Share

3. BAYI YANG DITUKAR

Penulis: Evita Maria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-19 18:56:18

Upacara pelantikan Qi Xiang dilangsungkan keesokan harinya, disaksikan seluruh pejabat negara dan bala tentara.

Raja Qi You tak memiliki pilihan selain menuruti keinginan kakaknya demi keselamatan ratu dan putra mahkota.

Dengan berat hati ia menyerahkan mahkota dan jubah emas kerajaan kepada Qi Xiang.

Raja baru itu bangkit berdiri, dibantu ajudan Ma Yin, ia mengenakan pakaian kebesaran raja dan memasang mahkota dengan hiasan naga emas di kepalanya.

Qi Xiang menyeringai puas, ia duduk di singgasana dengan pongah.

“Sekarang izinkan aku berkumpul lagi dengan istri dan anakku!” ujar Qi You.

Qi Xiang menoleh padanya dan tersenyum sinis.

“Berlutut dan memohonlah padaku selayaknya seorang hamba!” Qi Xiang menyeringai kejam.

Sudah lama ia memimpikan hal itu terjadi, adik yang dibencinya bertekuk lutut dan mengemis meminta pengampunan.

Mengubur harga dirinya, Qi You berlutut dan mengiba, “Kumohon lepaskan istri dan anakku!”

Qi Xiang tertawa terbahak-bahak, lalu membungkukkan badan agar dapat melihat ke mata Qi You, “Kau kira setelah ini aku akan membiarkan kalian tetap hidup, hah? Apalagi putramu yang bersisik itu, aku harus membunuhnya lebih dulu sebelum ia kelak membunuh dan merampas tahta-ku!”

Qi You terkesiap, tak menyangka kakaknya berubah menjadi sangat kejam hingga tega ingin membunuh keluarganya sendiri.

“Aku adalah saudaramu satu-satunya, bisakah kau berbelas kasih sedikit saja?”

“Mendiang ayah sering memaki-ku sebagai anak haram, sejak itu aku tidak pernah menganggap dirimu sebagai saudara. Kau hanyalah duri dalam daging bagiku!” desis Qi Xiang.

Qi You sudah hilang kesabaran, dengan kekuatan yang ada ia merangsek ke arah Qi Xiang.

Namun Qi Xiang berkelit ke samping hingga tubuh Qi You menabrak kursi singgasana di depannya.

Saat ia berbalik, Ma Yin sudah menodongkan pedang ke lehernya.

“Kau berniat membunuhku? Sungguh cari mati!” Qi Xiang melotot marah, sejenak kemudian ia berteriak memanggil pengawal.

“Pengawal, bawa pemberontak Qi You ke alun-alun Kota Raja untuk dieksekusi!” titah Qi Xiang mengejutkan semua yang hadir di situ, termasuk para pengawal.

Mereka tak berani bergerak, bagaimanapun Qi You pernah menjadi pemimpin mereka.

“Apa yang kalian tunggu? Cepat laksanakan!” bentak Qi Xiang pada dua pengawal yang terlihat ragu-ragu.

Dengan bengis Qi Xiang merampas pedang di tangan Ma Yin lalu menebasnya ke dada mereka berdua, dua pengawal tersebut ambruk ke lantai dan tewas seketika.

“Inilah hukuman bila tak menuruti perintahku!” kata Qi Xiang penuh kegeraman. Semua yang hadir merasa ngeri melihat pemandangan itu.

“Tunggu dulu, Yang Mulia!” Ma Yin membisikkan sesuatu ke telinga Qi Xiang. Raja lalim itu tersenyum sambil mengelus jenggotnya.

“Ide bagus, kuserahkan penjahat negara ini padamu!” Qi Xiang menepuk bahu Ma Yin.

Ma Yin membalas senyum liciknya seraya mengangguk.

Sebelum pergi, Qi Xiang memandang Qi You dengan senyum mengejek, “Selamat tinggal, Saudaraku!”

Qi You hanya terdiam, begitupun saat Ma Yin melepaskan pakaian tebalnya secara paksa hingga menyisakan pakaian dalam berupa kimono berwarna putih.

Gelungan rambut pun dilepas hingga rambut panjangnya bergerai awut-awutan.

Tangan dan kaki dibelenggu dengan tali tambang besar, Qi You ditempatkan dalam sangkar besi beroda lalu diarak menuju alun-alun Kota Raja.

Penduduk kota Xianfeng berkumpul di alun-alun, menyaksikan raja mereka tercinta diperlakukan seperti penjahat perang.

Tak sedikit dari mereka yang menangis prihatin, namun tak berani menghadapi tentara-tentara berwajah bengis, ditambah tujuh Malaikat Pencabut Nyawa, antek-antek Qi Xiang yang memiliki riwayat kriminalitas tertinggi di seluruh negeri.

Diam-diam Xian Lian dan bibi Shu menyelinap di antara penduduk kota yang berjubel, menonton Qi You dikeluarkan dari sangkar besi lalu diseret ke atas panggung yang ada di tengah-tengah alun-alun.

Di sana telah bersiap algojo berjubah hitam membawa sebilah golok.

Xian Lian menutup mulut dengan kedua tangan, air mata berderai menuruni pipinya yang putih mulus.

Tak kuat rasanya menyaksikan pria yang dicintainya dalam kondisi memprihatinkan.

Kalau tak ingat bayinya, tentu ia sudah maju ke depan dan memilih mati bersama suaminya.

Ma Yin menekan pundak Qi You hingga mantan raja yang malang itu jatuh berlutut.

Tak ada ketakutan di mata Qi You, tampaknya ia sudah pasrah akan nasibnya.

“Kalian semua dengar, Qi You adalah anak haram raja terdahulu. Ia telah membunuh ayahnya dan menyingkirkan Yang Mulia Qi Xiang agar bisa menjadi raja. Kalian semua sudah dibodohi selama ini!” teriak Ma Yin keras-keras agar semua rakyat mendengarkan fitnah keji yang ia tebarkan.

Xian Lian mengepalkan tangan mendengar kasak-kusuk penduduk yang mendengarkan kata-kata Ma Yin, bibi Shu mencengkram lengannya untuk mencegah ratu bertindak nekat.

“Xian Lian, kau lihat suamimu seorang penjahat negara sedang tak berdaya di sini. Sebaiknya kau dan anakmu menyerahkan diri sekarang juga!” teriak Ma Yin, matanya memindai kerumunan orang di depannya.

Ia berharap Xian Lian dan putra mahkota muncul.

“Kalau kau dan anakmu tidak menyerahkan diri maka kepala suamimu akan kupisahkan dari tubuhnya!” ancam Ma Yin.

Ia menyuruh si algojo bersiap di belakang Qi You dengan goloknya.

“Kuhitung sampai tiga, bila kau tidak keluar maka jangan salahkan aku!”

Tubuh Xian Lian gemetar hebat saat Ma Yin mulai berhitung, ia tak bisa membiarkan suaminya dibunuh dengan cara keji.

Ia bermaksud maju namun Bibi Shu menahannya sekuat tenaga.

“Mereka akan tetap membunuh kalian, tidak ada yang bisa Anda lakukan!” bisik bibi Shu dengan air mata berlinang, ikut sedih melihat raja dan ratunya menghadapi ujian yang sangat berat.

“Satu … dua … ti …,” Ma Yin belum selesai berhitung ketika Qi You yang sejak tadi diam membisu tiba-tiba berteriak nyaring.

“Istriku, jaga anak kita. Aku mencintai kalian!” setelah itu Qi You berdiri lalu menyerang Ma Yin dengan menabrakkan dirinya.

Ma Yin yang sedang memegang pedang terhunus tak sempat berkedip.

Dada Qi You tertembus pedang tanpa bisa dihindari.

Ma Yin segera menarik pedangnya, Qi You jatuh berlutut kembali.

Kepalanya terkulai ke bawah hingga dagu menyentuh dada, raja berhati malaikat itu telah wafat.

Xian Lian menahan diri untuk tidak menjerit, hatinya benar-benar hancur.

Bibi Shu segera menariknya menjauh, sebelum ada tentara yang mengetahui keberadaan mereka.

Mereka keluar dari Kota Raja, menuju sungai Kuning.

Di sana telah menunggu pria pendayung tongkang yang menggendong bayi putra mahkota di tepi dermaga.

“Kalian lama sekali,” keluh pria bernama Wang Ji itu, “Hamba sudah khawatir terjadi apa-apa.”

Omelannya terhenti saat melihat wajah ratu yang kuyu habis menangis, ia mulai menduga apa yang telah terjadi. “Hamba turut berduka, Nyonya Xian!”

“Aku akan membalas dendam kematian suamiku,” desis Xian Lian lalu memandang Wang Ji, “Bisakah kau carikan aku kereta kuda? Aku harus menuju Perbatasan Timur mencari Jenderal Xiao Gang, hanya dia yang bisa melindungi aku dan putraku.”

“Perbatasan Timur cukup jauh, butuh waktu tujuh hari tujuh malam untuk sampai ke sana!” kata Wang Ji, “Sebaiknya Anda menginap di rumah Hamba, besok pagi-pagi benar kusiapkan bekal dan kereta kuda untuk kalian!”

“Terima kasih, Wang Ji!” kata Xian Lian terharu, “Aku tak ingin menempatkanmu dalam bahaya.”

“Yang Mulia Qi You sudah berbuat terlalu banyak kebaikan pada keluargaku, sampai mati pun tak dapat kubalas. Izinkan Hamba menolong Anda!” ucap pria bertopi caping itu tulus.

Akhirnya mereka menyeberangi Sungai Kuning menuju desa Kuning di mana Wang Ji tinggal bersama keluarganya.

Mereka bertiga disambut oleh istri Wang Ji yang bernama Yan Li yang baru saja melahirkan putra ketiganya empat hari yang lalu.

Sebenarnya Yan Li tidak suka dengan kehadiran Xian Lian karena sangat berbahaya menyembunyikan buronan pemerintah.

Tetapi ia tak berani melawan suaminya, Wang Ji.

Saat berada di dalam kamar, Xian Lan berpikir keras sambil menggendong bayinya.

Perjalanannya menuju Perbatasan Timur adalah perjalanan yang berisiko karena ia dan bayinya adalah buronan.

Sebentar lagi gambar wajahnya dan sang bayi akan terpampang di seluruh daerah.

Putranya harus selamat apapun yang terjadi agar kelak dapat merebut tahta dari Qi Xiang.

Tiba-tiba ia teringat akan bayi milik pasangan suami istri Wang Ji, lebih aman bila putra mahkota tetap ada dalam pemeliharaan Wang Ji, si pengayuh tongkang yang hidup sederhana di desa Kuning.

Tak akan ada yang curiga dan mengincar nyawanya karena tidak akan ada yang mengira dialah putra mahkota yang sebenarnya.

Keesokan pagi, Xian Lian keluar dari kamar, menemui suami istri Wang Ji dan Yan Li.

“Wang Ji, aku memiliki satu permintaan!” kata Xian Lian berterus-terang.

“Apapun permintaan Nyonya, Hamba akan melakukan semampuku!” janji Wang Ji. Yan Li menyenggol lengannya dengan kesal.

Wanita di depan mereka ini sudah bukan ratu melainkan buronan, mengapa masih harus tunduk? Begitu pikirnya.

“Aku ingin menukar bayiku dengan bayimu!” permintaan Xian Lian bagaikan petir di siang bolong di telinga Yan Li.

“TIDAK!” teriaknya histeris.

Bab terkait

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   4. SILUMAN AIR

    “Aku ingin menukar bayiku dengan bayimu!” permintaan Xian Lian bagaikan petir di siang bolong di telinga Yan Li.“TIDAK!” teriak Yan Li histeris sambil mendekap bayinya erat-erat.Wang Ji menghela napas sebelum akhirnya berkata, “Baiklah, Hamba akan menukar putra kami dengan Yang Mulia Pangeran!”“Apa kau gila, Suamiku? Menyerahkan anak kita ke tangan buronan kerajaan sama dengan membunuhnya!” mata Yan Li melotot ke arah Wang Ji.“Serahkan anak kita, Yan Li!”perintah Wang Ji tegas dan tak bisa dibantah.Dengan berat hati dan tak henti-hentinya menangis, Yan Li menyerahkan bayinya ke tangan suami. Xian Lian sendiri menciumi putra kandungnya berulang-ulang untuk terakhir kali.“Ibu akan datang menjemputmu nanti, Putraku! Sementara Ibu pergi, bertahanlah, Nak!” bisik Xian Lian pada putranya.Setelah menukar bayi mereka, Xian Lian membawa putra Wang Ji bersama bibi Shu menaiki kereta kuda. Wang Ji sudah meletakkan bekal yang cukup untuk mereka bertiga.“Hati-hati di jalan, Nyonya Xian!”

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-20
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   5. PENGORBANAN SEORANG AYAH

    "Aku tidak mau tahu, temukan dan bunuh anak itu!" titah Qi Xiang dengan mata melotot. Ketujuh pendekar kejam membungkuk hormat seraya mengepalkan kedua tangan di atas kepala, "Siap laksanakan, Yang Mulia!" Rencana penangkapan bocah bersisik di desa Kuning tersebar dari mulut seorang pengawal yang kebetulan mendengarkan, berlanjut ke mulut yang lain hingga tersebar dengan cepat di seluruh penduduk kota. Wang Ji, ayah angkat Yu Ping yang kebetulan mampir ke Kota Raja membeli manisan untuk anak-anaknya di pasar, tak sengaja ikut mendengarkan berita menakutkan itu. Tergopoh-gopoh, pria yang selalu mengenakan topi caping itu meninggalkan Kota Raja hingga lupa meminta uang kembalian manisan yang dibelinya. Wang Ji mendayung tongkangnya sekuat tenaga supaya ia segera tiba di tujuan. Setibanya di depan pintu gerbang rumahnya, Wang Ji mendapati Yu Ping sedang mencuci baju dibantu kakak perempuannya, Xin Ru. Melihat ayah mereka pulang, Yu Ping dan Xin Ru menyambut Wang Ji dengan senang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   6. DIANGKAT MURID

    “Kau ingin menyusul ayahmu ke neraka rupanya, Bocah Bodoh!” desis Dewa Golok Hitam, bersiap mengayunkan goloknya. Xin Ru yakin hidupnya akan segera berakhir, ia pun memejamkan mata dan membayangkan wajah ayahnya. Aku akan berkumpul lagi denganmu, Ayah! Satu, dua, tiga detik berlalu. Xin Ru tak juga merasakan apa-apa, ia mulai berpikir apakah mungkin tebasan golok itu luar biasa cepat hingga ia tak sempat merasakan sakit. Ia memeriksa leher dan dadanya dengan kedua tangan untuk memastikan apakah ia masih hidup, ternyata tubuhnya utuh. Gadis yang masih belia itu akhirnya memberanikan diri membuka mata perlahan. Di depannya seorang wanita bertubuh langsing dengan tinggi tak kurang dari 170 cm berdiri tegak menghadang si Pembunuh Keji. Xin Ru ingat wanita itu sebagai salah satu dari komplotan yang datang mengobrak-abrik desa Kuning, sungguh aneh bila berdiri membentenginya dari serangan golok rekannya sendiri. “Minggir, Mei Mei!” bentak Dewa Golok Hitam kesal. “Hitam, aku menyukai

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-22
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   7. PERPISAHAN MENYAKITKAN

    "Jagalah diri sendiri mulai sekarang, Yu Ping. Aku menyayangimu!" kata Xin Ru lewat tatapan matanya. Yu Ping yang mampu menangkap arti tatapan sang kakak, makin deraslah air mata membasahi pipinya. Bibirnya bergetar saat ia menyaksikan untuk terakhir kali, Xin Ru bergandengan tangan dengan salah seorang dari gerombolan pendekar berhati keji, melangkah meninggalkan desa Kuning dan tak pernah menoleh lagi ke belakang. Tak pernah terpikir oleh anak laki-laki yang masih berusia 12 tahun itu bahwa ayah akan terbunuh dan keluarga tercerai-berai dalam satu hari, yang lebih menyakitkan semua itu disebabkan oleh karena dirinya. Mungkin benar kata ibunya, ia benar-benar anak pembawa sial. Seandainya saja ia tak pernah berada dalam keluarga Wang Ji, tentu pria penuh kasih itu tak akan gugur dan kakak perempuan angkatnya juga tak akan dibawa pergi oleh manusia-manusia berhati iblis. Pendekar Pedang Pendek memutuskan untuk membawa Yu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-23
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   8. PERGURUAN HOA SAN

    “PAMAN!” Yu Ping menjerit sekuatnya. Namun yang dicari tak pernah muncul kembali, meski bocah malang itu berteriak memanggil namanya berulang kali. “Yu Ping tak ingin berpisah dengan Paman, biar kita mencari perguruan dimana mereka juga bersedia menerima kita berdua,” Yu Ping menangis terisak. “Huhu … jangan tinggalkan aku, Paman Wu!” Setelah hampir satu jam berlalu sia-sia, bocah itu sadar paman Wu Qing benar-benar telah meninggalkannya dan tak akan kembali lagi. Ia mengusap air mata dengan lengan baju, berjanji pada diri sendiri bahwa ini merupakan air mata terakhirnya. Akhirnya Yu Ping memutuskan untuk meneruskan langkahnya menuju perguruan Hoa San yang terletak di puncak bukit. Begitu mencapai pintu gerbang perguruan, Yu Ping bertemu dengan dua orang pemuda bertubuh tegap sedang keluar dari sana. “Hei Bocah, dari mana datangmu dan untuk apa kau kemari?” bentak seorang yang berwajah bulat begitu melihatnya. Belum lagi ia menjawab, pemuda satunya yang berkulit sawo matang mena

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-23
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   9. MELUPAKAN MASA LALU

    Sebelum semua menjadi gelap, matanya menangkap samar-samar wajah pria di atasnya. “A … Ayah?” bibir Yu Ping mengepak terbuka namun terlalu lemah untuk berkata-kata. Perlahan matanya menutup, ia ingin tertidur dan tak bangun lagi. *** Entah berapa lama tak sadarkan diri, Yu Ping kecil terbangun saat hari sudah gelap. Ia melihat sekeliling, menyadari bahwa dirinya sedang berada di dalam sebuah pondok bambu yang sederhana. Ia juga mengamati bajunya sudah berganti dengan baju berwarna putih bersih, siapa yang sudah begitu baik menolongnya?Ayah angkat sudah meninggal, kakak perempuan meninggalkannya, dan paman Wu Qing juga sudah pergi, Mungkinkah paman Wu Qing mengkhawatirkan dirinya lalu kembali menyelamatkannya? Saat mendengar suara orang memasak di luar pondok, Yu Ping seketika bersemangat. Tak salah lagi, orang yang telah menyelamatkannya pasti Wu Qing alias Pendekar Pedang Pendek. Saking senangnya, tanpa memedulikan bahwa tubuhnya masihlah sangat lemah, bocah itu meninggalkan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-23
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   10. CINTA PERTAMA

    “Apakah kau melihat saputangan hanyut di sekitar sungai ini?” tanya gadis itu padanya. Yu Ping tak mampu menjawab, ia takut begitu bibirnya terbuka, jantungnya ikut meloncat keluar karena berdetak terlalu kencang. Si makhluk cantik melambaikan tangan di depan mata Yu Ping, “Kau tidak apa-apa?” Yu Ping ingin menjawab namun lidahnya terasa kelu, hanya bibirnya saja yang mengepak terbuka seperti ikan mencari oksigen di permukaan air. “Oh kau gagu ya?” tatapan gadis itu berubah menjadi iba padanya. Mata Yu Ping membeliak, ia menggoyang-goyangkan kedua tangan. “Kau tidak melihat saputanganku, ya sudah tak apa-apa!” bibir si cantik tersenyum sangat manis. Saat gadis bergaun merah muda itu melambaikan tangan dan berbalik pergi, ia tak pernah menyadari telah membawa sekeping hati Yu Ping bersamanya. Yu Ping masih tak mempercayai bahwa ia bertemu dengan manusia bukannya hantu. Bahkan sesampainya di pondok, ia sibuk menjemur saputangan yang ditemukannya dan memandangi secarik kain terse

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-24
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   11. MENCURI JURUS HOA SAN

    “Ingatlah bahwa kau harus menjadi pendekar nomor satu di dunia agar dapat membalaskan dendam kematian ayahmu, raja Qi You!" perintah Xian Lian dengan keras.“Qi Yun tak akan mengecewakan hati Ibu,” bocah laki-laki seumuran Yu Ping itu mengangguk tegas. Sebentar kemudian ia sudah berlatih jurus Pedang Bayangan kembali. Kali ini bocah tampan itu berfokus penuh pada pedang di tangannya. Saat berfokus itulah, gerakannya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Ia berputar ke sana kemari seperti sedang menari di bawah sinar bulan purnama. Kedua kakinya hampir tak menapak tanah saat melesat ke arah dinding batu, berpijak lalu berlari menapak dinding batu tersebut dengan kecepatan tinggi melawan gravitasi bumi. Setelah cukup tinggi, ia menghentakkan kedua kaki, melesat terbang seraya menggerak-gerakkan pedang di tangan sekaligus memutar tubuhnya hingga dari kejauhan tampak seperti bola bercahaya bergulung-gulung di atas tanah.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25

Bab terbaru

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   FINAL BONUS : PERPISAHAN

    Di puncak Gunung Kunlun yang menjulang tinggi, kabut tipis menyelimuti puncak-puncak batu yang tajam. Udara dingin pegunungan menerpa wajah dua sosok yang berdiri tegap di atas jembatan batu kuno. Yu Ping dan kakak angkatnya, Xin Ru, berdiri berdampingan, mata mereka menatap jauh ke dalam jurang yang dalam dan gelap di bawah.Yu Ping, mengenakan pakaian kerajaan dengan garis emas di sepanjang tepi kain sutra yang terjuntai hingga nyaris menyentuh tanah, menggenggam seruling emas di tangan, dan sebuah golok hitam diselipkan di belakang punggung. Di sampingnya, Xin Ru berdiri dengan postur waspada, matanya yang tajam menyapu sekeliling, siap menghadapi apapun yang mungkin terjadi."Kau yakin dia akan muncul?" tanya Xin Ru, suaranya nyaris berbisik.Yu Ping mengangguk pasti, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Aku yakin, karena dia adalah guruku.” Dengan gerakan perlahan, Yu Ping mengangkat seruling ke bibirnya. Ia menarik napas dalam, lalu mulai meniup. Nada-nada lembut mengalir d

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   BONUS CHAPTER 3 : PELANTIKAN RAJA

    Aula kerajaan Qi dipenuhi oleh kemegahan dan kemewahan. Dinding-dinding berukir emas berkilau di bawah cahaya ribuan lilin yang menerangi ruangan. Aroma dupa yang manis mengambang di udara, menciptakan suasana sakral yang teduh.Di tengah aula, Yu Ping berdiri tegap, mengenakan jubah kerajaan berlapis emas. Wajahnya tenang berwibawa, mencerminkan seorang yang berhati lembut namun juga tegas. Kasim Liu, berlutut di hadapannya, menyodorkan mahkota dan jubah emas kerajaan di atas bantal beludru merah.Dengan gerakan perlahan, Yu Ping mengambil mahkota itu dan meletakkannya di atas kepala. Jubah emas kemudian disampirkan di bahunya, melengkapi penampilannya sebagai seorang raja. Seketika itu juga, seluruh ruangan dipenuhi oleh suara gemerisik kain—para Jenderal dan Menteri berlutut, memberikan penghormatan kepada raja baru mereka.Di samping singgasana raja, dua wanita cantik duduk dengan anggun. Di sisi kiri, Sayana, dengan pakaian mewah dan perhiasan yang gemerlap, tersenyum anggun. Mat

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   BONUS CHAPTER 2 : BENIH PENDEKAR IBLIS

    Mentari bersinar cerah di atas Kota Xianfeng, cahayanya memantul dari atap-atap bangunan. Udara dipenuhi oleh semangat dan kegembiraan yang menggelora, seiring dengan persiapan pelantikan Yu Ping sebagai raja baru Negeri Qi.Hiruk pikuk keramaian terdengar dari setiap sudut kota, sementara di dalam istana, para pelayan berlarian kesana-kemari, sibuk dengan persiapan acara yang akan berlangsung selama tujuh hari tujuh malam.Di aula utama istana, Kepala Pelayan, seorang pria paruh baya dengan wajah serius namun berwibawa, tampak kewalahan menerima bingkisan hadiah yang terus berdatangan. Utusan dari berbagai negeri jiran dan perwakilan sekte-sekte aliran putih dari seluruh penjuru negeri silih berganti memasuki ruangan, membawa persembahan untuk raja baru mereka."Yang Mulia pasti akan sangat senang melihat sem

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   BONUS CHAPTER 1 : PEMAKAMAN

    Suasana suram menyelimuti pemakaman keluarga kerajaan. Angin semilir membelai dedaunan pohon-pohon tua yang mengelilingi area sakral itu. Di tengah keheningan, sosok Yu Ping berlutut di depan sebuah makam yang masih baru. Tangannya gemetar memegang beberapa batang hio yang telah dinyalakan, asapnya mengepul tipis ke udara. Dengan hati-hati, ia menancapkan hio-hio tersebut ke dalam hiolo -tempat dupa yang terbuat dari logam berukir indah- yang terletak tepat di depan batu nisan ibunya, Xian Lian.Yu Ping menatap lekat nama yang terukir di batu nisan itu. Matanya yang berkaca-kaca menyiratkan kesedihan mendalam. Ia menghela napas berat sebelum berbisik lirih, suaranya nyaris terbawa angin."Ibu," ucap si pemuda dengan nada bergetar, "sekian lama aku mendambakan pertemuan dengan orang tua kandungku. Tapi mengapa, ketika akhirnya kita dipertemukan, waktu begitu kejam membatasi kebersamaan kita?"Jemarinya perlahan menelusuri ukiran nama ibunya di batu nisan. "Qi Yun sungguh beruntung,"

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   204. DUEL MAUT

    Kedua pendekar muda itu berhadapan di udara, aura mereka yang bertolak belakang - keemasan milik Yu Ping dan kegelapan milik Qi Yun - bertabrakan, menciptakan gelombang energi yang membuat udara bergetar."Qi Yun," balas Yu Ping, suaranya tenang namun penuh ketegasan. "Hentikan semua ini! Terlalu banyak nyawa yang telah melayang."Qi Yun tertawa sinis. "Hentikan? Tidak akan! Hari ini, salah satu dari kita akan mati!"Bersamaan dengan itu Qi Yun mengayunkan goloknya, menciptakan gelombang energi hitam yang melesat ke arah Yu Ping. Yu Ping dengan sigap mengeluarkan seruling saktinya, bersiap menghadapi pertarungan yang akan menentukan nasib kerajaan Qi.Di bawah, pasukan kedua belah pihak menghentikan pertempuran sejenak, mata mereka tertuju ke langit di mana dua sosok pemimpin mereka akan bertarung hingga titik darah penghabisan. Mereka tahu, hasil pertarungan ini akan menentukan tidak hanya nasib mereka, tapi juga masa depan seluruh kerajaan.Langit di atas Xianfeng menjadi arena perta

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   203. PERTEMPURAN TERAKHIR

    Di atas benteng kokoh, di kotaraja Xianfeng, Qi Yun berdiri tegak, jubah perang yang berat dan berkilauan menambah kegagahannya. Matanya yang tajam menatap ke kejauhan, menanti kedatangan musuh yang ia tahu pasti akan tiba.Berita kekalahan para Jenderal Perang dan pasukannya telah sampai ke telinganya, dibawa oleh prajurit-prajurit yang berhasil meloloskan diri dari pertempuran.Suasana di atas benteng sunyi senyap, hanya deru napas para pasukan yang merasa tegang memecah keheningan. Mereka telah mendengar desas-desus tentang kesaktian Yu Ping, dan ketakutan mulai merayapi hati mereka. Namun, di bawah tatapan dingin Qi Yun, tak seorang pun berani menunjukkan keraguan."Pasukan siap, Pangeran!" lapor seorang perwira. "Pemanah, infanteri, dan pelontar batu telah mengambil posisi."Qi Yun mengangguk singkat, matanya tak lepas memandang langit. Tak lama kemudian, apa yang ditunggunya muncul. Dari kejauhan, terlihat pasukan Yu Ping yang mulai mendekat. Mereka berhenti agak jauh dari bent

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   202. PENANTIAN JENDERAL TUA

    Asap pertempuran mengepul di berbagai sudut kota, menandai jejak perjuangan pasukan Yu Ping dalam perjalanan mereka menuju Xianfeng. Satu demi satu, pertempuran dimenangkan oleh Yu Ping dan pasukannya. Namun, kemenangan demi kemenangan ini tidak membuat Yu Ping lengah. Sebaliknya, instingnya sebagai strategi perang mulai menangkap pola yang mencurigakan.Yu Ping berdiri di atas bukit kecil, memandang ke arah kota yang masih diselimuti asap pertempuran. Matanya yang tajam menyipit, menganalisis situasi dengan cermat. Perlahan, sebuah kesimpulan terbentuk di benaknya."Dia ingin pasukan kita kelelahan saat tiba di Xianfeng," gumam Yu Ping, lebih kepada dirinya sendiri. Nada suaranya lebih kepada kekaguman namun juga mengandung kejengkelan. "Dasar licik!"Panglima Sung yang berdiri di sampingnya, menangkap gumaman itu. Dengan wajah serius, ia bertanya, "Apa yang harus kita lakukan, Jenderal Yu Ping?" Suaranya penuh hormat dan kesiapan. "Kami siap melakukan apapun perintahmu!"Yu Ping ter

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   201. PUTRA MAHKOTA

    Pemandangan itu menyadarkan Qi Xiang akan kenyataan yang mengerikan: ia benar-benar berhadapan dengan Raja Iblis. Ketakutan yang luar biasa mencengkeram hatinya, membuatnya gemetar hebat."B-baik," ujar Qi Xiang terbata-bata, keringat dingin membasahi dahinya. "Akan kulakukan apapun yang kau mau asal bunuh Yu Ping dan antek-anteknya untukku."Sebuah senyum tipis tersungging di bibir Qi Yun. "Bagus," ujarnya, suaranya dingin dan tanpa emosi. "Sekarang lakukan sesuatu untukku! Bebaskan ibuku dari penjara, obati luka-lukanya dan biarkan ia menempati kamar ratu.""A-apa?" Qi Xiang terkejut, tidak menyangka permintaan semacam ini akan datang dari Qi Yun."Kau merampas itu darinya," desis Qi Yun, matanya berkilat-kilat penuh ancaman. "Aku akan mengembalikan martabatnya seperti semula!"Qi Xiang, yang kini tak lebih dari boneka di tangan Qi Yun, tak berkutik. Ia hanya bisa mengangguk pasrah, menyadari bahwa hidupnya kini bergantung pada keinginan pemuda di hadapannya ini."Baik ... baik …,"

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   200. PERJANJIAN DENGAN RAJA IBLIS

    Di dalam penjara bawah tanah istana yang lembab dan dingin, suara rintihan tertahan memecah keheningan. Seorang wanita, dengan rambut kusut dan pakaian compang-camping, terikat dengan kedua tangan terentang di atas sebuah papan kayu yang kasar. Wajahnya yang cantik kini penuh dengan luka dan lebam, hasil dari penyiksaan brutal yang baru saja ia alami.Ma Yin, dengan senyum puas tersungging di bibirnya, berdiri di hadapan wanita itu. Cambuk di tangannya masih basah oleh darah."Yang Mulia Ratu," ujarnya dengan nada mengejek, "ternyata Anda sungguh tangguh ... sudah dicambuk dan dihajar berulang kali tetapi masih berdiri tegak!"Xian Lian, mantan Ratu yang kini diperlakukan bagai penjahat kelas berat, hanya diam. Kepalanya tertunduk, seolah tak lagi memiliki kekuatan untuk mengangkatnya.Ma Yin melangkah mendekat, suara sepatunya bergema di dinding-dinding sel. "Seandainya Anda mau bekerja sama, tentu hal ini tak akan sampai terjadi."Tangan kanan Raja itu kini berada tepat di depan Xia

DMCA.com Protection Status