Natha buru-buru memasuki kamarnya dengan berlari kecil. "Dasar aneh, hampir saja gue diterkam singa." Gumam natha saat mengingat apa yang dilakukan oleh Kenzie kepadanya. Jantung Natha berdegup dengan kencang ketika mengingat yang terjadi kepadanya saat di dalam kamar Kenzie.
"Astaga! kenapa wajahnya selalu terngiang-ngiang di fikiranku kayak gini sih?" Natha membanting tubuhnya ke atas kasur.
Ting! Ting!
Notifikasi di ponsel Natha berbunyi.
"Gleg! Mampus gue. Kak Alvin," Natha kesulitan menelan salivanya saat membaca pesan dari sang Kakak.
[Dimana kamu sekarang? Share lokasimu sekarang juga, NATHA! Jika tidak Kakak akan menyeretmu pulang jika berhasil menemukanmu!]
Pesan dari Alvin mampu membuat Natha lemas dalam waktu sekejap. Kakaknya memang keras kepadanya, apalagi jika dia membuat masalah.Natha langsung berlari keluar menemui Kenzie lagi, dia tidak ingin menjadi sasaran kemarahan sang Kakak sendiri. Ini bukanlah kesalahannya penuh, jadi jika ada yang kena imbas maka Natha juga akan mengikut sertakan Kenzie.
Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!
Kali ini Natha mengetok pintu dengan begitu kerasnya. Bahkan tetangga kamar mereka sampai keluar dari kamar melihat keributan yang dibuat oleh Natha.
"Ck, siapa lagi sih? Jangan bilang itu cewek bar-bar lagi," Kenzie mulai keluar membukakan pintu dengan malas, sebenarnya dia sudah mulai tertidur. Namun mendengar ketukan maut itu, mau tidak mau dia harus melihat siapa gerangan yang membuat onar. Ketika berada di pintu, matanya membulat seketika rasa kantuknya menghilang, pada saat melihat Natha kembali ke kamarnya.
"Kenapa? Hmm? Sudah siap bulan madu denganku Sayang?" Kata Kenzie sambil menaikkan dagunya.Natha langsung mendorong kenzie ke dalam kamar, hal itu membuat Kenzie kaget dan mulai kehilangan keseimbangan lalu terjerembab ke arah belakang. Tubuh Natha berhasil menindis tubuh Kenzie.
CupBibir mereka kembali bertaut untuk beberapa saat. Netra mereka kembali saling memandang untuk beberapa detik hingga Kenzie menghancurkan semuannya."Sudah puas natap wajah tampan aku hmm?"
Deg
Jantung Natha seperti akan lepas mendengar perkataan Kenzie, pipinya memerah seperti udang rebus. Natha langsung membenarkan posisinya, kemudian berlalu meninggalkan Kenzie yang masih tertidur di lantai."Ya Tuhan, kenapa kecerobohan gue malah jadi petaka gini sih? Hampir gue terbuay olehnya. Ini bibir kenapa juga selalu dan selalu buat masalah." Gumam Natha sambil menepuk-nepuk bibir kecilnya.
Kenzie membuntuti Natha di belakangnya lalu ikut duduk di samping Natha sambil mengambil bantal sofa berwarna hijau. "Kenapa lagi sih? Kamu berubah fikiran? Apa kamu memang sudah siap?" Kata Kenzie sambil menggoda Natha. Ia tahu jika Natha tidak suka saat digoda mengenai malam pertama. Perubahan wajah itu akan terlihat sangat jelas. Wajah Natha akan berubah memerah jika sedang malu. Bahkan pertemuan yang lumayan singkat saja membuat Kenzie mulai memahami karakter unik yang dimiliki oleh Natha.
"Apaan sih, garing tau nggak lo, ini lebih penting dari itu." Natha mengucapkan dengan nada serius.
"Sepenting apa sampai membuat kamu nggak sabaran kayak gini, hmm?" Kenzie menatap Natha dengan lekat. Natha mulai salah tingkah ketika diberikan tatapan penuh oleh Kenzie. Natha segera memalingkan wajahnya."Hahahaha... kamu lucu tau nggak? Aku sengaja menggoda kamu. Dan hasilnya seperti yang aku harapkan." Kata Kenzie sambil tertawa dan memegangi perutnya.
Natha menyadari akan hal itu langsung marah lau mengambil bantal yang ada dipangkuan Kenzie, kemudian memukuli Kenzie dengan ganas. "Nih rasain, siapa suruh godain gue terus." "Iya ampun-ampun Nath, aku janji deh nggak gangguin kamu lagi. Udah dong mukulinnya." Kenzie kemudian menahan tangan Natha. Pandangan mereka kembali beradu. Entah keberanian dari mana Kenzie malah mendekatkan bibirnya maju ke depan dan berhenti tepat di depan bibir Natha. Menyadari akan hal itu, Natha langsung memejamkan matanya dengan rapat.Melihat hal itu membuat Kenzie tersenyum, dan memperhatikan tingkah lucu Natha, bibirnya terlihat maju seolah-olah minta untuk dicium. Kenzie hanya menahan tawannya, lalu mendekati telinga Natha lalu mengatakan.
"Aku nggak akan apa-apain Kamu kok." Bisikan itu, membuat Natha membulatkan matanya dengan sempurna, bulu roma Natha sedikit meremang saat mendengar perkataan Kenzie tepat di dekat telinganya. Natha lalu memukul-mukul Kenzie dengan bantalnya lagi. "Lo tuh ya, jahat banget tau nggak?" Natha akhirnya kesal dan pergi tidur di atas kasur Kenzie. "Jangan ganggu, gue mau tidur. Malam ini lo tidur di kamar gue aja!" kata Natha sambil menarik selimutnya.
"Nggak mau, aku mau tidur disini. Kamu aja yang balik ke kamar." Kata Kenzie yang mulai melangkah menuju kasur tempat Natha terbaring. "Tidak mau, tadi Kakakku mengirim pesan meminta lokasi kita sekarang, tolong urus itu aku mau tidur." Natha mengatakan dengan mata terpejam. Kenzie hanya diam melihat kelakuan Natha.
"Kakak?"
"Hm, Kak Alvin mau kesini, tolong handle dia. Aku malas ribut. Ini ponselku bawa aja." Kata Natha lalu mebalik tubuh memunggungi Kenzie.
"Ck, kenapa sih Nath, nggak besok aja sekalian. Aku juga lelah sama masalah kita hari ini." Kata Kenzie mulai frustasi. Kenzie memang bukan orang yang suka mengerjakan apapun sendiri. Biasanya Kevin yang akan turun tangan jika terjadi masalah. Karena Kevin tidak ada mau tidak mau dia harus menyelesaikan masalahnnya sendiri."Jangan salahkan aku jika tiba-tiba Kak Alvin muncul." Kata Natha.
"Emang kamu sudah share lokasi kita?"
"Belum sih, tapi dia itu selalu bisa tau dengan cepat dimanapun aku pergi. Tau nggak sih dia udah kayak setan yang datang dan pergi sesuka hatinya." Membayangkannya membuat Natha bergidik ngeri.
"Yaudah matikan ponselmu, clear kan? Nggak bakal bisa dilacak. Aku jamin." Kata Kenzie.
"Awas lo bohong! Tanggung jawab lo kalo Kak Alvin muncul."
"Emang aku orang yang bertanggung jawab kali Nath. Kalo nggak juga aku gak bakalan mau nikah sama kamu kan?"
Kenzie berjalan menuju ranjang Natha.
"Wait! Mau apa lo?" Natha nampak panik melihat Kenzie mendekatinya.
"Mau mantab-mantab." Kata Kenzie sambil tersenyum menyerigai.
Natha langsung duduk membenarkan posisinya. Kenzie yang melihat kepanikan Natha sengaja memasang wajah seriusnya agar tidak ketahuan dia hanya mengerjai Natha.
Langkah demi langkah Kenzie mulai mendekati Natha. Baju kaos yang dikenakan Kenzie berhasil ditanggalkan dan dilempar ke sembarang arah.
"Jangan macem-macem lo Kenz!" Natha semakin panik dan bingung.
"Nggak macam-macam sayang. Hanya satu macam saja." Kata Kenzie sambil mengedipkan matanya sebelah.
"Gleg!" Natha kesulitan menelan salivannya, saat ini jarak diantara mereka sudah semakin dekat.
"Kenz, sumpah gue belum siap. Jangan buat gue ngeluarin jurus andalan. Bisa habis lo Kenz!" Natha mengatakan dengan menaikkan satu oktaf suaranya.
Kenzie semakin tersenyum puas saat ini tangannya mulai bergerak membuka resleting celananya.
Natha langsung menyambar bantal dan guling yang ada di sampingnya dan melemparkan kepada Kenzie. Bidikannya kali ini tepat mengenai wajah Kenzie.
"Ck. NATHA. Aku hanya bercanda kali. Bahagia banget tau nggak liat kamu panik kayak gini. Hahaha." Kenzie tertawa dengan puas. Ia mengambil bantal yang terjatuh di lantai lalu membawanya ke sofa.
Natha yang merasa dikerjai oleh Kenzie bertubi-tubi mulai kesal dan jengkel.
"Tunggu aja nanti, pasti bakal gue bales." Kata natha penuh keyakinan.
"Oke, aku tunggu itu. Buktikan!" Kenzie langsung memposisikan dirinya untuk tidur di sofa.
Dalam waktu lima menit Kenzie sudah berhasil menyelam ke alam mimpi miliknya.
"Dasar Kebo! Gampang banget tidur." Natha menyadari Kenzie sudah tertidur pun merasa lega.
Natha juga mulai memposisikan dirinya untuk tidur mengarungi mimpi. Matanya mulai terpejam berusaha untuk tidur dengan damai.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan pintu kamar Kenzie berhasil membuat Natha membulatkan matanya.
DEG
"Jangan-jangan?" Wajah Natha mulai berubah menjadi pucat.
Kaki dan tangannya berubah menjadi dingin, ia memberanikan diri untuk berjalan menghampiri Kenzie.
Tok! Tok! Tok!
"Kenz, bangun woy!"
"Apa sih Nath? Aku ngantuk banget tau. Besok masih bisa dibicarakan, kalo kamu ganggu lagi beneran aku ajakin main kuda-kudaan kamu ya!" Kata Kenzie yang masih dengan posisi yang sama dengan mata terpejam.
"Dengerin deh! ada yang ketok pintu tau." Kata Natha.
"Aku gak dengar." Kata Kenzie.
Tok! Tok! Tok!
"Nah tuh kan, cepetan lihat Kenz! Lihat dulu kek." Natha merengek kepada Kenzie.
"Iya-iya hih." Kenzie bangkit dari tidurnya dengan malas dan berjalan menuju pintu.
Pintu kamar dibuka dengan lebar oleh Kenzie.
"Hoaamm ... nyari siapa ya Mas?" Tanya Kenzie kepada lelaki di hadapannya, sambil menggaruk kepalanya.
"Saya Kakaknya Natha!"
Mendengar itu Kenzie sangat terkejut.
Bersambung...
"Na ... Natha?" Kenzie nampak kesulitan menelan salivanya sendiri. Ia bahkan mengulangi perkataan lelaki yang ada dihadapannya dengan terbata."Dimana Adikku? Maaf saya lancang. Perkenalkan saya Alvin, Kakak kandung Natha. Saya sudah mendengar semua dari Ayah saya," penglihatan Alvin mengedar berusaha menerobos ke dalam kamar Kenzie, sambil mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Kenzie."Saya Kenzie, maaf kami sudah membuat masalah. Sebaiknya kita bicarakan masalah ini diluar saja." Kenzie buru-buru menutup pintu kamar, ia menyadari gerak-gerik Alvin yang berusaha mencari keberadaan Natha.Tingkah Kenzie, membuat Alvin curiga. "Apa dia ada di dalam?" Perkataan Alvin membuat Kenzie kaget dan membulatkan matanya dengan sempurna."Sebaiknya kita bicarakan di tempat lain saja." Kenzie berusaha membujuk Alvin agar mau meninggalkan kamar hotel miliknya.Alvin hanya menurut dan mengekor dibelakang Kenzie, entah lelaki itu akan membawanya k
"Hoaaaamm ... " Natha menguap dengan lebarnya lalu merentangkan ke dua tangannya."Perasaan gue semalem tidur nggak pake selimut deh? Ah ... masa bodoh dengan itu." Natha mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar."Selamat pagi dunia ... " pandangan Natha terhenti ketika mendapati Kenzie terbaring tak berdaya di atas sofa yang berada tepat di seberangnya.Langkah kakinya menuruni ranjang, lalu menuntunnya menuju sofa tempat Kenzie tertidur.Natha memberanikan diri mendekati Kenzie, yang tengah tertidur pulas. Kaca mata tebal yang masih menempel di wajah dan rambut gondrong yang menutupi wajah Kenzie.Dasar aneh!Tidur seperti ini, bukankah akan menyakiti diri sendiri ketika bangun.Natha melepaskan kaca mata yang ada di wajah Kenzie, lalu meletakkanya di atas meja. Kemudian ia merapikan anak rambut yang menutupi wajah Kenzie."Ternyata lo nggak jelek-jelek amat ya? Bahkan terlihat tampan. Sayang banget, ketampanan ini tertutup
Setelah selesai dengan mandi kilatnya, Kenzie mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada seseorang. Natha yang melihat hal itu hanya diam saja.Entahlah dengan siapa dia mengirim pesan?"Ini ponsel kamu, Ayo!" Kenzie yang sudah siap mengajak Natha, untuk pergi mencari makan sekalian berjalan-jalan mengelilingi kota Bandung tentunya."Kemana?" Terlihat wajah Natha mulai penasaran."Keliling Bandung." Sahut Kenzie dengan santai sembari melangkahkan kakinya meninggalkan Natha."Naik apa?" Natha terlihat antusias setelah mengetahui dirinya akan diajak berjalan-jalan."Jalan kaki." Kenzie nampak menahan senyumannya ketika mengatakan kepada Natha. Ia sedikit penasaran, jawaban apa yang akan diberikan oleh Natha nantinya."Hah! Lo nggak gila 'kan? Masa iya keliling Bandung jalan kaki. Paling nggak 'kan bisa pesen Ojol." Natha mulai terlihat kesal.Jalan kaki.Keliling Bandung.Waras nggak sih dia ini?Punya Black Card tapi masak i
Sambungan telfon Kenzie dengan Mamanya sudah terputus. Kenzie yang tadi berdiri kembali ke tempat duduknya."Elo! Seenaknya aja buat keputusan." Mata Natha melotot."Kamu sebaiknya tenang dulu Nath, aku bakalan jelasin semuanya pelan-pelan," tutur Kenzie kemudian. "Dengerin dulu penjelasan aku. Kalau kamu marah-marah kayak gini terus, masalah kita nggak akan selesai."Natha menyadari bahwa perkataan Kenzie, hal itu membuat Natha menjadi bungkam. Terpaksa Natha menutup mulutnya rapat-rapat karna perkataan Kenzie ada benarnya. Sebenarnya malu, namun mau tak mau ia harus mengakui kesalahannya. Tindakannya yang selalu berlebihan akan memperkeruh suasana nantinya.Setelah Natha sedikit tenang, Kenzie pelan-pelan mengatakan rencana yang yang akan mereka jalani kedepannya. "Jadi begini, nanti ketika kita sudah pulang sebaiknya kita berpura-pura menjadi sepasang kekasih yang memang hanya bertemu seperlunya saja." Tutur Kenzie kemudian.Natha hanya m
Kegelisahan menyelimuti wajah Natha. Kulit putihnya semakin terlihat memucat karena kegugupan yang melanda dirinya saat ini. Tangannya berubah menjadi dingin dan bergetar.Kenzie yang menyadarinya, seketika itu juga meraih tangan Natha lalu mengenggamnya dengan erat. Pandangan matanya tak lepas dari Natha "Tenang Nath, jangan gugup! Semuanya akan baik-baik saja." Kenzie berusaha meyakinkan Natha agar tetap tenang saat menghadapi masalah yang ada di depan mereka saat ini.Tenang!Segampang ini dia berkata?Terbuat dari apa sebenarnya fikiran kenzie.Bahkan gue harus bertemu dengan ibu mertua dalam situasi yang tidak enak seperti saat ini.Apakah pura-pura pingsan adalah jalan keluarnya?Tidak-tidak, sepertinya menghadapi situasi ini akan jauh lebih baik.Tenang!Fokus!Jangan gugup Nath!Natha berusaha menyemangati dirinya sendiri. Walaupun itu sepertinya tidak terlalu berhasil."Jadi gara-gara wanita jadi-
"Resepsi?" Natha membelalakkan matanya mendengar perkataan Kenzie.Apa lagi ini ya Tuhan.Tadi mertua.Terus cucu.Besok resepsi.Nanti apa lagi?Temani dia arisan ala-ala?Natha meraup wajahnya dengan gusar.Kepalanya mengeleng berharap semua yang dia hadapi saat ini hanyalah mimpi."Kenapa? Bukan masalah 'kan?" Kenzie menghentikan gamenya. Pandangan netranya mengarah kepadan Natha meminta jawaban."Aku belum siap Ken, Mama dan Papa belum pulang juga. Kenapa secepat ini."Frustasi, Natha merasa semakin gila jika tinggal terus-terusan dengan Kenzie dan Mamanya."Aku ... anak satu-satunya Nath, kamu ingat kejadian kita di Bandung beberpaa hari yang lalu?" Ekor mata Kenzie terus mengamati gerak-gerik Natha. "Itu adalah hari dimana aku harus bertunangan sama Karin. Tapi aku memilih kabur dan berujung menikah dengan cara tidak hormat denganmu. Harga diriku sebagai seorang laki-laki udah jatuh Nath, aku janji nggak bakal buat aneh-aneh lagi
Kenzie membolak-balik makanan yang ada di atas piringnya. Kemudian ia menatap Vania."Kenapa?" Tanya Vania melihat tingkah aneh putranya, ia tahu jika Kenzie akan mengatakan sesuatu. Tergambar jelas dari raut wajahnya saat ini."Nggak diracun kan Mah," Vania langsung mengulurkan tangannya lalu menarik telinga Kenzie hingga merah."Aduuuuh ... sakit Ma," Cicit Kenzie kesakitan."Dasar, anak kurang ajar. Bisa-bisanya kamu menuduh Mama menaruh racun di dalam makananmu. Lihatlah Natha yang makan dengan lahapnya. Jika Mama racun, dia yang mati duluan. ya kan?" Perkataan Vania memang ada benarnya, tapi itu justru terdengar kejam."Uhuh uhukkk ... " mendengar perkataan Vania membuat Natha tersedak.Dasar mertua gila.Gumam Natha dalam hati.Natha memejamkan matanya untuk sejenak.Mengembalikan kesadaran dan juga kewarasannya. Selama ia bersama dengan Kenzie. Hidupnya terasa lebih sulit dan juga tak bebas."Minum-minum, ma
Hening.Pesta pernikahan telah selesai. Semua tamu undangan telah pergi dari kediaman Kenzie.Hanya tersisa beberapa keluarga inti dari kedua belah pihak dan juga sekretaris Kenzie saja.Tidak ada siapapun yang ingin memulai berbicara lebih dahulu.Natha dan Kenzie saling beradu pandang. Seolah mengisyaratkan, agar salah satu dari keduanya mau membuka mulut untuk menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya."Jadi?" Pertanyaan itu dilayangkan oleh Vania, ia menghujani pertanyaan kepada Kenzie dan Natha "apakah kalian, tidak ingin menjelaskan sesuatu kepada Mama?"Vania nampak menunggu jawaban dari anak dan menantunya. Sementara itu, Sarah hanya diam. Ia tak ingin membuka mulut dan memberitahukan masalah anak dan menantunya. Ia berharap Kenzie dan Natha lah yang akan memberitahukan kepada Vania.Di sisi lain, Vania sangat penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi kepada putranya dan juga menantunya sebelumnya. Ia sebenarnya tidak p
“Sepertinya ada darah tarzan yang mengalir di tubuh istriku,” ujar Kenzie.“Apa kamu bilang?”Deg.Kenzie segera menoleh ke arah suara itu.“Eh Pa,” jawab Kenzie dengan senyum sedikit kikuk. Bagaimana tidak dirinya membicarakan keburukan istrinya tepat di depan mertuanya.Kenzie segera menghampiri Anantha lalu menyalami tangan papa mertuanya. Yang langsung di sambut hangat oleh Anantha.“Kamu yang sabar ya, maklum istri kamu itu setengah laki-laki, nggak tahu dulu sepertinya dia ingin lahir menjadi lelaki. Tapi pas pembagian kelamin dia nggak datang. Nah makanya kan jadi nggak songkron sifat sama sama gender,” kelakar AnanthaKegugupan Kenzie mendadak sirna mendengar ucapan mertuanya saat ini.Ternyata Papa mertuanya tidak segarang yang dia bayangkan.“He ... He iya Pa, Mama di mana kok dari tadi saya nggak lihat,” tanya Kenzie. Dia berusaha mengalihkan pe
"Whitney!" Seru Kenzie. Seekor angsa berwarna putih muncul dengan anggunnya."Soang!" Jerit Natha, dirinya langsung melompat ke dalam pelukan Kenzie."Kamu kenapa?" Kenzie terlihat keheranan, ketika melihat wajah yang berada di hadapannya menjadi putih memucat dalam seketika."I-itu jauhain Soangnya." Natha mengeratkan pelukan tangan dan kakinya ke dalam pelukan Kenzie."Iya-iya ... tapi turun dulu! Nanti kita bisa jatuh berdua," ujar Kenzie."Nggak mau, pokoknya nggak mau itu nanti kepalaku di petok. Aku nggak mau," jerit Natha.Sesekali Natha melihat angsa yang ada di bawah kaki Kenzie, lalu membenamkan kembali wajahnya di dalam ceruk leher Kenzie."Kenapa sih, dia nggak bakal metok orang Nath, aku udah pelihara dia dari dia masih kecil," ujar Kenzie meyakinkan istrinya itu.Natha masih tetap dalam posisinya. Memeluk Kenzie dengan eratnya, tubuhnya sekarang menjadi bergetar. Keringat dingin mengucur di dahi Natha.M
"Gimana? Emang kamu nggak sakit?" Kenzie menaikkan sebelah alisnya."Udah dong Ken, itu terus di bahas." Natha tersipu malu."Ya 'kan kamu yang mulai. Gimana sih Nath?" Kenzie mencubit gemas pipi Natha.Lalu mengecup bibirnya sekilas."Kebiasaan deh, udah aku mau mandi." Natha menarik selimut yang menutupi keduanya.Sementara Kenzie terkesiap, karena ulah Natha. Pasalnya keduanya memang benar-benar naked selama tidur.Dengan cepat Kenzie menutupi barang berharganya dengan bantal. Ingin sekali dirinya menerjang istrinya namun nyalinya ciut menyadari dirinya akan kalah beradu jotos dengan istrinya yang unik itu."Nggak gitu juga caranya dong, Natha!" Cicit Kenzie."Lah ... kenapa musti malu coba, bukankah semalam aku udahblihat semua ... udah lupain aja deh kalo gitu." Ujar Natha sembari mengibas-ngibaskan tangannya di udara. Telihat wajah kesal Natha terpampang dengan jelas."Bukannya malu, tapi ini dingin." Ujar Kenzie kemudia
Cup.Bibir keduanya saling bertautan, netra Natha dan Kenzie membulat dengan sempurna.Natha hendak mendorong dada Kenzie. Namun, dengan cepat Kenzie menggenggam tangan milik istrinya itu.Kenzie memejamkan matanya dengan tangan yang masih setia mengunci pergelangan tangan Natha. Perlahan-lahan Kenzie melumat bibir Natha tanpa mendapatkan balasan darinya.Natha yang masih syok dengan apa yang baru saja dia alami itupun, masih bergeming diposisi awal dengan mulut yang masih mengatup rapat.Kenzie 'pun dengan cepat mengigit bibir bawah Natha, ketika dirinya menyadari Natha tak membalas apa yang tengah dia lakukannya saat ini."Akh ...."Kenzie yang mendapatkan celah, mulai melancarkan aksinya dengan segera memperdalam ciumannya dengan begitu lembut. Hingga bibir keduanya saling bertaut, intim. Bergerak seirama menikmati gairah yang mulai menyulut mereka berdua. Meskipun Natha masih bagitu kaku, karena itu memang adalah pengalama
"Bagaimana ... kalo Alvin sampai tahu, ya?" Mendengar perkataan Kenzie, Natha langsung membulatkan matanya. Dia merasa ketakutan mendengarkan ucapan suaminya saat ini. Ancaman ketika di adukan kepada sang kakak memang lebih mengeritak dibanding harus berurusan dengan polisi atau begal."Please ... Ken, aku janji bakalan berubah. Swear, deh!" Tangan sebelah Natha memegang lengan Kenzie yang masih setia dengan setir mobilnya, sementara tangan yang satu diangkat dengan jari membentuk huruf V. Di dalam hati Kenzie tertawa terbahak-bahak melihat wajah panik sang istri saat ini.Namun, ketika melihat hal itu, justru membuat Kenzie ingin mengerjai Natha lebih lagi.Sebenarnya, Kenzie bukanlah orang yang suka mengatur dan bukan pula orang yang suka diatur. Namun, kelakuan Natha kali ini memang sudah terbilang kelewatan. Ia hanya ingin membuat Natha jera saja dan tidak lagi pergi tanpa berpamitan kepada dirinya. Bisa diingat-ingat semenjak mereka bertemu hal-hal an
Ketika hendak tidur dan memulai petuangan di dalam mimpi, tiba-tiba saja notifikasi diponsel Natha berbunyi. Mendengar hal itu Natha, segera membuka pesan yang masuk. Senyum menyerigai terbit dibibir Natha, saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya.Di sana tertuliskan nama 'Devano'. Sahabatnya yang sering memberikan info mengenai balapan liar.Setelah menerima pesan dari Devano, senyum di wajah Natha terbit.Ia memastikan lelaki yang tengah tidur di sampingnya, saat ini benar-benar terlelap. Merasa mendapatkan jackpot Natha, segera keluar dengan mengendap-endap.Tangannya tak lupa menyambar jaket kulit berwarna hitam miliknya.Kepalanya tak henti-hentinya menengok ke kanan dan juga ke kiri, bahkan saat ini Natha seperti seorang maling yang tengah mencuri di rumah seseorang.Berharap tidak ada yang melihatnya keluar dari rumah Kenzie. Karena, malam telah larut dan tamu juga sudah pergi. Akhirnya, Natha berhasil keluar dengan aman. Tanpa
Hening.Pesta pernikahan telah selesai. Semua tamu undangan telah pergi dari kediaman Kenzie.Hanya tersisa beberapa keluarga inti dari kedua belah pihak dan juga sekretaris Kenzie saja.Tidak ada siapapun yang ingin memulai berbicara lebih dahulu.Natha dan Kenzie saling beradu pandang. Seolah mengisyaratkan, agar salah satu dari keduanya mau membuka mulut untuk menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya."Jadi?" Pertanyaan itu dilayangkan oleh Vania, ia menghujani pertanyaan kepada Kenzie dan Natha "apakah kalian, tidak ingin menjelaskan sesuatu kepada Mama?"Vania nampak menunggu jawaban dari anak dan menantunya. Sementara itu, Sarah hanya diam. Ia tak ingin membuka mulut dan memberitahukan masalah anak dan menantunya. Ia berharap Kenzie dan Natha lah yang akan memberitahukan kepada Vania.Di sisi lain, Vania sangat penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi kepada putranya dan juga menantunya sebelumnya. Ia sebenarnya tidak p
Kenzie membolak-balik makanan yang ada di atas piringnya. Kemudian ia menatap Vania."Kenapa?" Tanya Vania melihat tingkah aneh putranya, ia tahu jika Kenzie akan mengatakan sesuatu. Tergambar jelas dari raut wajahnya saat ini."Nggak diracun kan Mah," Vania langsung mengulurkan tangannya lalu menarik telinga Kenzie hingga merah."Aduuuuh ... sakit Ma," Cicit Kenzie kesakitan."Dasar, anak kurang ajar. Bisa-bisanya kamu menuduh Mama menaruh racun di dalam makananmu. Lihatlah Natha yang makan dengan lahapnya. Jika Mama racun, dia yang mati duluan. ya kan?" Perkataan Vania memang ada benarnya, tapi itu justru terdengar kejam."Uhuh uhukkk ... " mendengar perkataan Vania membuat Natha tersedak.Dasar mertua gila.Gumam Natha dalam hati.Natha memejamkan matanya untuk sejenak.Mengembalikan kesadaran dan juga kewarasannya. Selama ia bersama dengan Kenzie. Hidupnya terasa lebih sulit dan juga tak bebas."Minum-minum, ma
"Resepsi?" Natha membelalakkan matanya mendengar perkataan Kenzie.Apa lagi ini ya Tuhan.Tadi mertua.Terus cucu.Besok resepsi.Nanti apa lagi?Temani dia arisan ala-ala?Natha meraup wajahnya dengan gusar.Kepalanya mengeleng berharap semua yang dia hadapi saat ini hanyalah mimpi."Kenapa? Bukan masalah 'kan?" Kenzie menghentikan gamenya. Pandangan netranya mengarah kepadan Natha meminta jawaban."Aku belum siap Ken, Mama dan Papa belum pulang juga. Kenapa secepat ini."Frustasi, Natha merasa semakin gila jika tinggal terus-terusan dengan Kenzie dan Mamanya."Aku ... anak satu-satunya Nath, kamu ingat kejadian kita di Bandung beberpaa hari yang lalu?" Ekor mata Kenzie terus mengamati gerak-gerik Natha. "Itu adalah hari dimana aku harus bertunangan sama Karin. Tapi aku memilih kabur dan berujung menikah dengan cara tidak hormat denganmu. Harga diriku sebagai seorang laki-laki udah jatuh Nath, aku janji nggak bakal buat aneh-aneh lagi