Share

Hope I'll See You Again

Beberapa hari berlalu sejak terakhir kali Valen dan Teddy bertemu dan selama itu Valen sama sekali tidak berkomunikasi dengan Teddy, baik lewat chat maupun telepon. Awalnya Valen bertanya-tanya kenapa Teddy sama sekali tidak menghubunginya, tapi lama-lama Valen mulai melupakan itu dan lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan masalah lain.

Setelah Valen selesai memposting artikel yang ia tulis, Valen bersandar di kursinya dan memeriksa jadwal nya minggu ini. Setiap Senin, akan ada pengumuman di grup W******p kantor Valen yang menginfokan kegiatan mingguan yang harus dilakukan para karyawan. Valen lalu menyadari bahwa ada jadwal dirinya untuk kembali meliput kunjungan Paslon 04 yang kali ini akan dilakukan di Solo, rencananya Prasetyo-Jabran akan melakukan nonton bersama Final Piala Dunia U-17 disana.

Valen berandai-andai apakah ia akan bertemu dengan Teddy lagi disana, sudah sekitar dua minggu ia tidak bertemu dengan Teddy dan jika boleh jujur Valen merasa sedikit uring-uringan karena tidak menerima kabar dari Teddy.

Saat Valen sedang melamun, Donny menepuk pundaknya dan itu membuat Valen tersentak. "Apa sih, Don??" bentak Valen sambil memasang tampang kesal, Donny hanya terkekeh.

"Santai aja sih, tegang amat." sahutnya dengan enteng, Valen tidak menanggapi dan kembali memperhatikan ponselnya. "Kita ke Solo loh Sabtu nanti," ujar Donny kemudian.

"Iya, nonton bola nanti kita." sahut Valen, ia memang sangat menyukai olahraga terutama sepak bola dan tenis, itulah mengapa ia memilih untuk menjadi jurnalis olahraga. "Kita bisa lihat nggak sih? Atau harus nunggu diluar?" tanya Valen kepada Donny.

Biasanya saat Valen menjadi jurnalis olahraga, ia akan meliput pertandingan dari dalam stadion, tapi kali ini karena tujuan mereka meliput Paslon 04, Valen tidak yakin mereka akan diperbolehkan masuk ke dalam stadion. Mungkin mereka akan menunggu diluar sampai Paslon 04 keluar dari stadion dan mulai mewawancara mereka.

"Kayaknya nunggu luar deh, kita udah nggak dikasih akses lagi buat masuk gratis ke stadion." jawab Donny sambil menghela nafas, Valen hanya tertawa kecil dan kembali bermain dengan handphone nya.

Valen dan Donny sama-sama menyukai olahraga, itulah kenapa mereka berdua terjun di topik olahraga. Seharusnya saat ini mereka sedang sibuk-sibuknya meliput Piala Dunia U-17 yang digelar di Solo, tapi takdir berkata lain. Hal itu cukup membuat Valen dan Donny kesal.

"Lo bakal ketemu si Teddy lagi dong nanti," ucap Donny tiba-tiba, kali ini sambil memandang Valen dan tersenyum mengejek.

"Ya nggak tau lah, mungkin lagi cuti dia." sahut Valen berusaha terlihat tidak peduli, "Lagian Gue udah lama nggak komunikasi sama dia, jadi nggak tau kabar dia gimana."

"Dih.. ngarep di chat ya??" tuduh Donny dengan suara keras, itu membuat teman-teman kantor yang lain menoleh ke arah mereka berdua dengan tatapan penasaran.

"Siapa yang ngarep? Gue juga udah tau Don dari awal dia tuh cuma ngerasa bersalah aja karena bikin Gue jatuh, nggak bakal ada niat temenan sama Gue juga." sahut Valen dengan nada berbisik karena tidak ingin yang lain mendengar ucapannya.

"Nggak ngarep apaan? Lo nggak sadar pas habis keluar sama dia Lo seminggu senyum-senyum mulu kayak orang stress??" ujar Donny masih meledek Valen, Valen memutar matanya dengan kesal dan menyandar di kursi kerjanya.

"Itu Gue lagi inget reels yang Gue tonton," Valen tetap mengelak, Donny hanya tertawa dan memilih untuk menyudahi ledekan nya. "Tapi kalo Lo nih, alasan Lo nggak chat cewek yang Lo ajak jalan tuh apa?" Valen tak kuasa menahan dirinya untuk menanyakan hal itu karena sejujurnya ia penasaran alasan apa yang membuat Teddy tidak membalas chat nya.

"Ada dua kemungkinan sih. Pertama. Gue emang nggak suka, jadi Gue nggak mau ada hubungan lagi." Valen terlihat kecewa dengan jawaban Donny, "Dan yang kedua, Gue sibuk banget sampe nggak bisa pegang HP. Jadi ya Lo jangan negatif thinking dulu kalo si Teddy nggak bales, bisa aja dia bener-bener sibuk. Tau sendiri Lo jadwal Pak Prasetyo kayak gimana,"

Valen hanya diam sambil memandangi layar komputernya dengan tatapan kosong, Donny menghela nafas sejenak dan berkata. 

"Lo liat aja nanti misalkan kita ketemu dia di Solo, kalo dia masih nyapa Lo berarti dia masih peduli, kalo nggak yaudah Lo move on aja."

**

Hari yang ditunggu pun tiba, Valen dan Donny pun sudah tiba di Stadion Manahan Solo tiga jam sebelum pertandingan mulai. Valen dan Donny berjalan-jalan di sekitaran Stadion Manahan untuk mencari beberapa jajanan untuk mengganjal perut mereka.

Maklum saja, semenjak turun dari kereta tadi Valen dan Donny tidak sempat mampir kemanapun untuk makan siang. Mereka pikir lebih baik cepat sampai di lokasi dan mencari makan disana, dan ternyata dugaan mereka benar, sudah banyak sekali wartawan di sekitaran Stadion Manahan. Bukan hanya yang ingin meliput tentang kegiatan Paslon 04, tapi juga untuk meliput acara Piala Dunia itu sendiri.

Valen memutuskan untuk membeli bakso gerobak yang berjualan di sana, sedangkan Donny memilih untuk membeli Mie Ayam, untungnya lokasi kedua penjual itu bersebelahan jadi mereka bisa makan bersama tanpa harus berpisah.

"Deg-deg an nggak Lo?" Tanya Donny tiba-tiba sambil menyumpit mie ayam nya, Valen memasang tampang heran. "Kan Lo bakal ketemu Teddy," Donny memperjelas maksudnya.

"Kenapa Gue harus deg-deg an?" Valen balik bertanya pada Donny, "Gue nggak ada urusan sama dia Don, Gue disini kan juga kerja bukan buat nyamperin dia."

"Ya Gue cuma tanya Len, kok Lo nge-gas gitu. Santai aja," sahut Donny sambil tertawa kecil, "Tapi jujur semenjak Lo lost contact sama Teddy, Lo jadi sering banget rewel."

"Gue lagi PMS, nggak usah hubung-hubungin sama Teddy. Sarah juga kalo lagi PMS rewel banget, mana ke Gue lagi rewelnya padahal Gue bukan cowoknya." Ujar Valen dengan kesal.

"Nah kan sewot lagi," ledek Donny sambil tertawa, Valen hanya diam sambil memakan baksonya.

Tiba-tiba dari kejauhan terlihat iringan mobil dan jurnalis yang lain terlihat langsung mengerubungi mobil tersebut, Donny yang sedang makan mie ayam langsung mengambil kamera nya.

"Titip makanan Gue ya, kayaknya Prasetyo sama Jabran tuh, Gue mau ambil gambar. Lo disini aja, wawancara nya ntar kalo udah selesai pertandingan aja." Ujar Donny, Valen mengangguk dan menuruti perkataan Donny.

Valen lalu lanjut memakan baksonya sambil memperhatikan mobil tersebut yang kini sudah dikerumuni banyak jurnalis. Satu persatu orang mulai turun dari mobil dan Valen melihat dia... Orang yang selama ini ia tunggu kabarnya.

Teddy keluar dari mobil dengan ekspresi serius, ia lalu menyuruh beberapa jurnalis membuat jalan agar Pak Prasetyo bisa lewat dan masuk ke dalam stadion. Saat ia sedang berusaha membantu Pak Prasetyo untuk lewat diantara kerumunan jurnalis, matanya menangkap sosok Valen yang juga sedang memperhatikannya.

Ekspresi serius Teddy langsung digantikan dengan senyum kecil saat ia melihat Valen, dan Valen membalas senyumnya. Teddy masih memandangi Valen sambil membawa Pak Prasetyo masuk ke dalam stadion. Begitu Pak Prasetyo dan rekan-rekannya masuk ke dalam stadion, Valen menghela nafas lega.

Valen melihat Donny berjalan ke arahnya dengan senyum sumringah di wajahnya, ia lalu duduk di sebelah Valen dan lanjut memakan mie ayam nya.

"Di senyumin tadi kan Lo?" Goda Donny sambil menyenggol tangan Valen, "Pasti Dia sibuk doang kemarin, jadi nggak sempet chat Lo."

"Apa sih?? Dia senyum gitu cuma karena dia berusaha keliatan ramah kali," sahut Valen masih berusaha terlihat seperti acuh tak acuh.

"Keliatan ramah apaan?? Sebelum dia liat Lo mukanya galak banget tau," ujar Donny kemudian, disambut tawa kecil dari Valen. Valen kemudian merasakan handphone nya bergetar, menandakan ada WA masuk.

Valen lalu membuka WA nya dan terkejut dengan siapa yang mengirim WA tersebut, "Dia nge chat Gue,"

Donny berusaha untuk melihat ke arah layar handphone Valen dan mereka sama-sama membaca pesan yang dikirim oleh Teddy.

Teddy :

Kamu hari ini dateng?? Kok nggak kasih tau saya?

Valen tersenyum kecil membaca pesan itu, ia lalu membalasnya.

Valen :

Iyaa.. saya ada tugas buat liput Pak Prasetyo hari ini. Maaf nggak kasih tau karena kemarin sibuk banget.

"Gaya Lo sibuk, padahal Lo yang nungguin dia chat Lo kan." Sahut Donny sambil tertawa kecil.

"Biar ada kesan misterius nya dikit Don, ya elah." Ucap Valen, disambut tawa dari Donny.

"Pake topeng sekalian Lo biar misterius," canda Donny, Valen ikut tertawa. Donny lalu berdiri dari duduknya dan beranjak untuk membayar makanan mereka. Handphone Valen lalu bergetar lagi dan layar menunjukkan bahwa Teddy mengirimkan pesan lagi.

Teddy :

Oh, iya nggak apa-apa. Saya juga kemarin sibuk terus sampe nggak sempet check WA. Ini kamu nggak masuk?

Valen :

Nggak, emang nggak bisa masuk. Kangen jadi jurnalis olahraga, apalagi pas piala dunia gini vibes nya pasti beda kalo nonton di dalam stadion.

Teddy :

Oh jadi emang nggak bisa masuk, tapi kamu suka nonton olahraga kayak gini?

Valen :

Suka banget lah, makanya saya dulu pilih jadi jurnalis olahraga.

Valen menunggu-nunggu chat dari Teddy tapi tidak ada balasan, ya mungkin saat ini dia sibuk. Lagipula ini waktu kerjanya juga kan, tidak mungkin ia akan terus-terusan bermain handphone.

Setelah Donny selesai membayar, mereka lalu berjalan ke layar besar dimana itu adalah tempat untuk nonton bersama bagi orang-orang yang tidak kebagian tiket atau jurnalis seperti Valen dan Donny ini.

Merekapun duduk dan menikmati pertandingan yang sedang berlangsung, pertandingan final hari ini dimainkan oleh Jerman vs Perancis, dan pastinya Valen mendukung Jerman. Sebenarnya Valen fans tim sepak bola Spanyol, tapi berhubung Spanyol tidak lolos ke final, Valen pindah haluan ke Jerman.

Disaat mereka sedang menikmati pertandingan, tiba-tiba terdengar suara yang menarik perhatian Valen dan Donny.

"Lingkar Indonesia ?? Jurnalis dari Lingkar Indonesia yang mana ya??" Panggil sebuah suara, Valen dan Donny menoleh ke arah suara tersebut dan mendapati seorang laki-laki memanggil-manggil mereka.

Valen dan Donny beranjak dari duduk mereka dan menghampiri lelaki tersebut, "Kita dari Lingkar Indonesia, Mas. Ada apa ya?" Tanya Donny, lelaki itu menoleh ke arah Valen sebentar sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Donny.

"Kalian disuruh masuk sama Bapak," ucap lelaki tersebut, Valen dan Donny saling pandang dengan bingung. "Pak Prasetyo maksud saya, nama saya Aji." Tambahnya, Valen dan Donny terkejut mendengar hal itu.

"Untuk apa ya, Mas?" Tanya Donny kemudian.

"Disuruh masuk saja buat liat pertandingannya, masih ada kursi kosong di dekat kami. Kalo bisa ayo masuk sekarang, soalnya saya juga mau nonton." Jawab Aji sambil tertawa kecil, Valen dan Donny yang masih bingung hanya menuruti Aji dan berjalan mengikutinya dari belakang.

"Lo bilang apa ke Teddy?" Tanya Donny sambil berbisik,

"Nggak bilang apa-apa, Gue cuma bilang suka olahraga." Jawab Valen masih sambil berbisik, memastikan Aji tidak mendengar percakapan mereka.

"Mbak nya temen Mas Teddy bukan ya??" Tanya Aji tiba-tiba dan mengalihkan perhatian Valen dan Donny.

"Iya Mas, temen biasa. Baru kenal juga," jawab Valen, Aji menoleh ke arah Valen dan tersenyum kecil.

"Iya tadi soalnya Mas Teddy yang minta ke Bapak buat masukin Mbak ke stadion, katanya kasihan mau nonton bola tapi harus nunggu luar." Sahut Aji sambil terkekeh, Valen memandangi Aji dengan heran.

"Terus Bapak bolehin gitu aja??" Tanya Valen, Aji mengangguk.

"Bapak nggak pernah nolak permintaan Mas Teddy, udah kayak bapak sama anak mereka itu." Jawab Aji, Valen mengangguk mengerti sedangkan Donny hanya memasang tampang menyebalkan kepada Valen.

Valen dan Donny akhirnya sampai di dalam stadion, Aji lalu menunjukkan tempat duduk untuk Valen dan Donny. Ia menyadari kalo ia duduk di box VIP dan dia menoleh ke sekelilingnya dan mendapati dirinya bersama pejabat-pejabat negara beserta Pak Prasetyo sendiri.

"Kenapa ditempatin disini sih? Gue sungkan kalo mau teriak-teriak," protes Donny segera setelah mereka duduk di kursi mereka dan Aji meninggalkan mereka.

"Iya nih, jadi nggak bebas ber ekspresi Gue." Valen mengiyakan keluhan Donny, tapi mereka kemudian kembali memfokuskan perhatian mereka ke pertandingan yang sedang berjalan.

Menit demi menit berlalu dan pertandingan berjalan dengan sangat seru, Valen dan Donny yang tadinya merasa sungkan untuk teriak dan mengekspresikan perasaan mereka pun tidak lagi peduli dengan sekitar mereka.

Valen menoleh ke arah belakang, tepatnya ke arah barisan Pak Prasetyo dan tim nya, ia melihat mereka juga sedang menikmati pertandingan nya. Tatapan Valen lalu menangkap ke arah Teddy yang duduk di belakang Pak Prasetyo dan mendapati Teddy sedang memperhatikannya sambil tersenyum. Tapi saat Teddy melihat Valen yang juga sedang melihatnya, ia langsung mengalihkan pandangannya ke pertandingan di depannya dan menghapus senyum dari wajahnya. Wajahnya pun kembali serius.

Valen tertawa kecil dan kembali menonton pertandingan tersebut, lucu sekali ekspresinya saat sedang tertangkap basah memperhatikan Valen. Donny berteriak kencang saat tim Jerman mencetak gol, dan itu membuat Valen kaget. Tapi Valen pun mengikuti euforia Donny dan mereka bertepuk tangan kegirangan.

Tiba-tiba sebuah tangan yang memegang botol teh kemasan muncul di antara Valen dan Donny, mereka merasa bingung dan melihat ke arah belakang dan mendapati Teddy sedang menyodorkan botol teh kemasan kepada mereka.

Karena Valen tidak segera mengambil botol nya, Donny pun berusaha mengambilnya tapi Teddy langsung menarik kembali tangannya.

"Bukan buat kamu," ucap Teddy kepada Donny, "Kamu kalo mau minum ambil sendiri di belakang itu ada," tambahnya lagi. Donny hanya tertawa kecil dan kembali menonton pertandingan, tersirat ekspresi malu di wajah Donny dan itu membuat Valen ingin tertawa.

Valen lalu mengambil botol teh tersebut dan mengucapkan terimakasih. Teddy lalu duduk di sebelah Valen yang memang kosong dan kembali fokus ke pertandingan.

"Kok duduk disini? Nggak dicari Bapak nanti?" Tanya Valen, Teddy menoleh kearahnya dan menggeleng.

"Nggak, tadi udah izin katanya saya suruh duduk sama kamu aja." Jawab Teddy, ia lalu meminta botol yang tadi diberikan kepada Valen, dan Valen pun memberikannya. Teddy lalu membukakan botol tersebut dan memberikannya kembali kepada Valen, "Diminum teh nya, kering nanti tenggorokan kamu."

Valen mengambil botol tersebut dari tangan Teddy dan meminumnya, merekapun kembali fokus pada pertandingan.

"Tadi temen kamu yang namanya Aji bilang kalo kamu yang minta aku untuk masuk, emang bener?" Tanya Valen memecah keheningan, Teddy mengangguk.

"Iya, tadi kamu bilang suka olahraga dan pengen nonton dari dalam stadion jadi saya suruh dia jemput kamu." Jawab Teddy, "Dengan izin Bapak juga tentunya," tambahnya lagi.

"Bilangin Bapak makasih ya, udah di izinin masuk." Sahut Valen.

"Ke saya nggak ada makasih-makasih apa gitu?" Ledeknya, Valen tertawa kecil.

"Iya, makasih ya, Mas." Ucap Valen dan Teddy hanya tersenyum sambil mengangguk.

Valen lalu meminum teh nya karena tenggorokan nya terasa sangat kering, setelah meminum teh tersebut tenggorokan nya kembali segar. Teddy meminta botol yang tadi diminum Valen dan Valen tanpa bertanya pun memberikannya, lalu Valen melihat Teddy juga minum dari botol tersebut.

Oke jangan salah sangka, Valen tidak masalah untuk berbagi minum dengan Teddy. Tapi ia tidak menyangka Teddy mau meminum bekas minumnya..

Wait.. does that mean we just shared indirect kiss??  Valen membatin.

"Itu bekas saya loh, Mas." Ujar Valen, Teddy menatapnya dengan bingung.

"Terus kenapa?" Tanya Teddy, Valen memandangi nya dengan ekspresi heran. "Kamu nggak suka share minuman gitu ya?? Maaf ya," ujarnya dengan ekspresi menyesal.

"Oh nggak gitu, malah saya yang nggak enak karena itu bekas saya. Saya takutnya tadi kamu nggak tau saya udah minum," ucap Valen, raut wajah menyesal Teddy barusan tergantikan dengan perasaan lega.

"Oh kalo masalah itu saya nggak masalah kok, yang penting saya udah kenal deket sama orangnya aja." Sahut Teddy, Valen tersenyum menggodanya.

"Kita deket berarti?" Goda Valen, Teddy tertawa mendengar itu.

"Iya deket, ini nggak ada sepuluh senti kan duduknya." Sahut Teddy, kali ini Valen yang tertawa dan mengiyakan perkataan Teddy.

Merekapun kembali fokus ke pertandingan, beberapa kali mereka mengobrol seputaran sepakbola dan Teddy juga bertanya tim mana yang Valen dukung dan ternyata mereka mendukung tim yang sama.

Pertandingan berjalan cukup menegangkan dan berakhir dengan adu penalti. Adu penalti berjalan dramatis dan akhirnya Jerman menang dengan skor 4-3 dalam adu penalti. Valen dan yang lainnya bersorak sorai dengan senang, dan Valen secara spontan memeluk Teddy dari samping.

Teddy terkejut sejenak tapi membalas pelukan Valen, tapi Valen yang menyadari dipeluk Teddy langsung melepaskan pelukannya. Tangan Teddy tetap berada di pinggang Valen, dan itu membuat Donny memasang ekspresi wajah meledek.

"Mas, temen saya nggak bakal lepas. Pegangnya erat banget," ledek Donny, Teddy menoleh ke arah Teddy dan langsung melepaskan pelukannya dari pinggang Valen. Teddy lalu hanya diam sambil memperhatikan sekitar, ia lalu menoleh ke belakang sebentar.

"Saya ke belakang dulu ya, dipanggil Bapak." Pamit Teddy kepada Valen dan Donny, "Nanti kalo mau wawancara langsung disini aja daripada kamu nanti desak-desakan sama jurnalis yang lain, tadi Bapak juga nyuruhnya gitu." Tambahnya, Valen dan Donny mengangguk. Teddy lalu pergi ke belakang meninggalkan Valen dan Donny.

"Gila, dapet privilege banget kita semenjak Lo deket sama Teddy." Ucap Donny dengan senang,

"Kok dia sampe gitu ya? Bukannya itu juga bikin dia ribet?" Tanya Valen dengan bingung,

"Fix itu dia suka sama Lo, keliatan banget. Gue cowok, Gue tau disaat cowok suka sama cewek. Dan Teddy itu suka sama Lo," jawab Donny, Valen terdiam sejenak dan merenung. Ia sudah tidak lagi memperhatikan pesta kemenangan tim Jerman didepannya, ia hanya memikirkan Teddy kali ini.

**

Setelah penyerahan piala dan mengumandangkan lagu nasional negara Jerman, Valen dan Donny langsung bersiap-siap untuk mewawancarai Pak Prasetyo.

Valen menoleh ke arah Teddy dan melihat dia mengangguk seakan memperbolehkan Valen untuk menghampiri mereka. Valen dan Donny pun berjalan mendekati mereka.

Saat Valen dan Donny akhirnya berdiri di dekat Pak Prasetyo, ia menoleh dan langsung tersenyum kepada Valen dan Donny dengan hangat. "Oh ini ya??" Sambutnya dengan senyum ramah di wajahnya. "Tadi si Teddy minta izin ke saya buat masukin kamu ke sini,"

"Iya Pak, makasih sebelumnya udah bolehin kita duduk disini." Ucap Valen diikuti dengan anggukan dari Donny.

"Udah nggak apa-apa, santai aja. Gimana?? Mau tanya-tanya apa nih?? Nggak usah buru-buru ya, santai aja." Tanya Pak Prasetyo, Valen pun mulai menanyakan beberapa pertanyaan kepada Pak Prasetyo dan dia menjawabnya dengan lugas disertai dengan sedikit candaan khas nya.

Beberapa menit berlalu dan akhirnya Valen selesai dengan pertanyaan nya, Valen dan Donny mengucapkan terimakasih banyak kepada Pak Prasetyo dan mereka izin pamit untuk pulang.

"Teddy, kamu antar ini Valen keluar kan kamu yang suruh dia buat masuk." Perintah Pak Prasetyo kepada Teddy, Valen sempat menolaknya karena takut merepotkan tapi Teddy langsung berjalan ke arah Valen.

"Kalo gitu saya izin antar Valen dan temennya dulu Bapak, nanti saya langsung ke mobil di luar." ucap Teddy, Valen ingin menolaknya tapi ini permintaan dari Pak Prasetyo dan Teddy tidak mungkin bisa menolak karena itu perintah atasan.

Valen, Teddy, dan Donny akhirnya keluar dari stadion bersama-sama. Donny izin kepada Valen untuk ke toilet sejenak, meninggalkan Valen dan Teddy berdua.

"Donny itu pacar kamu?" Tanya Teddy, Valen tertawa mendengar pertanyaan Teddy.

"Bukan, dia partner saya dari lama. Donny juga udah punya pacar, dan pacarnya itu sahabat saya." Jawab Valen, "Kenapa tanya begitu?" Valen balik bertanya.

"Nggak ada maksud apa-apa sih, cuma saya liat kalian berdua terus." Jawabnya, Valen hanya diam. "Sebenernya saya mau lebih lama ngobrol sama kamu tapi saya harus balik ke mobil, kamu sendirian nggak apa-apa?" Tanya Teddy kemudian, Valen menggeleng cepat.

"Nggak apa-apa kok, ini saya juga mau ke depan stadion buat cari taksi online." Jawab Valen, Teddy mengangguk mengerti.

"Yasudah hati-hati ya, kalo ada apa-apa telpon saya aja." Ucap Teddy, Valen hanya diam sambil hormat kepada Teddy dan itu membuat Teddy tertawa, ia lalu mengusap kepala Valen.

Saat Teddy mau pergi, Valen teringat akan sesuatu.

"Mas, tunggu." Panggil Valen, Teddy berhenti berjalan dan menoleh kembali kepada Valen. Valen mencari-cari sesuatu di dalam tas nya dan mengeluarkan sebuah sapu tangan. "Makasih ya, ini udah aku cuci."

Teddy tersenyum dan mengambil sapu tangan tersebut, "Nggak mau kamu simpen?" Tanya Teddy, Valen menggeleng. "Ya udah kalo gitu," Teddy mengantongi sapu tangan tersebut di kantong kemeja nya.

Valen memutar badannya dan berencana untuk berjalan ke arah luar stadion, tapi saat dia memutar badannya dia menabrak seseorang yang sedang berlari sambil membawa minuman es kopi dan itu membuat pakaian Valen tersiram es kopi tersebut.

Valen terdiam di tempat sementara orang yang menumpahkan es tersebut langsung berlari meninggalkan Valen, Teddy memutar badan Valen agar menghadap nya dan Valen bisa melihat ia sedang menahan dirinya untuk tidak tertawa.

Teddy mengeluarkan sapu tangan nya kembali dan memberikannya kepada Valen, "Kamu simpan aja, kayaknya kamu lebih butuh." Ujar Teddy, Valen pun menerima sapu tangan tersebut karena memang ia butuh sapu tangan tersebut.

"Tapi nanti gimana saya kembaliin nya?" Tanya Valen bingung, Teddy hanya tersenyum.

"Nggak usah bingung... Kita juga bakal sering ketemu kan??" Ucap Teddy sambil tersenyum manis, ia lalu mengambil sapu tangannya dari tangan Valen kembali dan mengelap es kopi yang tersisa di wajah Valen.

"Kalo kita nggak ketemu lagi??" Tanya Valen..

"Saya yang bakal cari cara buat ketemu kamu," jawab Teddy singkat.

Untuk sejenak, dunia terasa berhenti berputar. Valen hanya diam membiarkan Teddy membersihkan wajahnya dari tumpahan es kopi.

Mata mereka saling berpandangan, dan Valen tidak ingin waktu ini berlalu.

Hope I'll see you again, ucap Valen dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status