Share

TULUS

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

250

Mata dan mulut Mentari masih sama-sama terbuka lebar. Tubuhnya membeku. Bahkan kepalanya mendadak sulit untuk digerakkan sekadar menoleh. Namun, tidak berlebihan, bukan, jika ia seterkejut ini.

Bima, laki-laki yang selama ini ia andalkan, ia jadikan pelindung dan tempat bersandar, ia jadikan tempat berbagi dan bergantung, ternyata ….

Bukan hanya Mentari sebenarnya yang terkejut, Samudra pun merasakan hal yang sama. Bagaimana tidak? Ia pernah begitu cemburu dan iri pada laki-laki itu. Bahkan sejak awal-awal pernikahan, karena Bima bisa dengan mudah merebut perhatian Mentari.

Rasa persaingan yang sebenarnya tidak sehat pun terus berjalan antara dirinya dengan laki-laki itu karena belakangan bukan hanya perhatian Mentari yang ia cemaskan diambil Bima, tapi lebih dari itu anak-anaknya yang terlanjur dekat dan mungkin sudah menganggap pengganti dirinya.

Namun, siapa sangka kini harus mendapati kenyataan jika laki-laki itu adalah orang suruhan ibunya.

Jadi, haruskah bahagia karena menya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (16)
goodnovel comment avatar
Kartina Nasrah
Perghhhh!!! Tegasnya Bu Widya. Saya speechless. Sama seperti Mentari. I'm a feminism. Rasa cinta Bima adalah rasa cinta seorang lelaki. Mentari memang layak untuk mencintai Bima. Hanya Bima seorang yang tulus dan baik hati, rela melepaskan seorang bernama Mentari. Love this Chapter. ......
goodnovel comment avatar
Aidasatri Yudianti
Ibu widya memang yg terbaik untk Mentari ...
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Hahahaha denger tuh Samudra...ibumu akan menjadi garda terdepan untuk Mentari jika disakiti lagi,jadi jangan menyia-nyiakan kesempatan yang sudah ada
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   JUJUR

    251“Ibu bawa si kembar pulang duluan, ya, biar kamu bisa leluasa ngurusin bayi besarmu di sini.”Mentari tersenyum mendengar ucapan sang ibu mertua. Wanita itu berjalan menyamai kursi roda yang tengah menuju pintu keluar. Widya pamit pulang setelah dirasa cukup bicara dengan anak menantunya. Ia juga harus beristirahat.“Boleh ya, Ibu bawa Bulan sama Barra pindah sekarang?” ulang Widya saat melihat menantunya masih diam dan malah melirik sekilas laki-laki di atas ranjang pasien.“Tidak usah, Bu. Bulan sama Barra biar di apartemen saja dulu. Kan, papanya juga belum sembuh.” Mentari mencoba tersenyum agar tidak menyinggung perasaan ibu mertuanya.“Justru biar sekalian, kalau Samudra sembuh nanti kalian langsung pulang ke rumah saja.”“Tidak apa-apa, Bu. Biar mereka di apartemen saja dulu. Sayang kan, ranjang barunya baru dipakai semalam.”“Nanti biar Nenek belikan ranjang baru yang lebih bagus di sana. Biar mereka betah.” Widya masih membujuk.“Jangan, Bu. Biar mereka pakai yang sekaran

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   BUKAN SEKADAR JANJI

    252“Enak nggak, Mas?” tanya Mentari seraya menyeka pinggiran bibir Samudra setelah memberikan suapan terakhir salad buah yang ia bawa dari rumah.“Apa pun makanan buatan tanganmu, Mas pasti suka.” Samudra menjawab ambigu.“Walaupun tidak enak maksudnya? Kamu akan tetap suka walaupun makanannya tidak enak?” Mentari melipat tangannya di dada.Samudra meraih tangan Mentari, lalu menggenggamnya erat. “Makanan buatanmu selalu enak di lidah Mas. Bergizi pula. Buktinya saat kamu tinggal lama, tubuh Mas kurus karena tidak mendapat asupan makanan yang bergizi buatan tanganmu.”Mentari memiringkan bibirnya.“Dan lihatlah si kembar, karena dibuatin makanan bundanya setiap hari, mereka gemoy-gemoy. Mereka padat dan sehat. Sementara papanya kurus kering.”“Papanya juga tetap gemoy, kan, dibuatin bekal tiap hari sama asistennya.” Mentari mencibir.“Mulai lagi, deh.” Samudra sebal.“Tapi bener kok, Sayang. Mas kurusan, kan? Lihat, kata orang Mas jadi jelek setelah menduda.” Samudra menempelkan kedu

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MENGHILANG

    253“Dek Sam, kondisimu belum memungkinkan untuk keluar rumah sakit.” Dokter Rena yang kembali dimintai tolong, menatap Samudra dengan khawatir. Luka bakar di punggung pria itu masih basah, tetapi ia memaksa ingin keluar untuk mencari Mentari.“Aku tidak mungkin diam saja di sini, sementara istri entah di mana, dokter.”“Kamu sudah menyuruh orang untuk mencarinya, Dek.”Samudra menggeleng. Lalu merentangkan tangannya saat perawat laki-laki membantu memasangkan kemeja berukuran besar di tubuhnya.“Dokter tidak akan mengerti perasaanku. Dan aku memang tidak minta dimengerti. Aku hanya minta tolong untuk mengurus segala administrasi di sini, dok.”“Dek Sam, kalau terjadi sesuatu yang lebih parah dengan lukamu di luar sana, pihak rumah sakit tidak akan bertanggung jawab karena kamu pulang sebelum dokter menyatakan sembuh.”“Tidak apa-apa, dok. Lukaku tidak lebih penting dari keselamatan istriku. Lukaku tidak akan lebih sakit dibanding aku kehilangan istriku. Cukup sekali aku kehilangannya

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KE MANA MENTARI?

    254Ruangan yang awalnya gaduh, kini perlahan tenang hingga hanya menyisakan sedu-sedan dari dua bayi yang kini menyusu dari dot.Samudra memeluk keduanya di kedua sisi agar mereka tenang. Padahal hatinya sendiri tak dapat digambarkan riuhnya seperti apa.Kecemasannya kini bertambah setelah melihat bagaimana kedua anaknya tantrum tak menemukan ibu mereka. Padahal baru beberapa jam saja mereka terpisah, tapi sudah sebegitu rewel keduanya. Tak sanggup Samudra membayangkan jika Mentari lebih lama lagi tak membersamai mereka.Samudra menciumi pucuk kepala kedua anaknya bergantian dengan hati pedih. Matanya memejam selagi ciuman itu masih bersarang di kepala keduanya. Barra dan Bulan baru bisa tenang setelah dirinya bersusah payah menenangkan.Awalnya kedua bayi itu terus saja menangis. Hingga kedua wanita yang menggendongnya kewalahan. Satu hal yang Samudra yakini jika kedua anaknya bukan hanya mencari Mentari, tetapi mereka belum terbiasa dengan tempat baru yang terlalu asing. Itulah mun

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PENCARIAN

    255Samudra memejamkan matanya dengan kesal. Kedua tangannya mengepal erat. Bahkan setelah wajah sang sopir tak dapat dikenali lagi karena baru saja menjadi sasaran empuk dua pria berbadan besar, Heru tetap saja tak mengaku menyusul Mentari masuk ke minimarket. Apalagi sampai bersekongkol mengakibatkan hilangnya Mentari.Pria bernama Heru itu bersikukuh jika orang dalam video bukan dirinya. Ia bahkan sampai bersumpah demi nama Tuhan. Ia tetap mengaku tinggal di dalam mobil selama menunggu istri bosnya itu belanja.“Bagaimana ini, Bos? Dia masih belum mengaku. Dia bisa mati kalau terus dipukuli.” Hamish yang ikut bingung, bertanya. Heru sudah terkapar di lantai sebuah ruangan, tetapi tak kunjung mau mengaku.Samudra mengembus napas kasar. Sungguh, ia sebenarnya tidak tega melihat pria yang selama ini dipercaya mendampingi Mentari terkapar tak berdaya dengan wajah babak-belur, tapi tidak ada pilihan selain meminta keterangan pria itu karena wajahnya yang tertangkap kamera bersama istri

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PECUNDANG

    256“Apa kamu suka di sini?”Mentari mengerjap dan menoleh ke asal suara. Namun, ruangan yang tidak begitu terang karena hanya pencahayaan kecil di atas sana, matanya tak dapat menangkap jelas wajah seseorang yang barusan bertanya. Hanya silau yang ia dapatkan dari pantulan cahaya lampu kecil itu. Terlebih posisinya yang meringkuk.Sebuah sepakan terasa di kakinya bersamaan pertanyaan yang kembali meluncur.“Aku sedang bertanya padaku, Mentari. Apa kamu suka di sini?”Mentari memejam, darahnya mendadak mendidih. Ingin rasanya berteriak di depan wajah orang yang melakukan ini padanya. Bagaimana ia mau menjawab, sementara mulutnya saja disumpal sesuatu.Kaki dan tangannya bahkan diikat dengan kuat.Mentari memaksa otaknya untuk mengingat apa yang terjadi sebelum ini padanya.Ia meninggalkan Samudra di rumah sakit setelah suaminya itu tidur pulas. Bukan karena tega, tetapi Rumi yang menelepon jika Bulan dan Barra mulai rewel di rumah. Padahal stok susu masih banyak.Ia pulang tanpa memba

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   SEBENCI ITU

    257“Sudah kukatakan jangan berteriak di depanku! Di sini, kamu bukan siapa-siapa!” Ratri membentak seraya mencengkeram dagu Mentari dengan sangat kuat.“Mungkin suami dan mertuamu menyanjung dan menujamu seolah kau seorang putri raja, tapi bagiku, kamu bukan siapa-siapa! Aku bahkan bisa melenyapkan nyawamu saat ini dalam beberapa detik saja!”“Dan kamu akan mendekam di balik jeruji besi selama sisa hidupmu!” Mentari mencoba melawan walaupun hanya dengan kata-kata.“Oh, tidak masalah.” Ratri menyeringai. Tangannya bahkan menggoyang wajah Mentari solah itu adalah mainan dalam genggamannya.“Aku tidak takut mendekam di balik penjara, asalkan puas dapat melihat suami tercintamu menderita seumur hidupnya tanpamu di sisinya. Aku akan tertawa senang melihat pria payah itu menangisi dan meratapi kepergianmu. Dan … kesedihannya pasti berlipat karena anak-anakmu kehilangan ibu mereka ter-sa-yang.” Ratri mendekatkan wajahnya lagi hingga jarak mereka hanya beberapa inci saja. Bukan hanya itu, ia

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MASIH MENCARI

    258“Mentari ….”Dengan tertatih-tatih, Samudra keluar dari mobil, lalu mengejar wanita berkerudung yang berjalan di trotoar.“Tari ….” panggilnya lagi dengan terus mempercepat langkah walaupun terseok, hingga ia dapat menggapai lengan baju si wanita. Ditariknya lengan itu agar pemiliknya menghadap padanya. Pakaian dan kerudung yang mirip dengan yang dipakai Mentari tadi pagi membuatnya yakin jika itu adalah sang istri. Namun ….“Ada apa, ya?”Samudra tertegun. Ia mundur dan pundaknya meluruh, sebelum berbalik dan berkata.“Maaf, keliru orang, Mbak.”Pria itu berjalan gontai menuju kembali ke mobilnya yang terjebak di lampu merah. Sampai semalam ini, ia belum juga menemukan Mentari. Padahal Hamish dan beberapa orang yang menyertainya sudah mencari hingga seluruh penjuru ibu kota.Rumah Mentari tak luput dari tujuan mereka. Dengan melompati pagar dan mendobrak pintu, ia dapat masuk ke sana. Namun, bukan menemukan Mentari seperti tujuannya, hatinya malah dibuat semakin remuk redam karen

Latest chapter

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEJUTAN

    376Sore hari Nuri dikejutkan dengan kedatangan Rendra yang menjemputnya ke rumah baru mereka. Rendra meminta Nuri segera bersiap karena akan diantar ke suatu tempat. Katanya atas permintaan Bastian. Sementara Bastian sendiri tidak mengatakan apa pun, padahal waktu istirahat siang tadi mereka sempat bicara di telepon.Walaupun heran, tak ayal Nuri menurut karena sudah sangat mengenal orang kepercayaan Samudra yang dulu selalu melindungi dirinya dan Bastian itu.Rendra mengatakan ini kejutan, dan sebenarnya Bastian melarangnya untuk mengatakan lebih dulu, tapi terpaksa ia katakan karena awalnya Nuri menolak ikut. Dan benar saja, pengawal merangkap sopir itu pertama membawanya ke sebuah salon kecantikan. Di sana Nuri didandani sangat cantik. Gaun malam indah berwarna hitam membalut tubuh sintalnya. Nuri sampai pangling melihat bayangan dirinya sendiri di cermin.“Sebenarnya kita mau ke mana, Pak? Aa Bastian di mana?” tanya Nuri saat mereka sudah kembali berada di dalam mobil. Rendra memb

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KERESAHAN NURI

    375Kehidupan kembali berjalan normal setelah mereka pulang ke tanah air. Mereka melanjutkan hidup masing-masing dengan tetap membawa kehangatan keluarga yang semakin terjalin erat. Waktu seminggu liburan seolah menjadi isi ulang energi agar lebih bersemangat dalam menjalani hidup yang sesungguhnya. Antusiasme efek isi ulang itu sangat berdampak dirasakan Mentari dan Samudra. Rasa cinta mereka pun bertambah berkali-kali lipat. Rasanya tidak ada lagi yang mereka inginkan dalam hidup selain tetap bersama.Pagi ini, seperti biasa Mentari mengantar suaminya yang akan berangkat ke kantor, hingga ke mobil yang menunggu di halaman. Tangannya yang mengait erat di lengan Samudra, juga kepalanya yang menyandarm anja selama berjalan hingga halaman, menandakan jika ikatan itu tak akan terpisahkan. Beberapa kecupan di wajah mentari menjadi salam perpisahan setiap kali Samudra akan berangkat ke kantor. Baginya, satu kecupan saja tidak cukup.Mentari melambaikan tangan saat mobil mulai bergerak meni

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEHANGATAN KELUARGA

    374Keesokan paginya, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai, menerangi kamar hotel dengan cahaya keemasan. Mentari membuka matanya perlahan dan melihat Samudra masih tertidur lelap di sampingnya. Ia tersenyum kecil, merasa beruntung bisa menikmati momen ini.Perlahan, ia mengulurkan tangan, menyelipkan jemarinya di antara rambut Samudra yang acak-acakan, merasakan kelembutan helai-helainya yang sudah mulai memutih di beberapa bagian. Tanpa sadar, hatinya berdesir melihat wajah damai yang semakin hari semakin menambah kadar cintanya.Ia teringat perjalanan cinta mereka yang penuh liku—berawal dari nikah dadakan karena pergantian mempelai laki-laki, salah paham, kecurigaan, dipisahkan fitnah, hingga akhirnya berlabuh dalam cinta yang mendalam. Sekarang, mereka punya segalanya yang ia impikan: pernikahan yang harmonis, anak kembar yang lucu, dan waktu berharga berdua seperti pagi ini. Ia merasa amat bersyukur."Mas …" bisiknya penuh kelembutan, meski ia tahu suaminya belum benar-b

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MENGENANG

    373“Akhirnya ….” Samudra menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk berukuran besar di kamar hotelnya. Pria itu telentang dengan kedua tangan terbuka lebar dan kedua kaki menjuntai ke lantai. Entah ada keajaiban apa, tiba-tiba saja Bastian memaksa membawa si kembar ke kamarnya, katanya ingin mengajak mereka menginap di sana.Seperti mendapat durian runtuh, tentu saja Samudra merasa lega. Bagaimana tidak? Dua anaknya ingin bermain naik kuda-kudaan di punggungnya. Dua sekaligus.“Makanya, nikah jangan terlalu tua. Biar anak pas aktif-aktifnya, papanya masih strong ngajak mainnya,” ledek Mentari sambil melihat Samudra yang ngos-ngosan melayani kedua anaknya.“Kalau Mas nikah muda, pasti bukan sama kamu.”Mentari mengernyitkan keningnya.“Iya, kan? Kalau Mas nikah umur dua puluhan, pasti bukan sama kamu, karena saat itu kamu masih bau kencur. Mungkin masih ingusan. Belum bisa dinikahi.”Mentari memutar bola mata, tapi ucapan Samudra ada benarnya. Selisih usia mereka cukup jauh. Kalau Samudr

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEBAHAGIAAN SEMPURNA

    372Pagi itu, matahari Paris menyentuh lembut jendela kamar hotel tempat Nuri dan Bastian menginap. Begitu Nuri membuka jendela, aroma bunga musim semi menyeruak ke dalam kamar, membawa sensasi kebahagiaan yang sempurna.Paris di musim semi adalah lukisan hidup: pohon-pohon sakura bermekaran di taman-taman kota, bunga-bunga aneka warna menghiasi jalanan, dan angin yang sejuk membelai wajahnya, membuat wanita itu tersenyum.Nuri berbalik menghadap ranjang tempat Bastian masih terlelap. Pertarungan panas mereka tadi malam memang menyisakan kelelahan yang teramat. Pantas jika sang suami masih nyenyak. Namun, agenda hari ini padat, dan Nuri tidak mau melewatkannya.Terlebih, hari ini mereka akan menikmatinya bersama keluarga Samudra.Nuri berjalan menuju pintu, lalu keluar dan mendatangi kamar sebelah tempat Samudra dan keluarganya menginap.Ia langsung mengetuk pintu. Tidak menunggu lama, Mentari membukanya.“Hai, Nur. Sudah cantik aja, nih. Sepertinya kamu sudah siap ya, jalan-jalan.” M

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEINDAHAN

    371Panik, Bastian berjalan ke arah kios tempat terakhir kali ia melihat Nuri. Ia menanyakan pada beberapa orang di sekitarnya dengan menyebutkan ciri-ciri Nuri, namun tak seorang pun mengetahui istrinya.Aneh, dalam sekejap saja, Nuri hilang seolah ditelan bumi.Pikiran Bastian mulai dipenuhi kekhawatiran. Ini negara orang, dan Nuri baru ke sini. Tidak bisa bahasa Prancis maupun Inggris. Bagaimana kalau ia tersesat?Bastian memutuskan untuk menghubungi Nuri melalui ponsel, tapi panggilannya tak tersambung.“Nomornya tidak aktif,” gumamnya, merasakan kekhawatiran yang semakin besar. Ia terus mencoba, namun hasilnya tetap sama. Napasnya mulai tak beraturan, bayangan buruk terus menghantui pikirannya.Bagaimana jika Nuri diculik? Atau tersesat jauh? Ini Paris, negara yang asing bagi istrinya.Tanpa berpikir panjang, ia mulai menyusuri setiap sudut jalan, berharap bisa menemukan sosok Nuri yang entah kenapa bisa hilang secepat ini.Langkah Bastian semakin cepat, dadanya mulai terasa sesa

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PARIS

    370Paris menyambut dua keluarga itu dengan segala pesonanya yang melegenda. Bastian, Nuri, Samudra beserta Mentari dan juga si kembar, turun dari taksi di depan hotel bergaya klasik yang berada di jantung kota.Gedung hotel itu berarsitektur ala Eropa kuno dengan detail balkon berornamen besi tempa dan jendela besar berbingkai kayu putih. Setiap sudutnya tampak seperti lukisan, begitu indah dan romantis. Paris memang terkenal dengan pesona abadinya, dan hari itu, senyum tak pernah lepas dari bibir Nuri.Wanita mungil itu langsung membulatkan mulutnya. Tak henti-henti ia mengagumi kota mode itu semenjak menginjakkan kaki di bandara Charles de Gaulle tadi.“Aa….” Nuri memekik seraya menyatukan kedua tangannya yang terkepal di depan dada. Tubuhnya sedikit membungkuk. “Kita benar-benar di Paris, ya?” tanyanya polos tanpa melihat Bastian karena pandangannya terus menyapu seluruh sudut kota.Bastian tersenyum. Pun dengan Samudra dan Mentari yang ikut mendengar. Antara bahagia yang Bastian

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   RUMAH BARU

    369Bastian mengusap wajahnya setelah mengembuskan napas berkali-kali. Laki-laki itu duduk di sofa dengan wajah menunduk, kedua siku bertumpu di atas pahanya.Suara langkah ayah dan adiknya semakin memudar di kejauhan, membawa kelegaan sekaligus kepedihan yang menyatu dalam dadanya. Rasa lelah dan berat di dadanya mulai bergulir. Ia tahu, sejak saat ini, hubungan dengan keluarga tidak akan sama lagi.Ia yakin, meski tadi sudah menjabat tangannya karena paksaan sang ayah, Andra tidak akan begitu saja melupakan semua ini. Dan Richard? Bastian sangat yakin bahwa mulai saat ini pria itu akan membatasi diri dalam memberikan kasih sayang dan perhatian padanya karena khawatir menimbulkan kecemburuan dari anaknya yang lain.Padahal Bastian sudah sangat bahagia memiliki keluarga. Siapa sangka kebahagiaannya harus diwarnai dengan drama kecemburuan dari adiknya yang berlanjut dengan percobaan merebut istrinya.Sebuah tepukan mampir di pundak Bastian. Sentuhan itu seperti jangkar yang membawanya

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   DILEMA AYAH

    368Kedua tangan Bastian kembali mengepal kuat. Wajahnya yang sempat tenang kini kembali memerah dan tegang. Andai bukan karena gelengan Nuri yang menunjukkan ketakutan dan tatapan memohon dari Samudra agar ia tetap tenang, wajah Andra yang sudah babak-belur itu mungkin akan dibuatnya semakin tak berwujud.Bastian menahan napas, padahal dadanya sudah naik-turun dengan cepat."Aa..." Nuri mendekat. "Jangan dengarkan dia. Dia hanya mengada-ngada. Itu sama sekali tidak benar. Aa tahu saya hanya menyukai Aa." Wajah Nuri pucat, sorot ketakutan terpancar jelas. Tangannya meraih tangan Bastian."Saya hanya menganggapnya sebagai adik. Tidak lebih," lanjut Nuri mengiba. "Kalaupun tadi saya menemuinya, itu karena dia bilang mau pamitan sebelum ke Yogya. Kami tidak sempat bertemu sebelum kita kembali ke sini." Suara Nuri terdengar lirih dan bergetar."Sungguh, kalau saya tahu akan seperti ini, saya akan membangunkan Aa saat dia menelepon dari depan pintu. Aa, percayalah pada saya. Dia gila kalau

DMCA.com Protection Status