Share

Bukan Kesayanganmu Lagi

Author: BalqizAzzahra
last update Last Updated: 2024-07-24 09:31:38

Cafe DMD, pukul 10.00 pagi.

Widia melihat ke segala penjuru cafe, mencari keberadaan Sarah, mantan sahabatnya. Rupanya wanita cantik itu sudah berada di sana, sedang duduk manis di kursi paling belakang dekat jendela sambil melamun. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya, yang jelas Widia tak lagi menaruh kepercayaan dan simpati terhadapnya.

Widia menghampiri Sarah, dia menarik kursi dan duduk menghadap wanita berambut panjang itu. Sarah melempar senyum kecil, dia memasang wajah ramah seolah-olah tidak ada masalah dalam hubungan persahabatan mereka.

"Hal apa yang mau kamu bicarakan denganku?" tanya Widia terus terang.

"Aku mau minta maaf sama kamu. Aku harap hubungan persahabatan kita bisa kembali baik seperti dulu," ucap Sarah.

"Aku sudah memaafkan kamu. Dalam kasus ini, suamiku yang paling bersalah. Tapi jangan harap hubungan kita bisa kembali harmonis seperti dulu," tegas Widia.

Sarah menggigit ujung bibirnya, dia menangis tanpa suara. Jelas sekali ada penyesalan yang mendalam di wajahnya meskipun Sarah tidak mengatakannya secara gamblang.

"Berhenti menangis! Nasi sudah menjadi bubur, tangisanmu itu nggak bisa mengembalikan apa pun. Apalagi memutarbalikan waktu," lanjut Widia.

"Aku sedang hamil anak Mas Agam," tutur Sarah.

"Aku sudah tahu, Ibu mertuaku sudah mengatakannya kepadaku tempo hari." Widia melipat kedua tangannya di bawah dada. Dia menyandarkan punggungnya pada bahu kursi.

"Aku berharap, kamu mau menerima kehadiran anak ini sebagai anakmu juga," ucap Sarah penuh harap.

"Jangan berharap terlalu jauh Sarah. Sampai kapan pun aku nggak akan mengakui anak itu sebagai anakku juga. Aku sudah memutuskan untuk bercerai dengan Mas Agam, jadi jangan sangkut pautkan anak itu denganku lagi!" Widia melebarkan kedua matanya dan memasang wajah kesal.

"Tolong jangan minta cerai, Wid. Mas Agam sangat mencintaimu," bujuk Sarah.

"Cinta macam apa itu? Diam-diam menikah dengan wanita lain tanpa sepengetahuanku. Pokoknya keputusanku sudah bulat dan nggak bisa diganggu gugat. Aku bakal minta cerai dari Mas Agam. Sudah nggak ada yang mau dibicarakan lagi kan? Aku pamit pulang dulu." Widia beranjak dari kursi. Dia pergi meninggalkan Sarah dengan langkah pelan.

"Tunggu ...!" cegah Sarah.

Widia tak peduli dengan teriakan wanita itu, dia tetap saja berjalan tanpa menoleh ke belakang. Hingga akhirnya suara jerit beberapa orang mengagetkan Widia dan memaksanya untuk membalikkan badan.

"Awh ...!" Sarah terpeleset dan terjatuh saat berlari mengejar Widia. Dia memegangi perutnya yang sudah terlihat sedikit menonjol. Widia yang sadar Sarah sedang hamil muda langsung berlari menghampiri Sarah untuk menolongnya.

"Kamu baik-baik aja, Sarah?" tanya Widia cemas.

"Perutku sakit," keluh Sarah.

"Ayo, aku akan mengantarmu pergi ke rumah sakit terdekat." Widia memapah Sarah dan membawanya ke dalam taxi yang kebetulan sedang mangkal di depan cafe.

Bau obat begitu menyengat, itu kenapa Widia benci dengan rumah sakit. Belum lagi bayang-bayang rasa nyeri saat jarum menusuk kulit. Kalau bukan karena terpaksa demi keselamatan Sarah dan anaknya, Widia tidak akan pernah mau kembali ke rumah sakit.

Dokter selesai memeriksa Sarah, keduanya terlihat berbincang dengan ekspresi wajah tenang. Widia mengamati dari jarak cukup jauh agar tidak mengganggu proses pemeriksaan, tapi dilihat dari ekspresi wajah mereka sepertinya kandungan Sarah baik-baik saja.

Tidak mungkin jika Widia harus mengantar Sarah pulang ke apartemennya, di sana ada Agam dan dia enggan bertemu dengan pria itu lagi. Widia memutuskan untuk menghubungi Agam dan memintanya untuk menjemput Sarah. Baru saja ia memegang ponsel, sosok Agam sudah masuk ke dalam ruang pemeriksaan itu.

"Bagaimana keadaan istri dan anakku, Dok?" tanya Agam. Dia nampak cemas dan sedikit panik.

Widia tersenyum miris melihat ekspresi wajah suaminya itu. Jelas sekali Agam memiliki rasa cinta kepada Sarah, dan sepertinya jauh lebih besar daripada rasa cinta yang ada untuk Widia.

"Dia dan bayinya baik-baik saja. Tapi lain kali, tolong hati-hati kalau sedang berjalan," pesan sang dokter.

Sarah melirik ke arah Widia, Agam mengikuti gerak mata istri keduanya itu. Dia syok saat melihat Widia tengah duduk sambil menatapnya di samping pintu.

"Widia!" seru Agam.

"Mas sudah datang. Antar dia pulang ke apartemennya." Widia bangkit dari bangku plastik dan bersiap untuk pergi meninggalkan mereka berdua.

"Tunggu ...!" cegah Agam.

Widia menahan langkah kakinya sejenak.

"Kalian baru saja bertemu?" tanya Agam.

"Iya. Kami baru makan siang bersama di cafe," sahut Widia.

"Lalu kenapa Sarah bisa terjatuh? Apa kamu melakukan sesuatu padanya?" tuduh Agam asal.

"Aku memang galak, Mas. Tapi aku bukan orang jahat! Dia terjatuh karena berlarian di cafe, dan itu bukan karena ulahku!" Widia mengomel. Dia kesal karena Agam telah berburuk sangka padanya.

"Apa benar begitu, Sarah?" Agam melempar pandangannya pada Sarah.

"Iya, betul, Mas," sahut Sarah singkat.

"Kalau begitu aku minta maaf karena sempat berburuk sangka padamu. Terima kasih juga karena kamu sudah mau membawa Sarah periksa ke dokter," lirih Agam. Dia sedikit merasa tak enak hati pada Widia.

"Tidak perlu sungkan, Mas. Urusan kita sudah selesai, aku mau pulang," pamit Widia.

"Biar aku antar," ucap Agam.

"Tidak perlu! Mas antar aja istri kesayangan Mas itu ke apartemennya," sindir Widia.

"Cukup, Widia! Berhenti menyudutkan aku! Kalian berdua sama-sama kesayanganku."

"Sayangnya aku sudah nggak mau jadi kesayanganmu lagi, Mas. Aku ingin kita bercerai secepatnya!" dengus Widia kesal.

Widia buru-buru pergi meninggalkan Sarah dan Agam. Agam ingin mengejarnya tapi Sarah menahannya. Sementara itu sang dokter kandungan hanya diam mengamati pasangan suami-istri bertengkar dalam ruangannya.

'Jadi wanita itu adalah istri pertama pria ini? Menarik sekali,' batin sang dokter.

Di dalam mobil, Agam terus menyesali kebodohannya karena telah berprasangka buruk pada Widia. Dia pasti sangat kecewa saat ini dan semakin menaruh benci pada Agam. Apa yang bisa Agam lakukan sekarang? Mengabulkan keinginan wanita itu untuk bercerai? Ah, tidak bisa. Agam masih sangat mencintai Widia, istri pertamanya.

"Mas, Widia sangat tersiksa dengan hubungan rumit ini. Apa sebaiknya aku saja yang mengalah? Kembalilah pada Widia dan ceraikan aku," celetuk Sarah.

"Nggak! Aku nggak akan menceraikan kamu!" sentak agam.

"Tapi aku merasa bersalah pada Widia, Mas. Dia sangat kecewa melihat hubungan kita. Aku nggak mau terus-terusan menyiksanya dengan rasa sakit, biarkan aku pergi,"

"Nggak, Sarah. Aku nggak akan melepaskan kamu pergi!" bentak Agam.

Sarah membisu, untuk pertama kalinya setelah menikah pria itu membentaknya. Selama ini Agam selalu bersikap lembut dan baik padanya, satu per satu tabiat buruk dari Agam mulai muncul ke permukaan.

Apa yang dikatakan oleh Sarah benar, Widia sudah tidak memiliki hasrat untuk mempertahankan rumah tangganya dengan Agam. Lebih baik Agam merelakan wanita itu pergi, terus bersama juga tidak menjamin mereka akan hidup berdampingan dengan harmonis.

"Widia sudah mantap ingin bercerai denganku. Aku akan mengabulkan keinginannya itu," ucap Agam dengan nada berat.

Bersambung...

Related chapters

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Permohonan Cerai Dikabulkan

    Rini memperhatikan Widia yang tengah sibuk menyiapkan makan malam di dapur. Dia nampak serius memotong sayur dan bahan makanan lainnya. Rasa iba muncul di hati Rini pada Widia, baru saja berumur dua puluh delapan tahun sudah mau jadi janda. Padahal, teman-temannya yang lain sudah memiliki anak dua atau bahkan tiga. Nasib orang memang tidak ada yang tahu, dan segala hal yang terjadi pada mahluk hidup di muka bumi ini sudah ada yang mengaturnya. Sebagai manusia, kita hanya bisa menjalaninya serta menerima dengan lapang dada. Tak terasa air mata Rini jatuh membasahi pipi, dia segera menyekanya sebelum Widia melihatnya menangis. "Mau Ibu bantu nggak, Wid?" tanya Rini sambil berjalan menghampiri putrinya. "Mau Bu, biar cepat selesai," sahut Widia. "Mau masak apa hari ini?" "Sup ayam, tahu goreng dan sambal tomat," "Di kulkas ada ikan bawal, kenapa nggak sekalian dimasak?" "Nggak Bu, Widia kesal kalo lihat ikan bawal. Jadi ingat sama Mas Agam Bu," ujar Widia. Karena memang Ag

    Last Updated : 2024-07-24
  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Gosip Miring

    Hari yang paling ditunggu oleh Widia tiba, hari dimana dia resmi menyandang gelar seorang janda. Proses perceraian keduanya berjalan lancar tanpa hambatan apapun. Widia juga tidak menuntut harta gono-gini pada mantan suaminya untuk menghindari gesekan dengan Sarah dimasa depan. Berita tentang perceraian Widia dan Agam tersebar, tetangga rumah Widia syok saat mendengarnya. Selama ini rumah tangga Widia terlihat adem ayem tanpa gosip miring dan isu buruk lainnya walaupun Widia belum punya anak setelah sekian lama menikah. "Nggak nyangka ya Bu, Widia bakal cerai sama suaminya," ucap salah seorang tetangga yang sedang belanja sayur pada penjual sayur keliling. Kebetulan penjual sayur itu biasa mangkal di depan gerbang rumah Widia. "Wajar sih Bu mereka berdua cerai, jarang sekali ada suami mau menerima istri mandul," sambung ibu-ibu yang lain. "Jadi Widia mandul?" si tukang sayur melongo tak percaya. "Sepertinya begitu Bang," sahut dua ibu-ibu tukang gosip itu kompak. Sayup-sayu

    Last Updated : 2024-07-24
  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Mencari Pekerjaan

    Empat bulan kemudian.... Hari-hari yang Widia lalui tanpa Agam sungguh terasa berat. Semua kenangan manis yang pernah mereka lalui bersama terkadang masih melintas dalam ingatannya. Ternyata mencoba untuk segera move on itu tidak semudah membalikan telapak tangan, jerat rindu terasa sangat menyiksa jiwa dan raga. Sudah waktunya bagi Widia mencari aktifitas lain di luar rumah. Hari itu Widia memutuskan untuk pergi ke restoran milik temannya bernama Varo untuk mencari pekerjaan di sana. Hubungannya dengan Vina memang tidak begitu dekat, tapi Widia tau Varo adalah teman yang bisa diandalkan. Restoran Pesona Alam lumayan ramai siang itu. Wajar saja, Widia datang pas dengan jam makan siang. Widia mematung sejenak mencari keberadaan Vana diantara beberapa pegawai berseragam pink, beberapa menit kemudian akhirnya Widia bisa menemukan sosok pria bertubuh tinggi kurus itu. "Varo....!" panggil Widia sambil melambaikan tangan kanannya. Varo menoleh ke arah Widia, kemudian melempar senyum.

    Last Updated : 2024-07-26
  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Dokter Dion

    Widia menyambut paginya dengan ceria dan penuh semangat. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja, dia harus melakukan segalanya dengan baik dan sempurna agar tidak mengecewakan teman sekaligus Bosnya. Awalnya Widia mengira berdiri selama tiga belas jam di dapur tidak akan menjadi masalah, tapi yang terjadi baru saja tiga jam berdiri kaki Widia terasa pegal dan kesemutan. Ini bukan faktor usia, tapi memang Widia tidak pernah berdiri dalam waktu lama. Sesekali Widia mengayun-ayunkan kan kakinya ke kanan dan ke kiri secara bergantian agar peredaran darahnya lancarnya. Dia terlihat seperti anak katak yang sedang belajar menari dan memancing tawa orang di sekitarnya. "Sepertinya kamu nggak biasa kerja keras," celetuk pria berseragam koki yang berdiri tak jauh dari widia. Dia berusaha menahan senyum karena ulah lucu Widia sambil membolak balik sayuran yang sedang dimasaknya di atas wajan. "Aku biasa kerja keras kok, hanya saja aku sudah lama nggak melakukannya," Widia meringis. "Oh

    Last Updated : 2024-08-06
  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Teman Kecil

    Pulang kerja, Widia merebahkan tubuh lelahnya di atas tempat tidur. Dia menutup matanya sebentar sambil menikmati sensasi pegal libu yang menjalar di sekujur tubuhnya. Susahnya cari uang, tapi lebih susah lagi kalau tidak punya uang. Pikiran Widia teringat pada omongan teman kerjanya tadi, nampak jelas kalau dia merasa iri dan dengki pada Widia. Padahal, Widia tidak melakukan apapun yang merugikan orang lain selama bekerja di sana. Sepertinya Widia harus banyak bersabar, dia juga tidak bisa memuaskan semua orang untuk suka padanya bukan? Merasa cukup beristirahat, Widia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia berganti pakaian, menunaikan solat isya lalu pergi ke dapur untuk mencari camilan. Widia sudah makan di tempat kerja, tapi saat ini mulutnya ingin ngemil makanan manis-manis. "Belum tidur Nak?" Rini muncul sambil menenteng gelas kosong. "Belum, aku lapar pengen ngemil," sahut Widia. "Di kulkas ada biskuit, Ibu baru beli tadi," "Kok Ibu belum tidur?" tanya Wid

    Last Updated : 2024-08-07
  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Pernyataan Cinta

    Ting .... Tong .... Bel berdering, Widia meninggalkan dapur untuk membuka pintu dan melihat siapa tamu yang datang. Alangkah terkejutnya Widia saat tau yang datang adalah Dokter Dion. 'Dari mana dia tau alamat rumahku? Mau apa dia datang kemari?' batin Widia. "Hallo, Wid. Kita bertemu lagi," Dion menyunggingkan senyum kecil. "Pak Dokter tau rumahku dari mana?" "Dari Bapakku lah, aku kesini mau ambil kacamata punya Bapak yang ketinggalan," sahut Dion sambil tersenyum tipis. "Bapak? Oh ..... Jadi Pak Dokter ini anaknya ...." "Iya, betul sekali. Pangling ya sama aku?" Widia memperhatikan Dion dari ujung kepala sampai ujung kaki, Dion yang dulu berbeda sekali dengan Dion yang sekarang. Wajar jika Widia tidak mengenali Dion, pria itu berubah begitu banyak. Ibarat kata, dulu Dion seperti burung hantu, sekarang berubah jadi burung merpati. "Kenapa melihatku seperti itu? Apa ada yang salah dengan penampilanku?" Dion memperhatikan tampilannya sendiri. "Ah, nggak kok, nggak a

    Last Updated : 2024-08-08
  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Aku Akan Mengejarmu

    Widia bersiap melakukan pekerjaannya dengan baik, dia sangat berhati-hati agar tidak melakukan kesalahan yang sama seperti kemarin. Selesai melakukan pekerjaannya, Widia mendekati koki yang biasa dipanggil Om Oby untuk membantunya menyiapkan bahan makanan. Widia harus memiliki teman dekat agar aman dan tidak ada yang mengganggunya tempat kerja, dia harus mulai dengan mendekati orang yang paling berpengaruh di tempat itu dulu yaitu si koki. "Siapa pria yang mengantarmu tadi? Pacar kah?" tanya Oby sambil menyunggingkan senyum. "Bukan Om, dia temanku," sahut Widia. "Yakin hanya teman? Dia menatapmu dengan mata berbinar, sepertinya dia naksir kamu," goda Oby. "Om pengalaman sekali, dari mana Om belajar menilai orang dalam sekali pandang?" Widia berkerut dahi. "Waktu akan mengajarimu banyak hal, aku nggak belajar dari siapa-siapa. Biasanya pria kalau naksir cewek pasti tatapan matanya begitu," "Dia memang naksir sama aku Om, tapi aku belum siap buat memulai hubungan baru. Aku

    Last Updated : 2024-08-09
  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Bertemu Mantan

    Widia tiba di kantor milik mantan suaminya, dua temannya yang lain langsung kembali ke cafe dan memasrahkan urusan makanan pada Widia. Widia sedikit kikuk, terlebih saat tau yang keluar untuk menemuinya adalah Agam. "Widia, apa kabar? Lama nggak ketemu, kamu jadi semakin cantik," Agam memperhatikan mantan istrinya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Widia jadi sedikit kurus, entah karena diet atau karena beban pikiran. Wajah Widia yang dulu kusam kini jadi glowing dan merona. Kenapa wanita jika sudah menjadi janda terlihat semakin cantik? "Kabarku baik, terimakasih atas pujiannya," "Tapi sayang, cantik-cantik begitu kerja jadi pegawai cafe. Masih enak waktu jadi istriku bukan?" sindir Agam. "Ha .... Ha .... Ha .... Aku lebih suka bekerja sebagai pegawai cafe daripada jadi istrimu Mas. Makan hati!" "Pedas sekali mulutmu!" "Maaf, tapi aku bermulut pedas hanya saat mengobrol denganmu Mas. Ini makanan pesanan kantormu, aku sisa pembayarannya harap segera ditransfer. Aku pami

    Last Updated : 2024-08-10

Latest chapter

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Keluarga Cemara

    Junaidi datang berkunjung ke rumah besannya, dia membawa banyak makanan dan beberapa suplemen yang di perlukan oleh Ibu hamil. Junaidi adalah seorang dokter spog.k.feir. Dokter yang memeriksa Agam dan menemukan fakta kalau pria itu mandul, dan tidak ada yang tau termasuk Milla.Junaidi senang melihat Dion terlihat lebih hidup dari sebelumnya, dia ceria dan bersemangat. Disekitarnya di kelilingi oleh aura positif. Dalam hati, Junaidi berdoa semoga hubungan rumah tangga Dion dan istrinya akan langgeng dan berjalan mulus seperti jalan tol.Saat itu week end, Dion memanfaatkan waktunya untuk membantu Widia mengerjakan pekerjaan rumah. Seperti mencuci, menyapu, bahkan memasak. Dia berjanji akan terus melakukan itu pada Widia hingga dia tua dan tidak bisa melakukan aktifitas lagi.Widia menyuguhkan secangkir teh hangat dan makanan ringan, mertua dan Ayahnya nampak sibuk bercakap-cakap."Kira-kira besok anaknya cowok atau cewek ya," ucap Akbar."Cowok cewek tidak apa lah, yang penting kan se

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Kejujuran Sarah

    Dion mengantar Widia dan Surti ke toko, setelah itu dia pergi ke rumah sakit untuk bekerja. Hari pertama buka pasti belum banyak pelanggan berdatangan, Widia merasa cukup walau hanya memperkerjakan satu orang saja.Semua pakaian yang Widia beli sudah tergantung rapih di rak display, Dion yang mengurusnya kemarin bersama dengan beberapa temannya. Pria itu tidak memperbolehkan Widia bekerja terlalu keras karena takut mengganggu kehamilannya."Kamu sapu lantai lalu pel, yang kering ya, biar nggak licin," perintah Sarah pada Surti."Siap Mbak,"Surti gadis muda yang polos, baru lulus SMA beberapa minggu lalu. Dalam keseharian dia terlihat kalem, penurut sekali pada orangtuanya. Sekali tatap Widia bisa tau kalau Surti gadis yang jujur.Beberapa jam terlewati, mulai ada pelanggan baru berdatangan. Widia dan Surti melayani dengan ramah, sepenuh hati. Tentunya agar mereka tidak kapok dan mau berkunjung untuk belanja kembali.Pundi-pundi uang mulai masuk ke dalam laci meja, Widia mengelus peru

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Bawaan Hamil

    "Aku hamil Mas," ucap Widia sambil meraih tas kerja Dion dari tangannya.Dion sempat kehilangan fokus beberapa detik, sebelum akhirnya dia sadar dengan apa yang istrinya katakan. Widia hamil, sebentar lagi dia akan menjadi seorang Ayah.Dion tak menyangka Tuhan akan memberikan anugerah secepat itu, karena dia dan istrinya baru melakukan hubungan beberapa kali. Usia pernikahan mereka pun belum genap satu bulan.Dion memeluk Widia erat, mencium keningnya sambil menitihkan air mata. Dia terharu, karena dua impiannya terwujud dengan cepat. Pertama, menikah dengan Widia. Kedua, memilik seorang anak dari Widia."Mungkin karena ini kamu jadi sensitif dan cemburuan padaku," Dion melonggarkan pelukannya. dia mengangkat wajah dan menatap istrinya dengan senyum manis."Tapi aku belum siap hamil,""Apa yang membuatmu tidak siap?""Kata orang, melahirkan itu sakit. Taruhannya nyawa, aku takut,""Jangan takut, tubuh wanita sudah dirancang demikian rupa oleh Tuhan agar kuat menerima rasa sakit saat

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Positif

    Akbar baru saja selesai menyiram tanaman, dia melihat Widia kembali sambil menenteng saru plastik buah potong. Ada buah mangga, belimbing, juga buah kedondong. Hampir semua buah yang dia bawa berasa asam, padahal sebelumnya Widia tidak suka makanan yang berasa asam.Melihat perubahan dalam diri Widia, Akbar langsung memiliki filling kalau anak perempuannya mungkin sedang ngidam. Dia segera menyusul Widia ke dapur, wanita itu tengah bersiap untuk membuat bumbu rujak sendiri."Kenapa tadi tidak beli bumbu rujak yang sudah jadi saja Wid?" tanya Akbar."Lebih enak buat sendiri Yah, lebih banyak pula sambalnya,""Tumben sekali kamu pengen makan rujak, lagi ngidam ya?""Ngidam? Ah, enggak kok. Widia lagi kepengen saja,""Kamu sudah telat datang bulan belum?""Idih, Ayah. Apaan si! Timbang kepingin makan rujak saja jadi heboh,""Ya.... Siapa tau gitu kamu lagi ngidam. He.... He....He...."Widia terdiam sejenak, dia mencoba mengingat kapan hari terakhir dia mendapatkan datang bulan. Sepertiny

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Bibit pelakor

    Widia mengatur janji temu dengan Dion saat jam makan siang di halaman rumah sakit. Dia hendak mengantar makan siang buatannya untuk Suami tercinta.Widia datang sedikit terlambat karena jalanan sedikit macet. Dia melihat Dion sedang duduk di sebuah kursi di temani oleh seorang wanita. Siapa lagi kalau bukan Inggrid temannya."Lama ya," ucap Widia sambil melempar wajah datar. Dion langsung tau kalau istrinya tidak suka dirinya dekat dengan Inggrid, dia pun segera menjaga jarak."Ah, tidak kok. Mau temani aku makan siang?""Tidak perlu, aku sudah kenyang. Lebih baik sekarang Mas kembali ke ruang istirahat dokter saja, nanti jam makan siangnya keburu habis,""Oke."Widia mengulurkan kotak makannya pada Dion, kemudian mengalihkan pandangan matanya pada inggris."Bisa kita bicara sebentar Nona Inggrid? Aku mau membahas tentang toko yang aku sewa darimu," ucap Widia."Bisa, aku ada waktu luang kok," sahut Inggrid.Sebenarnya dion ingin ikut nimbrung dengan obrolan itu, tapi dia takut Widia

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Karma Dibayar Tunai

    Roda kehidupan benar-benar berputar. Dulu Agam sangat menyepelekan Widia, kini wanita itu bisa mandiri membuka usaha sendiri tentunya dibantu oleh dukungan sang suami. Tak hanya soal ekonomi, cerita cinta Widia dan sang suami terlihat sangat mulus seperti jalan tol.Agam memandangi mantan istrinya dari jauh, dia sedang asyik makan bersama dengan Dion sang suami. saat ini Agam sedang berada di sebuah rumah makan untuk membeli lauk kesukaan Ibunya.Ada sedikit rasa nyeri di hati Agam melihat mantan istrinya hidup damai dan bahagia. Kenapa Widia bisa mengalami hal-hal baik? Sementara Agam selalu apes dalam segala hal. Perusahaan tempatnya bekerja bangkrut, dia di pecat dan jadi pengangguran. Ibunya sakit parah, istrinya berselingkuh dan putra semata wayangnya ternyata adalah anak dari pria lain."Karmaku benar-benar di bayar dengan tunai," lirih Agam dengan mata berkaca-kaca.Selesai makan, Dion pamit pergi ke rumah sakit untuk kembali bekerja. Sementara Widia masih asyik menyantap makan

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Agam Jatuh Miskin

    Malam hari, Widia mengajak Dion menjenguk mantan mertuanya. Mereka hanya berdiri di depan sebuah pintu kaca dan tidak berani masuk karena takut mengganggu acara pertengkaran keluarga di dalam sana. Samar-samar Widya mendengar kalau Agam di pecat dari kantor, dia jatuh miskin dan istrinya meminta cerai. Mungkin karena stres memikirkan masalah itu Ibu Renata jadi jatuh sakit. "Bagaimana ini? Apa kita balik saja ke rumah?" "Tanggung Mas, sudah sampai sini masa nggak masuk sih?" "Mas nggak enak, mereka sedang bertengkar," Widia dan Dion ikut-ikutan ribut, mereka beradu pendapat hingga tidak sadar pintu kamar telah terbuka dan ada sesosok pria berdiri di sana memperhatikan mereka berdua. "Widia," panggil Agam. "Eh, Mas Agam," Widia meringis. "Kapan datang?" "Baru saja. Kami kesini mau jenguk Ibu, boleh?" "Tentu saja boleh, silahkan masuk," Widia dan Dion masuk ke kamar rawat, Sarah langsung keluar kamar tanpa bicara dengan mata sembab. Dia bahkan tidak menyapa Widia apa lagi mel

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   wanita pencemburu

    Selesai sarapan, Widia mengutarakan niatnya untuk membuka usaha sendiri. Dia ingin membuka toko pakaian khusus anak-anak dari 0 sampai tujuh tahun. Dia juga berterus terang belum memiliki modal untuk mewujudkan impian kecilnya itu. Tak disangka, Dion mau mendukung keinginan Widia. Dia juga siap memberikan widia modal usaha berapapun jumlah uangnya. Widia melompat kegirangan, dia memeluk Dion dan menghujaninya dengan ciuman di pipi. Tak ada yang lebih membahagiakan bagi Dion selain melihat senyum dan mata berbinar istrinya saat sedang bersamanya. Oleh karena itu Dion akan melakukan apapun asal Widia bisa bahagia. Dion memutuskan untuk segera membawa Widia melihat ruko kosong milik temannya yang ada di dekat rumah sakit tempat Dion bekerja. Widia terus menebar senyum dengan tindakan Dion yang cepat. Jarang sekali ada pria yang seperti Dion, Widia benar-benar beruntung bisa menikahinya. "Kalau sudah dapat tempat buat jualan, temani aku mencari seller pakaian anak-anak yang harganya

  • Sahabatku, Ternyata Istri Rahasia Suamiku   Romantisme

    Dion menyalakan laptop, dia memutar film kesukaannya dan mengajak Widia untuk nonton bersama. Dengan penuh semangat, Widia mempersiapkan segalanya. Minuman manis, aneka camilan, untuk mendukung kenyamanan saat menonton film bersama suaminya. Sebenarnya Widia kurang suka menonton film action, tapi melihat pemeran utamanya adalah aktor favoritnya makan semngat Widia untuk menonton jadi berkobar. "Matikan lampu kamarnya ya," "Kok dimatikan Mas? Apa matanya nggak sakit nonton film gelap-gelapan?" "Udah, matiin aja. Biar lebih seru kaya di bioskop," "Ya udah, aku matikan lampunya," Widia mematikan lampu kamar, seketika ruangan jadi gelap. Penerangan hanya bersumber dari cahaya laptop yang menyala saja. Setengah jam berlalu, adegan demi adegan menegangkan terlewati. Tibalah adegan dewasa muncul yang membuat hati Widia ketar ketir, sekarang Widia tau kenapa Dion memintanya untuk mematikan lampu, pasti karena ingin lebih menikmati adegan ini. "Wid," Dion berbisik di telinga is

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status