Home / Romansa / Safe Haven / Hope I'll See You Again

Share

Hope I'll See You Again

Author: Monchelle
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Beberapa hari berlalu sejak terakhir kali Valen dan Teddy bertemu dan selama itu Valen sama sekali tidak berkomunikasi dengan Teddy, baik lewat chat maupun telepon. Awalnya Valen bertanya-tanya kenapa Teddy sama sekali tidak menghubunginya, tapi lama-lama Valen mulai melupakan itu dan lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan masalah lain.

Setelah Valen selesai memposting artikel yang ia tulis, Valen bersandar di kursinya dan memeriksa jadwal nya minggu ini. Setiap Senin, akan ada pengumuman di grup W******p kantor Valen yang menginfokan kegiatan mingguan yang harus dilakukan para karyawan. Valen lalu menyadari bahwa ada jadwal dirinya untuk kembali meliput kunjungan Paslon 04 yang kali ini akan dilakukan di Solo, rencananya Prasetyo-Jabran akan melakukan nonton bersama Final Piala Dunia U-17 disana.

Valen berandai-andai apakah ia akan bertemu dengan Teddy lagi disana, sudah sekitar dua minggu ia tidak bertemu dengan Teddy dan jika boleh jujur Valen merasa sedikit uring-uringan karena tidak menerima kabar dari Teddy.

Saat Valen sedang melamun, Donny menepuk pundaknya dan itu membuat Valen tersentak. "Apa sih, Don??" bentak Valen sambil memasang tampang kesal, Donny hanya terkekeh.

"Santai aja sih, tegang amat." sahutnya dengan enteng, Valen tidak menanggapi dan kembali memperhatikan ponselnya. "Kita ke Solo loh Sabtu nanti," ujar Donny kemudian.

"Iya, nonton bola nanti kita." sahut Valen, ia memang sangat menyukai olahraga terutama sepak bola dan tenis, itulah mengapa ia memilih untuk menjadi jurnalis olahraga. "Kita bisa lihat nggak sih? Atau harus nunggu diluar?" tanya Valen kepada Donny.

Biasanya saat Valen menjadi jurnalis olahraga, ia akan meliput pertandingan dari dalam stadion, tapi kali ini karena tujuan mereka meliput Paslon 04, Valen tidak yakin mereka akan diperbolehkan masuk ke dalam stadion. Mungkin mereka akan menunggu diluar sampai Paslon 04 keluar dari stadion dan mulai mewawancara mereka.

"Kayaknya nunggu luar deh, kita udah nggak dikasih akses lagi buat masuk gratis ke stadion." jawab Donny sambil menghela nafas, Valen hanya tertawa kecil dan kembali bermain dengan handphone nya.

Valen dan Donny sama-sama menyukai olahraga, itulah kenapa mereka berdua terjun di topik olahraga. Seharusnya saat ini mereka sedang sibuk-sibuknya meliput Piala Dunia U-17 yang digelar di Solo, tapi takdir berkata lain. Hal itu cukup membuat Valen dan Donny kesal.

"Lo bakal ketemu si Teddy lagi dong nanti," ucap Donny tiba-tiba, kali ini sambil memandang Valen dan tersenyum mengejek.

"Ya nggak tau lah, mungkin lagi cuti dia." sahut Valen berusaha terlihat tidak peduli, "Lagian Gue udah lama nggak komunikasi sama dia, jadi nggak tau kabar dia gimana."

"Dih.. ngarep di chat ya??" tuduh Donny dengan suara keras, itu membuat teman-teman kantor yang lain menoleh ke arah mereka berdua dengan tatapan penasaran.

"Siapa yang ngarep? Gue juga udah tau Don dari awal dia tuh cuma ngerasa bersalah aja karena bikin Gue jatuh, nggak bakal ada niat temenan sama Gue juga." sahut Valen dengan nada berbisik karena tidak ingin yang lain mendengar ucapannya.

"Nggak ngarep apaan? Lo nggak sadar pas habis keluar sama dia Lo seminggu senyum-senyum mulu kayak orang stress??" ujar Donny masih meledek Valen, Valen memutar matanya dengan kesal dan menyandar di kursi kerjanya.

"Itu Gue lagi inget reels yang Gue tonton," Valen tetap mengelak, Donny hanya tertawa dan memilih untuk menyudahi ledekan nya. "Tapi kalo Lo nih, alasan Lo nggak chat cewek yang Lo ajak jalan tuh apa?" Valen tak kuasa menahan dirinya untuk menanyakan hal itu karena sejujurnya ia penasaran alasan apa yang membuat Teddy tidak membalas chat nya.

"Ada dua kemungkinan sih. Pertama. Gue emang nggak suka, jadi Gue nggak mau ada hubungan lagi." Valen terlihat kecewa dengan jawaban Donny, "Dan yang kedua, Gue sibuk banget sampe nggak bisa pegang HP. Jadi ya Lo jangan negatif thinking dulu kalo si Teddy nggak bales, bisa aja dia bener-bener sibuk. Tau sendiri Lo jadwal Pak Prasetyo kayak gimana,"

Valen hanya diam sambil memandangi layar komputernya dengan tatapan kosong, Donny menghela nafas sejenak dan berkata. 

"Lo liat aja nanti misalkan kita ketemu dia di Solo, kalo dia masih nyapa Lo berarti dia masih peduli, kalo nggak yaudah Lo move on aja."

**

Hari yang ditunggu pun tiba, Valen dan Donny pun sudah tiba di Stadion Manahan Solo tiga jam sebelum pertandingan mulai. Valen dan Donny berjalan-jalan di sekitaran Stadion Manahan untuk mencari beberapa jajanan untuk mengganjal perut mereka.

Maklum saja, semenjak turun dari kereta tadi Valen dan Donny tidak sempat mampir kemanapun untuk makan siang. Mereka pikir lebih baik cepat sampai di lokasi dan mencari makan disana, dan ternyata dugaan mereka benar, sudah banyak sekali wartawan di sekitaran Stadion Manahan. Bukan hanya yang ingin meliput tentang kegiatan Paslon 04, tapi juga untuk meliput acara Piala Dunia itu sendiri.

Valen memutuskan untuk membeli bakso gerobak yang berjualan di sana, sedangkan Donny memilih untuk membeli Mie Ayam, untungnya lokasi kedua penjual itu bersebelahan jadi mereka bisa makan bersama tanpa harus berpisah.

"Deg-deg an nggak Lo?" Tanya Donny tiba-tiba sambil menyumpit mie ayam nya, Valen memasang tampang heran. "Kan Lo bakal ketemu Teddy," Donny memperjelas maksudnya.

"Kenapa Gue harus deg-deg an?" Valen balik bertanya pada Donny, "Gue nggak ada urusan sama dia Don, Gue disini kan juga kerja bukan buat nyamperin dia."

"Ya Gue cuma tanya Len, kok Lo nge-gas gitu. Santai aja," sahut Donny sambil tertawa kecil, "Tapi jujur semenjak Lo lost contact sama Teddy, Lo jadi sering banget rewel."

"Gue lagi PMS, nggak usah hubung-hubungin sama Teddy. Sarah juga kalo lagi PMS rewel banget, mana ke Gue lagi rewelnya padahal Gue bukan cowoknya." Ujar Valen dengan kesal.

"Nah kan sewot lagi," ledek Donny sambil tertawa, Valen hanya diam sambil memakan baksonya.

Tiba-tiba dari kejauhan terlihat iringan mobil dan jurnalis yang lain terlihat langsung mengerubungi mobil tersebut, Donny yang sedang makan mie ayam langsung mengambil kamera nya.

"Titip makanan Gue ya, kayaknya Prasetyo sama Jabran tuh, Gue mau ambil gambar. Lo disini aja, wawancara nya ntar kalo udah selesai pertandingan aja." Ujar Donny, Valen mengangguk dan menuruti perkataan Donny.

Valen lalu lanjut memakan baksonya sambil memperhatikan mobil tersebut yang kini sudah dikerumuni banyak jurnalis. Satu persatu orang mulai turun dari mobil dan Valen melihat dia... Orang yang selama ini ia tunggu kabarnya.

Teddy keluar dari mobil dengan ekspresi serius, ia lalu menyuruh beberapa jurnalis membuat jalan agar Pak Prasetyo bisa lewat dan masuk ke dalam stadion. Saat ia sedang berusaha membantu Pak Prasetyo untuk lewat diantara kerumunan jurnalis, matanya menangkap sosok Valen yang juga sedang memperhatikannya.

Ekspresi serius Teddy langsung digantikan dengan senyum kecil saat ia melihat Valen, dan Valen membalas senyumnya. Teddy masih memandangi Valen sambil membawa Pak Prasetyo masuk ke dalam stadion. Begitu Pak Prasetyo dan rekan-rekannya masuk ke dalam stadion, Valen menghela nafas lega.

Valen melihat Donny berjalan ke arahnya dengan senyum sumringah di wajahnya, ia lalu duduk di sebelah Valen dan lanjut memakan mie ayam nya.

"Di senyumin tadi kan Lo?" Goda Donny sambil menyenggol tangan Valen, "Pasti Dia sibuk doang kemarin, jadi nggak sempet chat Lo."

"Apa sih?? Dia senyum gitu cuma karena dia berusaha keliatan ramah kali," sahut Valen masih berusaha terlihat seperti acuh tak acuh.

"Keliatan ramah apaan?? Sebelum dia liat Lo mukanya galak banget tau," ujar Donny kemudian, disambut tawa kecil dari Valen. Valen kemudian merasakan handphone nya bergetar, menandakan ada WA masuk.

Valen lalu membuka WA nya dan terkejut dengan siapa yang mengirim WA tersebut, "Dia nge chat Gue,"

Donny berusaha untuk melihat ke arah layar handphone Valen dan mereka sama-sama membaca pesan yang dikirim oleh Teddy.

Teddy :

Kamu hari ini dateng?? Kok nggak kasih tau saya?

Valen tersenyum kecil membaca pesan itu, ia lalu membalasnya.

Valen :

Iyaa.. saya ada tugas buat liput Pak Prasetyo hari ini. Maaf nggak kasih tau karena kemarin sibuk banget.

"Gaya Lo sibuk, padahal Lo yang nungguin dia chat Lo kan." Sahut Donny sambil tertawa kecil.

"Biar ada kesan misterius nya dikit Don, ya elah." Ucap Valen, disambut tawa dari Donny.

"Pake topeng sekalian Lo biar misterius," canda Donny, Valen ikut tertawa. Donny lalu berdiri dari duduknya dan beranjak untuk membayar makanan mereka. Handphone Valen lalu bergetar lagi dan layar menunjukkan bahwa Teddy mengirimkan pesan lagi.

Teddy :

Oh, iya nggak apa-apa. Saya juga kemarin sibuk terus sampe nggak sempet check WA. Ini kamu nggak masuk?

Valen :

Nggak, emang nggak bisa masuk. Kangen jadi jurnalis olahraga, apalagi pas piala dunia gini vibes nya pasti beda kalo nonton di dalam stadion.

Teddy :

Oh jadi emang nggak bisa masuk, tapi kamu suka nonton olahraga kayak gini?

Valen :

Suka banget lah, makanya saya dulu pilih jadi jurnalis olahraga.

Valen menunggu-nunggu chat dari Teddy tapi tidak ada balasan, ya mungkin saat ini dia sibuk. Lagipula ini waktu kerjanya juga kan, tidak mungkin ia akan terus-terusan bermain handphone.

Setelah Donny selesai membayar, mereka lalu berjalan ke layar besar dimana itu adalah tempat untuk nonton bersama bagi orang-orang yang tidak kebagian tiket atau jurnalis seperti Valen dan Donny ini.

Merekapun duduk dan menikmati pertandingan yang sedang berlangsung, pertandingan final hari ini dimainkan oleh Jerman vs Perancis, dan pastinya Valen mendukung Jerman. Sebenarnya Valen fans tim sepak bola Spanyol, tapi berhubung Spanyol tidak lolos ke final, Valen pindah haluan ke Jerman.

Disaat mereka sedang menikmati pertandingan, tiba-tiba terdengar suara yang menarik perhatian Valen dan Donny.

"Lingkar Indonesia ?? Jurnalis dari Lingkar Indonesia yang mana ya??" Panggil sebuah suara, Valen dan Donny menoleh ke arah suara tersebut dan mendapati seorang laki-laki memanggil-manggil mereka.

Valen dan Donny beranjak dari duduk mereka dan menghampiri lelaki tersebut, "Kita dari Lingkar Indonesia, Mas. Ada apa ya?" Tanya Donny, lelaki itu menoleh ke arah Valen sebentar sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Donny.

"Kalian disuruh masuk sama Bapak," ucap lelaki tersebut, Valen dan Donny saling pandang dengan bingung. "Pak Prasetyo maksud saya, nama saya Aji." Tambahnya, Valen dan Donny terkejut mendengar hal itu.

"Untuk apa ya, Mas?" Tanya Donny kemudian.

"Disuruh masuk saja buat liat pertandingannya, masih ada kursi kosong di dekat kami. Kalo bisa ayo masuk sekarang, soalnya saya juga mau nonton." Jawab Aji sambil tertawa kecil, Valen dan Donny yang masih bingung hanya menuruti Aji dan berjalan mengikutinya dari belakang.

"Lo bilang apa ke Teddy?" Tanya Donny sambil berbisik,

"Nggak bilang apa-apa, Gue cuma bilang suka olahraga." Jawab Valen masih sambil berbisik, memastikan Aji tidak mendengar percakapan mereka.

"Mbak nya temen Mas Teddy bukan ya??" Tanya Aji tiba-tiba dan mengalihkan perhatian Valen dan Donny.

"Iya Mas, temen biasa. Baru kenal juga," jawab Valen, Aji menoleh ke arah Valen dan tersenyum kecil.

"Iya tadi soalnya Mas Teddy yang minta ke Bapak buat masukin Mbak ke stadion, katanya kasihan mau nonton bola tapi harus nunggu luar." Sahut Aji sambil terkekeh, Valen memandangi Aji dengan heran.

"Terus Bapak bolehin gitu aja??" Tanya Valen, Aji mengangguk.

"Bapak nggak pernah nolak permintaan Mas Teddy, udah kayak bapak sama anak mereka itu." Jawab Aji, Valen mengangguk mengerti sedangkan Donny hanya memasang tampang menyebalkan kepada Valen.

Valen dan Donny akhirnya sampai di dalam stadion, Aji lalu menunjukkan tempat duduk untuk Valen dan Donny. Ia menyadari kalo ia duduk di box VIP dan dia menoleh ke sekelilingnya dan mendapati dirinya bersama pejabat-pejabat negara beserta Pak Prasetyo sendiri.

"Kenapa ditempatin disini sih? Gue sungkan kalo mau teriak-teriak," protes Donny segera setelah mereka duduk di kursi mereka dan Aji meninggalkan mereka.

"Iya nih, jadi nggak bebas ber ekspresi Gue." Valen mengiyakan keluhan Donny, tapi mereka kemudian kembali memfokuskan perhatian mereka ke pertandingan yang sedang berjalan.

Menit demi menit berlalu dan pertandingan berjalan dengan sangat seru, Valen dan Donny yang tadinya merasa sungkan untuk teriak dan mengekspresikan perasaan mereka pun tidak lagi peduli dengan sekitar mereka.

Valen menoleh ke arah belakang, tepatnya ke arah barisan Pak Prasetyo dan tim nya, ia melihat mereka juga sedang menikmati pertandingan nya. Tatapan Valen lalu menangkap ke arah Teddy yang duduk di belakang Pak Prasetyo dan mendapati Teddy sedang memperhatikannya sambil tersenyum. Tapi saat Teddy melihat Valen yang juga sedang melihatnya, ia langsung mengalihkan pandangannya ke pertandingan di depannya dan menghapus senyum dari wajahnya. Wajahnya pun kembali serius.

Valen tertawa kecil dan kembali menonton pertandingan tersebut, lucu sekali ekspresinya saat sedang tertangkap basah memperhatikan Valen. Donny berteriak kencang saat tim Jerman mencetak gol, dan itu membuat Valen kaget. Tapi Valen pun mengikuti euforia Donny dan mereka bertepuk tangan kegirangan.

Tiba-tiba sebuah tangan yang memegang botol teh kemasan muncul di antara Valen dan Donny, mereka merasa bingung dan melihat ke arah belakang dan mendapati Teddy sedang menyodorkan botol teh kemasan kepada mereka.

Karena Valen tidak segera mengambil botol nya, Donny pun berusaha mengambilnya tapi Teddy langsung menarik kembali tangannya.

"Bukan buat kamu," ucap Teddy kepada Donny, "Kamu kalo mau minum ambil sendiri di belakang itu ada," tambahnya lagi. Donny hanya tertawa kecil dan kembali menonton pertandingan, tersirat ekspresi malu di wajah Donny dan itu membuat Valen ingin tertawa.

Valen lalu mengambil botol teh tersebut dan mengucapkan terimakasih. Teddy lalu duduk di sebelah Valen yang memang kosong dan kembali fokus ke pertandingan.

"Kok duduk disini? Nggak dicari Bapak nanti?" Tanya Valen, Teddy menoleh kearahnya dan menggeleng.

"Nggak, tadi udah izin katanya saya suruh duduk sama kamu aja." Jawab Teddy, ia lalu meminta botol yang tadi diberikan kepada Valen, dan Valen pun memberikannya. Teddy lalu membukakan botol tersebut dan memberikannya kembali kepada Valen, "Diminum teh nya, kering nanti tenggorokan kamu."

Valen mengambil botol tersebut dari tangan Teddy dan meminumnya, merekapun kembali fokus pada pertandingan.

"Tadi temen kamu yang namanya Aji bilang kalo kamu yang minta aku untuk masuk, emang bener?" Tanya Valen memecah keheningan, Teddy mengangguk.

"Iya, tadi kamu bilang suka olahraga dan pengen nonton dari dalam stadion jadi saya suruh dia jemput kamu." Jawab Teddy, "Dengan izin Bapak juga tentunya," tambahnya lagi.

"Bilangin Bapak makasih ya, udah di izinin masuk." Sahut Valen.

"Ke saya nggak ada makasih-makasih apa gitu?" Ledeknya, Valen tertawa kecil.

"Iya, makasih ya, Mas." Ucap Valen dan Teddy hanya tersenyum sambil mengangguk.

Valen lalu meminum teh nya karena tenggorokan nya terasa sangat kering, setelah meminum teh tersebut tenggorokan nya kembali segar. Teddy meminta botol yang tadi diminum Valen dan Valen tanpa bertanya pun memberikannya, lalu Valen melihat Teddy juga minum dari botol tersebut.

Oke jangan salah sangka, Valen tidak masalah untuk berbagi minum dengan Teddy. Tapi ia tidak menyangka Teddy mau meminum bekas minumnya..

Wait.. does that mean we just shared indirect kiss??  Valen membatin.

"Itu bekas saya loh, Mas." Ujar Valen, Teddy menatapnya dengan bingung.

"Terus kenapa?" Tanya Teddy, Valen memandangi nya dengan ekspresi heran. "Kamu nggak suka share minuman gitu ya?? Maaf ya," ujarnya dengan ekspresi menyesal.

"Oh nggak gitu, malah saya yang nggak enak karena itu bekas saya. Saya takutnya tadi kamu nggak tau saya udah minum," ucap Valen, raut wajah menyesal Teddy barusan tergantikan dengan perasaan lega.

"Oh kalo masalah itu saya nggak masalah kok, yang penting saya udah kenal deket sama orangnya aja." Sahut Teddy, Valen tersenyum menggodanya.

"Kita deket berarti?" Goda Valen, Teddy tertawa mendengar itu.

"Iya deket, ini nggak ada sepuluh senti kan duduknya." Sahut Teddy, kali ini Valen yang tertawa dan mengiyakan perkataan Teddy.

Merekapun kembali fokus ke pertandingan, beberapa kali mereka mengobrol seputaran sepakbola dan Teddy juga bertanya tim mana yang Valen dukung dan ternyata mereka mendukung tim yang sama.

Pertandingan berjalan cukup menegangkan dan berakhir dengan adu penalti. Adu penalti berjalan dramatis dan akhirnya Jerman menang dengan skor 4-3 dalam adu penalti. Valen dan yang lainnya bersorak sorai dengan senang, dan Valen secara spontan memeluk Teddy dari samping.

Teddy terkejut sejenak tapi membalas pelukan Valen, tapi Valen yang menyadari dipeluk Teddy langsung melepaskan pelukannya. Tangan Teddy tetap berada di pinggang Valen, dan itu membuat Donny memasang ekspresi wajah meledek.

"Mas, temen saya nggak bakal lepas. Pegangnya erat banget," ledek Donny, Teddy menoleh ke arah Teddy dan langsung melepaskan pelukannya dari pinggang Valen. Teddy lalu hanya diam sambil memperhatikan sekitar, ia lalu menoleh ke belakang sebentar.

"Saya ke belakang dulu ya, dipanggil Bapak." Pamit Teddy kepada Valen dan Donny, "Nanti kalo mau wawancara langsung disini aja daripada kamu nanti desak-desakan sama jurnalis yang lain, tadi Bapak juga nyuruhnya gitu." Tambahnya, Valen dan Donny mengangguk. Teddy lalu pergi ke belakang meninggalkan Valen dan Donny.

"Gila, dapet privilege banget kita semenjak Lo deket sama Teddy." Ucap Donny dengan senang,

"Kok dia sampe gitu ya? Bukannya itu juga bikin dia ribet?" Tanya Valen dengan bingung,

"Fix itu dia suka sama Lo, keliatan banget. Gue cowok, Gue tau disaat cowok suka sama cewek. Dan Teddy itu suka sama Lo," jawab Donny, Valen terdiam sejenak dan merenung. Ia sudah tidak lagi memperhatikan pesta kemenangan tim Jerman didepannya, ia hanya memikirkan Teddy kali ini.

**

Setelah penyerahan piala dan mengumandangkan lagu nasional negara Jerman, Valen dan Donny langsung bersiap-siap untuk mewawancarai Pak Prasetyo.

Valen menoleh ke arah Teddy dan melihat dia mengangguk seakan memperbolehkan Valen untuk menghampiri mereka. Valen dan Donny pun berjalan mendekati mereka.

Saat Valen dan Donny akhirnya berdiri di dekat Pak Prasetyo, ia menoleh dan langsung tersenyum kepada Valen dan Donny dengan hangat. "Oh ini ya??" Sambutnya dengan senyum ramah di wajahnya. "Tadi si Teddy minta izin ke saya buat masukin kamu ke sini,"

"Iya Pak, makasih sebelumnya udah bolehin kita duduk disini." Ucap Valen diikuti dengan anggukan dari Donny.

"Udah nggak apa-apa, santai aja. Gimana?? Mau tanya-tanya apa nih?? Nggak usah buru-buru ya, santai aja." Tanya Pak Prasetyo, Valen pun mulai menanyakan beberapa pertanyaan kepada Pak Prasetyo dan dia menjawabnya dengan lugas disertai dengan sedikit candaan khas nya.

Beberapa menit berlalu dan akhirnya Valen selesai dengan pertanyaan nya, Valen dan Donny mengucapkan terimakasih banyak kepada Pak Prasetyo dan mereka izin pamit untuk pulang.

"Teddy, kamu antar ini Valen keluar kan kamu yang suruh dia buat masuk." Perintah Pak Prasetyo kepada Teddy, Valen sempat menolaknya karena takut merepotkan tapi Teddy langsung berjalan ke arah Valen.

"Kalo gitu saya izin antar Valen dan temennya dulu Bapak, nanti saya langsung ke mobil di luar." ucap Teddy, Valen ingin menolaknya tapi ini permintaan dari Pak Prasetyo dan Teddy tidak mungkin bisa menolak karena itu perintah atasan.

Valen, Teddy, dan Donny akhirnya keluar dari stadion bersama-sama. Donny izin kepada Valen untuk ke toilet sejenak, meninggalkan Valen dan Teddy berdua.

"Donny itu pacar kamu?" Tanya Teddy, Valen tertawa mendengar pertanyaan Teddy.

"Bukan, dia partner saya dari lama. Donny juga udah punya pacar, dan pacarnya itu sahabat saya." Jawab Valen, "Kenapa tanya begitu?" Valen balik bertanya.

"Nggak ada maksud apa-apa sih, cuma saya liat kalian berdua terus." Jawabnya, Valen hanya diam. "Sebenernya saya mau lebih lama ngobrol sama kamu tapi saya harus balik ke mobil, kamu sendirian nggak apa-apa?" Tanya Teddy kemudian, Valen menggeleng cepat.

"Nggak apa-apa kok, ini saya juga mau ke depan stadion buat cari taksi online." Jawab Valen, Teddy mengangguk mengerti.

"Yasudah hati-hati ya, kalo ada apa-apa telpon saya aja." Ucap Teddy, Valen hanya diam sambil hormat kepada Teddy dan itu membuat Teddy tertawa, ia lalu mengusap kepala Valen.

Saat Teddy mau pergi, Valen teringat akan sesuatu.

"Mas, tunggu." Panggil Valen, Teddy berhenti berjalan dan menoleh kembali kepada Valen. Valen mencari-cari sesuatu di dalam tas nya dan mengeluarkan sebuah sapu tangan. "Makasih ya, ini udah aku cuci."

Teddy tersenyum dan mengambil sapu tangan tersebut, "Nggak mau kamu simpen?" Tanya Teddy, Valen menggeleng. "Ya udah kalo gitu," Teddy mengantongi sapu tangan tersebut di kantong kemeja nya.

Valen memutar badannya dan berencana untuk berjalan ke arah luar stadion, tapi saat dia memutar badannya dia menabrak seseorang yang sedang berlari sambil membawa minuman es kopi dan itu membuat pakaian Valen tersiram es kopi tersebut.

Valen terdiam di tempat sementara orang yang menumpahkan es tersebut langsung berlari meninggalkan Valen, Teddy memutar badan Valen agar menghadap nya dan Valen bisa melihat ia sedang menahan dirinya untuk tidak tertawa.

Teddy mengeluarkan sapu tangan nya kembali dan memberikannya kepada Valen, "Kamu simpan aja, kayaknya kamu lebih butuh." Ujar Teddy, Valen pun menerima sapu tangan tersebut karena memang ia butuh sapu tangan tersebut.

"Tapi nanti gimana saya kembaliin nya?" Tanya Valen bingung, Teddy hanya tersenyum.

"Nggak usah bingung... Kita juga bakal sering ketemu kan??" Ucap Teddy sambil tersenyum manis, ia lalu mengambil sapu tangannya dari tangan Valen kembali dan mengelap es kopi yang tersisa di wajah Valen.

"Kalo kita nggak ketemu lagi??" Tanya Valen..

"Saya yang bakal cari cara buat ketemu kamu," jawab Teddy singkat.

Untuk sejenak, dunia terasa berhenti berputar. Valen hanya diam membiarkan Teddy membersihkan wajahnya dari tumpahan es kopi.

Mata mereka saling berpandangan, dan Valen tidak ingin waktu ini berlalu.

Hope I'll see you again, ucap Valen dalam hati.

Related chapters

  • Safe Haven   The Famous One

    "Len, Len !! Sumpah, Len!!" Suara Donny mengalihkan perhatian Valen dari pekerjaannya yang sedang menumpuk di Senin pagi ini, Valen mendengus kesal mendengar suara Donny."Kenapa sih, Don? Lo nggak liat Gue lagi sibuk?" Bentak Valen saat Donny akhirnya duduk di samping mejanya, Donny mengatur nafasnya sejenak karena sedari tadi ia berlari ke meja kerja Valen."Lo liat ini sekarang!!" Ucap Donny sambil menyodorkan handphone nya ke arah Valen, Valen yang heran dengan kelakuan Donny pun mengambil handphone tersebut dan melihatnya.Terlihat foto Teddy di handphone Donny, Valen semakin heran dengan hal itu. "Lo kenapa simpen foto Teddy, Don? Lu nge gay sama dia apa gimana?" Tanya Valen heran, Donny menepuk kepalanya dan menghela nafas panjang mencoba untuk sabar."Itu TikTok, Len. Lo scroll aja terus kebawah," jawab Donny dengan tidak sabar, walaupun masih bingung Valen pun mengikuti apa yang dikatakan Donny.Valen melihat postingan-postingan tentang Teddy, kebanyakan dari mereka memuji ke

    Last Updated : 2024-10-29
  • Safe Haven   I'm Here For You

    Satu minggu telah berlalu semenjak Valen bertemu dengan Teddy, dan berbanding terbalik dengan apa yang Valen dan Donny pikirkan, Teddy semakin viral di sosial media.Tapi untungnya, kabar tentangnya dan Teddy sudah tidak begitu santer terdengar. Mungkin karena Valen jarang bertemu dengan Teddy sehingga kabar tersebut redup dengan sendirinya. Beberapa teman kantor Valen yang melihat Teddy dengannya sempat menanyakan tentang hubungan mereka, tetapi Valen selalu menjawab bahwa tidak ada apa-apa dan perlahan mereka mulai melupakan peristiwa itu.Hari ini, Valen dan Donny berencana untuk meliput kegiatan Paslon 04 yang akan diadakan di Kantor Kementerian Pertahanan. Rencananya akan ada kunjungan dari tim sukses Prasetyo-Jabran disana dan mereka berdua ditugaskan untuk kesana.Valen dan Donny sudah berada di sana sejak pagi dan kini sedang menunggu kedatangan para tim sukses yang notabene nya adalah artis ibukota, Valen yang memang kurang tidur hanya bersandar di kursi mobil sambil membaca

    Last Updated : 2024-10-29
  • Safe Haven   You're Not Ready

    "Kayaknya nggak segitu deh ukurannya," protes Valen saat melihat Teddy menuang satu gelas susu cair ke dalam mangkuk.Saat ini mereka sedang di apartemen Valen dan berencana untuk menonton film bersama disana, dan mereka memutuskan untuk membuat semua makanan nya sendiri.Semenjak hari itu, Valen dan Teddy memang jadi lebih sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Tidak di depan umum, tentu saja. Walaupun sudah beberapa kali Teddy ingin mengajak Valen pergi ke suatu tempat, tapi Valen selalu menolak.Teddy mengelap dahinya yang berkeringat dengan tangan yang berlumuran tepung sambil mengerenyitkan dahi, "Kayaknya lebih baik kita beli aja nggak sih?" Tanya Teddy dengan nada lelah, Valen menggeleng tidak setuju."Udah setengah jalan, sayang bahannya." Tolak Valen sambil mengambil alih adonan cookies yang tadi dibuat oleh Teddy, "Dan siapa yang punya ide susu cair buat adonan cookies? Kan harusnya susu bubuk.""Di resep nya cuma ditulis susu doang, ya aku beli susu cair aja. Kan ju

    Last Updated : 2024-10-29
  • Safe Haven   Past, Present, Future

    Beberapa hari berlalu semenjak Valen bertemu dengan Teddy, setelah itu merekapun kembali sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tapi mereka masih tetap berkabar melalui WhatsApp dan bisa dibilang komunikasi mereka saat ini jauh lebih intens dibanding sebelumnya.Valen yang sedang duduk di kursi meja riasnya melirik ke arah jam dinding yang kini menunjukkan pukul tujuh malam, beberapa jam lagi menuju tahun baru. Ya, hari ini hari terakhir dari tahun 2023. Tahun yang penuh kejutan bagi Valen.Tahun baru menurut Valen bukanlah hal yang menarik perhatiannya, baginya malam tahun baru sama saja dengan malam-malam lainnya. Disaat orang lain berpesta untuk merayakan tahun baru, Valen cenderung lebih memilih untuk menghabiskan waktu di apartemennya sambil menonton film atau membaca buku. Tapi sepertinya malam ini tidak akan seperti malam tahun baru sebelumnya.Beberapa waktu yang lalu, Teddy menelpon Valen dan mengajaknya untuk ikut merayakan malam tahun baru bersamanya. Ia berkata bahwa

    Last Updated : 2024-10-29
  • Safe Haven   Rainy Days

    Suara alarm membangunkan Valen di pagi hari yang cerah ini, Valen membuka mata dan melirik ke arah jendela yang tertutup tirai. Walaupun tertutup, Valen bisa melihat sinar matahari mengintip dari balik tirai tersebut. Ia lalu duduk di tempat tidur dan menguap, acara kemarin malam memaksanya untuk bangun cukup larut sehingga saat ini sebenarnya ia masih mengantuk.Saat Valen ingin pamit pulang semalam, Pak Prasetyo memaksanya untuk menginap di rumahnya mengingat jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Awalnya tentu saja Valen menolak, tapi Pak Prabowo serta Teddy memaksa nya untuk tetap tinggal. Valen akhirnya setuju mengingat jalanan pasti akan ramai dan macet, dan itu akan sangat merepotkan Teddy jika harus bolak balik hanya untuk mengantar Valen.Jadi disinilah Valen, di salah satu kamar milik Pak Prasetyo. Valen boleh bilang ini salah satu kamar yang sangat nyaman untuk ditempati. Tidak hanya luas, tapi interior kamar tersebut juga sangatlah nyaman dipandang. Dengan wallpaper dinding

    Last Updated : 2024-10-29
  • Safe Haven   His Future

    Minggu pagi adalah hal yang paling disukai oleh Valen karena di saat itu ia bisa bermalas-malasan di kasur tanpa harus khawatir dengan pekerjaan atau apapun. Jadi di sinilah Valen, diatas kasurnya sambil bermalas-malasan dan mendengarkan lagu. Tidak dipungkiri juga bahwa ia masih mengantuk karena semalam dia marathon menonton series favoritnya.Sudah dua Minggu sejak ia berpacaran dengan Teddy, tentu saja mereka tidak terlalu mempublish tentang kedekatan mereka di sosial media. Valen bahkan kadang masih tidak menyangka bahwa ia saat ini benar-benar berpacaran dengan Teddy. Valen masih merasa apa yang terjadi di danau kemarin hanyalah mimpi. Valen tersenyum kecil mengingat hal itu.Selama dua Minggu ini, Teddy benar-benar menjadi sosok yang diharapkan oleh Valen selama ini. Dewasa, pekerja keras, dan juga menghargai batasan yang diterapkan oleh Valen. Terkadang juga ia bisa romantis seperti sering mengirimkan makan siang ke kantor Valen tanpa Valen minta atau mengirim bunga kesukaan Va

    Last Updated : 2024-10-29
  • Safe Haven   Now and Forever

    Setelah berpamitan dengan kedua orang tua Teddy, Valen dan Teddy pun segera kembali melanjutkan perjalanan mereka ke pesta pernikahan teman dari Teddy. Di sepanjang perjalanan mereka mengobrol tentang bagaimana kedua orang tua Teddy sangat ramah kepada Valen dan untuk pertama kalinya Valen bisa merasakan kembali bagaimana rasanya mempunyai orang tua kembali.Mereka terus berbincang-bincang sampai akhirnya mereka sampai di tempat acara resepsi pernikahan teman dari Teddy, tepatnya di Hotel Langham Jakarta.Setelah turun dari mobil, Teddy langsung menggandeng tangan Valen dan menuntunnya untuk masuk ke dalam hotel tersebut. Valen mengagumi interior hotel tersebut yang di dominasi dengan warna putih tersebut, Valen mendongakkan kepalanya ke atas dan melihat lampu gantung yang menambah kesan mewah dari hotel tersebut."Bagus banget ya," puji Valen sambil berdecak kagum, Teddy menoleh ke arah Valen sebentar sambil tersenyum."Ini salah satu hotel favoritku kalo di Jakarta, apalagi Sunday

    Last Updated : 2024-10-29
  • Safe Haven   Mr Protective

    Sinar matahari mengintip dari celah tirai kamar hotel tempat Valen dan Teddy bermalam, menandakan pagi hari telah datang dan malam yang luar biasa kemarin telah berakhir. Valen membuka matanya sedikit karena merasa silau dengan sinar matahari tersebut, tapi ia tetap enggan untuk bergerak dari posisinya saat ini.Valen merasa sangat lelah dan masih mengantuk saat ini, belum lagi rasa pegal di sekujur tubuhnya mulai terasa pagi ini. Valen meringis kecil dan membalikkan badan, ia melihat Teddy masih tertidur menghadap arah lain dengan sangat pulas dan itu membuat Valen tersenyum kecil.Ruangan hotel tersebut masih temaram dikarenakan lampu yang di matikan dan secercah sinar matahari pagi yang mengintip dari celah tirai, Valen menyipitkan matanya karena merasa silau dengan sinar tersebut. Valen kemudian bangun dari tidurnya dan duduk di kasur sebentar, ia mencari dress yang ia pakai semalam karena ia saat ini benar-benar tidak memakai apapun di bawah selimut yang kini menutupi tubuhnya.V

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Safe Haven   Am I Good Enough?

    Valen menatap layar komputer dengan tatapan lelah, akhirnya artikel untuk hari ini selesai. Ia bersandar ke kursi kerjanya dan meregangkan otot-otot tubuhnya dan memeriksa sudah jam berapa saat ini. Ternyata sudah jam lima sore, Valen menghela nafas panjang dan membereskan barang-barangnya untuk bersiap pulang.Valen memeriksa ponselnya dan menemukan bahwa Teddy sedari tadi berusaha menelponnya. Karena Valen selalu mematikan suara ponselnya saat di kantor, tentu saja panggilan Teddy tidak terjawab oleh Valen. Ia pun segera menelpon Teddy untuk mencari tahu mengapa Teddy menelponnya berkali-kali."Halo.." jawab Teddy, Valen baru mau menjawab tapi Teddy langsung memotong perkataannya. "Kamu dari mana aja? Kenapa telpon aku nggak diangkat?""Aku baru selesai kerja, Mas. HP ku tadi aku silent.." sahut Valen dengan nada lelah, "Ngomong-ngomong, ada apa?? Kok tumben sampe telpon berkali-kali gitu?""Oh iya, aku sampe lupa bilang. Kamu capek nggak, Len?" tanya Teddy, Valen bergumam sejenak.

  • Safe Haven   My Wish is... You

    Valen menghela nafas pelan sambil bersandar di kursi mobil penumpang dan mengamati proses Quick Count yang sedang berlangsung, di sampingnya terdapat Donny yang sedang bermain game online dengan serius.Sekembalinya ia dari makam orang tuanya, Teddy mengantarnya ke depan rumah Pak Prasetyo untuk kembali meliput proses pemilu hari ini. Dikabarkan malam harinya, Pak Prasetyo akan melakukan pidato mengenai hasil Quick Count hari ini. Entah dia unggul, ataupun kalah dari Paslon lain.Jadi disinilah ia, menunggu kabar dari pihak Pak Prasetyo tentang kapan ia akan melakukan pidato tersebut sambil memantau proses Quick Count yang membosankan dan mendengarkan celotehan kesal Donny di sampingnya yang sepertinya sedang kesulitan memenangkan game nya.Ia memeriksa jam tangannya dan waktu menunjukkan pukul lima sore, waktu berjalan sangat lama dan membosankan. Valen mengerang kesal dan keluar dari mobil untuk mencari udara segar, meninggalkan Donny sendirian yang sepertinya tidak peduli kemana Va

  • Safe Haven   Happy Val's Day !!

    Valen terbangun dari tidurnya saat alarm dari ponselnya mulai berbunyi, ia mengerang dan mengambil ponselnya untuk mematikan alarm dan memeriksa jam. Waktu menunjukkan pukul lima pagi dan Valen meletakkan kembali ponselnya di meja samping tempat tidurnya, ia berbaring telentang dan menatap langit-langit kamar.Damn.. I'm 30 now....Valen merenung tentang dirinya yang hari ini bertambah usia, 14 Februari boleh dibilang bukanlah hari favorit Valen. Banyak orang berkata hari ulang tahun membawa kebahagiaan bagi mereka, tapi sepertinya tidak dengan Valen. Hari ulang tahun nya selama ini sama saja seperti hari biasanya, bedanya mungkin di hari itu ia akan makan bersama teman-temannya dan terkadang mereka juga membelikan Valen kue ulang tahun. Setelah itu mereka akan meminta Valen untuk berdoa dan meminta sesuatu yang ia inginkan, yang menurut Valen sampai sekarang keinginannya belum terwujud. Well.. entah belum terwujud atau memang Valen yang tidak ingin mewujudkannya.Jadi apa keinginan V

  • Safe Haven   Mysterious Girl

    Setelah selesai membeli tiket dan akhirnya film pun akan segera dimulai, Valen dan yang lainnya pun memasuki teater yang tertulis di tiket dan segera menuju kursi masing-masing. Valen memang memilih kursi di paling tengah, mereka duduk di urutan Donny di paling kiri, Sarah, Valen, Teddy, dan dua orang aneh yang sedari tadi mengikuti mereka, Rizki dan Aji yang kini sibuk berebut Popcorn dan minum. Teddy menegur mereka dan mereka pun akhirnya diam, Valen menggeleng heran melihat mereka berdua yang biasanya selalu serius dan tegas saat bertugas ternyata hanyalah anak kecil dibalik semua itu.Film pun dimulai dan mereka mulai menonton dengan serius. Film ini bergenre horor komedi yang cukup ringan untuk disimak, beberapa kali Valen dan yang lainnya dibuat tertawa dengan lelucon yang disampaikan. Valen melirik Teddy yang sedang tertawa dengan mata yang masih terfokus pada layar, tapi tak lama Teddy melirik ke arah Valen dan memandangnya dengan heran. Valen menggeleng pelan dan kembali foku

  • Safe Haven   Cinema Day

    Akhirnya... hari tenang.Valen meregangkan badannya di tempat tidurnya dengan suasana hati yang bagus, ia melihat jam dinding dan waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Akhirnya selama tiga bulan yang sibuk, masa tenang pun tiba. Sebelum hari pemungutan suara yang akan di gelar 14 Februari nanti -tepat di hari ulang tahun Valen-, para pasangan calon presiden dan wakil presiden tidak diperbolehkan untuk melakukan kampanye sampai hari pemungutan suara tiba, tepatnya selama tiga hari. Dan selama tiga hari itu pula, Valen diperbolehkan untuk libur sampai ia haru meliput kembali di hari pemungutan suara. Itulah sebabnya Valen memutuskan untuk bermalas-malasan di apartemennya sambil membaca buku.Setelah kampanye akbar kemarin, hubungan Valen dan Teddy mulai membaik. Memang tidak seperti dulu, tapi setidaknya Valen sekarang mau menanggapi pesan Teddy dan mengangkat telponnya. Valen memeriksa ponselnya dan dia tidak menemukan pesan apapun hari ini, ia bergumam sejenak dan membuka galeri ponse

  • Safe Haven   The Big Day

    "Gila..." Gumam Valen saat turun dari mobil dan melihat ribuan orang memadati stadion Gelora Bung Karno.Terlihat di berbagai penjuru semua orang memenuhi sekitaran stadion mengenakan baju berwarna biru sehingga sekarang stadion Gelora Bung Karno kelihatan bagaikan lautan berwarna biru."Sumpah, Gue nggak nyangka bakal sebanyak ini loh." Sahut Donny yang tak kalah kagumnya dengan pemandangan hari ini, di sekitaran juga banyak penjual makanan yang kabarnya sudah di gratiskan sehingga pengunjung bisa makan sepuasnya disana."Bapak beneran bisa ambil hati masyarakat kayaknya," ucap Valen sambil berdecak kagum, ia lalu memeriksa ponselnya. Beberapa pesan dari Teddy terlihat di notifikasi ponselnya, Valen menghela nafas dan mengabaikannya.Beberapa hari berlalu semenjak terakhir ia bertemu Teddy di rumah sakit, dan semenjak itu pun Teddy selalu berusaha menghubungi nya. Dia selalu menelepon, mengirimkan makan siang, bunga, dan yang lainnya. Tapi tetap saja, sulit untuk Valen bersikap seper

  • Safe Haven   Get Her Back

    Teddy menatap layar ponsel Rizki dengan seksama, pikirannya berkecamuk. Untuk apa dia melakukan ini? Bukankah dia sudah mendapatkan apa yang dia mau?Teddy mengembalikan ponsel Rizki dan menghela nafas pelan, Donny yang sedari tadi tidak diberitahu siapa sebenarnya yang mereka maksud pun mulai gemas. Ia lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya, setumpuk kertas yang telah ia susun menyerupai buku. Tidak begitu tebal, tapi tidak juga terlalu tipis.Teddy, Rizki, dan Aji memandangi kumpulan kertas tersebut dengan bingung. Donny menarik napas panjang dan mulai menjelaskan."Setelah malam dimana Lo dan Valen berantem, Valen terus nangis di mobil dan bilang ke Gue kalo dia nggak tau apa-apa. Jadinya, Gue berusaha untuk cari tau sendiri awalnya siapa yang udah bikin Valen kayak gini." Jelas Donny, ia diam sesaat dan menyodorkan kertas tersebut kepada Teddy. "Gue nekat masuk ke ruangan Pak Imam dan buka komputernya untuk periksa email masuk, dan Gue nemu ini."Teddy terdiam dan mulai memb

  • Safe Haven   Work the Plan

    Donny menunggu di depan kantornya dengan tidak sabar, dimana kedua orang itu?? Mereka bilang akan kesini jam delapan pagi. Donny melirik jam tangannya dan waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi, apa mereka tidak datang??Donny bersandar ke dinding dengan kesal sambil memeriksa ponselnya, ada satu pesan dari Valen yang menanyakan keadaan Sarah dan satu pesan dari Sarah yang mengabarkan pada Donny kalau dia sudah sarapan pagi ini. Tapi tidak ada pesan dari Rizki maupun Aji yang katanya akan datang ke kantor lagi ini untuk memulai 'rencana' mereka.Untungnya ia sudah izin kepada Pak Imam bahwa ia baru bisa masuk kantor setelah jam makan siang karena ada urusan, dan Pak Imam mengizinkannya dengan syarat pekerjaan semalam harus selesai malam ini. Ya, walaupun harus membuat repot Valen, tapi sepertinya semua ini akan sesuai.Saat Donny sedang melamun, sebuah tepukan di pundaknya mengagetkannya. Donny tersentak dan mendapati Rizki dan Aji berdiri di hadapannya, Donny mendengus

  • Safe Haven   Not Like We Used To

    Seminggu telah berlalu sejak kejadian itu, dan selama seminggu itu pula Teddy kehilangan kabar akan Valen. Setelah kejadian tersebut Teddy berusaha menghubungi Valen dan juga mengiriminya pesan, tapi sampai saat ini tidak ada balasan maupun panggilan telpon dari Valen untuk menanggapi Teddy.Teddy masih marah, tentu. Tapi sebagai lelaki, ia sadar apa yang dikatakannya pada Valen tempo hari sudah berlebihan. Walaupun mungkin benar Valen yang menyebarkan berita itu, membicarakan hal sensitif tentang hubungan mereka di depan orang lain dan menjadikan hal tersebut senjata dalam argumen Teddy benar-benar diluar batasan.Teddy memandangi ponselnya sambil menghela nafas pelan, dalam hatinya ia berharap akan ada sebuah pesan dari Valen. Walau hanya membalas dengan singkat, Teddy sangat ingin tahu kabar Valen. Sebuah tepukan di pundak Teddy mengejutkannya, Teddy menoleh dan mendapati Rajif yang menepuk pundaknya dan ia lalu duduk di samping Teddy."Murung banget, mas? Belum gajian?" Tanya Aji

DMCA.com Protection Status