“Jangan-jangan nyawa Jenderal Xiao dalam bahaya,” Panglima Ding Fu mulai panik bergegas kembali menuju kediaman sang Jenderal. Sesampainya di halaman belakang, ia bertemu dengan Liu Kang dan Yu Ping yang sedang bercakap-cakap sambil bermain catur.
“Tuan Liu, Tuan Yu!” panggil panglima kepercayaan Jenderal Xiao dengan napas terengah.
“Panglima Ding Fu, ada apa?” Liu Kang melompat berdiri, menghampiri sang panglima karena terkejut bercampur penasaran.
“Ada seseorang keluar dari dalam kamar Jenderal tadi sewaktu aku sedang berjaga-jaga, saat ku ikuti sosok misterius itu menghilang di tengah hutan!” tutur Panglima Ding Fu, “Aku khawatir ia telah melakukan hal buruk pada Jenderal Xiao.”
“Kalau begitu, kita harus memeriksa ke kamar Jenderal sekarang!” usul Liu Kang ikutan pani
“Hantu? Jangan bicara sembarangan!” sergah kakak tertua bernama Wei, matanya memindai halaman sekitar dengan penuh kewaspadaan. “Kemana dua saudara kita yang lain? Seharusnya berkumpul di sini hingga tugas selesai, tetapi masih tidak muncul juga.”“Kakak Wei, kita sebaiknya segera kabur sebelum para penjaga kembali!” bisik adiknya yang bertubuh gempal. “Adik Ketiga dan Kelima pasti sudah lebih dulu pergi.”Wei mengangguk setuju, namun baru saja maju selangkah tiba-tiba muncul Jenderal Xiao Gang di depan mata.“Jenderal Xiao Gang!” Wei menghembuskan napas lega, lalu tersenyum mengejek. “Mengapa wajahmu terlihat ngeri melihat kami menenteng kepala Yu Ping dan temannya? Takut?”“Kak Wei, sungguh sulit dipercaya Jenderal Xiao yang bernama besar ternyata tidak lebih dari pecundang!” imbuh adiknya yang bertubuh gempal.“Benar, lebih pantas disebut anjing Qi!” Tiga bersaudara itu tertawa menghina.“Sudah puaskah kalian tertawa?” tanya Jenderal Xiao Gang, suaranya terdengar dingin.Ketiga pera
“Lindungi Jenderal!” teriak Panglima Ding Fu seraya melompat ke depan Jenderal junjungannya, siap menjadi tameng.TRANG-TRANG!Pedang beradu pedang, terlihat percikan api ketika senjata mereka saling berbenturan. Sebagai seorang panglima, Ding Fu memiliki ilmu bela diri yang cukup tinggi. Jurus pedang tujuh bintang adalah jurus andalannya saat menghadapi beberapa musuh sekaligus.Gerakan pedangnya sangat cepat, bagai sedang menggambar bintang di langit. Ketiga musuhnya segera mengubah serangan saat sadar mulai kewalahan menghadapi serangan pedang Ding Fu.Mereka menyerang dari tiga penjuru sambil berseru, “Pedang Bayangan!”Ding Fu kaget bukan main melihat pedang yang berada dalam genggaman
“Apa kabar, Ibu?”Xian Lian tertegun, seluruh tubuhnya menegang seketika. Ia tak berbalik atau menoleh, diam membeku menatap cermin di depannya. Di cermin ia dapat melihat pantulan sosok Qi Yun yang berdiri di belakangnya.“Jadi kau yang memerintahkan orang untuk menekan Jenderal Xiao Gang agar mau mengirimku kemari?” desis Xian Lian.“Bagaimana? Apakah Ibu suka tempatnya? Kalau kurang nyaman katakan saja, akan kusiapkan kamar yang lebih ….”“Kalau tujuanmu kemari untuk membunuhku, segera lakukan saja!” sergah Xian Lian, “Tidak usah berpura-pura baik padaku!”“Membunuhmu? Aku bukan anak durhaka, Bu!” teriak Qi Yun setengah membentak, “Meski Ibu selalu bersikap keras kepadaku, tidak ada kasih … aku tetap menghormatimu sebagai ibuku.”Kata-kata Qi Yun membuat hati Xian Lian terenyuh. Tetapi wanita itu mengeraskan hati, karena ia sudah terlanjur kecewa dengan putra angkatnya itu.“Benarkah kata-katamu itu? Menganggapku ibu, tapi berkhianat di belakangku!” dengus Xian Lian, “Jangan dikira
Qing Ning memutar tubuh menghadap Qi Yun, wajahnya masih secantik saat mereka baru pertama kali bertemu. Hanya sekarang terlihat lebih dewasa dan anggun.“Tuan Muda Qi Yun,” sapa wanita itu seraya membungkuk hormat, “Atau haruskah kupanggil Kepala Pasukan Elite Istana?” Qi Yun ingin memeluk wanita yang masih berstatus istrinya dan tak mau melepaskannya lagi, namun niat itu diurungkannya.“Nona Qing Ning,” Qi Yun sengaja bersikap dingin. Hal ini membuat Qing Ning sangat kecewa, tetapi ia sadar perubahan sikap suaminya dikarenakan ulahnya sendiri. Ia telah meninggalkan pria itu dua kali dan menghancurkan hatinya.“Aku harus berusaha lebih keras agar ia memaafkan dan jatuh cinta lagi kepadaku,” batin Qing Ning sambil memutar otak.“Ada keperluan apa mencariku?” tanya Qi Yun dengan alis terangkat. Kedatangan Qing Ning yang sangat tiba-tiba tentu saja membuat Qi Yun curiga. Ia bukanlah orang bodoh, wanita itu telah mengucapkan selamat tinggal padanya belum lama ini. Lalu mengapa harus munc
Cao Lie mengangguk ragu-ragu, khawatir dengan risikonya tetapi sangat ingin memisahkan pasangan suami istri Qi Yun - Qing Ning.Qing Ning dan putranya Du Fei sudah beberapa hari tinggal di Wisma Barat, mereka menempati sebuah kamar yang mewah dan semua kebutuhan dipenuhi oleh Qi Yun. Pria itu juga menemani Du Fei bermain sepanjang hari seolah enggan berpisah sedetikpun dengan putranya.Qing Ning sendiri merasa sedikit lega karena sikap Qi Yun melunak kepadanya, dari yang sebelumnya curiga dengan kehadirannya, kini menerima mereka dengan tangan terbuka. Namun Qing Ning tetap waspada, karena ia dapat merasakan ada orang-orang di sekitar Qi Yun yang tidak menyukai kehadirannya.“Beberapa hari yang lalu kau menanyakan alasan aku memutuskan kembali menemuimu, semua karena A Fei!” ucap Qing Ning ketika mereka bertiga sedang bercengkrama di taman. “Sebenarnya putra kita inilah yang berhasil mengubah pendirianku, karena ia merindukan sosok ayah.”“Aku percaya padamu, Istriku!” Qi Yun menyen
Karena melihat suasana hati suaminya sedang baik, Qing Ning memberanikan diri berkata kepada Qi Yun, “Aku mendengar kau akan menikahi Putri Qi Yue, benarkah itu, Suamiku?”Qi Yun menghela napas panjang sebelum menganggukkan kepala, “Benar, kuharap kau tidak marah padaku karenanya.”Qing Ning menunduk sedih, “Tidak ada seorangpun yang bahagia mendengar suaminya menikah lagi. Apakah kau mencintai putri?”“Tidak, tentu saja tidak!” jawab Qi Yun cepat, “Tidak ada yang lebih kuimpikan selain hidup bersamamu, Istriku. Hanya saja …,” Qi Yun tak meneruskan kata-katanya karena ia tahu istrinya seorang berhati lurus. Tak mungkin Qing Ning bisa menerima rencana jahatnya menguasai negeri Qi dan menghancurkan Perbatasan Timur serta membunuh Yu Ping dan teman-temannya, ia harus menyembunyikan segala rencana yang disusun rapat-rapat. Kalau sampai terbongkar bukan hanya kehilangan wanita yang dicintainya, tapi ia juga akan menjadi buronan seluruh pendekar di dunia persilatan.“Suamiku, mengapa tidak
Mereka berdua saling menatap, tanpa diketahui Qi Yun, Qing Ning menyelipkan saputangan ke dalam genggaman ibu mertuanya. Xian Lian sempat menatapnya penuh tanya, namun kemudian berpura-pura seperti tidak ada apa-apa. Ia segera memasukkan saputangan itu ke dalam saku lengan baju sebelum tertangkap mata putra angkatnya.“Maafkan kami berdua bila tidak meminta restumu waktu itu, Ibu!” Qi Yun menundukkan kepala dalam-dalam, suaranya penuh penyesalan.“Tidak apa-apa, melihat kalian bahagia sudah cukup bagiku!” Xian Lian menepuk pundak Qi Yun beberapa kali, senyum lembut menghiasi wajahnya yang mulai menua.“Terima kasih, Ibu. Kami mohon berkat darimu!” Qi Yun mengambil dua sloki arak yang ada di atas meja, lalu berlutut di depan Xian Lian. Qing Ning mengikuti cara suaminya. Berdua mereka menyerahkan dua sloki arak pada Xian Lian bergantian sebagai bentuk penghormatan dan memohon doa restu.Setelah selesai bercakap-cakap sebentar, Qi Yun mengajak Qing Ning kembali dengan alasan ibunya membu
Ujung bibir Ma Yin tertarik ke atas membentuk seringai ketika menyadari perubahan wajah Qi Yun. Ia menikmati momen ini, melihat musuhnya terpojok.“Apa?” Mata Qi Xiang membelalak kaget sesaat, menit berikutnya wajahnya berubah menjadi bengis. “Sudah bosan hidup wanita tua itu rupanya, beraninya menginjakkan kaki di Kotaraja!”“Yang Mulia,” tiba-tiba terdengar Qi Yun menyela, suaranya tenang namun tegas. “Tenangkan diri Yang Mulia, kabar burung tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.”“Apakah kau tahu di mana wanita tua itu berada?” Qi Xiang memandang Ma Yin dengan penasaran, mengabaikan kata-kata Qi Yun.“Menurut rumor, Xian Lian berada di rumah putra angkatnya, di Wisma Barat!” jawab Ma Yin, matanya berkilat seperti sedang memenangkan pertaruhan.Kali ini, saking syoknya, Qi Yun menjatuhkan wadah bambu penyimpan biji-biji catur. Suara benda jatuh itu menggema di taman yang sepi, menambah ketegangan suasana.“Wang Yun, jelaskan bagaimana mungkin ada pemberontak dan buronan ista