Share

sepulangnya 7

"Darimana kamu tahu kalau selingkuhan Nina tidak akan berhubungan lagi dengan nya? Apa kamu mengetahui sesuatu?" tanya Rizki penuh selidik.

Sejenak Adi menatap Rizki, lalu tersenyum. "Yah, itu sih menurut ku. Coba kamu bayangkan sekarang. Andai saja kamu jadi selingkuhan istri orang, lalu istri orang itu menderita penyakit ke la min, sebagai selingkuhan nya apa kamu masih mau

ti d ur sama dia?

Beri kesempatan kedua istri kamu lah. Lagipula kamu pernah bilang padaku kan kalau pem be lian rumah dan mobil kamu dibantu oleh mertua kamu dengan adanya surat perjanjian pra nikah," usul Adi bersemangat.

Rizki mengerutkan keningnya.

"Eh, kok jadi kamu sih yang semangat kalau aku baikan sama Nina?" tanya Rizki.

"Hm, ya gimana ya. Aku rasa kalian berdua itu couple goals. Yang cewek cantik banget, kamunya juga ganteng," sahut Adi. "Jadi sayang banget aja kalau kalian pisah begitu saja," sambung Adi.

Rizki menghela napas ka s ar. Di dunia ini rasa nya tak ada orang yang sudi berbagi pasangan dengan orang lain.

"Ah nggak tahu deh. Aku kesini sebenarnya bukan untuk minta pendapat tentang hal itu," tukas Rizki.

"Hm, oke. Jadi apa yang ingin kamu lakukan sekarang?" tanya Adi.

"Aku ke sini untuk menanyakan pendapatmu tentang CCTV yang bagus, gambar nya jernih, kalau bisa terdengar suaranya, pemasangan mudah, dan beberapa jenis."

Adi mendelik.

"Hah? CCTV? Dimana kamu ingin memasang nya?!" tanya Adi.

"Di rumah ku lah. Masa di rumah kamu, Di. Aku ingin memasang CCTV untuk mengumpulkan beberapa bukti yang bisa menguatkan gugatanku," ujar Rizki.

"Hm, baik. Ayo turun ke toko. Aku pilih kan CCTV yang rekomended," sahut Adi.

Rizki mengangguk lalu mengikuti langkah Adi menuruni anak tangga.

"Nah, itu macam-macam CCTV. Tapi yang gambarnya bening, terdengar suaranya, yang itu!"

Adi menunjuk ke CCTV berwarna putih. Rizki memegang CCTV itu. Lalu menoleh pada Adi.

"Ada nggak yang berbentuk lampu? Yah, bentuknya seperti lampu neon biasa tapi juga CCTV."

"Ada dong! Apa sih yang nggak ada di toko ku?" ujar Adi tersenyum lalu beranjak kearah etalase yang lain.

"Ini mungkin yang kamu cari?" tanya Adi. Dia meraih sebuah CCTV berbentuk bohlam lalu memberikan nya pada Rizki. Mata Rizki tampak berbinar.

"Nah, ini yang kucari! Sekalian aku beli CCTV dalam bentuk mata boneka. Bisa boneka apa saja deh. Beruang, panda, kalau ada sih satu lagi, CCTV dalam bentuk gantungan kunci."

Adi melongo. Tapi dia tetap mengambil kan apa yang diminta oleh Rizki.

"Etalase sebelah sini, Riz," ujar Adi melangkah lebih dulu ke etalase lainnya.

Mata Rizki berbinar setelah melihat aneka CCTV yang tersimpan di etalase toko Adi. "Nah, cocok! Ini yang kucari!"

Rizki segera memilih beberapa CCTV yang dibutuhkannya. Adi hanya terdiam dan berdiri di samping Rizki.

"Riz, kalau istri kamu ketahuan selingkuh lalu kamu tahu siapa selingkuhan istri kamu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Adi.

Rizki berpikir sejenak.

"Hm, aku sebenernya ingin meng ha j ar orang itu sampai ba b ak b el ur. Tapi aku tidak ingin berurusan dengan hukum," ujar Rizki.

"Lalu akan kamu apakan laki-laki selingkuhan istrimu?"

"SA N T ET!" jawab Rizki tegas. Adi tercengang.

"Hah, kamu seriusan?" tanya Adi.

"Hahaha, ya nggak lah. Mana bisa aku ilmu seperti itu? Hhhh, aku belum tahu apa yang akan kulakukan pada orang itu, yang jelas aku masih merasakan sakit hati banget dengan perselingkuhan istriku, Di. Tega-teganya istriku selingkuh setelah aku bekerja ma ti- ma ti an di laut," sahut Rizki sedih.

Adi menepuk bahu Rizki pelan. "Sabar, Bro! Masalah tidak akan pernah salah memilih pundak. Berarti menurut Tuhan, kamu kuat kalau masalahnya berat," sahut Adi.

Rizki tersenyum. "Makasih, Di. Sudah meluangkan waktu untuk menemaniku memilih cctv," ujar Rizki.

"Sama-sama, Riz! Jangan sungkan," ujar Adi. "Oh, ya, kamu sudah setahun lebih menikah, tapi belum punya anak kan?" tanya Adi hati-hati. Takut menyinggung perasaan sahabat nya itu.

"Oh kalau hal itu, Nina bilang belum siap untuk mempunyai anak. Dia takut kerepotan mengurus anak kalau aku jauh darinya. Apalagi dia sering kuminta untuk memasak kan papa makanan yang aman untuk lambung dan kolesterol papa. Lagian aku juga masih berumur 27 tahun. Nantilah punya anak umur 30 tahun saja."

Adi manggut-manggut.

"Karierku juga belum bagus. Tapi setahun lagi, aku akan dikuliahkan oleh perusahaan tempat ku bekerja agar bisa naik jabatan. Baru setelah ga jiku dua

di g it, aku akan memikirkan tentang mempunyai anak," ujar Rizki. "Eh, maaf, jadi curhat, Di. Kalau begitu aku pulang dulu. Mumpung Nina masih di rumah sakit, aku akan memasang CCTV ini secepatnya," sambung Rizki.

Adi mengangguk. Dia menepuk lengan Rizki perlahan. "Jangan sungkan. Kita kan sudah seperti saudara," ujar Adi.

Rizki tersenyum. "Yah, aku pulang dulu. Eh, aku ba y ar dulu ke kasir ding. Sampai lupa nyaris nggak ba y ar," ujar Rizki tertawa.

***

Rizki baru saja sampai di rumahnya, saat dia melihat kedua orang tua Nina berdiri di depan gerbang rumahnya.

"Mami, papi, baru datang?!" tanya Rizki mendekat. Tangan nya terulur hendak menyalami kedua mertuanya. Tapi

ton jo kan dari papi Nina membuat Rizki terkejut.

Buaaagghh!

"Dasar suami tidak bertanggung jawab!"

Next?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status