Share

Luka tak berdarah

Elang menikmati sebatang rokok yang menyala. Langit terlihat mendung, udara masih terasa dingin dan lembab karena hujan dan gerimis yang baru saja mereda. Di taman rumah Arum ia ditemani secangkir kopi hangat juga sebatang rokok ditangan. Namun rasa sesak merelungi jiwanya. Elang menghembuskan asap rokoknya ke udara. Membuat sosok yang baru saja mendekat ke arahnya terbatuk.

"Elang...."

Elang menoleh dan mematikan rokok dan menarunya di dalam asbak. Rengga berjalan menghampiri Elang.

"Eh, mas Angga," sapa Elang, buru buru bangkit dari senderan di kursi.

Angga yang melihat Elang sedih, lalu ia ikut duduk di sampingnya. "Kenapa, sedih begitu?" celetuk Angga.

"Iya, aku lagi tidak baik-baik saja," sahut Elang menatap Angga sekilas lalu kembali lagi menunduk.

"Kuatlah demi, Naura."

"Iya, kau benar, Mas."

Hening, mereka terbungkam dan terdiam sejenak menikmati embusan angin selepas hujan. Menikmati dengan perasaannya juga pikiran mereka masing masing. Elang tak tahu harus berkata apa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status