Akhirnya... hari tenang.Valen meregangkan badannya di tempat tidurnya dengan suasana hati yang bagus, ia melihat jam dinding dan waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Akhirnya selama tiga bulan yang sibuk, masa tenang pun tiba. Sebelum hari pemungutan suara yang akan di gelar 14 Februari nanti -tepat di hari ulang tahun Valen-, para pasangan calon presiden dan wakil presiden tidak diperbolehkan untuk melakukan kampanye sampai hari pemungutan suara tiba, tepatnya selama tiga hari. Dan selama tiga hari itu pula, Valen diperbolehkan untuk libur sampai ia haru meliput kembali di hari pemungutan suara. Itulah sebabnya Valen memutuskan untuk bermalas-malasan di apartemennya sambil membaca buku.Setelah kampanye akbar kemarin, hubungan Valen dan Teddy mulai membaik. Memang tidak seperti dulu, tapi setidaknya Valen sekarang mau menanggapi pesan Teddy dan mengangkat telponnya. Valen memeriksa ponselnya dan dia tidak menemukan pesan apapun hari ini, ia bergumam sejenak dan membuka galeri ponse
Setelah selesai membeli tiket dan akhirnya film pun akan segera dimulai, Valen dan yang lainnya pun memasuki teater yang tertulis di tiket dan segera menuju kursi masing-masing. Valen memang memilih kursi di paling tengah, mereka duduk di urutan Donny di paling kiri, Sarah, Valen, Teddy, dan dua orang aneh yang sedari tadi mengikuti mereka, Rizki dan Aji yang kini sibuk berebut Popcorn dan minum. Teddy menegur mereka dan mereka pun akhirnya diam, Valen menggeleng heran melihat mereka berdua yang biasanya selalu serius dan tegas saat bertugas ternyata hanyalah anak kecil dibalik semua itu.Film pun dimulai dan mereka mulai menonton dengan serius. Film ini bergenre horor komedi yang cukup ringan untuk disimak, beberapa kali Valen dan yang lainnya dibuat tertawa dengan lelucon yang disampaikan. Valen melirik Teddy yang sedang tertawa dengan mata yang masih terfokus pada layar, tapi tak lama Teddy melirik ke arah Valen dan memandangnya dengan heran. Valen menggeleng pelan dan kembali foku
Valen terbangun dari tidurnya saat alarm dari ponselnya mulai berbunyi, ia mengerang dan mengambil ponselnya untuk mematikan alarm dan memeriksa jam. Waktu menunjukkan pukul lima pagi dan Valen meletakkan kembali ponselnya di meja samping tempat tidurnya, ia berbaring telentang dan menatap langit-langit kamar.Damn.. I'm 30 now....Valen merenung tentang dirinya yang hari ini bertambah usia, 14 Februari boleh dibilang bukanlah hari favorit Valen. Banyak orang berkata hari ulang tahun membawa kebahagiaan bagi mereka, tapi sepertinya tidak dengan Valen. Hari ulang tahun nya selama ini sama saja seperti hari biasanya, bedanya mungkin di hari itu ia akan makan bersama teman-temannya dan terkadang mereka juga membelikan Valen kue ulang tahun. Setelah itu mereka akan meminta Valen untuk berdoa dan meminta sesuatu yang ia inginkan, yang menurut Valen sampai sekarang keinginannya belum terwujud. Well.. entah belum terwujud atau memang Valen yang tidak ingin mewujudkannya.Jadi apa keinginan V
Valen menghela nafas pelan sambil bersandar di kursi mobil penumpang dan mengamati proses Quick Count yang sedang berlangsung, di sampingnya terdapat Donny yang sedang bermain game online dengan serius.Sekembalinya ia dari makam orang tuanya, Teddy mengantarnya ke depan rumah Pak Prasetyo untuk kembali meliput proses pemilu hari ini. Dikabarkan malam harinya, Pak Prasetyo akan melakukan pidato mengenai hasil Quick Count hari ini. Entah dia unggul, ataupun kalah dari Paslon lain.Jadi disinilah ia, menunggu kabar dari pihak Pak Prasetyo tentang kapan ia akan melakukan pidato tersebut sambil memantau proses Quick Count yang membosankan dan mendengarkan celotehan kesal Donny di sampingnya yang sepertinya sedang kesulitan memenangkan game nya.Ia memeriksa jam tangannya dan waktu menunjukkan pukul lima sore, waktu berjalan sangat lama dan membosankan. Valen mengerang kesal dan keluar dari mobil untuk mencari udara segar, meninggalkan Donny sendirian yang sepertinya tidak peduli kemana Va
Valen menatap layar komputer dengan tatapan lelah, akhirnya artikel untuk hari ini selesai. Ia bersandar ke kursi kerjanya dan meregangkan otot-otot tubuhnya dan memeriksa sudah jam berapa saat ini. Ternyata sudah jam lima sore, Valen menghela nafas panjang dan membereskan barang-barangnya untuk bersiap pulang.Valen memeriksa ponselnya dan menemukan bahwa Teddy sedari tadi berusaha menelponnya. Karena Valen selalu mematikan suara ponselnya saat di kantor, tentu saja panggilan Teddy tidak terjawab oleh Valen. Ia pun segera menelpon Teddy untuk mencari tahu mengapa Teddy menelponnya berkali-kali."Halo.." jawab Teddy, Valen baru mau menjawab tapi Teddy langsung memotong perkataannya. "Kamu dari mana aja? Kenapa telpon aku nggak diangkat?""Aku baru selesai kerja, Mas. HP ku tadi aku silent.." sahut Valen dengan nada lelah, "Ngomong-ngomong, ada apa?? Kok tumben sampe telpon berkali-kali gitu?""Oh iya, aku sampe lupa bilang. Kamu capek nggak, Len?" tanya Teddy, Valen bergumam sejenak.
"Ini harus banget Gue ikut ngeliput kegiatan Pemilu??" keluh Valen sambil menyender di kursi kerjanya, dia masih tidak habis pikir kenapa bisa dia yang disuruh untuk ikut meliput kegiatan kampanye untuk Pemilu tahun ini.Donny, si juru kamera yang memang sering dipasangkan dengan Valen hanya diam sambil makan roti bakar yang dibeli dia untuk bekal makan siang. Valen memelototi Donny yang seakan tidak peka dengan keluhannya. Donny yang sadar kalau sedang ditatap dengan galak langsung berhenti makan."Ya gimana ya Len, kan Lo juga tahu sendiri kalau Kak Nova lagi cuti hamil. Jadi mau nggak mau harus Lo yang gantiin, emang Lo pikir siapa lagi yang bisa terjun ke lapangan selain Lo??" sahut Donny, Valen kembali diam merenungi nasibnya. Kenapa harus dia ??"Lagian juga kenapa sih? Lumayan loh bonusnya, bisa lah buat Lo beliin tiket pesawat Gue ke Bali." goda Donny sambil mencolek lengan Valen, Valen yang memang sedang sensi langsung menepis tangan Donny sambil memasang wajah jutek."Yang a
Beberapa saat setelah Valen dan rekan-rekannya sampai di lokasi kampanye, mereka langsung bergegas menuju samping panggung agar bisa mendapatkan tempat yang lebih bagus untuk merekam kegiatan kampanye hari ini.Tak lama setelah itu, terdengar suara pengisi acara yang mengumumkan bahwa acara akan segera dimulai. Valen mengeluarkan notes nya untuk mencatat poin-poin penting apa saja yang akan disampaikan Pak Prasetyo beserta Mas Jabran di acara hari ini, dan mungkin ini bisa jadi bahan yang menarik untuk artikel nya. Di satu sisi, Donny sedang menyiapkan kameranya untuk merekam kegiatan ini.Acara dimulai dengan penampilan salah satu musisi ternama Indonesia, Denny Caknan. Terlihat penonton menari-nari sambil menyanyikan lagu-lagu populer milik sang musisi. Valen ikut bernyanyi sedikit menikmati musik dan agar mengurangi rasa tegangnya. Ia lalu memperhatikan sekeliling dan tatapannya terhenti saat ia melihat ke arah belakang panggung."Don, tuh idola Lo tuh." ucap Valen sambil mencolek
"Lo serius nge diemin dia??" Tanya Donny dengan penasaran setelah Valen memberitahu dia bahwa semalam salah satu ajudan dari Paslon 04 mengirimkan pesan kepadanya."Harus gimana lagi? Gue juga bingung mau bales apa, masa iya Gue langsung minta ganti rugi, kesannya kayak Gue nggak punya uang banget." Jawab Valen sambil memakan Gudeg nya.Mereka memang memutuskan untuk tidak sarapan di hotel dan memilih untuk makan Gudeg legendaris Yu Djum untuk sarapan pagi. Sebenarnya ini ide Donny untuk makan disini karena katanya ini salah satu makanan favoritnya saat berada di Jogja. Tidak hanya Donny, tapi Mas Hadi dan juga Sarah - pacar Donny - yang semalam baru sampai di Jogja juga ikut menemani Valen pagi ini."Tapi sayang banget nggak sih, Len. Siapa tau bisa Lo gebet kan? Ganteng nggak dia?" Goda Sarah sambil tersenyum nakal, Valen hanya diam sambil tertawa kecil. "Oke, walaupun nggak ganteng tapi berpangkat loh, cewek mana yang nggak mau??" Tambah Sarah lagi."Gue nggak mau," sahut Valen den