Share

sepulangnya 4

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Aku nggak selingkuh, Mas! Seharusnya kamu pun juga dicek ke laboratorium! Jangan- jangan kamu yang membawa penyakit itu dari luar tapi nggak mau ngaku. Bisa juga kan?" tanya Nina sengit.

"Hah? Apa?"

"Iya! Bisa saja kan kamu sebelum berlayar tiga bulan yang lalu terkena penyakit ini lalu menulariku!?

Dan karena kamu lebih sehat dariku atau penyakit mu diketahui lebih dulu akhirnya kamu lebih cepat sembuh dariku karena bisa saja kamu minum o b at yang lebih manjur dariku, Mas!?" tanya Nina memberanikan diri.

Rizki mengerut kan dahinya.

"Jangan sembarangan kalau bicara, Nin! Jangan lempar batu sembunyi tangan!" ujar Rizki tegas.

"Aku ingin keadilan, Mas!" ujar Nina tegas.

"Hah, keadilan!? Keadilan mana yang kamu maksud kan?" tanya Rizki bingung.

"Kamu juga harus dites, Mas! Aku juga tidak mau hanya aku yang di cu ri gai berbuat cu ra ng!" tuntut Nina.

Rizki tercengang. "Hah, untuk apa aku dites? Aku kan tidak menunjukkan gejala apapun?" tanya Rizki.

"Ya, memang kamu tidak menunjukkan gejala P M S atau penyakit apalah itu. Tapi siapa tahu saja kamu sudah minum o b at atau menahan rasa sakit nya. Pokoknya aku tidak mau tahu ya, Mas, kamu harus tes juga!" ujar Nina dengan intonasi lebih tinggi.

Rizki menjawab dengan cepat.

"Oke, baiklah tunggu di sini! Kamu akan melihat hasilnya dan jika terbukti kamu yang telah berbuat cu r ang, aku akan..."

"Akan apa, Mas? Kenapa kamu tidak melanjutkan ucapan kamu?" tanya Nina. Rizki terdiam. Sebenarnya dia memiliki

hu ta ng budi pada keluarga Nina.

Keluarga Nina yang mem ba y ar ua ng muka rumah yang sekarang ditempatinya, sehingga Rizki tinggal memb a y ar setengah nya. Keluarga Nina juga membantu mem ba y ar setengah dari kekurangan ha r ga mobil bekasnya.

Karena dia baru 2 tahun bekerja sebagai staf biasa di pelayaran penangkapan ikan perairan lokal Indonesia, maka keluarga Nina berinisiatif untuk membantu perekonomian keluarga baru anaknya.

"Hhhh, aku cek lab dulu biar kamu lega," ujar Rizki. Dia lalu bergegas meninggalkan Nina pergi ke UGD, bertanya pada dokter yang berada di sana bagaimana prosedur untuk periksa ken cin g atas permintaan sendiri.

Sekitar satu jam kemudian, Rizki kembali ke kamar Nina.

"Bagaimana hasil nya cek lab kamu, Mas?" tanya Nina begitu Rizki terlihat di pintu kamarnya.

Rizki mengangsurkan amplop putih pada Nina.

"Negatif. Tidak ada kuman apapun dalam air seniku. Aku tidak mungkin meng

k hia na ti mu, Nin. Sekarang kita fokus saja pada kesembuhan kamu. Setelah itu kita bicarakan lagi tentang hubungan kita," ujar Rizki.

"Memang ada apa dengan hubungan kalian?!"

Sebuah suara terdengar dari pintu ruang rawat inap Nina. Rupanya Rizki tidak menutup pintu dengan sempurna saat masuk ke dalam kamar Nina.

Rizki menoleh, lalu melihat papanya datang.

"Wah ada Papa, masuk, Pa," ujar Rizki mempersilahkan papanya untuk masuk ke ruang rawat inap Nina.

Papa Rizki mengangguk lalu menghampiri anak dan menantunya. Lelaki yang sudah berusia lima puluh lima tahun itu tampak masih gagah dan sehat.

Papa Rizki lalu duduk di sofa yang memang disediakan untuk keluarga pasien di ruang rawat inap itu dan memandang pasangan di hadapan nya.

"Bagaimana keadaan kamu, Nin?" tanya papa.

"Membaik, Pa. Maaf tadi tidak bisa mengantarkan makanan untuk papa," ujar Nina.

Papa Rizki tersenyum. "Tidak apa-apa, papa justru merasa tidak enak jika merepotkan kamu terus. Tentang makanan, papa bisa beli," ujar papa Rizki.

"Bukannya sudah tugas Nina untuk menjaga pola makan papa saat aku tidak berada di rumah? Papa kan mempunyai sakit lam bung dan kolesterol jika makannya ngawur," ujar Rizki.

"Hm, daripada itu, tadi papa mendengar kalian membicarakan tentang hubungan kalian. Memang ada apa dengan hubungan kalian? Kalau memang ada yang bisa papa bantu, akan papa bantu," ujar papa Rizki.

Rizki dan Nina berpandangan.

"Nina sepertinya selingkuh, Pa. Aku tidak tahu lagi harus mempertahankan rumah tangga ini atau tidak. Mumpung kami juga belum mempunyai mo mo ngan," ujar Rizki.

"Selingkuh? Enak saja! Aku tidak selingkuh! Jangan fi t n ah kamu, Mas! Kamu kan tidak mempunyai bukti!" tukas Nina cepat.

"Penyakit kamu itu buktinya. Penyakit yang timbul karena sering berganti-ganti pasangan!" ujar Rizki tak mau kalah.

"Terserah kamu mau percaya apa tidak, tapi aku tidak selingkuh!" ujar Nina bersikeras.

"Nin, aku memang sangat mencintai kamu. Kita kenal juga sudah lama. Jadi kalau ada lelaki lain yang kamu cintai lebih daripada aku, aku mundur saja dari pada kamu berzi na. Aku akan menceraikan kamu baik-baik kalau memang kamu lebih memilih laki-laki lain.

Sebenarnya aku bisa saja men g h a jar lelaki itu. Tapi aku tidak mau berurusan dengan hukum. Dan tentu saja kalau kita berpisah nanti, terserah kamu mau berhubungan dengan lelaki mana pun, aku juga tidak peduli," ujar Rizki tegas.

"Sudah, sudah, jangan ber ten g kar dulu. Mendadak pe r ut papa sakit. Mungkin salah makan. Papa mau ke kamar mandi dulu," ujar papa Rizki.

"Oh ya, Pa. Di situ kamar mandinya," ujar Rizki menunjuk ke kamar mandi dalam kamar rawat inap.

Papa Rizki lalu menuju ke kamar mandi, dan selama beberapa saat berada di kamar mandi, papa Rizki mendadak berseru, "Rizki! Tolong papa!!"

"Papa!"

Rizki menghambur ke kamar mandi dan melihat papanya kesakitan berdiri dari wc duduk.

Mendadak Rizki mendelik melihat

bagian bawah papanya yang kemerahan.

"Papa? punya papa kenapa?"

Next?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
fix ini Nina selingkuh dengan papa mertua dan sebelumnya mungkin melakukan dengan orang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 5

    Mendadak Rizki mendelik melihat bagian bawah papanya yang kemerahan. "Papa? Papa kenapa?"Papanya berusaha berdiri dengan berpegangan pada tiang besi mendatar yang terpasang di dinding kamar mandi. "Tadi jatuh saat lari-lari. Jatuh ke depan. Njlungup sampai tengkurap gara - gara kesandung pas lari-lari tadi," ujar papa Rizki. Rizki memegangi lengan papanya perlahan. "Kalau memang ngilu dan sakit, lebih baik papa ber o b a t ke dokter UGD atau poli. Biar Rizki antar papa," tawar Rizki. Papanya menggeleng. "Enggak usah, Riz. Biasanya diurut biar sembuh," tukas papanya, Rizki dan papanya pun kembali ke dalam kamar ruang rawat inap. Nina tampak sedang memainkan ponselnya sesaat, dan saat melihat Rizki kembali ke kamar, dia meletakkan ponselnya kembali. Ekspresi wajah Nina terlihat kalut dan dengan cepat dia menghela napas panjang, berusaha menormalkan ekspresi wajahnya. "Papa nggak apa-apa?" tanya Nina saat melihat mertuanya keluar dari kamar mandi diikuti Rizki di belakang nya.

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 6

    "Ah! Kenapa tidak kepikiran hal itu saja untuk membuktikan perselingkuhan Nina!" seru Rizki bersemangat. Dia lalu segera meraih ponselnya untuk menelepon seseorang. "Halo..."Terdengar suara berat menyapa dari seberang telepon. "Halo, Adi! Kamu hari ini ngapain?" tanya Rizki. Adi dan Rizki bersahabat sejak SMA sampai sekarang. "Aku sedang nungguin toko. Emang kenapa?" tanya Adi. "Aku mau ke toko kamu sekarang, Di. Tunggu ya. Aku butuh sharing," ujar Rizki. "Hm, oke boleh. Baik, aku tunggu ya?!""Iya. Oh ya, kamu kok nggak kaget aku sudah pulang dari berlayar dan sekarang sedang di darat?" "Lah, emangnya harus kaget gitu? Aku kan sudah tahu kalau kamu anak buah kapal. Jadi nggak kaget lah kalau kamu datang tak diundang dan pergi tak diantar," ujar Adi tertawa. Di seberang telepon, Rizki juga ikut terkekeh. "Ya sudah, aku mau siap- siap dulu ke toko kamu.""Oke, aku tunggu, Riz. Aku juga penasaran banget kamu mau ngomongin apa," ujar Adi. "Nanti juga tahu sendiri," sahut Rizki

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 7

    "Darimana kamu tahu kalau selingkuhan Nina tidak akan berhubungan lagi dengan nya? Apa kamu mengetahui sesuatu?" tanya Rizki penuh selidik. Sejenak Adi menatap Rizki, lalu tersenyum. "Yah, itu sih menurut ku. Coba kamu bayangkan sekarang. Andai saja kamu jadi selingkuhan istri orang, lalu istri orang itu menderita penyakit ke la min, sebagai selingkuhan nya apa kamu masih mau ti d ur sama dia? Beri kesempatan kedua istri kamu lah. Lagipula kamu pernah bilang padaku kan kalau pem be lian rumah dan mobil kamu dibantu oleh mertua kamu dengan adanya surat perjanjian pra nikah," usul Adi bersemangat. Rizki mengerutkan keningnya. "Eh, kok jadi kamu sih yang semangat kalau aku baikan sama Nina?" tanya Rizki. "Hm, ya gimana ya. Aku rasa kalian berdua itu couple goals. Yang cewek cantik banget, kamunya juga ganteng," sahut Adi. "Jadi sayang banget aja kalau kalian pisah begitu saja," sambung Adi. Rizki menghela napas ka s ar. Di dunia ini rasa nya tak ada orang yang sudi berbagi pasanga

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 8

    "Mami, papi, baru datang?!" tanya Rizki mendekat. Tangan nya terulur hendak menyalami kedua mertuanya. Tapi to n jok an dari papi Nina membuat Rizki terkejut. Buaaagghh! "Dasar suami tidak bertanggung jawab!" Rizki hampir saja tersungkur karena diga m p ar mertua laki-lakinya. Tapi dia segera menyeimbangkan kedua kakinya. Pipinya terasa perih, bahkan keluar d a ra h segar dari sudut bibir Rizki. Rizki yang sudah bisa menguasai diri dan berdiri seimbang itu menatap ke arah mertuanya. Dia tidak gentar dan tidak mundur sedikit pun karena merasa tidak bersalah. "Ada apa, Pi? Kenapa mendadak me mu kul saya?" tanya Rizki dengan menatap ta j am ke arah mertuanya. "Kamu ini yang kenapa?? Tega sekali membiarkan Nina sendirian dirawat di rumah sakit! Kalau kamu sudah tidak cinta lagi pada Nina, kembalikan anak satu-satunya pada kami secara baik-baik. Kamu dulu meminta nya dengan baik, jadi kembalikan anak kami secara baik - baik juga pada kami. Tapi ingat, perjanjian pra nikah kalian,

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 9

    Lalu akhirnya dia mencari tahu di google tentang cara sa d ap WA milik pasangan."Ah, ini dia caranya!"Rizki membaca artikel tentang cara me nya dap WA milik pasangan dengan seksama. Dia lalu mengambil tangkapan layar tentang artikel itu dan memahami serta menghafalkan nya. Rizki terdiam sesaat lalu memejam kan matanya. Rasanya dia masih tidak percaya dan ingin menolak kenyataan yang baru saja tersaji di hadapan nya. "Kemeja itu..., kemeja bersulam huruf A itu tidak mungkin berada di lemari milik Nina tanpa alasan kan??" gumam Rizki pada diri nya sendiri. "Dan hanya satu alasan yang bisa kutemukan dan masuk akal kenapa kemeja itu bisa ada di lemari Nina."Rizki menghembus kan napas panjang. Da danya terasa se sak. "Tapi aku sungguh tidak menyangka mereka melakukan nya di belakang ku. Pantas dia mengatakan kalau laki-laki selingkuhan Nina tidak akan men y en tuh Nina lagi. Ternyata dia sendiri pelakunya. Tunggu dulu, sekarang coba aku pikirkan lagi. Kemungkinan lain yang menyeba

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 10

    "Done! Sekarang kita lihat apa yang akan terjadi, Nin!" gumam Rizki menoleh ke arah istri nya yang sedang tertidur lelap. Rizki mengembalikan ponselnya ke atas nakas lalu me re ba hkan diri di sofa. Dia meraih ponsel nya sendiri dan mendadak muncul keinginan nya untuk menghubungi Adi. [Malam, Bro? Lagi apa?]Adi dengan cepat membalas pesan dari Rizki. [Lagi mau ke rumah sakit. Gimana?]Rizki mengerutkan keningnya. Memikirkan siapa yang sedang sakit. Mendadak pikiran nya menebak jika Adi sedang mengalami penyakit yang sama dengan Nina. [Siapa yang sakit, Di?]Mata Rizki mel ot ot saat membaca balasan dari Adi. [Aku cuma kontrol sekalian mengantarkan cewekku yang sedang ha m il nih.]Mereka memang sering berbagi rahasia. Tapi dia tidak menyangka jika pada akhir nya Adi memintanya berbagi istri. **[Wah, sebentar lagi kamu bakal jadi ayah dong! Aku akan datang ke pernikahan kamu, Di.]Rizki dengan tegang menanti jawaban dari Adi. [Hahaha, cewekku memang sedang ha mil. Tapi aku ng

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 11

    Flash back on :Pagi itu langit gerimis rintik - rintik, saat Rizki harus kembali bekerja. "Sayang, aku berangkat dulu ya?! Hati- hati di rumah. Jangan telat makan terus aku minta tolong untuk menjaga papa ya? Papa kan sakit lambung dan kolesterol jadi...""Jadi jangan lupa untuk memasakkan sayur bening dan pepesan atau botok atau lauk dikukus untuk papa kan?" sahut Nina saat Rizki berpamitan untuk pergi berlayar lagi. Rizki tersenyum dan mengelus rambut Nina. "Pinternya istri aku! Sudah cantik, baik, pinter masak, perhatian pada suami dan mertua, setia, aku sungguh - sungguh beruntung memiliki kamu," ujar Rizki. Nina hanya tersenyum kecil sambil melambaikan tangannya saat suami nya hendak berangkat ke pelabuhan dengan travel. Nina menutup pintu depan saat mobil travel yang mengantar Rizki menghilang dari pandangan. Dia segera bergegas ke dapur untuk memeriksa bahan yang ada di kulkas. "Duh, tahu dan telur habis ya? Padahal untuk sarapan papa harus be li telur dan tahu untuk jad

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 12

    Masih flash back onBegitu pintu kamar terbuka, Adi melihat Nina terjatuh ke belakang. Adi mengulur kan tangan untuk meraih Nina agar tidak jatuh. Tapi nahasnya saat Nina memegang tangan Adi, Nina terjatuh ke belakang dan Adi pun jatuh menimpa tu b uh Nina yang ba s ah. Brughh. "Ahhh, Mas Adi...!"Jan t ung Nina dan Adi berdebar kencang saat wajah mereka berdekatan. Adi dengan cepat menguasai situasi dan bangkit menjauh dari Nina. "Maaf, Nin.""Nggak apa-apa, Mas," sahut Nina sambil mencoba duduk. "Ada yang sakit?" tanya Adi penuh perhatian. Nina menggeleng kan kepalanya. "Enggak. Untung mas Adi sempat memegang ke pa la belakang ku sehingga tidak sampai terantuk lantai," sahut Nina. Adi menelan ludah saat melihat tu b uh Nina yang mengenakan kaus b a sa h lalu dengan cepat, diulurkannya baju dan ha nd uk kering untuk Nina. "Kamu ganti baju dulu gih. Lauknya sedang aku persiapkan," sahut Adi. "Terima kasih, Mas. Kam ar ma ndi dimana, Mas? Aku sekalian m an di lalu ganti baju

Bab terbaru

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 60 B (tamat)

    Tiga bulan berlalu sejak kematian Nina, Rizki dan Devita mulai mempersiapkan acara resepsi mereka. "Jadi tokonya akan tutup selama berapa hari, Bos?" tanya salah satu karyawan Rizki. "Tiga hari, mulai besok ya."Karyawan Rizki mengangguk. Dia tetap memandang Rizki seperti sedang memikirkan sesuatu. "Bos, hm, sebenarnya saya ingin menyampaikan sesuatu. Tapi takut dan ragu," ujar karyawan Rizki. "Bilang saja, saya sudah jinak kok," sahut Rizki sambil tertawa. "Kemaren saya menjenguk Dedi di penjara. Dia kan dipenjara setahun. Ada bukti bahwa dia hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh almarhum mas Adi. Papanya mas Adi pun juga tidak keberatan dengan hukuman itu padahal sudah membuat istrinya meninggal. Karena bapaknya mas Adi bilang ke Dedi kalau bapak nya mas Adi ngerasa bersalah sudah gagal mendidik anak sehingga mengakibatkan orang lain di penjara juga," ujar karyawan Rizki. "Lalu apa hubungannya dengan ku?" tanya Rizki bingung. Dia memandang ke arah Devita yang duduk di s

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 60 A

    Fuso itu juga mengerem mendadak agar tidak menabrak mobil Nina, namun terlambat, bemper sebelah kanan fuso itu menyambar mobil Nina, sehingga mobil Nina terdorong ke belakang lima puluh meter dalam keadaan ringsek. "Aaaaa! Mas!" jerit Devita kaget karena melihat tabrakan yang terjadi di hadapan nya. "Ya allah, innalillahi wa innalillahi roji'un! Kamu di sini saja, aku akan melihat siapa korban kecelakaan itu dan memanggil polisi," ucap Rizki sambil mengusap kepala Devita. Rizki bergegas menyebrang jalan. Rupanya bunyi tabrakan yang kencang tadi membuat beberapa warga yang mempunyai rumah di jalanan itu segera keluar dari rumah meskipun pada awalnya masing-masing pintu rumah mereka tertutup karena bersiap tidur. Beberapa orang mulai berkerumun di sekitar mobil Nina dan truk fuso. Dan alangkah terkejutnya Rizki, saat melihat korban yang berada di dalam mobil nahas itu. Tampak tubuh Nina yang bersandar di balik kemudi dalam keadaan terpejam. Bemper mobil depan Nina ringsek dan menje

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 59 B

    Nina dengan cepat mengetik nomor yang tertera di poster itu lalu menelepon nya. "Halo, dengan toko Rizki di sini. Ada yang bisa dibantu?"Terdengar suara lelaki ramah di seberang telepon. Nina yang baru saja berganti nomor ponsel sangat yakin jika suara itu adalah suara Rizki, mantan suaminya. "Halo, Kak, saya butuh beberapa cemilan dan bahan makanan untuk ngegrill. Bisa diantar kan ke alamat saya?" tanya Nina. Jantung nya berdebar kencang. Berharap Rizki tidak mengenali suaranya lagi. Di seberang telepon, Rizki terdiam. Dia memang sudah lama tidak berkomunikasi dengan Nina, tapi dia yakin jika suara yang didengar nya saat ini adalah suara Nina, mantan istri nya. 'Wah, sepertinya ini suara Nina. Jangan - jangan dia merencanakan sesuatu pada ku atau Devita,' batin Rizki. 'Sebaiknya aku ikuti saja permainan Nina. Awas saja kalau dia sampai berbuat aneh- aneh pada Devita,' sambung Rizki dalam hati. "Oh, ya. Kami memang melayani pembelian secara COD. Jadi apa saja yang ingin dibeli?

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 59 A

    Wajah Rizki terlihat keruh saat bersiap untuk membuka toko. "Kamu kenapa, Yang? Ada masalah? Kok mukanya ditekuk gitu?" tanya Devita. Dia menumpuk piring kotor setelah mereka makan dan mengumpulkannya di dalam wastafel. "Aku baru dapat pesan dari pengacara kalau kasus Nina berhasil saat naik banding di pengadilan. Dan sekarang dia bebas," ujar Rizki sambil menghela napas panjang. Gerakan Devita yang sedang membasuh piring dengan sabun menjadi terhenti. Dia menggigil sesaat. Teringat saat Nina yang menyuruh preman untuk menganggu dan menculiknya. Untung saja waktu itu Rizki berhasil menyelamatkan kehormatan nya. Kalau saja saat itu Rizki telat datang, Devita bahkan tidak berani untuk membayangkan nya. "Aku takut, Mas. Bagaimana kalau Nina mengincar kebahagiaan kita lagi?" tanya Devita terdiam di depan wastafel. Rizki yang hendak menuruni anak tangga untuk ke lantai bawah, membalikkan badan dan memeluk Devita erat. "Aku tidak akan membiarkan Nina mengambil kebahagiaan kita, Yang.

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 58 B

    Pengacara nya menghela napas panjang, berpikir sejenak. "Bukan kapasitas saya untuk bicara. Mbak Nina lihat saja sendiri saat pulang nanti, sekarang mbak Nina pulang saja dulu," ujar pengacara Nina. Nina mengangguk, lalu tersenyum dan menoleh sejenak ke arah sel tempat dia dikurung kemarin. Telihat para perundungnya yang menatap Nina dengan rasa kesal. Nina yang tampak kurus dan terlihat dekil karena mengalami penganiayaan di dalam penjara oleh teman satu selnya, menatap ke arah teman- teman satu selnya dengan penuh dendam. Dia lalu mengacungkan jari tengah ke arah mereka, kemudian bergegas pergi. ***"Ini rumah siapa, Pak??" tanya Nina pada pengacara nya. "Ini rumah kamu, mbak Nina," ujar pengacara nya membuat Nina semakin bingung. "Bukan! Rumahku gede, Pak! Bukan kecil seperti ini!" ujar Nina seraya menggelengkan kepalanya. "Masuk saja dulu, Mbak Nina. Ada orang tua kamu di dalam," ujar pengacara nya mempersilahkan. Nina pun berjalan sampai ke arah teras rumahnya, dia lalu m

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 58 A

    Devita terbangun saat mencium aroma nasi goreng yang lezat. Dia lantas duduk di ranjang sejenak lalu merenggang kan kedua tangan nya ke atas dan menuju ke kamar mandi. Usai sikat gigi, cuci muka dan berganti pembalut, dia menuju ke dapur yang berseberangan dengan kamar nya dan melihat Rizki yang sedang mengaduk masakannya di wajan. Devita menatap nya dengan takjub. Tampak Rizki menuangkan minyak cabai ke dalam wajan berisi nasi goreng lalu menggoyang - goyangkan pegangan wajannya dengan ahli dan tampak api dari kompor yang menjilat sampai ke wajan. "Wihh, bisa begitu ya?" tanya Devita takjub. Rizki menoleh ke arah istrinya. "Hei, kamu sudah bangun, Yang? Duduk gih, aku sedang memasak sarapan kita. Nasi goreng hitam! Ini pakai aneka seafood dan tinta cumi-cumi lho! Rasa pedas kesukaan kamu!" ujar Rizki tersenyum. Devita terdiam dan menatap sang suami penuh cinta. Bukannya menuruti instruksi suaminya untuk duduk, Devita justru mendekat ke arah Rizki dan memeluk nya dari arah belak

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 57 B

    Saat langkah Rizki mendekat ke arah pohon tempat Adi bersembunyi, Adi segera berdiri lalu mengayunkan pisaunya ke arah Rizki. "Hiyaaat! Ma ti kamu, Rizki!" seru Adi sambil membabi buta mengayunkan pisaunya ke arah Rizki. Buaakkh! "Aarrghhh!"Alih - alih bisa melukai Rizki dengan ayunan pisau nya, tangan Adi justru terkena hantaman dahan pohon yang dibawa oleh Rizki. Adi berteriak saat pergelangan tangannya terasa patah terkena hantaman dahan pohon yang dibawa oleh Rizki. Kedua lelaki yang pernah menjadi sepasang sahabat itu pun berhadapan dengan sengit. Adi menggerak - gerakkan tangan kanannya yang terkena hantaman dahan pohon. 'Untung saja tidak patah,' batin Adi. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri mencari pisau lipatnya yang terjatuh ke entah dimana. 'Duh, dimana pula pisau ku tadi!? Bagaimana mungkin aku melawan Rizki hanya dengan tangan kosong?' batin Adi panik. Tapi dia tetap berusaha untuk bersikap tenang. "Menyerahlah saja, Di! Bertanggungjawab lah atas segala hal yang te

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 57 A

    Warning : Adegan gore! "Mampus saja kamu, Riz!" seru Adi sambil mendorong pisau di tangannya semakin mendekat ke arah perut Rizki dan Rizki pun sekuat tenaga menahan pisau Adi, dan dalam gerakan dorong- mendorong itu, tangan Rizki tanpa sengaja menekuk dan membalikkan arah tangan Adi, sehingga pisau Adi menghujam perut nya sendiri. "Aaarghh!" Adi berseru bertepatan dengan darah yang mengalir dari perutnya. Rizki dan Adi saling mendelik dalam diam. Cengkeraman tangan Rizki melonggar, sehingga genggamannya pada tangan Adi melemah. Adi berdiri terhuyung dan memegangi perutnya yang tertusuk pisau yang dipegangnya sendiri. Rizki membalikkan badannya dan perhatian nya tertuju pada Devita yang sudah terlepas dari tali yang mengikat tangannya dan lakban yang menutup mulut nya. "Mas!" seru Devita menghambur ke arah Rizki. Rizki dan Devita berpelukan dengan berurai air mata. "Kamu nggak apa- apa kan?" tanya Rizki sambil membingkai wajah istri nya dengan cemas. Devita menggeleng. "Alhamd

  • SEPULANGNYA AKU BERLAYAR   sepulangnya 56 B

    "Kenapa kamu nggak lapor polisi, Riz?" tanya teman pemilik gym nya dengan prihatin. Rizki menghela napas panjang. "Sudah. Tapi kata polisi harus menunggu 1x24 jam. Kecuali memang ada bukti ancaman."Teman Rizki berpikir sejenak. "Kalau begitu, apa tidak mungkin istri kamu pergi ke rumah temannya? Lalu HP nya rusak, sehingga dia tidak bisa menelepon kamu?" tanya teman Rizki.Rizki menggeleng."Tidak mungkin! Devita sangat hapal nomor HP ku. Jadi kalau dia memang harus menginap di rumah temannya dan HP nya rusak, dia pasti akan meninjam HP temannya untuk menghubungiku," ujar Rizki. "Kalau HP Devita tidak aktif dan dia juga tidak menghubungi ku, berarti kemungkinan nya hanya satu. Istriku sedang dalam bahaya. Kemungkinan dia diculik orang atau sedang dalam bahaya. Aku butuh bantuan kamu dan Falcon," sambung Rizki lagi. Temannya manggut-manggut. "Kita harus menyediakan alat untuk membela diri, Riz," ujar Johan. Dia lalu masuk ke dalam rumah dan membawa keluar semprotan merica, pisau

DMCA.com Protection Status