Share

sepulangnya 6

"Ah! Kenapa tidak kepikiran hal itu saja untuk membuktikan perselingkuhan Nina!" seru Rizki bersemangat. Dia lalu segera meraih ponselnya untuk menelepon seseorang.

"Halo..."

Terdengar suara berat menyapa dari seberang telepon.

"Halo, Adi! Kamu hari ini ngapain?" tanya Rizki. Adi dan Rizki bersahabat sejak SMA sampai sekarang.

"Aku sedang nungguin toko. Emang kenapa?" tanya Adi.

"Aku mau ke toko kamu sekarang, Di. Tunggu ya. Aku butuh sharing," ujar Rizki.

"Hm, oke boleh. Baik, aku tunggu ya?!"

"Iya. Oh ya, kamu kok nggak kaget aku sudah pulang dari berlayar dan sekarang sedang di darat?"

"Lah, emangnya harus kaget gitu? Aku kan sudah tahu kalau kamu anak buah kapal. Jadi nggak kaget lah kalau kamu datang tak diundang dan pergi tak diantar," ujar Adi tertawa.

Di seberang telepon, Rizki juga ikut terkekeh.

"Ya sudah, aku mau siap- siap dulu ke toko kamu."

"Oke, aku tunggu, Riz. Aku juga penasaran banget kamu mau ngomongin apa," ujar Adi.

"Nanti juga tahu sendiri," sahut Rizki lalu mengakhiri panggilan telepon nya.

Rizki bergegas membayar sotonya lalu menuju ke kamar Nina.

"Aku mau ke tokonya Adi," ujar Rizki lalu meraih jaket dan dompetnya.

"Hah? Lalu aku di sini sama siapa?" tanya Nina dengan ekspresi wajah sedih.

"Aku cuma sebentar kok ke toko Adi. Sudah ya, aku tinggal dulu."

"Tunggu, Mas! Kamu kenapa sih? Nggak kayak biasanya! Kamu biasanya kalau mau pergi me l uk aku dulu. Kenapa sekarang enggak? Terus harus banget ya ke toko nya Mas Adi sekarang? Kalau ada keperluan, kan kamu bisa bertemu dengan mas Adi saat aku sudah pulang dari rumah sakit?” tanya Nina.

Rizki menghela napas panjang.

"Nin, coba kamu pikir mana ada laki-laki yang mau jika istri nya sudah ti d ur dengan laki-laki lain. Bahkan mungkin bisa saja bukan hanya t id ur dengan satu tapi dengan banyak laki-laki," ujar Rizki.

Wajah Nina memerah. "Jangan menuduh ku tanpa bukti, Mas!"

"Kamu minta bukti?! Aku akan memberikan kamu bukti setelah ini! Sudah ya, aku pergi dulu. Dan oh ya, kenapa aku lebih memilih ke toko Adi sekarang dan bukan menunggu kamu keluar dari rumah sakit?! Itu urusan ku, Nin! Yang jelas, aku sebenarnya sudah tidak percaya lagi padamu," ujar Rizki sambil ngeloyor pergi. Tak dipedulikannya Nina yang berseru memanggilnya untuk kembali ke kamar.

***

Rizki keluar dari mobil nya dan memasuki toko barang elektronik milik Adi. Karena beberapa karyawan Adi sudah mengenal Rizki, maka para karyawan Adi membiarkan Rizki langsung menuju ke ruang pribadi Adi di toko itu.

"Pagi, Bro! Eh, ada tamu rupanya," sapa Rizki saat hendak masuk ke ruangan pribadi milik Adi yang berada di lantai dua toko itu.

Rizki merasa canggung karena di depan ruangan pribadi milik temannya itu, Adi terlihat me me luk seorang perempuan yang tampak baru saja menangis.

"Hei, Bro! Masuk masuk!"

Adi mempersilahkan Rizki untuk masuk ke dalam ruangan pribadi nya. Lalu menoleh ke arah perempuan itu.

"Masih ada temanku. Kamu pulang dulu ya. Nanti kita bicara kan lagi tentang hal itu," ujar Adi menjentik dagu perempuan itu. Perempuan itu tampak merengut lalu mau tak mau meninggalkan Adi.

Adi pun lalu masuk ke dalam ruangannya dan duduk di samping Rizki.

"Ada apa ini? Tampaknya sedang suntuk?" tanya Adi seraya meletakkan kopi kalengan dingin di hadapan Rizki.

"Hahhh, kamu benar deh waktu bilang tentang pernikahan," ujar Rizki sambil membuka kaleng kopinya.

"Kenapa memangnya dengan pernikahan?" tanya Adi bingung.

"Hhhhh, istriku selingkuh. Dan aku nggak tahu selingkuhan nya siapa. Bahkan istri ku sampai mengalami penyakit ke la m in. Memang lebih baik nggak menikah ya biar nggak sakit hati," sahut Rizki lemes.

"Hah, Nina selingkuh? Kayaknya nggak mungkin! Muka polos kayak dia?"

Rizki hanya mengangguk lemah.

"Kamu sih nggak akan pernah sakit hati. Kerjaan cuma gonta ganti cewek. Yang ada cewek - cewek itu yang sa kit ha ti sama kamu," ujar Rizki.

"Hhhh, aku bilang juga apa, cewek itu gampang dirayu. Diberi perhatian sedikit dan d i tra n s fer dikit juga langsung deh memberikan apa yang kita mau," ujar Adi.

Rizki menghela napas panjang.

"Lalu apa rencana kamu, Riz?"

"Aku mau cari bukti perselingkuhan istri ku agar bisa meng gu gat cerai dia. Karena kalau aku meng gu gat cerai tanpa ada bukti, yang ada aku kehilangan rumah dan mobil."

Adi tampak berpikir sejenak. "Kalau menurut ku, kata mu, kamu kan sangat mencintai istrimu. Beri satu kesempatan lagi untuk bertobat. Percayalah Nina nggak akan mengulangi perselingkuhan nya lagi. Laki-laki yang jadi selingkuhan nya istri mu enggak akan mau berhubungan dengan nya lagi," ujar Adi sambil meminum kopi kalengannya.

Rizki mengerutkan kening nya.

"Darimana kamu tahu kalau selingkuhan Nina tidak akan berhubungan lagi dengan nya? Apa kamu mengetahui sesuatu?" tanya Rizki.

Next?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status