Share

Damn.. That Smile !!

"Lo serius nge diemin dia??" Tanya Donny dengan penasaran setelah Valen memberitahu dia bahwa semalam salah satu ajudan dari Paslon 04 mengirimkan pesan kepadanya.

"Harus gimana lagi? Gue juga bingung mau bales apa, masa iya Gue langsung minta ganti rugi, kesannya kayak Gue nggak punya uang banget." Jawab Valen sambil memakan Gudeg nya.

Mereka memang memutuskan untuk tidak sarapan di hotel dan memilih untuk makan Gudeg legendaris Yu Djum untuk sarapan pagi. Sebenarnya ini ide Donny untuk makan disini karena katanya ini salah satu makanan favoritnya saat berada di Jogja. Tidak hanya Donny, tapi Mas Hadi dan juga Sarah - pacar Donny - yang semalam baru sampai di Jogja juga ikut menemani Valen pagi ini.

"Tapi sayang banget nggak sih, Len. Siapa tau bisa Lo gebet kan? Ganteng nggak dia?" Goda Sarah sambil tersenyum nakal, Valen hanya diam sambil tertawa kecil. "Oke, walaupun nggak ganteng tapi berpangkat loh, cewek mana yang nggak mau??" Tambah Sarah lagi.

"Gue nggak mau," sahut Valen dengan cepat, "Ya masa sih cuma liat orang dari cakep nya atau pangkatnya aja, kalo dia psikopat gimana??"

"Ya kali, Len." Sahut Donny, "Lo pikir aja ajudan calon presiden psikopat gitu, mau bunuh diri apa gimana tuh presiden"

Mereka hanya tertawa dan melanjutkan sarapan, tak jarang Valen menggoda Donny dan Sarah yang saling menyuapi satu sama lain, sedangkan Mas Hadi hanya menunjukkan ekspresi risih. Ya, memang tidak semua orang nyaman dengan PDA (Public Display Affection), tapi bagi Valen hal itu biasa. Hei, apa salahnya dengan menunjukkan cinta kalian kepada publik??

Terdengar ramai-ramai suara dari luar kedai dan itu membuat Valen dan yang lainnya menoleh ke arah pintu masuk.

"Ada Pak Prasetyo dateng, ada Pak Prasetyo!!" Ujar salah satu karyawan kedai dengan panik sambil berlari menuju dapur, Valen dan yang lainnya saling berpandangan dengan heran.

Kalau ada Pak Prasetyo, berarti ada......

Lelaki itu pun memasuki kedai, ya.. lelaki itu. Ajudan yang mendorongnya sampai ia jatuh tersungkur kemarin malam dan memberikan luka lebam di tangan kanannya. Ia berjalan cepat memasuki kedai dan memastikan kondisi aman.

Valen memalingkan wajahnya agar tidak terlihat oleh lelaki itu. Siapa namanya?? Teddy?? Ya, Teddy. Valen mencoba mengingat-ingat apakah benar itu namanya. Valen menundukkan wajahnya sambil memakan Gudeg nya, walaupun sekarang dia sudah tidak berselera untuk makan sama sekali.

"Loh Len, itu bukannya..." Valen langsung memotong omongan Donny dengan menginjak kakinya, Donny langsung mengaduh kesakitan.

Sarah dan Mas Hadi saling berpandangan dengan bingung, sedangkan Valen masih menunduk memandang Gudeg nya walaupun itu tidak terlihat menarik sama sekali.

"Nggak usah di injek kaki Gue, Len!!" Protes Donny dengan suara agak keras, Valen kali ini mengangkat kepalanya dan memelototi Donny.

Donny dan Valen yang sedang duduk berhadapan terdiam saat merasakan ada sebuah tubuh tinggi berdiri di samping mereka, mereka sama-sama menoleh ke arah tubuh tersebut dan mendapati bahwa Teddy sedang berdiri di samping mereka.

Seperti seirama, begitu Donny dan Valen menoleh ke arah Teddy, ia pun menoleh ke arah Donny dan Valen. Donny segera memalingkan wajahnya dan memakan Gudeg nya yg sebenarnya sudah habis dan tinggal tersisa tulang ayam saja, sedangkan Valen masih beradu pandang dengan Teddy.

"Oh ini ya Mbak, ajudan yang kemarin dorong Mbak Valen sampai jatuh." Sahut Mas Hadi tiba-tiba dengan suara yang agak keras, Valen memejamkan matanya karena malu dan langsung menoleh ke arah Mas Hadi. Ia lalu membuka matanya dan memelototi Mas Hadi, sedangkan Mas Hadi hanya diam dengan tampang polos.

Valen kembali menoleh ke arah Teddy sambil tersenyum meminta maaf, "Maaf, temen saya kalo ngomong emang suka asal ceplos."

Teddy terlihat bingung antara ingin membalas perkataan Valen atau kembali mengerjakan tugasnya, ia terlihat seperti sedang berpikir lalu bertanya. "Kalian belum mau pulang, kan?"

"Oh, ini udah mau balik ke hotel soalnya mau ada kerjaan." Jawab Valen dengan cepat, terlihat raut kecewa dari wajah Teddy.

"Kerjaan apa, Len? Bukannya hari ini Lo sama Donny libur?" Tanya Sarah dengan heran, Valen menahan diri untuk tidak menjambak rambut Sarah saat ini juga.

"Sepuluh menit lagi saya kesini, bisa?" Tanya Teddy, baru saja Valen mau menjawab ia langsung menambahkan. "Lima menit kalau gitu,"

Lagi-lagi belum sempat Valen menjawab, Teddy langsung berjalan masuk mengantar Pak Prasetyo ke meja nya. Valen hanya terdiam menganga seakan masih bingung dengan apa yang terjadi.

"Gila, Len. Ganteng banget!! Setuju sih Gue kalo Lo sama yang ini," bisik Sarah di telinga Valen, terlihat Sarah sangat kegirangan dengan situasi saat ini.

"Ini dosa nggak sih kalo Gue tinggal pergi dia nya??" Tanya Valen, Sarah memandang Valen dengan tatapan seakan Valen orang paling bodoh sedunia.

"Serius? Lo mau ninggalin orang modelan gitu? Nemu dimana lagi Len cowok kayak gitu?!?" Sahut Sarah dengan gemas, Valen hanya diam.

"Lagian Lo bilang juga kemarin mau minta ganti rugi ke dia kan karena udah bikin kotor baju Lo, sekalian aja nggak sih nanti minta." Ucap Donny, Sarah dan Mas Hadi mengangguk setuju.

"Nggak jadi, deh. Itu di laundry juga bersih lagi," tolak Valen dan segera membereskan barang-barang dan memasukkannya ke dalam tas.

"Ya udah minta ongkos laundry," sahut Sarah, Valen memperhatikan Sarah dan Donny dengan kesal.

"Gue masih punya duit kalo cuma buat laundry," ujar Valen dengan kesal. Saat Valen ingin berdiri dari tempat duduk, Teddy ternyata sedang berjalan ke arahnya.

"Semangat, Len" ucap Sarah sambil mengacungkan kedua jempolnya untuk menyemangati Valen.

"Mau bicara di luar?" Tanya Teddy saat ia sudah berada tepat di samping Valen, Valen berdiri dari duduknya dan mengangguk. Mereka lalu berjalan keluar kedai.

Saat sudah berada di luar kedai, Teddy langsung memulai percakapan.

"Saya mau minta maaf buat kemarin, saya nggak berniat dorong kamu sampai jatuh kayak gitu." Ucap Teddy sambil memandang Valen dengan serius.

"Oh, nggak apa-apa, Mas. Eh, kak.. eh.. bang" sahut Valen terbata-bata, Teddy tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.

"Mas aja nggak apa-apa," sahut Teddy, Valen tersenyum kecil dan merasa malu kenapa ia jadi canggung seperti ini.

"Iya, nggak apa-apa. Saya ngerti kok itu juga udah jadi job desc Mas sebagai ajudan," ucap Valen. Teddy hanya diam sambil memperhatikan Valen. "Beneran nggak apa-apa," ucap Valen lagi berusaha meyakinkan Teddy agar tidak mempersoalkan masalah remeh seperti itu.

"Nggak bisa gitu, saya nggak enak jadinya kalo kamu kayak gitu." sahut Teddy, "Saya harus bayar berapa buat ganti baju kamu semalam?" tanya Teddy tiba-tiba, Valen terkejut mendengar pertanyaan nya.

"Hah? Nggak usah, Mas. Nggak enak juga diliatnya kalo Mas kasih saya uang tiba-tiba," tolak Valen, Teddy berpikir sejenak dengan wajah serius.

"Ya sudah, saya bayar biaya laundry kamu aja gimana?" Teddy masih menawarkan opsi lain kepada Valen, Valen menggeleng pelan sambil menahan senyum.

"Mas, laundry cuma lima belas ribu." jawab Valen masih sambil menahan senyum, ia tidak mau Teddy merasa Valen meremehkan Teddy disaat Teddy sudah berusaha memperbaiki kesalahannya.

Disaat Teddy dan Valen sedang mengobrol terdapat rombongan keluarga yang ingin masuk ke dalam kedai, spontan Teddy menarik tangan Valen agar tidak menutupi pintu masuk. Tapi itu membuat tangan Valen yang kemarin terinjak tergenggam oleh Teddy dan Valen langsung meringis kesakitan.

"Aduh, jangan dipegang !!" pekik Valen saat Teddy memegang tangannya, Teddy lantas segera melepaskan tangan Valen.

"Tangan kamu kenapa?" tanya Teddy sambil memperhatikan tangan Valen yang tertutup kaus lengan panjang nya, "Izin saya lihat ya," ucap Teddy sambil berusaha menggulung lengan baju Valen.

"Eh, nggak usah Mas. Nggak apa-apa," Belum sempat Valen menarik tangannya, Teddy dengan sigap sudah menggulung lengan baju Valen. Terlihat luka lebam di tangannya yang kini sudah membiru, Teddy mengalihkan pandangannya dari tangan Valen ke wajahnya.

"Ini gara-gara kemarin?" tanya Teddy, Valen hanya mengangguk. "Udah diobatin?" tanya Teddy lagi, kali ini Valen menggeleng.

Teddy menghela nafas panjang dan menuntun Valen kembali masuk ke dalam kedai, Valen pun hanya bisa mengikutinya. Valen melewati meja dimana teman-temannya sedang duduk, terlihat wajah mereka seakan bertanya ada apa, Valen hanya mengedikkan bahunya sambil terus mengikuti Teddy.

Mereka akhirnya sampai di dapur, tepatnya di tempat membuat minum. Valen merasa heran kenapa Teddy membawanya kesini, dia sedang tidak haus. Teddy lalu bertanya kepada salah satu pelayan di tempat itu.

"Mbak, bisa minta es batu aja satu gelas." ujar Teddy kemudian, pelayan tersebut mengangguk dan mengambilkan es batu untuk Teddy. Setelah pelayan tersebut memberikan es batu kepada Teddy, ia lalu mengambil sapu tangan dari kantong kemeja nya dan menaruh es batu ke sapu tangan itu.

Teddy memperhatikan wajah Valen yang seperti tidak mau menerima es batu terbungkus sapu tangan itu, "Ini bersih, belum dibuat apa-apa." sahut Teddy sambil menghela nafas lelah, sepertinya ia lumayan capek menerima penolakan dari Valen.

Teddy lalu meletakkan sapu tangan itu di tangan Valen, tepat dimana lebam nya berada. Valen meringis kesakitan, dan saat ini karena kedinginan juga. Teddy menahan sapu tangan tersebut untuk beberapa saat sampai Valen tidak lagi meringis kesakitan.

"Udah nggak begitu sakit, kan?" tanya Teddy, Valen mengangguk. "Kamu pegang dulu aja, sampai bener-bener nggak sakit," tambah Teddy, tangan Valen pun menggantikan tangan Teddy yang sedari tadi menempelkan sapu tangan di tangan Valen.

"Kamu di Jogja sampai kapan?" tanya Teddy lagi, Valen tidak langsung menjawab karena masih sibuk menempelkan sapu tangan di tangannya.

"Hmm, besok pagi mungkin. Kenapa?" Valen balik bertanya, Teddy mengangguk cepat.

"Berarti nanti sore kamu ikut saya ya, saya bener-bener nggak enak sama kamu. Udah bikin baju kamu kotor, bikin kamu luka juga." jawab Teddy, Valen terdiam sesaat. "Saya nggak terima kata 'nggak bisa', jadi nanti sore saya langsung jemput kamu di hotel. Kamu stay di hotel kan?"

"Iya.. tapi Mas.." Teddy langsung memotong perkataan Valen,

"Nggak ada 'Tapi'!! Nanti sore jam empat saya jemput kamu, jangan lupa share loc hotel kamu dan kirim ke WA saya. Saya sudah WA kamu semalam, dan saya yakin kamu juga sudah baca." ujar Teddy dengan tegas, Valen menganga diam memperhatikannya.

"Ini bukan saya yang minta ya, jadi saya nggak mau nanti kamu ngerasa repot karena saya." sahut Valen mengingatkan, Teddy hanya mengangguk dan melirik ke meja tempat Pak Prasetyo sedang makan.

"Ya sudah, saya harus kerja lagi." Teddy hendak berjalan meninggalkan Valen, "Sampai ketemu jam empat ya," tambahnya, ia lalu berjalan meninggalkan Valen yang masih terdiam di tempat.

"Pacarnya ya, Mbak? Ganteng banget, udah gitu perhatian juga." ucap salah satu pelayan yang ternyata sedari tadi memperhatikan Valen dan Teddy, Valen langsung menggeleng.

"Bukan, Mbak. Itu saya baru kenal," sahut Valen sambil tersenyum tidak enak, Valen sadar bahwa sedari tadi sejak dia dan Teddy berduaan, banyak sekali orang yang memperhatikan mereka. Tak terkecuali teman-teman dari Teddy sendiri.

Valen lalu berjalan kembali ke meja nya dan teman-temannya sudah bersiap-siap untuk kembali ke hotel, Valen menerima tatapan penuh tanda tanya dari teman-temannya, ia berusaha mengambil tas nya tapi ia teringat akan tangannya yang masih memegangi sapu tangan.

"Saya aja yang bawa, Mbak Valen." tawar Mas Hadi, Valen mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Merekapun beranjak ke kasir untuk membayar makanan mereka. Karena kemarin Donny sudah berjanji mau mentraktir sarapan hari ini, jadi hanya Donny yang mengantri di kasir sedangkan Valen dan yang lainnya berjalan duluan ke mobil.

Valen menyadari bahwa ia akan melewati meja dimana Teddy dan teman-temannya sedang makan sambil mengobrol, rupanya ia tidak duduk bersama Pak Prasetyo. Valen pun berjalan ke meja Teddy.

"Mas," panggil Valen sambil menepuk pundak Teddy, teman-teman Teddy yang terlebih dulu melihat ke arah Valen sebelum Teddy. Tapi tak lama setelah itu, Teddy menoleh kepada Valen. "Terima kasih, ya." ucap Valen sambil menunjukkan sapu tangan yang masih tertempel di tangannya kepada Teddy.

Teddy tidak berkata apa-apa melainkan hanya tersenyum sambil mengedipkan matanya, dan itu membuat hati Valen sedikit berdegup kencang. Baiklah, tidak sedikit tapi sangat berdegup kencang.

Valen balas tersenyum sambil berjalan meninggalkan meja mereka dan menuju mobil, Valen mempercepat langkahnya dan temannya yang lain merasa heran.

Duh Valen, kenapa Lo deg-deg an gini?? Kayak ABG aja Lo pake deg-deg an segala waktu disenyumin cowo, batin Valen.

Valen menghela nafas pelan untuk menstabilkan hatinya tapi tetap saja.....

DAMN... THAT SMILE THO !!!!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status