"Ini harus banget Gue ikut ngeliput kegiatan Pemilu??" keluh Valen sambil menyender di kursi kerjanya, dia masih tidak habis pikir kenapa bisa dia yang disuruh untuk ikut meliput kegiatan kampanye untuk Pemilu tahun ini.
Donny, si juru kamera yang memang sering dipasangkan dengan Valen hanya diam sambil makan roti bakar yang dibeli dia untuk bekal makan siang. Valen memelototi Donny yang seakan tidak peka dengan keluhannya. Donny yang sadar kalau sedang ditatap dengan galak langsung berhenti makan.
"Ya gimana ya Len, kan Lo juga tahu sendiri kalau Kak Nova lagi cuti hamil. Jadi mau nggak mau harus Lo yang gantiin, emang Lo pikir siapa lagi yang bisa terjun ke lapangan selain Lo??" sahut Donny, Valen kembali diam merenungi nasibnya. Kenapa harus dia ??
"Lagian juga kenapa sih? Lumayan loh bonusnya, bisa lah buat Lo beliin tiket pesawat Gue ke Bali." goda Donny sambil mencolek lengan Valen, Valen yang memang sedang sensi langsung menepis tangan Donny sambil memasang wajah jutek.
"Yang ada Lo yang harus bayar biaya terapi Gue ya," Valen langsung tersadar dengan kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya dan langsung diam, Donny kelihatan bingung dan sebelum Donny bicara, Valen langsung mengalihkan topik "Beli dimana nih roti bakar, enak juga. Mang Edi??" tanya Valen sambil mengambil roti bakar milik Donny, berharap Donny langsung teralihkan dari topik pembicaraan yang baru saja Valen ucapkan.
"Nggak tahu, Gue di GoFood-in sama cewek Gue." jawab Donny, Valen langsung menghela napas lega dan bersyukur Donny tidak melanjutkan topik sebelumnya. "Oke jadi ngomong-ngomong soal Pemilu, dukung siapa Lo?" tanya Donny tiba-tiba,
"Belum tahu sih, kan Lo tahu Gue nggak pernah suka sama yang namanya dunia politik. Lagian tujuan mereka sama juga nggak sih?? Buat bikin Indonesia maju?" sahut Valen, dia memang nggak pernah tertarik dengan politik. Bahkan sampai sekarang pun dia selalu masuk ke dalam kategori orang-orang Golongan Putih (GolPut)
"Sumpah ya, Lo nggak ada asik-asiknya sama sekali. Ya emang tujuan mereka itu bikin Indonesia maju, cuma cara mereka mencapai nya kan beda-beda, nah Lo lebih sreg sama yang mana?" Donny terlihat gemas dengan sahutan Valen, sementara Valen hanya tertawa kecil.
"Kalo Lo sendiri?? Dukung siapa Lo? Pak Prasetyo lagi?" tanya Valen, walaupun dia memang tidak tertarik dengan dunia politik tapi rasanya seru juga untuk mengamati orang-orang lain antusias dengan pilihannya.
"Aduh, agak susah sih tahun ini. Kalo Gue dukung Prasetyo sama aja Gue dukung presiden yang dulu dong, trus Lo kan tau sendiri gimana aktifnya Gue dulu nge hate dia??" Donny meringis mengingat kejadian 5 tahun lalu,
"Hahaha, lagian sih Lo kalo dukung orang tuh jangan berlebihan. Kalo kalah kan Lo sendiri yang malu," ucap Valen sambil tertawa geli, Donny ikut tertawa kecil sambil melanjutkan memakan makan siangnya. "Jadi agendanya gimana nih?" tanya Valen tiba-tiba, Donny mengambil handphone nya dan membaca agenda yang dikirimkan oleh atasannya via group W******p.
"Ohh jadi kita bagi tugas sih, Gue sama Lo bakal lebih fokus ke paslon 04. Abi sama Putri di 01, Rendi sama Dina di 03, trus Rani sama Daffa di paslon 02." jawab Donny sambil membaca pesan W******p di handphone nya, "Trus besok kita bakal ke Jogja karena kampanye nya disana,"
Valen mengangguk mengerti dan kembali fokus ke komputer di depannya, "Lumayan lah ya hitung-hitung travelling,"
Donny hanya mengedipkan sebelah matanya dan pergi ke meja kerjanya untuk kembali mengedit video yang ia ambil sebelumnya. Setelah memastikan Donny berada jauh darinya, Valen menghela nafas dan menyenderkan punggungnya ke kursi sambil memandang keluar jendela.
Sejenak pikirannya teralih pada kejadian itu, kejadian yang tidak akan pernah bisa dilupakan oleh Valen. Kejadian 25 tahun silam yang menghantui dirinya, Valen memejamkan mata dan mengatur nafasnya.
It's all gonna be okay, Valen. It's gonna be okay.
**
"Len, bangun Len. Udah mau sampai ini,"
Valen membuka matanya dan ia bisa mendengar suara informasi bahwa kereta yang dinaikinya sekarang akan segera memasuki stasiun Tugu Yogya. Ia lalu memeriksa handphone nya untuk melihat jam berapa sekarang, hampir jam setengah satu siang.
Valen memang sengaja minum obat anti mabuk perjalanan agar bisa tidur saat di kereta, bukan karena Valen gampang mabuk perjalanan tapi karena Valen tidak bisa tidur nyenyak di malam sebelumnya.
Ia lalu meluruskan kursinya dan membuka tirai jendela yang sebelumnya ia tutup untuk menghalangi sinar matahari pagi yang silau, ia lalu melihat kota Yogyakarta dan tersenyum kecil. Sudah lama sekali sejak ia terakhir kesini,
"Tidurnya enak?" tanya Donny sambil memasukkan beberapa jajanan dan botol air minum ke dalam tas ranselnya, Valen meregangkan badannya sambil menguap. Sepertinya efek obatnya masih terasa di tubuh Valen.
"Lumayan sih, untung minum Antimo tadi Gue." jawab Valen, ia juga ikut membereskan barang-barangnya karena sebentar lagi mereka harus turun dari kereta. "Acaranya habis Ashar kan ya?"
"Iya, kita bisa jalan-jalan sebentar sih atau Lo mau istirahat aja di hotel?" tanya Donny lagi, Valen berpikir sejenak lalu menggeleng.
"Kayaknya Gue mau di hotel aja deh, Gue juga mau riset tentang paslon ini jadi Gue tau nanti bakal tanya apa kalo wawancara." jawab Valen, Donny memandangi Valen dengan kagum dan itu membuat Valen heran. "Kenapa Lo?"
"Semangat banget, Lo. Biasanya udah males banget sama hal-hal kayak gini," Donny tertawa kecil sambil berdiri dari duduknya dan mengambil tas-tas yang diletakkan di kabin atas.
"Gue mencoba professional, lagian juga ini kan cuma.."
"3 bulan," potong Donny sambil menyeringai, Valen baru sadar bahwa ia akan terjebak dalam pekerjaan ini selama tiga bulan. "6 bulan kalo sama coblosan dan segala hal lainnya."
"Sumpah ya badmood lagi Gue gara-gara Lo," sahut Valen dengan ketus,
"Hahaha, sorry sorry. Yaudah Gue traktir Gudeg Yu Djum, mau?" ajak Donny, mencoba untuk berdamai dengan Valen.
"Nggak usah, Gue beneran mau riset nanti di hotel. Kalo Lo mau jalan-jalan ya nggak apa-apa," tolak Valen, ia lalu berdiri dari kursinya dan bersiap untuk turun dari kereta. Donny hanya mengangguk dan beranjak keluar dari kereta.
Setelah sampai di luar stasiun, Donny berkata pada Valen bahwa dia akan jalan-jalan sebentar dan akan kembali ke hotel untuk bersiap-siap meliput kampanya paslon nomor 04 yang akan diadakan nanti sore. Mereka pun berpisah arah.
Sesampainya di hotel, Valen langsung menata tas-tas nya dan duduk di salah satu meja di samping jendela untuk membuka laptopnya dan memulai penelusuran mengenai pasangan calon presiden dan wakil presiden ini.
Dia membaca satu per satu artikel dan ia banyak menemukan hal menarik tentang pasangan ini. Penuh kontroversi, ya.. Dia rasa itu kata-kata yang pantas untuk menggambarkan pasangan ini. Mantan rival presiden saat ini beserta anak presiden itu sendiri akan mencalonkan diri menjadi calon presiden dan wakil presiden. Valen tersenyum sinis, walaupun ia tidak terlalu mengikuti perkembangan politik tapi ia sangat menyukai teori konspirasi. Valen lalu melanjutkan penelusuran nya dengan serius.
Selang beberapa waktu berjalan, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar pintu kamar Valen. Ia pun berdiri dan berjalan menuju pintu untuk mencari tahu siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Saat dibuka, terlihat Donny yang sudah berpakaian rapi lengkap membawa peralatan kameranya dan ia memperhatikan Valen dengan bingung.
"Lo belum siap-siap?" tanya Donny dengan heran, Valen menatapnya dengan lebih heran.
"Kan Gue udah bilang nggak ikut," jawab Valen kemudian, Donny menghela nafas panjang seperti mencoba untuk bersabar.
"Len, Lo liat jam nggak sih??" tanya Donny, kali ini dengan nada yang tidak sabar. Valen menggeleng polos, "Ini udah jam setengah 3 Len, acaranya mulai jam 4." tambah Donny, Valen terbelalak dan langsung berlari menuju meja dimana laptop nya diletakkan. Ia menyadari bahwa benar sekarang sudah pukul setengah tiga sore.
"Ya ampun, Don. Sorry tadi Gue terlalu sibuk, Gue ga merhatiin jam." Valen terlihat frustasi, dan berputar-putar ditengah kamar mencari dimana koper pakaian nya. "Lo tunggu ya, 10 menit deh 10 menit." tanpa basa basi lagi Valen langsung bergegas ke kamar mandi.
**
"Aduh.. aduuh.." Valen mengaduh saat maskara yang ia gunakan mengenai bola matanya saat ia merasakan mobil yang ditumpanginya melaju secara ugal-ugalan, "Pelan-pelan dong mas," protes Valen dengan kesal.
Mas Hadi, supir yang bertugas mengantar mereka selama di Yogyakarta, menoleh ke arah Valen sebentar sambil melengos. "Ya gimana mau pelan Mbak Valen, ini disuruh cepet-cepet terus sama mas Donny."
"Udah Len, nggak usah protes. Ini kita hampir telat gara-gara Lo," sahut Donny masih dengan tampang yang kesal, "Katanya Lo bakal profesional, tapi baru hari pertama aja Lo udah nggak fokus kayak gini."
"Don, Gue udah minta maaf. Dan ini masih sempet kok, iya kan Mas Hadi?" tanya Valen ke Mas Hadi, Donny memelototi Mas Hadi dan itu membuat Mas Hadi tidak berani menjawab. "Don, udah ya. Nggak enak lah kita lagi se tim gini trus Lo marah sama Gue,"
"Iya Mas Donny, mending baikan dulu aja. Nanti kalo tugasnya udah selesai, marahan lagi nggak apa-apa." sahut Mas Hadi, Donny diam sejenak lalu menoleh ke arah Valen.
"Gue delay dulu nih marahnya, kecuali kalo Lo nanti bisa dapet info bagus dan menarik baru Gue selesai marahnya," ucap Donny, Valen tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya untuk mengajak berbaikan.
"Maaf ya Mas Donny," ujar Valen dengan nada dan logat yang dibuat-buat agar mirip seperti cara bicara Mas Hadi. Itu berhasil membuat Donny dan Mas Hadi tertawa kecil, akhirnya suasana cair kembali.
Tak lama kemudian mereka sampai di tempat kampanye paslon 04, Mas Hadi memarkir mobilnya dan setelah itu mereka turun dari mobil. Terlihat banyak sekali orang dengan atribut bertulisan Prasetyo-Jabran atau tulisan 04 berlalu lalang di sekitaran mereka. Sementara Donny mengambil perlengkapannya, Valen mengeluarkan tape recorder miliknya.
Don't mess up, Valen. Batin Valen sambil menghela nafas. Ia lalu berjalan perlahan dan melihat ke arah baliho besar bergambarkan foto pasangan nomor urut 04 tersebut.
Well... Welcome to the Year of Politic !!
Beberapa saat setelah Valen dan rekan-rekannya sampai di lokasi kampanye, mereka langsung bergegas menuju samping panggung agar bisa mendapatkan tempat yang lebih bagus untuk merekam kegiatan kampanye hari ini.Tak lama setelah itu, terdengar suara pengisi acara yang mengumumkan bahwa acara akan segera dimulai. Valen mengeluarkan notes nya untuk mencatat poin-poin penting apa saja yang akan disampaikan Pak Prasetyo beserta Mas Jabran di acara hari ini, dan mungkin ini bisa jadi bahan yang menarik untuk artikel nya. Di satu sisi, Donny sedang menyiapkan kameranya untuk merekam kegiatan ini.Acara dimulai dengan penampilan salah satu musisi ternama Indonesia, Denny Caknan. Terlihat penonton menari-nari sambil menyanyikan lagu-lagu populer milik sang musisi. Valen ikut bernyanyi sedikit menikmati musik dan agar mengurangi rasa tegangnya. Ia lalu memperhatikan sekeliling dan tatapannya terhenti saat ia melihat ke arah belakang panggung."Don, tuh idola Lo tuh." ucap Valen sambil mencolek
"Lo serius nge diemin dia??" Tanya Donny dengan penasaran setelah Valen memberitahu dia bahwa semalam salah satu ajudan dari Paslon 04 mengirimkan pesan kepadanya."Harus gimana lagi? Gue juga bingung mau bales apa, masa iya Gue langsung minta ganti rugi, kesannya kayak Gue nggak punya uang banget." Jawab Valen sambil memakan Gudeg nya.Mereka memang memutuskan untuk tidak sarapan di hotel dan memilih untuk makan Gudeg legendaris Yu Djum untuk sarapan pagi. Sebenarnya ini ide Donny untuk makan disini karena katanya ini salah satu makanan favoritnya saat berada di Jogja. Tidak hanya Donny, tapi Mas Hadi dan juga Sarah - pacar Donny - yang semalam baru sampai di Jogja juga ikut menemani Valen pagi ini."Tapi sayang banget nggak sih, Len. Siapa tau bisa Lo gebet kan? Ganteng nggak dia?" Goda Sarah sambil tersenyum nakal, Valen hanya diam sambil tertawa kecil. "Oke, walaupun nggak ganteng tapi berpangkat loh, cewek mana yang nggak mau??" Tambah Sarah lagi."Gue nggak mau," sahut Valen den
Ding....Terdengar suara pintu lift terbuka dan Valen pun keluar dari lift tersebut. Setelah mengirimkan lokasi hotel nya kepada Teddy siang tadi, Valen sebenarnya agak menyesali keputusannya untuk bertemu lagi dengan Teddy. Seharusnya dia bilang saja ada keperluan mendadak yang mengharuskannya pulang terlebih dahulu ke Jakarta.Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, setidaknya Valen harus menepati janjinya untuk bertemu dengan Teddy. Ia berjanji untuk bertemu Valen tepat jam empat sore, dan sekarang sudah hampir jam empat sore. Tidak mungkin dia akan tepat waktu kan, pasti dia sama saja seperti kebanyakan lelaki, selalu terlambat.Baru saja Valen berpikir seperti itu, ia mendapati Teddy sedang duduk di lobby hotel sambil memainkan handphone nya. Valen pun menghampirinya."Udah lama ya?" Tanya Valen, Teddy menoleh ke arah Valen, ia lalu tersenyum sambil menggeleng."Nggak kok, baru sampai." Jawabnya singkat, Valen hanya diam dan bingung ingin berkata apa. "Mau berangkat sekara
Beberapa hari berlalu sejak terakhir kali Valen dan Teddy bertemu dan selama itu Valen sama sekali tidak berkomunikasi dengan Teddy, baik lewat chat maupun telepon. Awalnya Valen bertanya-tanya kenapa Teddy sama sekali tidak menghubunginya, tapi lama-lama Valen mulai melupakan itu dan lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan masalah lain.Setelah Valen selesai memposting artikel yang ia tulis, Valen bersandar di kursinya dan memeriksa jadwal nya minggu ini. Setiap Senin, akan ada pengumuman di grup WhatsApp kantor Valen yang menginfokan kegiatan mingguan yang harus dilakukan para karyawan. Valen lalu menyadari bahwa ada jadwal dirinya untuk kembali meliput kunjungan Paslon 04 yang kali ini akan dilakukan di Solo, rencananya Prasetyo-Jabran akan melakukan nonton bersama Final Piala Dunia U-17 disana.Valen berandai-andai apakah ia akan bertemu dengan Teddy lagi disana, sudah sekitar dua minggu ia tidak bertemu dengan Teddy dan jika boleh jujur Valen merasa sedikit uring-uringan kar
"Len, Len !! Sumpah, Len!!" Suara Donny mengalihkan perhatian Valen dari pekerjaannya yang sedang menumpuk di Senin pagi ini, Valen mendengus kesal mendengar suara Donny."Kenapa sih, Don? Lo nggak liat Gue lagi sibuk?" Bentak Valen saat Donny akhirnya duduk di samping mejanya, Donny mengatur nafasnya sejenak karena sedari tadi ia berlari ke meja kerja Valen."Lo liat ini sekarang!!" Ucap Donny sambil menyodorkan handphone nya ke arah Valen, Valen yang heran dengan kelakuan Donny pun mengambil handphone tersebut dan melihatnya.Terlihat foto Teddy di handphone Donny, Valen semakin heran dengan hal itu. "Lo kenapa simpen foto Teddy, Don? Lu nge gay sama dia apa gimana?" Tanya Valen heran, Donny menepuk kepalanya dan menghela nafas panjang mencoba untuk sabar."Itu TikTok, Len. Lo scroll aja terus kebawah," jawab Donny dengan tidak sabar, walaupun masih bingung Valen pun mengikuti apa yang dikatakan Donny.Valen melihat postingan-postingan tentang Teddy, kebanyakan dari mereka memuji ke
Satu minggu telah berlalu semenjak Valen bertemu dengan Teddy, dan berbanding terbalik dengan apa yang Valen dan Donny pikirkan, Teddy semakin viral di sosial media.Tapi untungnya, kabar tentangnya dan Teddy sudah tidak begitu santer terdengar. Mungkin karena Valen jarang bertemu dengan Teddy sehingga kabar tersebut redup dengan sendirinya. Beberapa teman kantor Valen yang melihat Teddy dengannya sempat menanyakan tentang hubungan mereka, tetapi Valen selalu menjawab bahwa tidak ada apa-apa dan perlahan mereka mulai melupakan peristiwa itu.Hari ini, Valen dan Donny berencana untuk meliput kegiatan Paslon 04 yang akan diadakan di Kantor Kementerian Pertahanan. Rencananya akan ada kunjungan dari tim sukses Prasetyo-Jabran disana dan mereka berdua ditugaskan untuk kesana.Valen dan Donny sudah berada di sana sejak pagi dan kini sedang menunggu kedatangan para tim sukses yang notabene nya adalah artis ibukota, Valen yang memang kurang tidur hanya bersandar di kursi mobil sambil membaca
"Kayaknya nggak segitu deh ukurannya," protes Valen saat melihat Teddy menuang satu gelas susu cair ke dalam mangkuk.Saat ini mereka sedang di apartemen Valen dan berencana untuk menonton film bersama disana, dan mereka memutuskan untuk membuat semua makanan nya sendiri.Semenjak hari itu, Valen dan Teddy memang jadi lebih sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Tidak di depan umum, tentu saja. Walaupun sudah beberapa kali Teddy ingin mengajak Valen pergi ke suatu tempat, tapi Valen selalu menolak.Teddy mengelap dahinya yang berkeringat dengan tangan yang berlumuran tepung sambil mengerenyitkan dahi, "Kayaknya lebih baik kita beli aja nggak sih?" Tanya Teddy dengan nada lelah, Valen menggeleng tidak setuju."Udah setengah jalan, sayang bahannya." Tolak Valen sambil mengambil alih adonan cookies yang tadi dibuat oleh Teddy, "Dan siapa yang punya ide susu cair buat adonan cookies? Kan harusnya susu bubuk.""Di resep nya cuma ditulis susu doang, ya aku beli susu cair aja. Kan ju
Beberapa hari berlalu semenjak Valen bertemu dengan Teddy, setelah itu merekapun kembali sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tapi mereka masih tetap berkabar melalui WhatsApp dan bisa dibilang komunikasi mereka saat ini jauh lebih intens dibanding sebelumnya.Valen yang sedang duduk di kursi meja riasnya melirik ke arah jam dinding yang kini menunjukkan pukul tujuh malam, beberapa jam lagi menuju tahun baru. Ya, hari ini hari terakhir dari tahun 2023. Tahun yang penuh kejutan bagi Valen.Tahun baru menurut Valen bukanlah hal yang menarik perhatiannya, baginya malam tahun baru sama saja dengan malam-malam lainnya. Disaat orang lain berpesta untuk merayakan tahun baru, Valen cenderung lebih memilih untuk menghabiskan waktu di apartemennya sambil menonton film atau membaca buku. Tapi sepertinya malam ini tidak akan seperti malam tahun baru sebelumnya.Beberapa waktu yang lalu, Teddy menelpon Valen dan mengajaknya untuk ikut merayakan malam tahun baru bersamanya. Ia berkata bahwa
Valen menatap layar komputer dengan tatapan lelah, akhirnya artikel untuk hari ini selesai. Ia bersandar ke kursi kerjanya dan meregangkan otot-otot tubuhnya dan memeriksa sudah jam berapa saat ini. Ternyata sudah jam lima sore, Valen menghela nafas panjang dan membereskan barang-barangnya untuk bersiap pulang.Valen memeriksa ponselnya dan menemukan bahwa Teddy sedari tadi berusaha menelponnya. Karena Valen selalu mematikan suara ponselnya saat di kantor, tentu saja panggilan Teddy tidak terjawab oleh Valen. Ia pun segera menelpon Teddy untuk mencari tahu mengapa Teddy menelponnya berkali-kali."Halo.." jawab Teddy, Valen baru mau menjawab tapi Teddy langsung memotong perkataannya. "Kamu dari mana aja? Kenapa telpon aku nggak diangkat?""Aku baru selesai kerja, Mas. HP ku tadi aku silent.." sahut Valen dengan nada lelah, "Ngomong-ngomong, ada apa?? Kok tumben sampe telpon berkali-kali gitu?""Oh iya, aku sampe lupa bilang. Kamu capek nggak, Len?" tanya Teddy, Valen bergumam sejenak.
Valen menghela nafas pelan sambil bersandar di kursi mobil penumpang dan mengamati proses Quick Count yang sedang berlangsung, di sampingnya terdapat Donny yang sedang bermain game online dengan serius.Sekembalinya ia dari makam orang tuanya, Teddy mengantarnya ke depan rumah Pak Prasetyo untuk kembali meliput proses pemilu hari ini. Dikabarkan malam harinya, Pak Prasetyo akan melakukan pidato mengenai hasil Quick Count hari ini. Entah dia unggul, ataupun kalah dari Paslon lain.Jadi disinilah ia, menunggu kabar dari pihak Pak Prasetyo tentang kapan ia akan melakukan pidato tersebut sambil memantau proses Quick Count yang membosankan dan mendengarkan celotehan kesal Donny di sampingnya yang sepertinya sedang kesulitan memenangkan game nya.Ia memeriksa jam tangannya dan waktu menunjukkan pukul lima sore, waktu berjalan sangat lama dan membosankan. Valen mengerang kesal dan keluar dari mobil untuk mencari udara segar, meninggalkan Donny sendirian yang sepertinya tidak peduli kemana Va
Valen terbangun dari tidurnya saat alarm dari ponselnya mulai berbunyi, ia mengerang dan mengambil ponselnya untuk mematikan alarm dan memeriksa jam. Waktu menunjukkan pukul lima pagi dan Valen meletakkan kembali ponselnya di meja samping tempat tidurnya, ia berbaring telentang dan menatap langit-langit kamar.Damn.. I'm 30 now....Valen merenung tentang dirinya yang hari ini bertambah usia, 14 Februari boleh dibilang bukanlah hari favorit Valen. Banyak orang berkata hari ulang tahun membawa kebahagiaan bagi mereka, tapi sepertinya tidak dengan Valen. Hari ulang tahun nya selama ini sama saja seperti hari biasanya, bedanya mungkin di hari itu ia akan makan bersama teman-temannya dan terkadang mereka juga membelikan Valen kue ulang tahun. Setelah itu mereka akan meminta Valen untuk berdoa dan meminta sesuatu yang ia inginkan, yang menurut Valen sampai sekarang keinginannya belum terwujud. Well.. entah belum terwujud atau memang Valen yang tidak ingin mewujudkannya.Jadi apa keinginan V
Setelah selesai membeli tiket dan akhirnya film pun akan segera dimulai, Valen dan yang lainnya pun memasuki teater yang tertulis di tiket dan segera menuju kursi masing-masing. Valen memang memilih kursi di paling tengah, mereka duduk di urutan Donny di paling kiri, Sarah, Valen, Teddy, dan dua orang aneh yang sedari tadi mengikuti mereka, Rizki dan Aji yang kini sibuk berebut Popcorn dan minum. Teddy menegur mereka dan mereka pun akhirnya diam, Valen menggeleng heran melihat mereka berdua yang biasanya selalu serius dan tegas saat bertugas ternyata hanyalah anak kecil dibalik semua itu.Film pun dimulai dan mereka mulai menonton dengan serius. Film ini bergenre horor komedi yang cukup ringan untuk disimak, beberapa kali Valen dan yang lainnya dibuat tertawa dengan lelucon yang disampaikan. Valen melirik Teddy yang sedang tertawa dengan mata yang masih terfokus pada layar, tapi tak lama Teddy melirik ke arah Valen dan memandangnya dengan heran. Valen menggeleng pelan dan kembali foku
Akhirnya... hari tenang.Valen meregangkan badannya di tempat tidurnya dengan suasana hati yang bagus, ia melihat jam dinding dan waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Akhirnya selama tiga bulan yang sibuk, masa tenang pun tiba. Sebelum hari pemungutan suara yang akan di gelar 14 Februari nanti -tepat di hari ulang tahun Valen-, para pasangan calon presiden dan wakil presiden tidak diperbolehkan untuk melakukan kampanye sampai hari pemungutan suara tiba, tepatnya selama tiga hari. Dan selama tiga hari itu pula, Valen diperbolehkan untuk libur sampai ia haru meliput kembali di hari pemungutan suara. Itulah sebabnya Valen memutuskan untuk bermalas-malasan di apartemennya sambil membaca buku.Setelah kampanye akbar kemarin, hubungan Valen dan Teddy mulai membaik. Memang tidak seperti dulu, tapi setidaknya Valen sekarang mau menanggapi pesan Teddy dan mengangkat telponnya. Valen memeriksa ponselnya dan dia tidak menemukan pesan apapun hari ini, ia bergumam sejenak dan membuka galeri ponse
"Gila..." Gumam Valen saat turun dari mobil dan melihat ribuan orang memadati stadion Gelora Bung Karno.Terlihat di berbagai penjuru semua orang memenuhi sekitaran stadion mengenakan baju berwarna biru sehingga sekarang stadion Gelora Bung Karno kelihatan bagaikan lautan berwarna biru."Sumpah, Gue nggak nyangka bakal sebanyak ini loh." Sahut Donny yang tak kalah kagumnya dengan pemandangan hari ini, di sekitaran juga banyak penjual makanan yang kabarnya sudah di gratiskan sehingga pengunjung bisa makan sepuasnya disana."Bapak beneran bisa ambil hati masyarakat kayaknya," ucap Valen sambil berdecak kagum, ia lalu memeriksa ponselnya. Beberapa pesan dari Teddy terlihat di notifikasi ponselnya, Valen menghela nafas dan mengabaikannya.Beberapa hari berlalu semenjak terakhir ia bertemu Teddy di rumah sakit, dan semenjak itu pun Teddy selalu berusaha menghubungi nya. Dia selalu menelepon, mengirimkan makan siang, bunga, dan yang lainnya. Tapi tetap saja, sulit untuk Valen bersikap seper
Teddy menatap layar ponsel Rizki dengan seksama, pikirannya berkecamuk. Untuk apa dia melakukan ini? Bukankah dia sudah mendapatkan apa yang dia mau?Teddy mengembalikan ponsel Rizki dan menghela nafas pelan, Donny yang sedari tadi tidak diberitahu siapa sebenarnya yang mereka maksud pun mulai gemas. Ia lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya, setumpuk kertas yang telah ia susun menyerupai buku. Tidak begitu tebal, tapi tidak juga terlalu tipis.Teddy, Rizki, dan Aji memandangi kumpulan kertas tersebut dengan bingung. Donny menarik napas panjang dan mulai menjelaskan."Setelah malam dimana Lo dan Valen berantem, Valen terus nangis di mobil dan bilang ke Gue kalo dia nggak tau apa-apa. Jadinya, Gue berusaha untuk cari tau sendiri awalnya siapa yang udah bikin Valen kayak gini." Jelas Donny, ia diam sesaat dan menyodorkan kertas tersebut kepada Teddy. "Gue nekat masuk ke ruangan Pak Imam dan buka komputernya untuk periksa email masuk, dan Gue nemu ini."Teddy terdiam dan mulai memb
Donny menunggu di depan kantornya dengan tidak sabar, dimana kedua orang itu?? Mereka bilang akan kesini jam delapan pagi. Donny melirik jam tangannya dan waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi, apa mereka tidak datang??Donny bersandar ke dinding dengan kesal sambil memeriksa ponselnya, ada satu pesan dari Valen yang menanyakan keadaan Sarah dan satu pesan dari Sarah yang mengabarkan pada Donny kalau dia sudah sarapan pagi ini. Tapi tidak ada pesan dari Rizki maupun Aji yang katanya akan datang ke kantor lagi ini untuk memulai 'rencana' mereka.Untungnya ia sudah izin kepada Pak Imam bahwa ia baru bisa masuk kantor setelah jam makan siang karena ada urusan, dan Pak Imam mengizinkannya dengan syarat pekerjaan semalam harus selesai malam ini. Ya, walaupun harus membuat repot Valen, tapi sepertinya semua ini akan sesuai.Saat Donny sedang melamun, sebuah tepukan di pundaknya mengagetkannya. Donny tersentak dan mendapati Rizki dan Aji berdiri di hadapannya, Donny mendengus
Seminggu telah berlalu sejak kejadian itu, dan selama seminggu itu pula Teddy kehilangan kabar akan Valen. Setelah kejadian tersebut Teddy berusaha menghubungi Valen dan juga mengiriminya pesan, tapi sampai saat ini tidak ada balasan maupun panggilan telpon dari Valen untuk menanggapi Teddy.Teddy masih marah, tentu. Tapi sebagai lelaki, ia sadar apa yang dikatakannya pada Valen tempo hari sudah berlebihan. Walaupun mungkin benar Valen yang menyebarkan berita itu, membicarakan hal sensitif tentang hubungan mereka di depan orang lain dan menjadikan hal tersebut senjata dalam argumen Teddy benar-benar diluar batasan.Teddy memandangi ponselnya sambil menghela nafas pelan, dalam hatinya ia berharap akan ada sebuah pesan dari Valen. Walau hanya membalas dengan singkat, Teddy sangat ingin tahu kabar Valen. Sebuah tepukan di pundak Teddy mengejutkannya, Teddy menoleh dan mendapati Rajif yang menepuk pundaknya dan ia lalu duduk di samping Teddy."Murung banget, mas? Belum gajian?" Tanya Aji