bath up, tidak terasa dia sudah berendam selama setengah jam.Natha keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan sehelai handuk yang menutupi bagian dada sampai ke lutut.
DEG
Natha benar-benar terkejut dengan apa yang ada di hadapannya, jantungnya serasa berhenti berdetak. Saat ini di hadapannya ada seorang lelaki yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan boxer sedang tertidur dengan pulasnya.
"Siapa dia?" Perasaan was-was menyelimuti pikirannya saat ini. Dengan sigap Natha mengambil vas bunga yang berada di nakas, dia melangkahkan kakinya dengan sangat pelan mendekati lelaki misterius itu. Natha berdiri tepat di atas kaki pria itu, namun hal yang tak terduga malah terjadi.Lelaki itu tiba-tiba menggerakkan kakinya dan sialnya pergerakannya tepat mengenai kaki Natha. Vas bunga yang dipegangnya juga ikut terlempar entah kemana. Akibat perbuatan laki-laki itu tubuh Natha langsung terhuyung kedepan. Natha tidak dapat mengendalikan keseimbangan tubuhnya dan langsung menimpa lelaki itu.
Natha terjatuh tepat di atas tubuh lelaki itu, bibir keduanya saling bertaut. Karena kejadian yang tidak terduga itu membuat keduanya membulatkan matanya dengan sempurna. Deru napas mereka saling beradu untuk beberapa saat. Ditambah lelaki di hadapan Natha belum sepenuhnya tersadar dengan apa yang terjadi.
Braak!
Pintu kamar tiba-tiba saja terbuka, masih dengan posisi tubuh yang sama, keduanya tertangkap basah oleh beberapa pasang mata yang sedang mengamati mereka, sepertinya petugas razia pasangan yang tidak resmi."Silahkan ikut kami ke kantor, kami mendapatkan laporan ada pasangan tidak resmi di kamar ini."
Lelaki itu, langsung mendorong tubuh Natha darinya. Hal itu membuat Natha tersungkur ke lantai dengan handuk yang sudah lolos dari tubuhnya. "Aaaaaaa" Natha berteriak karena posisinya saat ini sangat memalukan sambil menyilangkan kedua tangannya berusaha menutupi bagian dadanya. Lelaki itu dengan sigap menarik selimut lalu menutupi tubuh Natha yang terlihat polos."Tolong keluar dulu Pak! Kami akan bersiap." Kata lelaki itu dengan tegas. Petugas itu keluar berlalu meninggalkan dua sejoli, yang tidak saling mengenal itu.
"Mampus gue!" Gumam Natha nampak frustasi. "Kamu! cepat pakai bajumu dan jelaskan apa yang terjadi nanti, jangan sampai kita terjerat masalah yang lebih serius." Lelaki itu berjalan sambil mengenakan baju kaosnya."Kok sial banget nasib gue hari ini, niatan mau liburan malah sial begini. Gara-gara melanggar perkataan Papa gue kena sial."
Natha kemudian mengenakan pakaian dan bersiap keluar kamar mengikuti petunjuk petugas sat pol pp. Bahkan Natha dan beberapa pasangan tidak resmi lainnya juga dibawa menggunakan mobil petugas sat pol pp yang terbuka di bagian belakang. "Ya Allah, kenapa sial benget hari ini mau liburan malah jadi begini." Natha bergumam diatas mobil yang masih bisa di dengar oleh lelaki di sampingnya. Namun lelaki itu hanya diam saja. Setelah sampai di kantor mereka langsung diintrogasi oleh para petugas.
"Tolong berikan informasi lengkap dan serahkan KTP masing-masing untuk membuktikan kalian pasangan resmi." Kata salah seorang petugas di sana.
Natha hanya bisa memejamkan matanya, bahkan dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Natha memberikan KTP miliknya kepada petugas dan juga lelaki itu."Wah, jauh juga kamu ya dari Surabaya." Seru salah seorang petugas saat melihat KTP milik Natha. Kemudian meminta Ktp lelaki itu dan kebetulan sekali lelaki itu juga berasal dari Surabaya. "dari satu daerah ya." Kata petugas itu. "Tapi, kami bahkan nggak kenal Pak! Tolong lepasin kami Pak. Saya bahkan tidak tahu siapa nama Mas ini, ini hanya kesalahpahaman Pak." Natha terlihat mulai frustasi.
"Tapi disini ada prosedurnya Dek, jika kalian bukan pasangan resmi, kami akan memberikan sanksi yaitu akan dinikahkan."
"Nikah?" Natha dan pria asing itu berteriak bersamaan.
"Saya akan berikan berapapun yang Bapak minta, tapi jangan nikahkan kami." Kata pria asing itu.
"Nah begini mental anak muda jaman sekarang, bagaimana Indonesia bisa maju jika masih muda saja malah mengalami kemunduran. Jika ada yang menerima suap. Maka pelaku dan yang menerima akan dikenakan sanksi tambahan." Seru petugas dari arah belakang. "Kok Bapak kejam sih? Kami beneran nggak ngelakuin apa-apa, Bapak." Natha berusaha menjelaskan mati-matian.
"Sudah lah, lebih baik kita ikuti saja permainan mereka. Ini bukan wilayah kita." Kata lelaki itu.
"Enak banget kamu ngomong, aku sih nggak apa-apa nikah di usia 20 tahun. Yang jadi masalah kita nggak saling kenal dan aku baru kuliah semester 2 dan kita emang nggak ngelakuin apa-apa kok." Suara Natha naik satu oktaf."Duduk dan ikuti permainannya." Kata lelaki itu dengan santai, bahkan Natha sama sekali tidak tahu siapa nama lelaki di hadapannya saat ini. Kali ini Natha hanya bisa diam dan mengikuti apa kata lelaki itu.
"Jadi begini, jika orang tua kamu masih hidup tolong telfon dia untuk menjadi wali melalui telfon." Kata lelaki itu dengan sangat tenang.
"Kamu gila ya? Bisa-bisa gue digantung sama Papa kalo dia tau aku di Bandung sekarang." Natha mulai terlihat frustasi dengan keadaanya saat ini. Wajahnya mendadak menjadi pucat ketika harus memberitahu orang tuanya tentang apa yang terjadi kepadanya saat ini.
"Berikan nomor telfon Papamu sekarang, biar aku yang jelaskan." Natha menuruti apa kata lelaki itu dengan sedikit ragu. Setelah mendapatkan nomor telfon orang tua Natha, lelaki itu pergi keluar dan entah apa yang dibicarakan, namun orang tua Natha menyetujui pernikahan Natha dengan pria asing itu.
Lelaki itu lembali duduk di samping Natha, saat ini mereka sudah berada di depan penghulu. Bahkan leleki itu masih terlihat santai di saat seperti ini.
Namun, nasi telah menjadi bubur. keadaan mereka berdua saat terpergok memang sangat meyakinkan bahwa mereka sedang melakukan hal yang tidak seharusnya.
"Maskawinnya apa mas?" Tanya penghulu yang berusia sekitar setengah abad kepada lelaki itu.
"Saya tidak punya uang kes Pak, jadi kartu ini saja yang jadi maskawinnya." Kata lelaki itu sambil memberikan black card. Kartu yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja. "Gleg! Siapakah dia?" Jiwa-jiwa penasaran Natha mulai muncul.
"Baiklah kita mulai ya mas. Ikuti instruksi saya." Kata penghulu sambil mengucapkan akad dan langsung dijawab oleh Lelaki itu.
"Saya trima nikah dan kawinnya Natha Bree Wijaya binti Anantha Wijaya dengan maskawin tersebut dibayar tunai!"
"Bagaimana saksi sah?"
"Sah!" Sahut beberapa saksi yang berada di sana. Semenjak ijab qobul berlangsung dari situlah Natha mengetahui nama lelaki yang kini resmi menyandang setatus sebagai suaminya.
Namanya Kenzie Ganendra, wajahnya memang tampan ditambah kulitnya yang putih dan mata hazel miliknya menjadikan ketampanan nampak terlihat sempurna.
"Sudah, ngaku aja deh kalo kalian emang pacaran. Nah sekarang bisa dilanjutkan kok kegiatannya yang tadi, dijamin nggak bakal ada yang grebeg lagi Neng!" Seru salah satu dari sat pol pp tadi.
"Anak jaman sekarang mah suka gitu, mau ena-ena tapi nggak mau nikah." Kata salah seorang petugas satunya.
Natha menahan emosinya dengan mengepalkan kedua tangannya, sebetulnya perasaan Natha sudah tidak bisa di tahan lagi, bahkan saat ini dia ingin memukuli mereka satu-persatu.
Natha memilih langsung keluar meninggalkan Kenzie yang masih sibuk mengurus sisa masalahnya. Wajah malunya tak bisa disembunyikan lagi saat ini.Setelah selesai dengan masalahnya Natha dan Kenzie kembali ke kamar hotel bersama-sama. Perjalanan mereka didalam taxi hingga sampai ke dalam kamar hotel terasa sunyi, tanpa ada satu pun yang memulai percakapan. "Kok perasaan gue nggak enak gini ya?" Gumam Natha.
Setelah sampai di kamar akhirnya Kenzie membuka suara untuk pertama kalinya. "Baiklah, jelaskan biodatamu dengan selengkap-lengkapnya." Kata Kenzie.
"Hah? Maksud loe?" Natha masih belum faham dengan apa yang dikatakan oleh Kenzie.
"Begini nih kalo kabur dari masalah, sekarang malah tambah masalah lagi." Kenzie nampak sedikit frustasi dengan apa yang menimpanya hari ini.Kenzie lari dari Surabaya ke Bandung kerana orang tuanya memaksanya untuk dijodohkan dengan Karin teman kecilnya.
Namum bukanya beruntung dia malah mengalami hal sial seperti sekarang ini.~~~
Bersambung...Natha bingung.Setelah Kenzie memberikan pertanyaan kepadanya. Saat itu juga ponselnya berdering. Disana tertuliskan 'Papa' menandakan sang Papa melakukan panggilan suara kepadanya."Aduh, gimana ini?" Wajah putih Natha terlihat memucat.Kenzie yang menyadari akan hal itu langsung menyambar ponsel yang tengah berada di tangan Natha."Sssttt diam! biar aku yang bicara."Kenzie keluar dari kamar meninggalkan Natha sendiri. "Gimana mau diem coba, nggak tau aja kalo papa tuh galaknya melebihi singa habis beranak," gumam Natha, hatinya mulai tidak tenang, karena dia menyadari kesalahannya kali kali ini memang melebihi yang biasanya.Sedangkan di luar Kenzie berusaha menjelaskan permasalahan yang terjadi antara Dirinya dan juga Natha hari ini."Anda tenang saja Pak, sekarang anda sedang berada dimana? Biar sekretaris saya yang akan mendatangi Bapak dan menjelaskan permasalahannya."Kenzie berusaha menjelaskan dengan setenan
Setelah perjalanan berapa menit Natha dan Kenzie sampai di rumah makan sederhana. Suasana menjadi canggung saat Natha duduk tepat di hadapan Kenzie."Mau pesan apa?" Tanya Kenzie."Samain aja.""Jadi mau pesan apa Mas?" Tanya pelayan wanita mengenakan seragam berwarna hitam dengan memberikan senyuman yang dibuat semanis mungkin. "Ayam bakar sama air jeruk hangat saja Mba." Kata Kenzie."Baiklah, jadi dua porsi ayam bakar dan dua air jeruk hangat ya Mas?" Kata pelayan itu mengulangi perkataannya. "Bisa cepetang nggak sih Mbak?" Natha mengatakan sambil memberikan tatapan tajam kepada pelayan itu. "Ma-af Mba," pelayan itu nampak ketakutan lalu pergi meninggalkan meja Natha. "Kamu bisa nggak sih, nggak usah buat masalah sekali ... aja?" Kata Kenzie."Langsung pada intinya aja deh, tadi lo kan bilang kalo mau bikin kesepakatan." Natha nampaknya sudah tidak sabar dengan yang akan disampaikan oleh Kenzie."Kita makan dulu ya, nanti d
Natha buru-buru memasuki kamarnya dengan berlari kecil. "Dasar aneh, hampir saja gue diterkam singa." Gumam natha saat mengingat apa yang dilakukan oleh Kenzie kepadanya. Jantung Natha berdegup dengan kencang ketika mengingat yang terjadi kepadanya saat di dalam kamar Kenzie."Astaga! kenapa wajahnya selalu terngiang-ngiang di fikiranku kayak gini sih?" Natha membanting tubuhnya ke atas kasur.Ting! Ting!Notifikasi di ponsel Natha berbunyi."Gleg! Mampus gue. Kak Alvin," Natha kesulitan menelan salivanya saat membaca pesan dari sang Kakak.[Dimana kamu sekarang? Share lokasimu sekarang juga, NATHA! Jika tidak Kakak akan menyeretmu pulang jika berhasil menemukanmu!]Pesan dari Alvin mampu membuat Natha lemas dalam waktu sekejap. Kakaknya memang keras kepadanya, apalagi jika dia membuat masalah.Natha langsung berlari keluar menemui Kenzie lagi, dia tidak ingin menjadi sasaran kemarahan sang Kakak sendiri. Ini bukan
"Na ... Natha?" Kenzie nampak kesulitan menelan salivanya sendiri. Ia bahkan mengulangi perkataan lelaki yang ada dihadapannya dengan terbata."Dimana Adikku? Maaf saya lancang. Perkenalkan saya Alvin, Kakak kandung Natha. Saya sudah mendengar semua dari Ayah saya," penglihatan Alvin mengedar berusaha menerobos ke dalam kamar Kenzie, sambil mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Kenzie."Saya Kenzie, maaf kami sudah membuat masalah. Sebaiknya kita bicarakan masalah ini diluar saja." Kenzie buru-buru menutup pintu kamar, ia menyadari gerak-gerik Alvin yang berusaha mencari keberadaan Natha.Tingkah Kenzie, membuat Alvin curiga. "Apa dia ada di dalam?" Perkataan Alvin membuat Kenzie kaget dan membulatkan matanya dengan sempurna."Sebaiknya kita bicarakan di tempat lain saja." Kenzie berusaha membujuk Alvin agar mau meninggalkan kamar hotel miliknya.Alvin hanya menurut dan mengekor dibelakang Kenzie, entah lelaki itu akan membawanya k
"Hoaaaamm ... " Natha menguap dengan lebarnya lalu merentangkan ke dua tangannya."Perasaan gue semalem tidur nggak pake selimut deh? Ah ... masa bodoh dengan itu." Natha mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar."Selamat pagi dunia ... " pandangan Natha terhenti ketika mendapati Kenzie terbaring tak berdaya di atas sofa yang berada tepat di seberangnya.Langkah kakinya menuruni ranjang, lalu menuntunnya menuju sofa tempat Kenzie tertidur.Natha memberanikan diri mendekati Kenzie, yang tengah tertidur pulas. Kaca mata tebal yang masih menempel di wajah dan rambut gondrong yang menutupi wajah Kenzie.Dasar aneh!Tidur seperti ini, bukankah akan menyakiti diri sendiri ketika bangun.Natha melepaskan kaca mata yang ada di wajah Kenzie, lalu meletakkanya di atas meja. Kemudian ia merapikan anak rambut yang menutupi wajah Kenzie."Ternyata lo nggak jelek-jelek amat ya? Bahkan terlihat tampan. Sayang banget, ketampanan ini tertutup
Setelah selesai dengan mandi kilatnya, Kenzie mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada seseorang. Natha yang melihat hal itu hanya diam saja.Entahlah dengan siapa dia mengirim pesan?"Ini ponsel kamu, Ayo!" Kenzie yang sudah siap mengajak Natha, untuk pergi mencari makan sekalian berjalan-jalan mengelilingi kota Bandung tentunya."Kemana?" Terlihat wajah Natha mulai penasaran."Keliling Bandung." Sahut Kenzie dengan santai sembari melangkahkan kakinya meninggalkan Natha."Naik apa?" Natha terlihat antusias setelah mengetahui dirinya akan diajak berjalan-jalan."Jalan kaki." Kenzie nampak menahan senyumannya ketika mengatakan kepada Natha. Ia sedikit penasaran, jawaban apa yang akan diberikan oleh Natha nantinya."Hah! Lo nggak gila 'kan? Masa iya keliling Bandung jalan kaki. Paling nggak 'kan bisa pesen Ojol." Natha mulai terlihat kesal.Jalan kaki.Keliling Bandung.Waras nggak sih dia ini?Punya Black Card tapi masak i
Sambungan telfon Kenzie dengan Mamanya sudah terputus. Kenzie yang tadi berdiri kembali ke tempat duduknya."Elo! Seenaknya aja buat keputusan." Mata Natha melotot."Kamu sebaiknya tenang dulu Nath, aku bakalan jelasin semuanya pelan-pelan," tutur Kenzie kemudian. "Dengerin dulu penjelasan aku. Kalau kamu marah-marah kayak gini terus, masalah kita nggak akan selesai."Natha menyadari bahwa perkataan Kenzie, hal itu membuat Natha menjadi bungkam. Terpaksa Natha menutup mulutnya rapat-rapat karna perkataan Kenzie ada benarnya. Sebenarnya malu, namun mau tak mau ia harus mengakui kesalahannya. Tindakannya yang selalu berlebihan akan memperkeruh suasana nantinya.Setelah Natha sedikit tenang, Kenzie pelan-pelan mengatakan rencana yang yang akan mereka jalani kedepannya. "Jadi begini, nanti ketika kita sudah pulang sebaiknya kita berpura-pura menjadi sepasang kekasih yang memang hanya bertemu seperlunya saja." Tutur Kenzie kemudian.Natha hanya m
Kegelisahan menyelimuti wajah Natha. Kulit putihnya semakin terlihat memucat karena kegugupan yang melanda dirinya saat ini. Tangannya berubah menjadi dingin dan bergetar.Kenzie yang menyadarinya, seketika itu juga meraih tangan Natha lalu mengenggamnya dengan erat. Pandangan matanya tak lepas dari Natha "Tenang Nath, jangan gugup! Semuanya akan baik-baik saja." Kenzie berusaha meyakinkan Natha agar tetap tenang saat menghadapi masalah yang ada di depan mereka saat ini.Tenang!Segampang ini dia berkata?Terbuat dari apa sebenarnya fikiran kenzie.Bahkan gue harus bertemu dengan ibu mertua dalam situasi yang tidak enak seperti saat ini.Apakah pura-pura pingsan adalah jalan keluarnya?Tidak-tidak, sepertinya menghadapi situasi ini akan jauh lebih baik.Tenang!Fokus!Jangan gugup Nath!Natha berusaha menyemangati dirinya sendiri. Walaupun itu sepertinya tidak terlalu berhasil."Jadi gara-gara wanita jadi-
“Sepertinya ada darah tarzan yang mengalir di tubuh istriku,” ujar Kenzie.“Apa kamu bilang?”Deg.Kenzie segera menoleh ke arah suara itu.“Eh Pa,” jawab Kenzie dengan senyum sedikit kikuk. Bagaimana tidak dirinya membicarakan keburukan istrinya tepat di depan mertuanya.Kenzie segera menghampiri Anantha lalu menyalami tangan papa mertuanya. Yang langsung di sambut hangat oleh Anantha.“Kamu yang sabar ya, maklum istri kamu itu setengah laki-laki, nggak tahu dulu sepertinya dia ingin lahir menjadi lelaki. Tapi pas pembagian kelamin dia nggak datang. Nah makanya kan jadi nggak songkron sifat sama sama gender,” kelakar AnanthaKegugupan Kenzie mendadak sirna mendengar ucapan mertuanya saat ini.Ternyata Papa mertuanya tidak segarang yang dia bayangkan.“He ... He iya Pa, Mama di mana kok dari tadi saya nggak lihat,” tanya Kenzie. Dia berusaha mengalihkan pe
"Whitney!" Seru Kenzie. Seekor angsa berwarna putih muncul dengan anggunnya."Soang!" Jerit Natha, dirinya langsung melompat ke dalam pelukan Kenzie."Kamu kenapa?" Kenzie terlihat keheranan, ketika melihat wajah yang berada di hadapannya menjadi putih memucat dalam seketika."I-itu jauhain Soangnya." Natha mengeratkan pelukan tangan dan kakinya ke dalam pelukan Kenzie."Iya-iya ... tapi turun dulu! Nanti kita bisa jatuh berdua," ujar Kenzie."Nggak mau, pokoknya nggak mau itu nanti kepalaku di petok. Aku nggak mau," jerit Natha.Sesekali Natha melihat angsa yang ada di bawah kaki Kenzie, lalu membenamkan kembali wajahnya di dalam ceruk leher Kenzie."Kenapa sih, dia nggak bakal metok orang Nath, aku udah pelihara dia dari dia masih kecil," ujar Kenzie meyakinkan istrinya itu.Natha masih tetap dalam posisinya. Memeluk Kenzie dengan eratnya, tubuhnya sekarang menjadi bergetar. Keringat dingin mengucur di dahi Natha.M
"Gimana? Emang kamu nggak sakit?" Kenzie menaikkan sebelah alisnya."Udah dong Ken, itu terus di bahas." Natha tersipu malu."Ya 'kan kamu yang mulai. Gimana sih Nath?" Kenzie mencubit gemas pipi Natha.Lalu mengecup bibirnya sekilas."Kebiasaan deh, udah aku mau mandi." Natha menarik selimut yang menutupi keduanya.Sementara Kenzie terkesiap, karena ulah Natha. Pasalnya keduanya memang benar-benar naked selama tidur.Dengan cepat Kenzie menutupi barang berharganya dengan bantal. Ingin sekali dirinya menerjang istrinya namun nyalinya ciut menyadari dirinya akan kalah beradu jotos dengan istrinya yang unik itu."Nggak gitu juga caranya dong, Natha!" Cicit Kenzie."Lah ... kenapa musti malu coba, bukankah semalam aku udahblihat semua ... udah lupain aja deh kalo gitu." Ujar Natha sembari mengibas-ngibaskan tangannya di udara. Telihat wajah kesal Natha terpampang dengan jelas."Bukannya malu, tapi ini dingin." Ujar Kenzie kemudia
Cup.Bibir keduanya saling bertautan, netra Natha dan Kenzie membulat dengan sempurna.Natha hendak mendorong dada Kenzie. Namun, dengan cepat Kenzie menggenggam tangan milik istrinya itu.Kenzie memejamkan matanya dengan tangan yang masih setia mengunci pergelangan tangan Natha. Perlahan-lahan Kenzie melumat bibir Natha tanpa mendapatkan balasan darinya.Natha yang masih syok dengan apa yang baru saja dia alami itupun, masih bergeming diposisi awal dengan mulut yang masih mengatup rapat.Kenzie 'pun dengan cepat mengigit bibir bawah Natha, ketika dirinya menyadari Natha tak membalas apa yang tengah dia lakukannya saat ini."Akh ...."Kenzie yang mendapatkan celah, mulai melancarkan aksinya dengan segera memperdalam ciumannya dengan begitu lembut. Hingga bibir keduanya saling bertaut, intim. Bergerak seirama menikmati gairah yang mulai menyulut mereka berdua. Meskipun Natha masih bagitu kaku, karena itu memang adalah pengalama
"Bagaimana ... kalo Alvin sampai tahu, ya?" Mendengar perkataan Kenzie, Natha langsung membulatkan matanya. Dia merasa ketakutan mendengarkan ucapan suaminya saat ini. Ancaman ketika di adukan kepada sang kakak memang lebih mengeritak dibanding harus berurusan dengan polisi atau begal."Please ... Ken, aku janji bakalan berubah. Swear, deh!" Tangan sebelah Natha memegang lengan Kenzie yang masih setia dengan setir mobilnya, sementara tangan yang satu diangkat dengan jari membentuk huruf V. Di dalam hati Kenzie tertawa terbahak-bahak melihat wajah panik sang istri saat ini.Namun, ketika melihat hal itu, justru membuat Kenzie ingin mengerjai Natha lebih lagi.Sebenarnya, Kenzie bukanlah orang yang suka mengatur dan bukan pula orang yang suka diatur. Namun, kelakuan Natha kali ini memang sudah terbilang kelewatan. Ia hanya ingin membuat Natha jera saja dan tidak lagi pergi tanpa berpamitan kepada dirinya. Bisa diingat-ingat semenjak mereka bertemu hal-hal an
Ketika hendak tidur dan memulai petuangan di dalam mimpi, tiba-tiba saja notifikasi diponsel Natha berbunyi. Mendengar hal itu Natha, segera membuka pesan yang masuk. Senyum menyerigai terbit dibibir Natha, saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya.Di sana tertuliskan nama 'Devano'. Sahabatnya yang sering memberikan info mengenai balapan liar.Setelah menerima pesan dari Devano, senyum di wajah Natha terbit.Ia memastikan lelaki yang tengah tidur di sampingnya, saat ini benar-benar terlelap. Merasa mendapatkan jackpot Natha, segera keluar dengan mengendap-endap.Tangannya tak lupa menyambar jaket kulit berwarna hitam miliknya.Kepalanya tak henti-hentinya menengok ke kanan dan juga ke kiri, bahkan saat ini Natha seperti seorang maling yang tengah mencuri di rumah seseorang.Berharap tidak ada yang melihatnya keluar dari rumah Kenzie. Karena, malam telah larut dan tamu juga sudah pergi. Akhirnya, Natha berhasil keluar dengan aman. Tanpa
Hening.Pesta pernikahan telah selesai. Semua tamu undangan telah pergi dari kediaman Kenzie.Hanya tersisa beberapa keluarga inti dari kedua belah pihak dan juga sekretaris Kenzie saja.Tidak ada siapapun yang ingin memulai berbicara lebih dahulu.Natha dan Kenzie saling beradu pandang. Seolah mengisyaratkan, agar salah satu dari keduanya mau membuka mulut untuk menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya."Jadi?" Pertanyaan itu dilayangkan oleh Vania, ia menghujani pertanyaan kepada Kenzie dan Natha "apakah kalian, tidak ingin menjelaskan sesuatu kepada Mama?"Vania nampak menunggu jawaban dari anak dan menantunya. Sementara itu, Sarah hanya diam. Ia tak ingin membuka mulut dan memberitahukan masalah anak dan menantunya. Ia berharap Kenzie dan Natha lah yang akan memberitahukan kepada Vania.Di sisi lain, Vania sangat penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi kepada putranya dan juga menantunya sebelumnya. Ia sebenarnya tidak p
Kenzie membolak-balik makanan yang ada di atas piringnya. Kemudian ia menatap Vania."Kenapa?" Tanya Vania melihat tingkah aneh putranya, ia tahu jika Kenzie akan mengatakan sesuatu. Tergambar jelas dari raut wajahnya saat ini."Nggak diracun kan Mah," Vania langsung mengulurkan tangannya lalu menarik telinga Kenzie hingga merah."Aduuuuh ... sakit Ma," Cicit Kenzie kesakitan."Dasar, anak kurang ajar. Bisa-bisanya kamu menuduh Mama menaruh racun di dalam makananmu. Lihatlah Natha yang makan dengan lahapnya. Jika Mama racun, dia yang mati duluan. ya kan?" Perkataan Vania memang ada benarnya, tapi itu justru terdengar kejam."Uhuh uhukkk ... " mendengar perkataan Vania membuat Natha tersedak.Dasar mertua gila.Gumam Natha dalam hati.Natha memejamkan matanya untuk sejenak.Mengembalikan kesadaran dan juga kewarasannya. Selama ia bersama dengan Kenzie. Hidupnya terasa lebih sulit dan juga tak bebas."Minum-minum, ma
"Resepsi?" Natha membelalakkan matanya mendengar perkataan Kenzie.Apa lagi ini ya Tuhan.Tadi mertua.Terus cucu.Besok resepsi.Nanti apa lagi?Temani dia arisan ala-ala?Natha meraup wajahnya dengan gusar.Kepalanya mengeleng berharap semua yang dia hadapi saat ini hanyalah mimpi."Kenapa? Bukan masalah 'kan?" Kenzie menghentikan gamenya. Pandangan netranya mengarah kepadan Natha meminta jawaban."Aku belum siap Ken, Mama dan Papa belum pulang juga. Kenapa secepat ini."Frustasi, Natha merasa semakin gila jika tinggal terus-terusan dengan Kenzie dan Mamanya."Aku ... anak satu-satunya Nath, kamu ingat kejadian kita di Bandung beberpaa hari yang lalu?" Ekor mata Kenzie terus mengamati gerak-gerik Natha. "Itu adalah hari dimana aku harus bertunangan sama Karin. Tapi aku memilih kabur dan berujung menikah dengan cara tidak hormat denganmu. Harga diriku sebagai seorang laki-laki udah jatuh Nath, aku janji nggak bakal buat aneh-aneh lagi