Cerita ini akan direvisi! Sere baru saja dipecat oleh CEO yang tempatnya berkerja, karena menolak berhubungan badan dengan pria itu. Tiba - tiba saat dirinya tengah menikmati makan dalam keadaan suasana hati tak enak. Kedatangan Kean semakin membuatnya kesal. Dia harus melahirkan, setelah anak mereka lahir dirinya akan diceraikan, Sere meminta mahar lima milyar, agar membuat Faresta tidak menganggunya lagi, malah menyanggupinya. Ikuti kisahnya....
View More"Dasar Jalang! Hanya seorang seperti dia, meminta mahar begitu besarnya. Sangat tidak tau diri," cibir seorang pria.
Lelaki itu duduk di kursi dengan gaya arogan. Asap mengepul saat ia mengembuskannya. Seringai sinis terukir di bibir pria tersebut."Ambilkan kertas cek di laci!" perintah Faresta.Sang asisten yang mendengar itu langsung bergegas melakukan perintah Faresta."Ini Tuan."Matanya tidak berani memandang lama paras Faresta, ia menunduk saat memberikan kertas cek tersebut. Dengan gerakan cepat dia memgambil itu dan mulai menulis sesuatu."Siapkan kontrak buat nanti dia tanda tangani, dan apa jadwal saya hari ini," seru Faresta.Kean, asisten lelaki itu. Ia langsung mengecek jadwal sang bos. Dan menyebutkan kegitan apa saja yang harus dikerjakan Faresta."Meeting bersama Tuan Devano. Mengirim jantung, hati dan ginjal. Malam anda tidak memilih jadwal apapun, waktunya anda bersantai," jelas Kean.Faresta mengangguk paham, lalu mengusir Kean dari ruangan ini. Tak lupa memberitahu lelaki itu jika wanita yang tadi bersamanya, perintahkan agar masuk.***Kemarin sore diruang pasien rumah sakit, terlihat seorang gadis berjongkok dan menyandarkan punggung ke dinding. Wajah cantik itu tampak frustasi, ia menutup muka dengan kedua telapak tangan lalu menjambak rambutnya sendiri."Apa yang harus kulakukan," gumamnya.Suara dering ponsel terdengar, ia langsung merogoh tas dan mengambil benda pipih itu. Bahkan handphone perempuan tersebut telah retak, saat melihat nama yang tertera dia menghela napas lalu menerima panggilan."Kenapa lama banget angkat teleponnya!" bentak seseorang saat sambungan itu terhubung.Perempuan itu langsung menjauhkan benda tersebut dari telinga. Lalu menempelkan lagi."Eumm ... Sere belum ada uang, Yah. Sere baru aja dipecat," ucap Sere pelan.Mendengar jawaban anaknya, netra lelaki itu membulat. Ia langsung mengomel perempuan tersebut. Bahkan omelan yang hanya lewat ponsel seperti lelaki tersebut terasa memarahi di hadapannya."Idiot! Kenapa bisa sampai di pecat, ha!" hardik lelaki itu.Sere yang baru saja hendak mengeluarkan suara, sang Ayah sudah mencecarnya lagi."Dasar gak berguna! Pokoknya kamu harus mengirim uang itu secepatnya."Setelah mengatakan itu, ia menghela napas dan menaruh handphone ke dalam tas. Tubuhnya terasa letih, ia memilih duduk di kursi dekat sang Ibu terbaring."Ibu, Sere bingung harus gimana lagi," lirih gadis itu.Ia menggenggam jemari wanita yang melahirkannya sekarang terbaring di brankar. Bangkit lalu membungkuk mencium pipi Desti yang kurus dan pucat.Tanpa sadar gadis itu terlelap, dikursi dan kepala terbaring ke tempat tidur.Seseorang masuk ke ruangan itu tak lupa menutup pintu lagi. Tatapan murka dia layangkan pada Sere, tanpa belas kasihan. Ia langsung menampar wajah anaknya itu."Dasar gak guna! Bukannya cari kerja, malah enak-enakan tidur," sembur lelaki itu.Sere terkejut mendapatkan tamparan itu, ia memegang pipi dan menatap sang pelaku."Ayah," kata itu keluar dari bibir Sere.Lelaki itu menatap tajam Sere, ia mendekati brankar dan hendak melepaskan alat-alat yang ada di tubuh istrinya."Ayah, kamu mau ngapain!" pekik Sere.Sere menahan lengan ayahnya, lelaki itu menatap sang anak dengan wajah marah."Cepat pergi cari uang atau kerjaan, kalau tidak! Ibumu ini akan cepat mati," sembur lelaki itu.Sere menggeleng mendengar itu, ia menarik tangan lalu mengangguk."Sere bakal lakuin itu, tolong jangan lakuin itu sama Ibu," pinta gadis itu.Lelaki itu menggerakan tangan mengibas, menyuruh agar sang anak cepat pergi. Melihat itu Sere lekas berlari keluar, ia melangkah dengan wajah menunduk."Nona, boleh saya berbicara sesuatu dengan anda? Saya sekertaris Tuan Faresta. Ayo kita ke resto untuk mengobrol sebentar," ujar seorang lelaki.Pria tersebut menepuk bahu Sere."Anda bicara sama saya?" tanya Sere.Lelaki itu mengangguk sebagai jawaban."Ayo ikut saya ke resto, gak enak kalau ngomong begini. Nanti saya traktir," tutur lelaki itu.Sere memandang pria tersebut, lalu teringat saat di kantor melihat lelaki itu. Ia langsung mengangguk sebagai jawaban, lumayan makan gratis pikirnya.Saat mereka sampai di resto, keduanya langsung memesan dan mereka mulai melahap makanan kala pesanan sudah sampai."Nama saya Michael Kean Karlam, panggil saja Kean. Saya sekertaris Tuan Faresta," jelasnya membuat Sere menganggukan kepala.Tatapan tajam langsung perempuan itu layangkan kala pria di depannya itu menyebutkan jika ia sekertaris Faresta."Tolong kondisikan tatapanmu, Nona. Saya pas mengajak Nona udah menyebutkan kalau saya sekertaris Tuan Faresta," tutur Kean lagi.Sere yang mendengar itu mengembuskan napas, memang ia tadi kurang fokus mendengar ucapan lelaki tersebut."Cari saya memang ada apa," seru Sere.Kean menyodorkan berkas pada Sere, membuat ia mengeryitkan alis."Mewakili Tuan Faresta, ingin mengajukan penawaran yang menarik," ujar Kean.Sere langsung membaca berkas tersebut. Setelah selesai matanya menatap marah Kean lalau menaruh kertas itu dengan kasar ke meja."Apa-apaan ini! Pernikahan itu sakral, bukan buat main-main begini."Suara perempuan itu terdengar marah, beruntung tempat ini tidak terlalu ramai. Kean mendengar hal tersebut menghela napas lalu memandang Sere."Tolong pikirkan baik-baik, anda seperti sedang membutuhkan uang. Anda bisa meminta mahar berapapun," lontar Kean.Sere menatap murka ke arah Kean, ia menyebutkan nominal asal karena jengkel."Sombong banget, kalau gitu saya minta mahar lima miliar."Sere segera bangkit lalu meninggalkan Kean, ia tersenyum sinis sebelum meninggalkan lelaki itu."Dasar! Biarkan aku disebut matre, kesal banget dengan gaya sombongnya itu. Pasti nanti saat dia ngasih tau pada Faresta dia akan langsung murka dan tidak mengangguku lagi,"30 - lima puluh jutaSere terbangun saat jarum jam sudah pas menunjuk angka sepuluh. Matanya mengerjap menyesuaikan penglihatan karena cahaya masuk, gorden dibuka oleh Faresta. Pria itu baru saja pulang dari joging, dan melihat istrinya masih terlelap."Eunghhhhh," lenguhan Sere terdengar membuat Faresta menoleh memandang istrinya."Sudah bangun ratu tidur? Ayo cepat mandi dan sarapan," ujar Faresta mendekat dan duduk di hadapan Sere yang mengucek matanya."Ishhh, kamu menganggu saja. Tubuhku sangat pegal itu karenamu!" geram Sere memandang kesal ke arah Faresta."Sudah jangan menggerutu, mau kutambahkan lgi rasa pegalnya!" ancam Faresta membuat Sere membulatkan matanya lalu mendengkus."Kamu memang iblis berwujud manusia!" maki Sere menarik selimut lalu melangkah perlahan menuju kamar mandi, Faresta tersenyum jahat melihat gaya berjalan istrinya.&nbs
29 - Obat yang ditukar"Maaf Yah, tadi Sere tidur," balasnya pelan."Enak ya, tidur-tidur. Mana uang yang mau kamu transfer?" tanya Al dengan nada sedikit keras menahan amarah."Nanti Yah." Sere bingung harus menjawab apa."Nanti-nanti, pokoknya besok uang itu harus ada direkening Ayah!" geram Al lalu mematikan sambungan telepon secara sepihak."Apa yang harus kulakukan," gumam Sere memijit keningnya.***Matahari berganti bulan, Sere memandang langit malam yang terang hari ini. Ia memejamkan mata menikmati semilir angin berembus, lalu melihat bumantara lagi. Memikir ucapan sang Ayah yang menginginkan besok uang itu harus ada di rekeningnya membuat dirinya pusing.Sebuah lengan kekar melingkar di pinggang rampingnya, membikin terlonjak dan suara kekehan terdengar dari belakang."Kamu mengejutkanku, Tuann," geram Sere tetap pada posisi yang sama."Apakah kamu lupa, kamu mengganti panggilanku dengan sebutan apa?" tany
28 - Mencuri!Dari balik pohon Kanara berdiri, memandang bangunan megah yang dulu menjadi tempatnya berteduh. Tangan terkepal saat melihat sebuah mobil keluar, tetapi ia masih ragu untuk menampakkan diri saat mengingat kejadian di mansion Faresta. Ia melangkah mendekat lalu masuk ke sana, tanpa dihalangi oleh orang - orang karena mereka belum tau jika dia hendak diceraikan."Nyonya baru pulang?" sapa pelayan saat melihat Kanara berjalan menaiki tangga menuju kamarnya."Hmmmm." Kanara hanya berdehem dan menoleh sekilas tanpa berhenti melangkah, perlahan ia membuka pintu lalu masuk sedangkan pelayan yang bertanya tadi sudah pergi.Dirinya mengembuskan napas lega saat sampai kamar, dihempaskan tubuh ke kasur yang sangat empuk. Memejamkan mata lalu bangkit lagi, melangkah menuju lemari mengambil beberapa perhiasan miliknya. Hari ini dia nekad ke sini karena uang telah habis tak tersisa, dengan penuh harapan benda mahal ini belum diambil ternyata b
27 - Panggilan baru"Kenapa kamu diam saja Sere, kamukan sudah janji sama Ibu tadi mana," tegur Desti menatap tajam anaknya bak elang memandang mangsa."Ibuuuuu, astaga sudah jam segini. Pasti kamu harus ke kantor, ayoo cepat!" ujar Sere mengalihkan topik ia pamit dengan cepat dan mendorong Faresta agar berjalan."Heyyy, sudah dorongnya. Kita udah sampe ke parkiran," tutur Faresta terkekeh geli lalu berbalik memandang istrinya."Kenapa menatapku seperti itu!" ketus Sere mengalihkan matanya ke samping tidak ingin bertabrakan dengan manik Faresta."Ayo cepat! masuk mobil. Kamu akan aku antarkan ke rumah," kata Faresta lalu masuk tanpa membukakan pintu untuk Sere."Menyebalkan sekali," gerutu Sere lalu membuka pintu dan menutupnya lagi terdengar suara benda itu dikunci membuat Sere memandang suaminya."Kenapa pake segala dikunci," seru Sere spontan Faresta yang menyalakan mobil menoleh memandang istrinya."Memangnya kenapa,
26 - TamparanSere bangun pagi - pagi ia lekas membersihkan diri lalu pergi ke kantin untuk mengisi perut yang bergejolak minta diisi sedari tadi."Ahhh, kenyangnya." Sere mengelap bibirnya lalu cepat membayar."Mendingan aku belikan Ibu buah saja, pasti dia senang." Senyuman itu selalu terbingkai semenjak berbincang dengan Desti, dengan riang ia melangkah pergi menyebrang jalan untuk membeli buah - buahan."Aishhh, beruntung aku masih memiliki uang," ujar Sere memandang dompetnya, ia lekas memilih buah dan membelinya.Setelah membeli buah, Sere langsung ke rumah sakit dan cepat ke ruangan Ibunya. Saat membuka pintu pendengarannya menangkap suara tamparan membuat melebarkan akses masuk lalu matanya membulat saat melihat sang Ibu tengah memegang pipi."Apa yang kamu lakukan!" Teriak Sere penuh kebenciaan, ia mendekat dan mendekapan Ibunya."Dia pantas menerimanya, karena tak menuruti keinginanku," seru Al bersidekap dengan
25 - Jalang!"Sudahlah, Tuan. Kalau kamu ingin pergi, pergi saja," usir Sere dengan nada kesal, ia mengerucutkan bibirnya sambil menghentakan kaki.Faresta mengulas senyum tipis melihat tingkah istrinya, lalu menoleh memandang ibu mertua yang menggelengkan kepala."Ibuu, aku pamit dulu ya," ucap Faresta dibalas anggukan Desti."Hati - hati, Nak." Faresta mengangguk sebagai jawaban lalu melangkah keluar menghilang dari balik pintu."Sereee," panggil Desti membuat wanita itu menoleh memandang Ibunya."Kenapa kamu memanggil suamimu Tuan, kamu jadi seperti bawahannya," seru Desti memandang anaknya bingung."Lalu aku harus memanggil apa, Buu," balas Sere menghempaskan bokongnya di kursi.Aku memang bawahannya, aku akan ditendang jika sudah selesai melakukan tugasku," lanjut Sere dalam hati tanpa sadar meremas baju yang ia pakai.Desti menepuk bahu Sere, membuat perempuan itu mendongak memandang Ibunya. "Ada apa Bu?" tanyanya.
24 -Kamu memanggil suamimu seperti itu? Sere bungkam saat masuk mobil, ia tak mengucapkan sepatah kata pun. Sedangkan Faresta tengah fokus memandang jalanan yang di lalui, dia mengabaikan Sere.Setelah sampai tujuan mereka keluar lalu melangkah menuju di mana Desti berada, Faresta mengembuskan napas pelan lalu menarik lengan Sere agar berjalan disampingnya membuat wanita itu mendengkus kesal. "Kenapa kamu menarikku!" geram Sere dengan suara pelan. "Kita harus memperlihatkan kemesraan kita, ingatlah! bahwa mereka tidak boleh tau jika aku hanya menyewa rahimmu untuk mengandung anakku," tuding Faresta dibalas anggukan pelan oleh Sere. "Kenapa hidupku seperti ini," keluh Sere dalam hati, ia mengulas senyum setelah membuka pintu ruangan VIP. "Hai Ibuuuu, Sere datang," ucapnya berlari sedikit dan memeluk Desti yang tengah terbaring sambil tersenyum saat melihat putrinya datang. "Ibu kira, pengantin baru tidak akan menjenguk Ibu," ca
23 - Lebih keras lagiLengan Sere ditarik, membuatnya mengikuti langkah sang suami menuju kamar mandi. Saat sampai ia melihat Faresta tengah menanggalkan pakaian membikin dia mulai panas dingin dan lekas menutup matanya."Apa yang kamu lakukan," dengkus Faresta saat dirinya sudah menenggelamkan tubuh di bathup."Menutup mata," balas Sere dengan polos."Kenapa menutup mata, bukankan kita sudah bersama. Ayoo cepat bersihkan tubuhku," perintah Faresta membuat Sere mengembungkan pipinya kesal, perlahan membuka tangannya dan mengintip lalu menghela napas lega."Ayooo cepat! ini spon dan sabunnya." Faresta memandang Sere lagi, lalu menyodorkan tempat sabun dan spon."Itu aku melakukannya karena ulahmu, memberikan minuman yang ada obat perangsangnya," ujar Sere dengan nada kesal, ia berjongkok lalu menggosok punggung Faresta dengan spon cara kasar."Lebih keras, kamu lembek sekali!" ejek Faresta membuat Sere menggeram kesal lalu menggo
22 - Insiden di dapurKean sudah pergi sejak tadi, sedangkan Sere tengah menenangkan semua orang di dapur yang berwajah pucat."Tenanglah, kalian tidak akan dipecat. Aku berjanji," ujar Sere mereka semua saling lirik lalu menghela napas dan saling membalas senyuman."Terimakasih Nona, semoga Nona bisa menyakinkan agar kami tidak dipecat oleh Tuan Faresta," seru Koki itu dibalas senyum lembut oleh Sere, membuat semuanya menunduk."Ya sudah, kalian lakukan pekerjaan kalian. Aku mau melanjutkan memasak lagi," tutur Sere membuat mereka mengangguk lalu menghela napas."Semua Nona Sere bisa membantu kami nanti," batin Bulan berseru lalu mulai membantu Nonanya lagi."Akhirnya selesai," kata Sere puas, ia segera menghidangkan bersamaan Faresta berada dihadapannya."Apa yang kamu lakukan di dapur," tegur Faresta dingin memandang tajam semua penghu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments