Share

Rumah Risa
Rumah Risa
Penulis: Tian M Farihin

Penerimaan Pekerjaan

Di malam yang dingin dan berkabut, Laras duduk di kursi kayu yang sederhana di ruang tamu kontrakannya yang kecil. Ruangan tersebut sederhana dan hanya memiliki perabotan dasar sebuah meja kayu tua, beberapa kursi, dan rak buku kecil. Dia memeriksa tawaran pekerjaan yang baru saja diterimanya melalui pos, sebuah pekerjaan sebagai pengasuh untuk dua anak di sebuah rumah besar di pedesaan. Tawaran ini datang pada saat yang sangat tepat setelah kehilangan pekerjaan di kota dan menghadapi kesulitan finansial yang mendalam.

Surat tersebut berisi detail pekerjaan yang tampak seperti janji untuk stabilitas. Rumah yang dimaksud, yang disebut “Rumah Keluarga Wijaya,” terletak di tepi kota yang jauh dari keramaian. Laras, meskipun sedikit merasa cemas, melihat ini sebagai kesempatan yang tak bisa dilewatkan. Dia meneguk secangkir teh hangat sambil memikirkan apa yang akan terjadi jika dia menerima tawaran ini.

Keputusan diambil pada malam yang sama. Laras mengirimkan balasan ke alamat yang tertera di surat, menyatakan kesediaannya untuk mulai bekerja secepat mungkin. Tidak lama kemudian, dia menerima balasan konfirmasi dari majikan, memberikan detail lebih lanjut mengenai kedatangannya dan persiapan yang harus dilakukan.

Keesokan paginya, Laras memulai perjalanan menuju Rumah Keluarga Wijaya dengan menggunakan angkutan umum. Dia berangkat dari kontrakannya dan naik bis menuju stasiun kereta. Setelah menunggu beberapa saat, kereta tiba, dan Laras naik ke kereta yang membawanya menuju kota kecil tempat rumah itu berada.

Perjalanan dengan kereta cukup panjang dan melelahkan. Laras duduk dengan tenang sambil memandang pemandangan luar jendela yang semakin lama semakin sepi dan pedesaan. Setelah beberapa jam, kereta berhenti di stasiun kecil di tengah hutan, dan Laras turun. Dia melanjutkan perjalanan dengan naik bis kecil yang mengantarkannya lebih dekat ke rumah yang dituju.

Sesampainya di depan gerbang besar yang terbuat dari besi berkarat, Laras merasa sedikit terintimidasi. Rumah besar dan megah yang terletak di belakang gerbang memiliki aura misterius. Dindingnya tinggi, dan jendela-jendela yang besar tampak gelap dan tak berpenghuni.

Saat Laras melangkah keluar dari bis dan mendekati pintu depan yang berat, dia merasakan angin dingin yang menyentuh kulitnya. Dengan keraguan, dia menekan bel. Suara deringan yang membingungkan terdengar di seluruh rumah, diikuti oleh langkah kaki yang berat dari dalam.

Pintu terbuka, dan seorang wanita tua yang berpakaian serba hitam berdiri di ambang pintu. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Nyonya Harper, pengurus rumah tangga. "Selamat datang di Rumah Keluarga Wijaya, Laras," katanya dengan suara serak yang tampaknya mengandung banyak cerita. "Kami senang Anda bisa datang. Mari, aku akan menunjukkan ke kamar Anda."

Laras mengikuti Nyonya Harper masuk ke dalam rumah. Setiap langkah di lantai kayu membuat suara berderak yang menambah kesan misterius. Rumah ini tampak besar dan penuh dengan barang antik—dari lukisan-lukisan yang tergantung di dinding hingga perabotan kuno yang terletak di setiap sudut.

Setelah menunjukkan kamar Laras, Nyonya Harper membawa Laras ke ruang tamu di mana dia bertemu dengan Dewi dan Riko untuk pertama kalinya. Dewi, gadis kecil dengan mata besar yang penuh rasa ingin tahu, memandang Laras dengan rasa ingin tahu. Riko, yang berdiri di belakang Dewi, tampak lebih pendiam dan cemas.

"Selamat pagi, Dewi, Riko," kata Laras dengan senyum ramah. "Saya Laras, dan saya akan menjadi pengasuh kalian."

Dewi mengangguk, sementara Riko hanya menundukkan kepalanya. Laras merasakan ketegangan di udara, tapi dia mencoba untuk tetap positif. Nyonya Harper menjelaskan rutinitas sehari-hari mereka dan meninggalkan Laras dengan anak-anak untuk mulai bekerja.

Setelah Nyonya Harper pergi, Laras memulai tugasnya. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan aneh yang mulai mengisi ruangan. Cermin besar yang ada di ruang utama tampak menonjol, menarik perhatiannya dengan aura misteriusnya. Laras merasakan ketertarikan sekaligus kekhawatiran saat dia melihat cermin yang terbalut kain hitam. Cermin itu tampak kuno dan megah, dan Laras merasa seolah-olah cermin itu menyimpan rahasia yang belum terungkap.

Hari pertama berakhir dengan larut malam. Laras berbaring di tempat tidurnya, berpikir tentang semua yang dia lihat dan alami. Suara-suara dari rumah tampak lebih jelas di malam hari, dan dia merasa seolah-olah ada sesuatu yang mengawasinya. Meskipun kelelahan, dia tidak bisa menepis perasaan bahwa rumah ini menyimpan sesuatu yang tidak biasa.

Dia menutup matanya, berharap tidur akan datang dengan cepat, namun pikirannya terus berputar di sekitar cermin dan suasana misterius yang melingkupi rumah tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status