"Len, Len !! Sumpah, Len!!" Suara Donny mengalihkan perhatian Valen dari pekerjaannya yang sedang menumpuk di Senin pagi ini, Valen mendengus kesal mendengar suara Donny.
"Kenapa sih, Don? Lo nggak liat Gue lagi sibuk?" Bentak Valen saat Donny akhirnya duduk di samping mejanya, Donny mengatur nafasnya sejenak karena sedari tadi ia berlari ke meja kerja Valen.
"Lo liat ini sekarang!!" Ucap Donny sambil menyodorkan handphone nya ke arah Valen, Valen yang heran dengan kelakuan Donny pun mengambil handphone tersebut dan melihatnya.
Terlihat foto Teddy di handphone Donny, Valen semakin heran dengan hal itu. "Lo kenapa simpen foto Teddy, Don? Lu nge gay sama dia apa gimana?" Tanya Valen heran, Donny menepuk kepalanya dan menghela nafas panjang mencoba untuk sabar.
"Itu TikTok, Len. Lo scroll aja terus kebawah," jawab Donny dengan tidak sabar, walaupun masih bingung Valen pun mengikuti apa yang dikatakan Donny.
Valen melihat postingan-postingan tentang Teddy, kebanyakan dari mereka memuji ketampanan Teddy dan bagaimana ia terlihat sangat dingin dan kaku tapi juga berkharisma. Valen tertawa kecil melihat hal-hal itu sampai ia melihat sebuah postingan dimana terdapat foto Valen dan Teddy yang sedang duduk berdampingan saat menonton pertandingan bola kemarin.
Valen melongo melihat postingan tersebut, ditambah caption di postingan itu mengatakan "Baru mulai masa udah kandas???.
Mulai apa?? Kandas apa?? Valen kebingungan dan menoleh ke arah Donny untuk meminta penjelasan.
"Intinya dia viral karena cakep, ya Lo tau sendiri netizen Indonesia kalo masalah orang cakep mah cepet banget." Ujar Donny, Valen masih diam menunggu Donny melanjutkan perkataannya. "Tapi parahnya mereka juga notice Lo,"
"Tapi Gue nggak ada apa-apa sama Teddy," sahut Valen dengan kesal, Valen memang tidak suka ada di sebuah drama, bahkan ia selalu menghindari nya sedari dulu.
"Iya, Gue tahu. Tapi orang-orang itu kan nggak tahu," ucap Donny dengan nada lelah. Valen tetap diam dengan ekspresi wajah memelas, dan itu membuat Donny iba kepadanya. "Ambil sisi positifnya aja lah, Len."
"Ya apa sisi positifnya, Don?" Tanya Valen dengan nada pelan, "Gue nggak mau terlibat kayak gini-gini, hidup Gue udah ribet." Tambah Valen dengan nada frustasi.
"Ya sisi positifnya Lo dikenal banyak orang, terus mungkin nanti Lo bakal dapet banyak privilege kan? Kayak kemarin pas kita di Solo," jawab Donny mencoba menghibur Valen.
"Ini nggak bakal tambah parah kan ya?? Teddy nggak bakal mungkin se viral itu kan??" Ujar Valen mencoba meyakinkan diri sendiri, Donny berpikir sejenak sambil menghela nafas.
"Nggak sih, tadi juga masih sedikit yang bahas dia kan. Paling besok-besok juga udah ilang kabarnya Len. Lo juga nggak bakal ketemu dia sampai Minggu depan kan waktu kita liput Pak Prasetyo lagi?" Sahut Donny, Valen mengangguk setuju.
"Mungkin kalo Gue nggak ketemu dia lagi untuk beberapa waktu, kabar tentang Gue bakal ilang, iya nggak sih??" Tanya Valen, kali ini Donny yang mengangguk setuju.
Valen kembali tenang sambil masih melihat foto nya bersama Teddy yang diambil dari kamera stasiun TV yang menunjukkan Teddy sedang merangkul pinggang Valen. Pasti kamera tersebut sebenarnya tidak sengaja mengambil gambar Valen dan Teddy karena niat mereka adalah untuk mengambil gambar reaksi Pak Prasetyo yang ada di belakang mereka, tapi otomatis Teddy dan Valen pun ikut masuk ke dalam frame kamera tersebut.
Oke.. tinggal nggak usah temuin dia dulu untuk beberapa waktu. Dan pasti semua bakal lupa tentang Gue.
**
Bagi sebagian orang Senin memanglah hari yang paling buruk dalam satu Minggu, tapi tidak dengan Teddy. Ya, di hari Senin disaat orang-orang sedang sibuk dengan aktivitas mereka, Teddy malah bisa bersantai dan menikmati hari liburnya. Jika tidak ada keperluan mendadak, tentu saja.
Teddy duduk di meja makan rumah Kartanegara milik Pak Prasetyo dan memakan sarapan paginya, dirinya hanya ditemani oleh Rizki dan Boris, kucing milik Pak Prasetyo, yang saat ini sedang duduk di kursi di sampingnya. Jika ada orang yang bertanya siapa bos besar di rumah ini, Boris lah jawabannya.
"Acara kemana hari ini, Mas?" Tanya Rizki tiba-tiba, Teddy yang sedang memakan makanannya menoleh kepada Rizki sejenak.
"Nggak ada, mau tidur aja paling nanti atau nonton film." Jawab Teddy, terdengar suara meongan Boris dari samping Teddy seakan memprotes apa yang dikatakan Teddy. "Iya, main sama kamu juga. Nggak usah cerewet," tambah Teddy dengan nada lelah, Rizki hanya tertawa mendengar itu.
Memang sudah biasa mereka semua mengajak ngobrol Boris jika sedang libur atau mengisi waktu senggang. Bukan hanya karena iseng, tapi memang mereka tidak mau Boris merasa kesepian karena dia satu-satunya kucing dirumah itu.
"Nggak ajak Mbak yang kemarin keluar? Ngajak makan siang mungkin," ujar Rizki, Teddy berhenti mengunyah makanannya dan berpikir sejenak.
"Valen maksud kamu?" Tanya Teddy memastikan, Rizki mengangguk. "Nggak lah, aku mau istirahat aja."
"Daripada dia makan siang sama cowok lain, mending Mas aja yang ajak. Ya kemana gitu, makan nasi Padang atau bakso." Ujar Rizki lagi, Teddy kembali berhenti makan. "Emang mau dia makan sama cowok lain?"
Teddy bersandar di kursinya sambil memperhatikan Boris disampingnya, Bobby hanya diam sambil mengedipkan matanya seakan mendukung perkataan Rizky.
"Kantor Lingkar Indonesia cabang Jakarta dimana ya?" Tanya Teddy kemudian, Rizki memandangi Teddy sambil tersenyum.
"Kenapa nggak tanya Valen aja, Mas?" Rizki balik bertanya dengan heran.
"Mau langsung kesana aja, kalo saya langsung kesana kan dia nggak bakal nolak." Jawab Teddy disambut tepuk tangan dari Rizki.
"Teori !!!" Ucap Rizki disertai dengan tawa, Teddy hanya tersenyum kecil melihat Rizki. "Yaudah urusan dimana kantornya biar saya yang cari, Mas. Pokoknya Mas siap-siap aja. Ayo sini, Ris!!" Rizky memanggil Boris untuk mengikutinya pergi ke ruang kerja tempat dimana laptop miliknya berada. Teddy hanya menggelengkan kepalanya melihat Rizki dan Boris yang kini berlari meninggalkannya.
Makhluk-makhluk unik....
**
Valen melirik ke arah jam dinding dan waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, Valen lalu menghela nafas dan bersandar di kursinya sambil meregangkan otot-ototnya. Banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini dan itu membuat mood nya agak buruk.
"Makan siang nggak?" Tanya Donny yang saat ini berdiri disamping meja Valen, ia berpikir sejenak.
"Nggak deh kayaknya, mau nyelesain kerjaan dulu. Gue nggak mau lembur," tolak Valen, Donny pun mengangguk.
"Titip sesuatu nggak? Mau beli siomay doang sih di depan," tanya Donny lagi.
"Gue juga deh. Komplit tapi nggak pake tahu, sama kalo ada pare jangan lupa dikasih ya. Jangan pedes-pedes banget takut maag kambuh," jawab Valen dengan antusias, sebenarnya dia memang lapar tapi dia terlalu malas untuk turun dan mengantri untuk beli makan siang.
"Iya Nyonya..." Sahut Donny sambil memutar bola matanya, Valen hanya terkekeh dan Donny pun berjalan meninggalkan Valen.
Valen kembali sibuk dengan pekerjaannya tapi sesekali ia juga memeriksa sosial media nya untuk memastikan belum ada orang yang tahu akun sosial media nya. Valen membuang nafas lega saat ia tidak menemukan notifikasi apapun di sosial media nya.
Baru saja Valen kembali ingin fokus pada pekerjaan nya, seseorang menghampiri meja kerjanya.
"Len, ada yang nyari tuh dibawah. Katanya temen Lo," ujar Linda, salah satu teman kerja Valen.
Valen merasa heran karena dia bingung siapa yang datang ke kantornya, boleh dibilang Valen tidak mempunyai banyak teman jadi seharusnya jika ada yang ingin bertemu Valen mereka akan mengirim pesan terlebih dahulu. Valen langsung turun ke lobby untuk mencari tahu siapa orang yang mencarinya.
Sesampainya Valen di lobby kantornya, ia terkejut melihat Teddy sedang duduk menunggunya. Valen berlari kecil ke arah Teddy dengan panik, baru saja ia berencana untuk meminimalisir kontak dengan Teddy agar orang-orang lupa akan dirinya.
Teddy menoleh ke arah Valen yang sedang berlari kecil ke arahnya, Teddy pun tersenyum dan berdiri dari duduknya. Tapi belum sempat Teddy menyapa Valen, Valen langsung menariknya untuk memasuki ruangan kecil di samping lobby untuk menyimpan peralatan bersih-bersih. Valen pun menutup pintu tersebut dan itu membuat Teddy kebingungan, untungnya ini sedang jam makan siang jadi banyak karyawan yang sedang keluar kantor untuk membeli makanan sehingga lobby sedang sepi.
"Kenapa?" tanya Teddy dengan heran, mereka kini sedang berdiri berhadapan di ruangan yang sempit.
"Kamu ngapain kesini?" Valen bertanya balik kepada Teddy.
"Rencananya mau ngajak kamu makan siang," jawab Teddy, Valen menggeleng cepat menolak ajakan Teddy. "Ada apa sih?" tanya Teddy lagi kini semakin heran.
"Kamu nggak liat sosial media gitu? Tiktok?? I*******m?" tanya Valen, Teddy menggeleng dengan wajah polos. "Kamu FYP dimana-mana, semua cewek di Indonesia kayaknya naksir kamu, tau nggak??"
"Terus?" sahut Teddy dengan heran, Valen memandangnya dengan bingung.
"Ada foto kita juga loh pas kemarin di Solo," ujar Valen, Teddy kali ini tertawa kecil.
"Ya terus kenapa?" tanya Teddy masih sambil tertawa kecil dan itu malah membuat Valen kesal, itu terkesan Teddy acuh dengan hal ini.
"Kamu nggak takut ada yang beritain macem-macem?" sahut Valen dengan kesal, Teddy memandangi Valen dengan ekspresi santai.
"Kita kan nggak macem-macem," ucap Teddy dengan santai, "Kecuali kalo ada yang lihat kita berduaan di ruangan kayak gini ya wajar kalo sampe ada yang mikir macem-macem."
Valen baru menyadari bahwa mereka sedang ada di ruangan sempit dan tertutup yang mestinya hanya muat untuk satu orang, dan dia menyesali keputusannya untuk membawa Teddy masuk ke ruangan ini. Bagaimana kalau sampai ada yang lihat mereka masuk kesini?
"Lagian kenapa sih kamu kok takut banget kalo ada yang lihat kamu sama saya? Kamu malu kalo berdua sama saya?" tanya Teddy lagi kali ini sambil bersandar ke tembok, mungkin untuk menciptakan lebih banyak ruang untuk Valen bergerak.
"Bukan gitu, Mas. Aku lebih mikir ke arah kamunya, kamu kan yang viral nanti kalo ada yang ngira kita pacaran kan bahaya. Nanti juga kalo saya diserang sama fans-fans kamu gimana?" jawab Valen berusaha menjelaskan dengan panjang lebar.
"Kalo ada yang ngira pacaran ya udah, terus misal kalo ada yang serang sosial media kamu kan tinggal private aja akun nya." sahut Teddy dengan santai, Valen memutar bola matanya karena kesal. Teddy tertawa melihat Valen yang saat ini sedang kesal, "Ya udah kamu maunya gimana? Jadi makan siang nggak?" tanya Teddy, Valen berpikir sejenak.
"Kayaknya saya nggak bisa kalo hari ini, saya banyak kerjaan. Tadi aja saya sampe titip Donny buat beli makanan, maaf ya." jawab Valen dengan bersalah, Valen sadar Teddy pasti kecewa apalagi mengingat dia sudah mau jauh-jauh mendatangi dia. Teddy diam sejenak sambil memandangi Valen.
"Ini bukan karena kamu mau menghindar dari saya kan?" tanya Teddy dengan curiga, Valen langsung menggeleng dengan cepat.
"Nggak lah, saya emang kalo hari Senin selalu sibuk. Kalo Mas ajak saya di hari lain mungkin saya bisa," jawab Valen dengan panik, kenapa dia bisa berpikir seperti itu. Valen memang takut jika ada orang yang melihat mereka bersama, tapi dia tidak ada niat untuk menghindari Teddy.
"Ya sudah kalau begitu, sampai ketemu lagi ya. Jangan banyak-banyak lihat sosial media, pusing sendiri nanti kamu." tegur Teddy, Valen hanya mengangguk. Mereka pun membuka pintu dan keluar dari ruangan tersebut bersama.
Begitu mereka keluar dari ruangan tersebut, ternyata waktu makan siang sudah habis dan lobby sedang dipenuhi oleh banyak karyawan. Otomatis semua pasang mata tertuju kepada Teddy dan Valen yang baru saja keluar dari ruangan kecil tersebut, Valen menoleh ke arah Teddy yang saat ini sedang berdiri dengan wajah canggung disampingnya.
"Saya pulang duluan ya," ucap Teddy sambil bergegas keluar dari lobby kantor Valen. meninggalkan Valen yang kini sedang berdiri canggung di hadapan orang-orang kantornya. Valen hanya tersenyum kepada mereka dan buru-buru menaiki lift untuk kabur dari situasi canggung tersebut.
Sialan Teddy !!
Valen akhirnya tiba di ruangannya dan segera duduk di kursinya sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, Donny yang sedari tadi sudah berada di sana bingung melihat Valen.
"Dari mana aja, Len? Tuh, udah Gue beliin Siomay." sahut Donny, Valen masih diam sambil menutupi wajahnya. "Eh, Lo kenapa? Lo nangis?" tanya Donny dengan panik, Valen membuka wajahnya dan wajahnya terlihat merah. "Kenapa Lo? Alergi?" tanya Donny lagi, Valen memukul lengan Donny.
"Barusan Teddy kesini," jawab Valen, Donny terlihat bingung.
"Ngapain dia kesini? Kok tau kantor Lo dimana?" sahut Donny dengan bingung, Valen menggeleng pelan.
"Gue nggak tau dia tau dari mana, mungkin browsing. Dia kesini buat ngajak Gue makan siang," ujar Valen.
"Trus kok udah balik?" tanya Donny lagi dengan bingung.
"Ya Gue nggak mau kan lagi banyak kerjaan, lagian kan Lo tau sendiri dia lagi viral." jawab Valen sambil menghela nafas.
"Terus kenapa kalo dia lagi viral?? Emang ngaruh gitu? Kasian Len dia udah jauh-jauh nyamperin Lo tapi Lo tolak gitu, " sahut Donny, mendengar perkataan Donny membuat Valen tiba-tiba merasa tidak enak kepada Teddy.
Disaat Valen sedang diam dan memikirkan perkataan Donny, Linda menghampiri Valen dan Donny sambil membawa bungkusan makanan. Linda lalu meletakkan bungkusan makanan tersebut di meja Valen.
"Nih dari pacar Lo, Gue telpon dari tadi bukannya diangkat." ujar Linda dengan kesal, kalau Valen menjadi Linda pun akan kesal jika harus pergi ke lantai atas hanya untuk mengantarkan makanan. Tapi itu sudah tugas Linda sebagai Front Desk kan??
"Sorry Lin, Gue nggak denger notif tadi." sahut Valen, Linda hanya mendengus kesal dan kembali ke bawah. Valen dan Donny saling berpandangan dan Valen pun membuka bungkusan makanan tersebut.
Aroma makanan Jepang menusuk hidung Valen, ternyata bungkusan tersebut berisikan makanan Jepang yang kebetulan disukai Valen. Donny ikut melihat ke dalam bungkusan dan tersenyum lebar.
"Dari siapa? Gue boleh minta nggak?" tanya Donny sambil mengambil sebungkus takoyaki, Valen mengambil sebuah kartu ucapan dan membacanya.
To : Valen
Saya nggak tahu kamu suka makanan apa, semoga kamu suka. Next, saya nggak terima kata "Nggak bisa,".
What a bossy man, batin Valen sambil tertawa kecil. Donny tersenyum menggoda kepada Valen, sedangkan Valen buru-buru menghapus senyum dari wajahnya .
"Bilang makasih sana, udah jauh-jauh kesini terus ditolak tapi dia masih beliin Lo makan. Mau cari cowok dimana lagi Lo yang kayak gitu?" sahut Donny sambil memakan takoyaki yang diberikan oleh Teddy.
Valen lalu memfoto makanan yang diberikan oleh Teddy dan mengirimkan pesan WA kepadanya.
Valen :
Makasih makanannya, aku suka !! Next aku janji mau diajak makan siang bareng..
Tak berapa lama, handphone Valen bergetar menandakan ada pesan masuk.
Teddy :
Syukurlah kalo gitu, see you next time.
Valen tersenyum senang sambil membuka satu box berisi Chicken Curry Katsu dan menyantapnya, ia membuka handphone nya dan memeriksa aplikasi TikTok nya. Ia mendapati banyak sekali video tentang Teddy di beranda nya, dan itu membuat Valen tersenyum simpul.
Well, look who's famous now...
Satu minggu telah berlalu semenjak Valen bertemu dengan Teddy, dan berbanding terbalik dengan apa yang Valen dan Donny pikirkan, Teddy semakin viral di sosial media.Tapi untungnya, kabar tentangnya dan Teddy sudah tidak begitu santer terdengar. Mungkin karena Valen jarang bertemu dengan Teddy sehingga kabar tersebut redup dengan sendirinya. Beberapa teman kantor Valen yang melihat Teddy dengannya sempat menanyakan tentang hubungan mereka, tetapi Valen selalu menjawab bahwa tidak ada apa-apa dan perlahan mereka mulai melupakan peristiwa itu.Hari ini, Valen dan Donny berencana untuk meliput kegiatan Paslon 04 yang akan diadakan di Kantor Kementerian Pertahanan. Rencananya akan ada kunjungan dari tim sukses Prasetyo-Jabran disana dan mereka berdua ditugaskan untuk kesana.Valen dan Donny sudah berada di sana sejak pagi dan kini sedang menunggu kedatangan para tim sukses yang notabene nya adalah artis ibukota, Valen yang memang kurang tidur hanya bersandar di kursi mobil sambil membaca
"Kayaknya nggak segitu deh ukurannya," protes Valen saat melihat Teddy menuang satu gelas susu cair ke dalam mangkuk.Saat ini mereka sedang di apartemen Valen dan berencana untuk menonton film bersama disana, dan mereka memutuskan untuk membuat semua makanan nya sendiri.Semenjak hari itu, Valen dan Teddy memang jadi lebih sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Tidak di depan umum, tentu saja. Walaupun sudah beberapa kali Teddy ingin mengajak Valen pergi ke suatu tempat, tapi Valen selalu menolak.Teddy mengelap dahinya yang berkeringat dengan tangan yang berlumuran tepung sambil mengerenyitkan dahi, "Kayaknya lebih baik kita beli aja nggak sih?" Tanya Teddy dengan nada lelah, Valen menggeleng tidak setuju."Udah setengah jalan, sayang bahannya." Tolak Valen sambil mengambil alih adonan cookies yang tadi dibuat oleh Teddy, "Dan siapa yang punya ide susu cair buat adonan cookies? Kan harusnya susu bubuk.""Di resep nya cuma ditulis susu doang, ya aku beli susu cair aja. Kan ju
Beberapa hari berlalu semenjak Valen bertemu dengan Teddy, setelah itu merekapun kembali sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tapi mereka masih tetap berkabar melalui WhatsApp dan bisa dibilang komunikasi mereka saat ini jauh lebih intens dibanding sebelumnya.Valen yang sedang duduk di kursi meja riasnya melirik ke arah jam dinding yang kini menunjukkan pukul tujuh malam, beberapa jam lagi menuju tahun baru. Ya, hari ini hari terakhir dari tahun 2023. Tahun yang penuh kejutan bagi Valen.Tahun baru menurut Valen bukanlah hal yang menarik perhatiannya, baginya malam tahun baru sama saja dengan malam-malam lainnya. Disaat orang lain berpesta untuk merayakan tahun baru, Valen cenderung lebih memilih untuk menghabiskan waktu di apartemennya sambil menonton film atau membaca buku. Tapi sepertinya malam ini tidak akan seperti malam tahun baru sebelumnya.Beberapa waktu yang lalu, Teddy menelpon Valen dan mengajaknya untuk ikut merayakan malam tahun baru bersamanya. Ia berkata bahwa
Suara alarm membangunkan Valen di pagi hari yang cerah ini, Valen membuka mata dan melirik ke arah jendela yang tertutup tirai. Walaupun tertutup, Valen bisa melihat sinar matahari mengintip dari balik tirai tersebut. Ia lalu duduk di tempat tidur dan menguap, acara kemarin malam memaksanya untuk bangun cukup larut sehingga saat ini sebenarnya ia masih mengantuk.Saat Valen ingin pamit pulang semalam, Pak Prasetyo memaksanya untuk menginap di rumahnya mengingat jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Awalnya tentu saja Valen menolak, tapi Pak Prabowo serta Teddy memaksa nya untuk tetap tinggal. Valen akhirnya setuju mengingat jalanan pasti akan ramai dan macet, dan itu akan sangat merepotkan Teddy jika harus bolak balik hanya untuk mengantar Valen.Jadi disinilah Valen, di salah satu kamar milik Pak Prasetyo. Valen boleh bilang ini salah satu kamar yang sangat nyaman untuk ditempati. Tidak hanya luas, tapi interior kamar tersebut juga sangatlah nyaman dipandang. Dengan wallpaper dinding
Minggu pagi adalah hal yang paling disukai oleh Valen karena di saat itu ia bisa bermalas-malasan di kasur tanpa harus khawatir dengan pekerjaan atau apapun. Jadi di sinilah Valen, diatas kasurnya sambil bermalas-malasan dan mendengarkan lagu. Tidak dipungkiri juga bahwa ia masih mengantuk karena semalam dia marathon menonton series favoritnya.Sudah dua Minggu sejak ia berpacaran dengan Teddy, tentu saja mereka tidak terlalu mempublish tentang kedekatan mereka di sosial media. Valen bahkan kadang masih tidak menyangka bahwa ia saat ini benar-benar berpacaran dengan Teddy. Valen masih merasa apa yang terjadi di danau kemarin hanyalah mimpi. Valen tersenyum kecil mengingat hal itu.Selama dua Minggu ini, Teddy benar-benar menjadi sosok yang diharapkan oleh Valen selama ini. Dewasa, pekerja keras, dan juga menghargai batasan yang diterapkan oleh Valen. Terkadang juga ia bisa romantis seperti sering mengirimkan makan siang ke kantor Valen tanpa Valen minta atau mengirim bunga kesukaan Va
Setelah berpamitan dengan kedua orang tua Teddy, Valen dan Teddy pun segera kembali melanjutkan perjalanan mereka ke pesta pernikahan teman dari Teddy. Di sepanjang perjalanan mereka mengobrol tentang bagaimana kedua orang tua Teddy sangat ramah kepada Valen dan untuk pertama kalinya Valen bisa merasakan kembali bagaimana rasanya mempunyai orang tua kembali.Mereka terus berbincang-bincang sampai akhirnya mereka sampai di tempat acara resepsi pernikahan teman dari Teddy, tepatnya di Hotel Langham Jakarta.Setelah turun dari mobil, Teddy langsung menggandeng tangan Valen dan menuntunnya untuk masuk ke dalam hotel tersebut. Valen mengagumi interior hotel tersebut yang di dominasi dengan warna putih tersebut, Valen mendongakkan kepalanya ke atas dan melihat lampu gantung yang menambah kesan mewah dari hotel tersebut."Bagus banget ya," puji Valen sambil berdecak kagum, Teddy menoleh ke arah Valen sebentar sambil tersenyum."Ini salah satu hotel favoritku kalo di Jakarta, apalagi Sunday
Sinar matahari mengintip dari celah tirai kamar hotel tempat Valen dan Teddy bermalam, menandakan pagi hari telah datang dan malam yang luar biasa kemarin telah berakhir. Valen membuka matanya sedikit karena merasa silau dengan sinar matahari tersebut, tapi ia tetap enggan untuk bergerak dari posisinya saat ini.Valen merasa sangat lelah dan masih mengantuk saat ini, belum lagi rasa pegal di sekujur tubuhnya mulai terasa pagi ini. Valen meringis kecil dan membalikkan badan, ia melihat Teddy masih tertidur menghadap arah lain dengan sangat pulas dan itu membuat Valen tersenyum kecil.Ruangan hotel tersebut masih temaram dikarenakan lampu yang di matikan dan secercah sinar matahari pagi yang mengintip dari celah tirai, Valen menyipitkan matanya karena merasa silau dengan sinar tersebut. Valen kemudian bangun dari tidurnya dan duduk di kasur sebentar, ia mencari dress yang ia pakai semalam karena ia saat ini benar-benar tidak memakai apapun di bawah selimut yang kini menutupi tubuhnya.V
Setelah acara debat selesai, Valen pun kembali menemui Donny di tempat berkumpulnya jurnalis di venue. Terlihat Donny sedang bersiap untuk keluar dan menunggu Pak Prasetyo dan Jabran siap untuk di wawancara. Donny melihat Valen yang berjalan menghampirinya dan memasang tampang kesal."Kenapa lagi tadi Lo sama Teddy?" Tanya Donny, Valen tersenyum meminta maaf."Maaf ya, Teddy rewel tadi liat Gue sama Gilang." Jawab Valen, Donny menghela nafas pelan dan berjalan menuju pintu keluar dan diikuti oleh Valen."Emang Lo tadi ngapain sama si Gilang?" Tanya Donny penasaran, Valen mengedikkan bahunya dengan acuh."Cuma ngobrol doang, tapi emang dia sempet narik Gue buat agak deket sama dia. Tapi itu juga karena di belakang Gue ada yang mau ambil minum, nah si Teddy langsung rewel." Jawab Valen lagi, ia lalu memberikan catatan yang tadi diberikan Teddy kepada Donny. "Nih dari Teddy, lumayan kalo misal ada topik yang Lo kelewatan dan nggak tulis. Gue sama sekali nggak nulis soalnya tadi."Donny m
Valen menatap layar komputer dengan tatapan lelah, akhirnya artikel untuk hari ini selesai. Ia bersandar ke kursi kerjanya dan meregangkan otot-otot tubuhnya dan memeriksa sudah jam berapa saat ini. Ternyata sudah jam lima sore, Valen menghela nafas panjang dan membereskan barang-barangnya untuk bersiap pulang.Valen memeriksa ponselnya dan menemukan bahwa Teddy sedari tadi berusaha menelponnya. Karena Valen selalu mematikan suara ponselnya saat di kantor, tentu saja panggilan Teddy tidak terjawab oleh Valen. Ia pun segera menelpon Teddy untuk mencari tahu mengapa Teddy menelponnya berkali-kali."Halo.." jawab Teddy, Valen baru mau menjawab tapi Teddy langsung memotong perkataannya. "Kamu dari mana aja? Kenapa telpon aku nggak diangkat?""Aku baru selesai kerja, Mas. HP ku tadi aku silent.." sahut Valen dengan nada lelah, "Ngomong-ngomong, ada apa?? Kok tumben sampe telpon berkali-kali gitu?""Oh iya, aku sampe lupa bilang. Kamu capek nggak, Len?" tanya Teddy, Valen bergumam sejenak.
Valen menghela nafas pelan sambil bersandar di kursi mobil penumpang dan mengamati proses Quick Count yang sedang berlangsung, di sampingnya terdapat Donny yang sedang bermain game online dengan serius.Sekembalinya ia dari makam orang tuanya, Teddy mengantarnya ke depan rumah Pak Prasetyo untuk kembali meliput proses pemilu hari ini. Dikabarkan malam harinya, Pak Prasetyo akan melakukan pidato mengenai hasil Quick Count hari ini. Entah dia unggul, ataupun kalah dari Paslon lain.Jadi disinilah ia, menunggu kabar dari pihak Pak Prasetyo tentang kapan ia akan melakukan pidato tersebut sambil memantau proses Quick Count yang membosankan dan mendengarkan celotehan kesal Donny di sampingnya yang sepertinya sedang kesulitan memenangkan game nya.Ia memeriksa jam tangannya dan waktu menunjukkan pukul lima sore, waktu berjalan sangat lama dan membosankan. Valen mengerang kesal dan keluar dari mobil untuk mencari udara segar, meninggalkan Donny sendirian yang sepertinya tidak peduli kemana Va
Valen terbangun dari tidurnya saat alarm dari ponselnya mulai berbunyi, ia mengerang dan mengambil ponselnya untuk mematikan alarm dan memeriksa jam. Waktu menunjukkan pukul lima pagi dan Valen meletakkan kembali ponselnya di meja samping tempat tidurnya, ia berbaring telentang dan menatap langit-langit kamar.Damn.. I'm 30 now....Valen merenung tentang dirinya yang hari ini bertambah usia, 14 Februari boleh dibilang bukanlah hari favorit Valen. Banyak orang berkata hari ulang tahun membawa kebahagiaan bagi mereka, tapi sepertinya tidak dengan Valen. Hari ulang tahun nya selama ini sama saja seperti hari biasanya, bedanya mungkin di hari itu ia akan makan bersama teman-temannya dan terkadang mereka juga membelikan Valen kue ulang tahun. Setelah itu mereka akan meminta Valen untuk berdoa dan meminta sesuatu yang ia inginkan, yang menurut Valen sampai sekarang keinginannya belum terwujud. Well.. entah belum terwujud atau memang Valen yang tidak ingin mewujudkannya.Jadi apa keinginan V
Setelah selesai membeli tiket dan akhirnya film pun akan segera dimulai, Valen dan yang lainnya pun memasuki teater yang tertulis di tiket dan segera menuju kursi masing-masing. Valen memang memilih kursi di paling tengah, mereka duduk di urutan Donny di paling kiri, Sarah, Valen, Teddy, dan dua orang aneh yang sedari tadi mengikuti mereka, Rizki dan Aji yang kini sibuk berebut Popcorn dan minum. Teddy menegur mereka dan mereka pun akhirnya diam, Valen menggeleng heran melihat mereka berdua yang biasanya selalu serius dan tegas saat bertugas ternyata hanyalah anak kecil dibalik semua itu.Film pun dimulai dan mereka mulai menonton dengan serius. Film ini bergenre horor komedi yang cukup ringan untuk disimak, beberapa kali Valen dan yang lainnya dibuat tertawa dengan lelucon yang disampaikan. Valen melirik Teddy yang sedang tertawa dengan mata yang masih terfokus pada layar, tapi tak lama Teddy melirik ke arah Valen dan memandangnya dengan heran. Valen menggeleng pelan dan kembali foku
Akhirnya... hari tenang.Valen meregangkan badannya di tempat tidurnya dengan suasana hati yang bagus, ia melihat jam dinding dan waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Akhirnya selama tiga bulan yang sibuk, masa tenang pun tiba. Sebelum hari pemungutan suara yang akan di gelar 14 Februari nanti -tepat di hari ulang tahun Valen-, para pasangan calon presiden dan wakil presiden tidak diperbolehkan untuk melakukan kampanye sampai hari pemungutan suara tiba, tepatnya selama tiga hari. Dan selama tiga hari itu pula, Valen diperbolehkan untuk libur sampai ia haru meliput kembali di hari pemungutan suara. Itulah sebabnya Valen memutuskan untuk bermalas-malasan di apartemennya sambil membaca buku.Setelah kampanye akbar kemarin, hubungan Valen dan Teddy mulai membaik. Memang tidak seperti dulu, tapi setidaknya Valen sekarang mau menanggapi pesan Teddy dan mengangkat telponnya. Valen memeriksa ponselnya dan dia tidak menemukan pesan apapun hari ini, ia bergumam sejenak dan membuka galeri ponse
"Gila..." Gumam Valen saat turun dari mobil dan melihat ribuan orang memadati stadion Gelora Bung Karno.Terlihat di berbagai penjuru semua orang memenuhi sekitaran stadion mengenakan baju berwarna biru sehingga sekarang stadion Gelora Bung Karno kelihatan bagaikan lautan berwarna biru."Sumpah, Gue nggak nyangka bakal sebanyak ini loh." Sahut Donny yang tak kalah kagumnya dengan pemandangan hari ini, di sekitaran juga banyak penjual makanan yang kabarnya sudah di gratiskan sehingga pengunjung bisa makan sepuasnya disana."Bapak beneran bisa ambil hati masyarakat kayaknya," ucap Valen sambil berdecak kagum, ia lalu memeriksa ponselnya. Beberapa pesan dari Teddy terlihat di notifikasi ponselnya, Valen menghela nafas dan mengabaikannya.Beberapa hari berlalu semenjak terakhir ia bertemu Teddy di rumah sakit, dan semenjak itu pun Teddy selalu berusaha menghubungi nya. Dia selalu menelepon, mengirimkan makan siang, bunga, dan yang lainnya. Tapi tetap saja, sulit untuk Valen bersikap seper
Teddy menatap layar ponsel Rizki dengan seksama, pikirannya berkecamuk. Untuk apa dia melakukan ini? Bukankah dia sudah mendapatkan apa yang dia mau?Teddy mengembalikan ponsel Rizki dan menghela nafas pelan, Donny yang sedari tadi tidak diberitahu siapa sebenarnya yang mereka maksud pun mulai gemas. Ia lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya, setumpuk kertas yang telah ia susun menyerupai buku. Tidak begitu tebal, tapi tidak juga terlalu tipis.Teddy, Rizki, dan Aji memandangi kumpulan kertas tersebut dengan bingung. Donny menarik napas panjang dan mulai menjelaskan."Setelah malam dimana Lo dan Valen berantem, Valen terus nangis di mobil dan bilang ke Gue kalo dia nggak tau apa-apa. Jadinya, Gue berusaha untuk cari tau sendiri awalnya siapa yang udah bikin Valen kayak gini." Jelas Donny, ia diam sesaat dan menyodorkan kertas tersebut kepada Teddy. "Gue nekat masuk ke ruangan Pak Imam dan buka komputernya untuk periksa email masuk, dan Gue nemu ini."Teddy terdiam dan mulai memb
Donny menunggu di depan kantornya dengan tidak sabar, dimana kedua orang itu?? Mereka bilang akan kesini jam delapan pagi. Donny melirik jam tangannya dan waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi, apa mereka tidak datang??Donny bersandar ke dinding dengan kesal sambil memeriksa ponselnya, ada satu pesan dari Valen yang menanyakan keadaan Sarah dan satu pesan dari Sarah yang mengabarkan pada Donny kalau dia sudah sarapan pagi ini. Tapi tidak ada pesan dari Rizki maupun Aji yang katanya akan datang ke kantor lagi ini untuk memulai 'rencana' mereka.Untungnya ia sudah izin kepada Pak Imam bahwa ia baru bisa masuk kantor setelah jam makan siang karena ada urusan, dan Pak Imam mengizinkannya dengan syarat pekerjaan semalam harus selesai malam ini. Ya, walaupun harus membuat repot Valen, tapi sepertinya semua ini akan sesuai.Saat Donny sedang melamun, sebuah tepukan di pundaknya mengagetkannya. Donny tersentak dan mendapati Rizki dan Aji berdiri di hadapannya, Donny mendengus
Seminggu telah berlalu sejak kejadian itu, dan selama seminggu itu pula Teddy kehilangan kabar akan Valen. Setelah kejadian tersebut Teddy berusaha menghubungi Valen dan juga mengiriminya pesan, tapi sampai saat ini tidak ada balasan maupun panggilan telpon dari Valen untuk menanggapi Teddy.Teddy masih marah, tentu. Tapi sebagai lelaki, ia sadar apa yang dikatakannya pada Valen tempo hari sudah berlebihan. Walaupun mungkin benar Valen yang menyebarkan berita itu, membicarakan hal sensitif tentang hubungan mereka di depan orang lain dan menjadikan hal tersebut senjata dalam argumen Teddy benar-benar diluar batasan.Teddy memandangi ponselnya sambil menghela nafas pelan, dalam hatinya ia berharap akan ada sebuah pesan dari Valen. Walau hanya membalas dengan singkat, Teddy sangat ingin tahu kabar Valen. Sebuah tepukan di pundak Teddy mengejutkannya, Teddy menoleh dan mendapati Rajif yang menepuk pundaknya dan ia lalu duduk di samping Teddy."Murung banget, mas? Belum gajian?" Tanya Aji