Share

MENANGIS

215

Mentari menelan ludahnya dengan susah payah. Tubuhnya membeku. Bagaimana ini? Di saat Bima mundur agar dirinya bisa bersama Samudra, justru pria itu memberikan berkas perceraian. Kenapa waktunya bisa bertepatan seperti ini? Apa ini hanya kebetulan semata?

Mentari bergeming. Tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak tahu harus mengatakan apa. Haruskah mengatakan jika Bima memintanya kembali bersama Samudra? Apa Samudra tidak akan mengatai dirinya menjilat ludah sendiri?

“Tari ….” Panggilan Samudra membuat wanita itu mengerjap.

“Kamu tidak apa-apa?” Suara sang pria sarat kekhawatiran.

Mentari menggeleng cepat, tangannya refleks meraih amplop di tangan Samudra. Lalu membukanya dengan gerakkan tergesa.

“Di mana aku harus tanda tangan?” tanyanya dengan menekan perasaan. Tangannya memeriksa setiap kertas dengan tak beraturan. Hingga kening Samudra berkerut karenanya. Sungguh, Mentari terlihat tidak baik-baik saja. Wanita itu tidak fokus, gerakkannya kacau hingga membuat berantakan kertas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (27)
goodnovel comment avatar
Teh Poci
semoga ratri bisa berbesar hati seperti bima
goodnovel comment avatar
Yuli Yuliyuli
si nenek lampir ganggu kesenangan orang aja! di bikin mati aja si latri kak
goodnovel comment avatar
Lailatul Adawiyah
pasti si Ratri kesel aq knapa dia hrs datang biar ratri sama Bastian sja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status