Share

sepulangnya 5

Mendadak Rizki mendelik melihat bagian bawah papanya yang kemerahan.

"Papa? Papa kenapa?"

Papanya berusaha berdiri dengan berpegangan pada tiang besi mendatar yang terpasang di dinding kamar mandi.

"Tadi jatuh saat lari-lari. Jatuh ke depan. Njlungup sampai tengkurap gara - gara kesandung pas lari-lari tadi," ujar papa Rizki.

Rizki memegangi lengan papanya perlahan.

"Kalau memang ngilu dan sakit, lebih baik papa ber o b a t ke dokter UGD atau poli. Biar Rizki antar papa," tawar Rizki.

Papanya menggeleng. "Enggak usah, Riz. Biasanya diurut biar sembuh," tukas papanya,

Rizki dan papanya pun kembali ke dalam kamar ruang rawat inap.

Nina tampak sedang memainkan ponselnya sesaat, dan saat melihat Rizki kembali ke kamar, dia meletakkan ponselnya kembali. Ekspresi wajah Nina terlihat kalut dan dengan cepat dia menghela napas panjang, berusaha menormalkan ekspresi wajahnya.

"Papa nggak apa-apa?" tanya Nina saat melihat mertuanya keluar dari kamar mandi diikuti Rizki di belakang nya.

"Papa nggak apa- apa, Nin. Hanya terpeleset dan nyaris jatuh saat akan memakai celana," sahut mertuanya.

Nina hanya manggut-manggut saja. Suasana hening sejenak.

"Oh, ya, apa orang tua Nina sudah mengetahui kondisi Nina saat ini?" tanya papa Rizki.

Rizki menggeleng.

"Belum, Pa. Papi dan mami belum tahu masalah Nina. Tapi nanti pasti kuberi tahu tentang masalah ini. Keputusan Rizki sudah bulat. Tak ada kata maaf untuk perselingkuhan. Aku di kapal, ma ti-

m a t i an setia padahal banyak perempuan yang merayu, eh istri di rumah malah mengalami penyakit ke la min," ujar Rizki kesal.

"Mas, aku tidak selingkuh! Aku tidak tahu asal penyakit ini darimana! Harusnya kamu juga instropeksi dan jujur pada diri kamu sendiri. Siapa tahu kamu ber

bo h ong dan telah selingkuh sana sini dengan lo n t e, dan akhirnya aku yang ter t u l ar kuman dari kamu. Sedangkan kamu sembuh lebih dulu karena sudah tahu penyakit ini lebih awal dan langsung kamu o b a ti," ujar Nina.

Rizki hendak membuka mulut saat papanya menyahut, "Sudah, sudah. Untuk sementara waktu saran papa sebagai penengah, jangan terburu- buru mengambil keputusan, bisa jadi kalian menyesal nantinya. Dan lebih baik papi dan mami kamu mengetahui tentang hal ini. Agar papi dan mami kamu bisa memberi jalan keluar juga," saran papa Rizki.

Rizki dan Nina terdiam. Kedua nya sibuk dengan pikiran masing-masing.

***

"Mas, kamu masih mencintai aku kan?" tanya Nina saat melihat Rizki yang sedang melamun di sofa yang berada di dalam ruang rawat inap nya.

Rizki menoleh ke arah Nina lalu menghela napas panjang.

"Dulu aku mencintaimu, Nin. Tapi sekarang entahlah..."

Jawaban Rizki terdengar mengambang.

"Lho, kok gitu, Mas?" tanya Nina, tampak tidak terima.

Rizki menatap ta j am ke arah Nina.

"Kamu pikir, aku masih bisa mencintai kamu jika kamu sudah bermain di belakang ku? Bahkan kamu sudah ter

tu lar p e n y a k it yang ber b a h a ya. Aku memang bucin padamu, tapi aku juga masih menggunakan akal sehat, Nin."

Rizki meng he m bu s kan napas k a s ar.

"Lalu apa kamu akan menceraikan aku, Mas? Tega kamu!"

Rizki mengedikkan bahunya. "Yah, aku juga berpikir ke arah sana."

"Kamu boleh menceraikan aku jika kamu bisa membuktikan aku telah selingkuh, Mas! Tapi kalau kamu yang selingkuh, sesuai kesepakatan awal, mobil dan rumah yang ua ng mukanya dari orang tuaku, akan menjadi milikku," ujar Nina tersenyum.

"Baik, aku akan mencari bukti perselingkuhan kamu. Dan kamu juga harus ingat, kalau kamu yang selingkuh, rumah dan mobil itu jadi milikku karena memang aku yang men ci c il nya," ujar Rizki lalu ngeloyor keluar kamar.

"Mas, kamu mau kemana? Temani aku, Mas!" seru Nina.

"Aku mau makan. Aku juga butuh energi untuk berpikir," ujar Rizki lagi lalu langsung menghilang dari kamar Nina.

Rizki duduk di kantin setelah memesan semangkuk soto dan segelas teh panas manis.

Dia mengaduk gelasnya dan memikirkan bagaimana mendapatkan bukti perselingkuhan sang istri. Rizki yakin sekali jika istri nya benar-benar berselingkuh dari nya.

Diam-diam Rizki menyesal karena dulu pernah menandatangani surat perjanjian pra nikah dengan Nina. Isi surat perjanjian pra nikah itu adalah jika salah satu pihak terbukti selingkuh atau menggugat cerai dengan sebab sepele, maka pihak yang selingkuh harus rela jika ru m ah dan

mo bi l jatuh di tangan pihak yang diselingkuhi atau pihak yang tergugat.

Pihak penggugat cerai baru bisa memiliki ru m ah dan mo b il secara adil jika menemukan bukti perselingkuhan atau alasan kuat yang membenarkan tentang gugatannya.

Dan kini Rizki merasa posisi nya tidak menguntungkan. Dia merasa diselingkuhi istrinya tapi tidak punya bukti. Rizki tak sanggup untuk melanjutkan pernikahan nya, tapi dia juga tidak rela jika ru m ah dan mo bilnya jatuh ke tangan istri yang telah meng kh i a n ati nya.

Baru saja Rizki menghabiskan makanannya saat sebuah ide cemerlang mampir di ke pa lanya.

"Ah! Kenapa tidak kepikiran hal itu saja untuk membuktikan perselingkuhan Nina!" seru Rizki bersemangat. Dia lalu segera meraih ponselnya untuk menelepon seseorang.

"Halo..."

Next?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status