Share

Gosip Miring

Hari yang paling ditunggu oleh Widia tiba, hari dimana dia resmi menyandang gelar seorang janda. Proses perceraian keduanya berjalan lancar tanpa hambatan apapun. Widia juga tidak menuntut harta gono-gini pada mantan suaminya untuk menghindari gesekan dengan Sarah dimasa depan.

Berita tentang perceraian Widia dan Agam tersebar, tetangga rumah Widia syok saat mendengarnya. Selama ini rumah tangga Widia terlihat adem ayem tanpa gosip miring dan isu buruk lainnya walaupun Widia belum punya anak setelah sekian lama menikah.

"Nggak nyangka ya Bu, Widia bakal cerai sama suaminya," ucap salah seorang tetangga yang sedang belanja sayur pada penjual sayur keliling. Kebetulan penjual sayur itu biasa mangkal di depan gerbang rumah Widia.

"Wajar sih Bu mereka berdua cerai, jarang sekali ada suami mau menerima istri mandul," sambung ibu-ibu yang lain.

"Jadi Widia mandul?" si tukang sayur melongo tak percaya.

"Sepertinya begitu Bang," sahut dua ibu-ibu tukang gosip itu kompak.

Sayup-sayup telinga Widia mendengar obrolan para tetangga jahat dari dalam rumahnya. Emosi Widia naik seketika, ingin rasanya Widia pergi keluar dan mengajak mereka berduel. Tapi orang tuanya pasti akan melarangnya, mereka paling tidak suka dengan keributan.

Hasil pemeriksaan dokter menyatakan kalau Widia tidak mandul, semuanya sehat, memang Tuhan belum memberinya rezeki anak saja hingga Widia dan suaminya harus bersabar sedikit. Sayang, Agam lebih memilih menikah lagi dengan wanita lain daripada mencoba untuk bersabar seperti Widia.

Sabar memang sulit, karena hadiahnya surga. Coba kalau mudah, mungkin hadiahnya hanya sebuah piring, gelas atau panci berukuran sedang. Makannya banyak manusia yang tidak bisa menerapkan sabar dalam hidupnya termasuk Agam.

"Wid, masuk ke kamarmu sana!" perintah Rini. Dia tau Widia telah mendengar obrolan tetangganya yang menyakitkan hati itu.

"Bosan Bu di kamar terus," cicit Widia.

"Ya.... Mau bagaimana lagi? Masa idah kamu kan belum selesai," lirih Rini.

"Bu, boleh nggak Widia kerja kalau masa Idah Widia sudah selesai? Bosan di rumah terus," Widia menatap Ibunya dengan tatapan serius.

"Boleh, tapi kamu mau cari kerja dimana?" tanya Rini.

"Dimana saja Bu besok, yang penting bisa menghasilkan uang halal,"

"Tapi kamu harus hati-hati saat berada di luar rumah ya, godaan janda itu banyak," pesan Rini.

"Iya Bu, Widia ngerti kok," sahut Widia. Dia sedikit mengerucutkan bibirnya ke depan.

Selesai menonton tv, Widia pergi ke kamarnya. Dia berencana tidur siang untuk mengistirahatkan kepala dan hatinya yang sedang panas. Tiba-tiba ponselnya berdering, tertulis nama Sarah di layar ponsel itu. Widia mengerucutkan bibirnya, mau apa Sarah menelponnya? Urusan mereka berdua kan sudah selesai.

Malas mengangkat telfon itu, Widia meletakan ponselnya di dalam laci meja rias. Tapi Sarah terus menerus meneleponnya, akhirnya Widia kembali mengambil ponselnya dan mengangkat telfon.

"Hallo, Widia," sapa Sarah.

"Iya, ada apa meneleponku?" tanya Widia terus terang.

"Perut Mas Agam kembung, tolong beri tahu aku resep obat herbal yang biasa kamu buat untuk mengobati perut Mas Agam saat sedang kembung," rengek Sarah.

"Cari sendiri saja di internet," ucap Widia ketus.

"Aku malas," keluh Sarah dengan nada manja.

"Kalau malas ya tinggal beli obat herbal saja di apotik banyak!" omel Widia.

"Tapi ....," Sarah tercekat.

"Sudah dulu ya Sarah, aku sedang sibuk," sela Widia. Dia mencari alasan agar bisa mengakhiri obrolannya dengan Sarah.

"Oh ...., Oke. Maaf ya, aku sudah mengganggumu." Sarah menutup telfon dengan perasaan sedih dan tak enak hati. Jelas sekali Widia tidak mau berhubungan dengannya atau Agam lagi. Mulai detik ini Sarah dan Agam harus bisa menjauh dari kehidupan Widia selamanya.

Sarah mengambil dompet, dia memakai jaket dan topi di kepalanya. Terpaksa Sarah harus pergi ke apotik untuk membeli obat, walaupun sebenarnya dia sedang malas keluar rumah.

"Kamu mau kemana malam-malam begini?" tanya Agam.

"Aku mau ke apotik Mas beli obat buat kamu," sahut Sarah.

"Memangnya Widia nggak mau ngasih tau kamu resep obat herbal yang biasa dia bikin?" tanya Agam lagi.

"Dia minta aku nyari resep sendiri di internet Mas, tapi aku malas mau buatnya mending beli jadi," jelas Sarah.

"Kamu ini apa yang nggak malas, masak buat sendiri saja malas apa lagi meracik obat herbal buat aku," sindir Agam pedas.

Secara tidak langsung, Agam telah membandingkan Sarah dengan mantan istrinya. Tentu saja Sarah merasa tersinggung, apa lagi saat ini Sarah adalah satu-satunya istri dari Agam. Sarah menangis, dia meletakan dompet, jaket dan topinya ke tempat semula kemudian melarikan diri kedalam kamarnya.

"Loh, kok dia nangis? Memangnya ada yang salah dengan kata-kataku?" gumam Agam lirih.

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status