Share

SEPULANGNYA AKU BERLAYAR
SEPULANGNYA AKU BERLAYAR
Penulis: ananda zhia

Sepulangnya 1

"Astaga, Nin! Kenapa aroma ja l an la hir kamu seperti ini? Padahal sudah enam bulan aku 'puasa' karena berlayar di laut. Eh, saat pulang nggak bisa minta ja t ah," protes Rizki.

Wajah Nina memucat.

"A-aku sakit, Mas!"

"Sakit apa, Nin? Ayo ke dokter!" seru Rizki dengan wajah cemas.

"Enggak usah. Aku... Takut."

Jawaban Nina justru membuat Rizki semakin heran.

"Takut apa, Nin?"

"Takut mendengar diagnosa dokter," sahut Nina lirih. Dia menunduk. Dia tidak menyangka jika suami nya kembali ke darat lebih cepat daripada janjinya kemarin lusa saat di telepon.

Rizki menggenggam tangan istri nya. Mereka baru menikah selama 1,5 tahun. Dan Rizki adalah seorang anak buah kapal penangkapan ikan yang bekerja di perairan Indonesia atau beroperasi di dalam negeri sebagai OS (ordinary seamen) atau bagian deck departement. Dia berlayar selama tiga bulan dan libur di darat selama dua pekan.

"Sayang, aku sayang banget sama kamu. Aku nggak mau terjadi apa - apa pada kamu. Apalagi aku kan jarang di rumah. Jadi apa salahnya jika aku sangat khawatir pada mu. Ayo kita ke UGD," ajak Rizki.

Dia berdiri dan mengenakan kaus serta celana jeans nya. Nina beringsut perlahan dari ran j ang dan berganti baju pula.

"Mas, nggak usah ya? Sudah malam," ujar Nina lirih sambil mendongak ke arah jam dinding saat Rizki meraih kunci vios second nya.

Rizki mem b e l a i kepala Nina.

"Ini sebagai bentuk tanggung jawab ku pada mu, Nin. Lagipula kalau UGDkan buka 24 jam. Jadi jam satupun, kalau ada pasien datang, mereka harus siap," ujar Rizki menenangkan.

Nina menelan ludah. "Nggak usah, Mas. Nanti pasti sembuh sendiri kok," sahut Nina. Ada keraguan dalam jawabannya.

"Hm, Nin. Sudah berapa lama sih punya kamu kayak gitu? Dulu awal nikah, perasaan baik-baik saja?!" tanya Rizki.

Nina terdiam. "Aku nggak tahu, Mas."

"Makanya, karena kita nggak tahu kondisi kamu, lebih baik kita berobat saja. Yuk, aku temani," ujar Rizki sambil menggandeng tangan istri nya keluar dari rumah menuju ke mobil.

Rizki mengemudikan mobil nya dengan kecepatan sedang. Jalan raya sedang lengang karena memang sudah jam satu malam. Tak lama kemudian, mereka tiba di salah satu rumah sakit swasta terdekat.

Lampu ruangan UGD tampak redup saat Rizki membuka pintu kaca depan.

"Assalamu'alaikum, Dokter, Suster! Tolong istri saya!" seru Ridho sambil mengedarkan pandangan ke segala arah.

Seorang perempuan keluar dari ruangan khusus perawat dan mendekati nya.

"Ada apa, Pak?" tanya suster itu. Rizki pun menjelaskan kondisi Nina yang memucat di belakang Rizki.

Perawat itu mengerutkan kening dan meminta Nina untuk naik ke bed pasien lalu memanggil dokter jaga UGD.

Setelah meminta tanda tangan Rizki untuk persetujuan berbagai tindakan medis yang akan dilakukan, Dokter dan perawat lalu memeriksa Nina dalam bilik UGD yang tertutup oleh tirai.

Setelah beberapa saat melakukan pemeriksaan, dokter berjilbab itu meminta perawat untuk memasang selang ken c ing dan mengambil sampel urine dari Nina.

Perawat UGD lalu membawa sampel urine itu laboratorium rumah sakit. Dokter UGD pun keluar dari bilik ruang periksa dan menemui Rizki yang diminta menunggu di ruang tunggu keluarga pasien.

"Keluarga pasien Nina! Bisa kemari sebentar, Pak? Saya ingin membicarakan tentang kondisi pasien," panggil dokter UGD.

"Iya, Dokter! Bagaimana keadaan istri saya?" tanya Rizki dengan cemas. Dia mendekat dan duduk di hadapan dokter UGD.

"Maaf sebelumnya, di status pasien, bapak menulis pekerjaan bapak adalah ABK? Benar?"

"Benar, Dokter. Lalu apa hubungannya dengan kondisi istri saya!?" tanya Rizki bingung.

Dokter itu terdiam sejenak. Mencari kalimat yang pas untuk menjelaskan kondisi Nina pada Rizki.

"Jadi begini, berdasarkan hasil pemeriksaan sementara kami, pasien mengalami dua kemungkinan, yaitu gejala PMS dan kanker serviks."

Dokter itu menjeda kalimat nya sejenak. Untuk melihat reaksi Rizki. Terlihat Rizki mengerutkan keningnya.

"Apa maksud nya PMS, Dok? Apa

ba ha ya?"

"PMS adalah penyakit yang diakibatkan karena sering berganti pasangan, kami telah memeriksa air ke n cing pasien ke laboratorium untuk diagnosa pastinya. Jika sampel ke n ci ng menunpjukkan kan..."

"Dok, hasil tes urine nya sudah keluar," ujar salah seorang perawat mendekat ke arah dokter UGD sambil membawa selembar amplop putih.

Dokter UGD itu mengucap kan terimakasih lalu membuka amplop dan membaca lembaran di dalamnya. Sementara itu, Rizki menunggu dengan hati berdebar.

"Pak, di sini tertulis bahwa air ken c ing pasien positif kuman chlamydia. Itu artinya pasien mengalami PMS."

Rizki mendelik mendengar ucapan dokter UGD.

"Jadi, apa penyebab PMS, Dok?" tanya Rizki dengan tegang. Meskipun dia bukan tenaga kesehatan, dia pernah mendengar tentang PMS, walaupun tidak terlalu jelas.

Dokter di hadapan nya menatap Rizki dengan prihatin.

"Penyebab PMS adalah sering gonta-ganti pasangan, bisa juga tertulari oleh pasangan yang tidak setia."

Brakkk!!

"Tidak mungkin!" seru Rizki spontan seraya men g g e b r a k meja UGD.

Next?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status