Share

Roommate with Benefits
Roommate with Benefits
Penulis: IKYURA

1. Heraia Cassandra

Penulis: IKYURA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Hari ini lo jadi pergi sama Bima, Ra?”

Pertanyaan itu meluncur bebas dari bibir Ares—atasan sekaligus sahabatnya di tempat ia bekerja, membuat lamunan Hera terburai.

Pria itu tengah sibuk mengecek banquet event order (BEO) yang baru saja diserahkan Hera kepadanya. Sesekali melirik ke arah perempuan itu, mengernyit heran.

“Jadi. Kenapa?” tanya Hera yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya.

“Tumben banget acaranya di Bali. Biasanya juga di Jakarta, kan? Dan tumben juga cowok lo nongol.” Ares menyandarkan punggungnya ke belakang. “Biasanya juga… dia sibuk, kan?”

Hera menurunkan ponselnya, menatap lekat ke arah Ares yang sama sekali tidak menatapnya. “Res?” Baru kemudian Ares mendongak dan tatapannya bertemu dengan sepasang mata tajam Hera. “Gue heran kenapa kalian pada nggak suka sama Bima, sih?”

Ares mengedikkan bahu. “Nggak suka gimana? Gue nggak pernah bilang kalau gue nggak suka sama dia, deh.”

“Dari cara lo bersikap dan ngomong sekarang tuh, lo nggak bisa bohong sama gue, Res. Nggak lo, nggak Ikarus, nggak yang lainnya. Pada kenapa, sih kayak nggak rela gue sama Bima?”

“Lo cinta sama dia? Kayak… Eve cinta sama gue? Atau Artemis yang jatuh cinta sama Zeus?” Tatapan Ares lekat ke arah Hera. Namun perempuan itu dengan cepat memalingkan wajahnya, dan Ares kembali melanjutkan ucapannya. “Lo bahkan nggak bisa menjawab pertanyaan gue, Ra, dan lo yakin bakalan ngelanjutin hubungan itu? Lo jelas-jelas ragu.” Ares bangkit dari duduknya, berjalan mendekati Hera dengan tangannya yang membawa BEO yang sudah ditandatangani olehnya. “Gue bukannya nggak suka sama Bima, Ra. Tapi feeling gue nggak oke aja, sih. Gue cowok, Ra. Gue bisa melihat dari cara cowok gimana nge-treat cewek yang dia sayang. Lo lihat gue sama Eve, kan? Eve gue jadikan ratu di hidup gue, Ra. And how about you?”

“Hidup gue sama hidup kalian nggak bisa disamakan, Res. Kami punya cara sendiri untuk menunjukkan cinta masing-masing. Thank you karena lo peduli sama gue. Tapi gue yang paling tahu dia cowok yang pantas atau nggak untuk gue.”

Hera meraih berkas yang baru saja ditandatangani Ares, kemudian ia berlalu begitu saja meninggalkan ruangan pria itu.

Begitu tiba di ruangannya, Hera melemparkan punggungnya ke sofa yang ada di ruangannya. Ia mengurut keningnya yang terasa pening. Perkataan Ares kini berjejalan di pikirannya.

“Sialan!” Meskipun hubungan Hera baru saja melangkah ke jenjang yang lebih serius dengan Bima, namun tidak ada salahnya kalau Hera mencobanya, kan? Hera yakin hatinya masih menyimpan perasaan pada cinta pertamanya itu.

Lalu, “Ra? Kenapa?”

Hera menolehkan wajah dan mendapati Rhea muncul dari balik pintu ruangan. “Nggak apa-apa. Gue balik ya, Ra?”

“Weekly report yang gue kirim udah lo cek, kan?”

“Udah.” Hera mulai membereskan berkas-berkas yang ada di atas mejanya. “BEO udah ditandatangani semuanya sama Ares. Pastikan lagi persiapannya sama anak banquet, ya? Kalau ada apa-apa kontak gue aja. Gue sebenarnya males datang, cuma Bima yang minta ditemenin. Gue nggak enak kalau nolak dia.”

“Oke, Ra. Aman, kok. Take care, ya.”

Hera mulai beranjak dari kursinya sembari meraih tasnya. Dan detik itu juga perempuan itu meninggalkan ruangannya untuk segera pulang dan bersiap-siap.

Tepat saat waktu sudah menunjuk angka tujuh malam, Bima sudah menunggu Hera di lobi apartemennya. Dengan balutan dress hitam pemberian Bima beberapa waktu lalu, perempuan itu terlihat begitu cantik dan memesona.

“What a damn beautiful you are.” Bima merentangkan kedua tangannya, berhambur memeluk Hera.

“Udah lama nunggu?” tanya Hera membalas dekapan tunangannya.

“Belum, kok. Aku juga barusan sampai.”

Hera mengangguk. “Mau langsung berangkat?”

“Boleh.”

Keduanya melangkah meninggalkan lobi lalu segera bergegas parkiran untuk menuju ke mobil. Sepanjang mobil melaju membelah kemacetan kota, Hera memilih untuk memalingkan wajahnya ke samping jendela. Kepalanya terasa penuh, lagi-lagi dijejali dengan perkataan Ares yang tak henti-hentinya mengusik pikirannya.

“Lagi mikirin apa, Cinta?”

Hera mengerjap lalu menundukkan wajah saat merasakan tangannya digenggam Bima. “Ah, nggak, kok. Di hotel lagi ada event, Bim, aku agak sedikit kepikiran aja sekarang.”

“Nggak apa-apa kan, kalau kamu pergi sama aku? Ditambah ini acaranya Mama kamu nggak mungkin nggak datang, kan?”

Hera mengangguk. “Nggak apa-apa, kok. Aku juga udah pamit sama anak-anak buat handle event malam ini.”

“Good. We should be happy tonight.”

Mobil yang dikendarai mereka akhirnya tiba di pelataran parkir salah satu hotel yang berada di kawasan Nusa Dua. Setelah melepaskan seat belt-nya, keduanya turun dari mobil. Dengan genggaman tangan Bima yang terasa hangat, pria itu membawa Hera melewati pintu lobi hotel. 

Suara dentuman musik yang memekakkan telinga terdengar tak jauh dari lobi. Mengingat bahwa acara gala dinner yang diadakan oleh MJ Entertainment digelar di tepi pantai Nusa Dua. 

“Bima! Hera!” Miranda Jessica—ibu Hera, menjadi yang pertama kali menyambut kedatangan mereka. “Apa kabar, Bima?” Perempuan paruh baya itu memeluk Bima. “Makasih banyak ya, udah mau ngajak Hera untuk datang ke sini.”

“Sama-sama, Tante.” Bima tersenyum kecil. “Tante kabarnya baik, kan?”

“Alhamdulillah. Oh ya, Tante pinjam Hera sebentar ya, Bim. Ada yang pengen Tante kenalkan sama Hera soalnya.”

“Baik, Tante.” Bima menoleh ke arah Hera. “Aku tunggu di sana, ya? Ada Jevan yang udah nunggu di sana.”

“Iya.”

Sepeninggal Bima, Miranda menghela napas panjang. Ditatapnya putri sulungnya itu dengan lekat. Lalu, “Ra… kamu masih marah sama Mama?”

“Nggak, Ma. Mama tahu kan, kalau aku nggak suka acara beginian? Kenapa mesti pakai Bima buat ngajak aku ke sini?” gerutu perempuan itu.

“Nggak ada cara lain, Ra. Lagian ini acara perusahaannya Mama. Perusahaan yang akan diwariskan ke kamu nantinya. Jadi, nggak ada salahnya kalau kamu sedikit tahu tentang acara ini, kan?”

“Aku nggak tertarik, Ma.”

Miranda menghela napas. Memilih untuk menyerah membujuk Hera. “Ada Wafa dan Nathan juga yang ikut ke sini. Untuk kali ini saja, Ra. Mama pengen kamu bantu Mama. Okay?”

Hera menghela napas pendek. Tidak berniat menjawab saat bersamaan suara vokal seseorang terdengar di belakang sana.

“Miranda!” panggil seorang perempuan yang ditaksir usianya lebih tua dari ibunya. “Congrats ya, Mir. Sukses untuk MJ Entertainment. Semoga kedepannya MJ Entertainment akan semakin sukses dan berjaya!”

“Terima kasih, Mbak Lidya. Aamiin. Terima kasih sudah menyempatkan untuk datang ditengah jadwal syuting yang padat.”

“Mana mungkin saya melewatkan acara ini, Mir. Oh ya… ini Hera, kan? Cantik banget sekarang, ya?” Lalu pandangan Lidya tertuju pada Hera. “Hera masih inget sama Tante Lidya, nggak?”

“Masih kok, Tante. Tante Lidya apa kabar?” Hera memaksakan diri untuk tersenyum ramah meskipun yang dirasakannya saat ini adalah sebaliknya.

“Baik dong, Sayang.” Lidya tersenyum sembari mengusap lengan Hera dengan lembut. “Kenapa nggak kamu rekrut jadi artis juga sih, Mir?”

“Mana mau, Mbak. Aku punya anak tiga, dan cuma Wafa aja yang mau ikut terjun ke sana, itu pun bukan sebagai artisnya, tapi masuk ke manajemennya.”

“Terus kapan nikahnya, Mir? Belum lama ini tunangan sama Bima Kusumandaru, kan? Aku sempat mendengar beritanya.”

“Kalau itu sih…aku balikin ke anak-anak, Mbak. Karirnya Bima kan lagi melejit sekarang, mungkin kalau udah agak senggang, baru bisa kami bicarakan kapan pernikahan mereka akan digelar. Lagian ngapain buru-buru juga, kan?”

“Iya, sih. Sayang juga kalau Bima lagi naik daun gini.”

Beruntungnya acara basa-basi itu tidak berlangsung lama karena acara malam itu sudah dimulai. Seorang MC sudah berdiri di depan panggung untuk membuka acara malam itu. Pun dengan Hera yang memilih untuk menyingkir sejenak. Mendadak ia kehausan. Perempuan itu mengayunkan langkahnya mendekati konter bar, Hera lantas memesan segelas margarita kepada seorang bartender yang ada di sana.

Saat perempuan itu mengeluarkan ponselnya, rupanya ada sebuah pesan dari Eros.

[Eros: Nyi, lagi di mana?]

[Eros: Ikarus kesandung masalah, nih.]

Hera mengerutkan keningnya lalu dengan cepat perempuan itu menekan ikon memanggil pada kontak Eros.

“Ada apa, Ros? Ikarus kenapa?” tanya Hera tanpa basa-basi.

“Kalem dong, Nyi. Lo di mana kok berisik banget? Wah… lagi main di tempat haram kok nggak ngajak-ngajak, sih?”

“Berisik ya, Ros. Ikarus kenapa?” sembur Hera.

“Dia barusan diusir dari apartemennya. Semua aset mulai dari apartemen dan mobilnya disita sama bank.”

Hera membelalak. “Kok bisa?!”

“Tau tuh! Gue belum tahu cerita lengkapnya. Ikarusnya udah main pergi.”

“Pergi ke mana, Ros?”

“Entah ke mana gue nggak tahu, Nyi. Lo coba hubungi dia aja, deh.”

“Oke.”

Panggilan itu diakhiri Hera sepihak. Di hadapannya sudah ada segelas margarita yang sempat dipesannya tadi. Lalu tanpa menunggu, perempuan itu meneguk margaritanya dalam sekali tenggak, mengabaikan tatapan heran dari orang-orang di sekitarnya.

Meninggalkan konter bar, Hera mengayunkan langkahnya menjauh. Matanya mengedar ke sekitar, mencoba menemukan keberadaan Bima. Setidaknya Hera harus berpamitan dengan pria itu agar tidak kebingungan mencarinya.

Begitu matanya telah menemukan keberadaan Bika, Hera kembali melangkah. Hanya tinggal beberapa langkah saja, kaki Hera tiba-tiba terhenti. Samar sekali percakapan mereka terdengar menyebut namanya, Hera memutuskan untuk mengurungkan niatnya mendekati Bima lantaran penasaran dengan apa yang tengah mereka bicarakan di sana.

“Lo yakin bakalan melepas masa lajang lo dengan nikah sama cewek itu, Bim?” tanya salah satu seorang pria yang kini tengah duduk di samping Bima. “Dia non selebriti, kan?”

“Kenapa nggak yakin?” Bima meneguk champagne yang ada di tangannya sambil melemparkan senyuman. “Kalau karir gue mangkrak cuma gara-gara gue nikah, gue tinggal bilang ke nyokapnya dia buat naikin karir gue lagi, kan?”

“Brengsek! Sejak awal seharusnya gue nggak percaya sama lo, Anjing! Lo nggak ada tampang-tampang mau tobat soalnya!”

Bima tergelak. “Hidup itu keras, Bro. Kita nggak bakalan bisa hidup sesuai dengan apa yang kita mau kalau kita nggak punya strategi untuk bertahan hidup.”

“Dan lo menggunakan Hera, anak dari pemilik agensi MJ Entertainment agar lo bisa bertahan hidup? Sialan juga!” maki pria itu.

“She loves me a lot, anyway. Bonus bisa cicipi tubuhnya secara cuma-cuma lah!” kekeh Bima dengan entengnya. “Zaman sekarang, gue nggak percaya sama cinta, Bro. Fokus gue cuma pengen terkenal dan cari cuan. That’s it. Cinta? Bulshit!”

Mendengar percakapan itu, kedua tangan Hera mengepal dengan erat. Ada amarah yang tiba-tiba menggelegak di dadanya dan hal itu membuat Hera ingin sekali menampar mulut kotor bajingan itu.

Namun alih-alih menghampirinya, Hera justru membalikkan badan. Perempuan itu memilih untuk melangkah menjauh, meninggalkan Bima begitu saja. 

Jika saja Ares mendengar apa yang dikatakan Bima barusan, pria itu pasti akan menertawakannya. Dan sayangnya Hera masih saja tidak mempercayai sahabatnya.

Brengsek!

“Lo di mana, Rus?”

“Kenapa?”

“Gue ke sana sekarang!”

***

Bab terkait

  • Roommate with Benefits    2. Prince Ikarus Leanders

    “Terus planning lo apa?” tanya Ares saat itu.Sejak tahu kabar bahwa Ikarus diusir dari apartemen, Ares langsung bergegas menemui sahabatnya itu.Ikarus mengedikkan bahu sembari meraup wajahnya dengan gusar. “Menangkap pelakunya. Gue nggak mungkin tinggal diam kalau aset gue dicuri sama dia gitu aja, kan?”“Jangan bikin malu elah, Rus. Masa penipu kena tipu?” sahut Eros langsung.Ikarus mendecak pelan. “Penipu juga manusia, Ros. Lagian gue udah lama juga nggak main begituan.”“Well, untuk sementara waktu lo bisa pakai satu kamar di hotel, Rus.”“Nggak usah, Res. Gue bisa—” Lalu pandangan Ikarus tertoleh pada Eros yang tengah sibuk memainkan ponselnya. “Nggak ya, Nyet!” ujar Eros seolah tahu maksud dari tatapan Ikarus. “Gue tahu lo secinta itu sama gue, tapi gue nggak bisa nolongin lo kali ini. Lo tahu kan… kalau kosan gue udah mirip kayak kuburan dibandingkan disebut kamar? Single bed, Anjir. Kalau lo cewek, mah. Gue iyain aja! Masalahnya lo cowok!”“Tail lah! Gue bisa tidur di mana

  • Roommate with Benefits    3. Si Bajingan yang Beruntung

    “Help me please, okay?” Tangan Hera lantas bergerak ke belakang, menarik tali spaghetti dress yang dikenakannya hingga luruh ke pinggangnya.Untuk selama beberapa saat Ikarus terdiam. Sampai saat Hera kembali merapat, mencium Ikarus lebih dalam dan tajam, pria itu membalas pagutannya.Ikarus adalah pria normal. Seolah ada yang membangunkan sesuatu yang ada di dalam diri Ikarus, tubuh pria itu seketika memanas. Sebagian di dalam diri Ikarus memintanya untuk berhenti. Namun di sisi lain ia tidak ingin menghentikan apa yang baru saja akan dimulainya. Terlebih saat bibir Hera yang terasa manis membuat segalanya semakin menggila.Ikarus semakin memperdalam ciumannya. Satu tangannya melingkar di tengkuk leher Hera. Sementara satu tangan lainnya bergerak ke belakang, meremas pinggul Hera seiring dengan Ikarus yang menggeram pelan.Pun dengan Hera yang mulai menggerakkan pinggulnya, seolah bukan hanya Ikarus saja yang menggila, Hera juga merasakan hal sama.Bibir keduanya saling bertautan, li

  • Roommate with Benefits    4. Kesalahan Semalam

    HERA menggeliat di atas tempat tidurnya saat samar sekali ia merasakan tubuhnya menggigil kedinginan. Ia menarik selimut yang membalut tubuhnya, lalu ia mengerjapkan matanya.Perempuan itu menolehkan wajahnya, menatap jam yang ada di atas nakas. Pukul lima pagi. Lalu ia tersentak dengan matanya yang membelalak lebar. “Damn it!” makinya lirih.Hera menundukkan wajahnya, melihat bagaimana penampilannya yang masih polos dan hanya berbalutkan selimut tebal di tubuhnya. Perempuan itu menghela napas dengan gusar sembari menyugar rambutnya. “What the hell are you doing, Ra?”Ingatannya lantas membawanya kembali pada kejadian semalam. Bagaimana Hera marah dan kecewa dengan Bima, lalu ia pulang dalam kondisi yang setengah sadar setelah menenggak tequila beberapa gelas. Sampai akhirnya ia bercinta dengan sahabatnya sendiri.“Tolol lo, Ra!” Hera meraup wajahnya dengan gusar, ia abaikan rasa pengar sekaligus pening yang sejak tadi dirasakannya. “Mau ditaruh mana muka lo habis ini, hah?”Hera lant

  • Roommate with Benefits    5. Sikap Ikarus

    “Kenapa telat?”Suara celetukan Ares yang baru saja muncul dari balik pintu ruangannya membuat Ikarus lantas menoleh ke arahnya.“Gue tadi ke tempat Eros dulu buat ambil baju.” Ikarus yang tadinya tengah sibuk membaca weekly report yang terpampang di layar monitor, lantas menghela napas panjang. “Gue udah bicara sama Hera.” Pandangan Ikarus kemudian tertuju ke arah Ares yang kini tengah menyandarkan bahunya di ambang pintu. “Mm… tapi dia menolak?”Ikarus mengangguk. “Iya.”“Alasannya?”“Dia menganggap kalau apa yang kita lakukan semalam itu cuma kesalahan satu malam. Dia nggak mau gue bertanggung jawab atas apa yang udah gue… renggut dari dia.” Ikarus menghela napas panjang. “Dia merasa nggak seharusnya kita melakukan hal itu semalam karena dia punya Bima.”“Dia yang memulainya, kan? Sebajingan-bajingannya lo, lo nggak kayak gue. Melakukan segala cara untuk merebut Eve dari cowoknya. Lo juga bukan Zeus yang terpaksa nidurin Artemis untuk nolongin dia dari desakan bokapnya.”“So, what

  • Roommate with Benefits    6. Adik dan Kakak

    “Kak, gue lagi di restoran Asia dekat hotel lo. Lo balik jam berapa, sih? Kerja apa dikerjain?”“Berisik ya, Waf. Ini gue lagi siap-siap mau ke situ.”“Good. Gue mau minta traktir lo habis ini. Buruan.”Setelah mendengar ocehan adik perempuannya, Hera mengakhiri panggilannya dengan cepat. Ia lantas mengemasi barang-barangnya dan langsung bergegas meninggalkan ruangannya yang sudah sepi.Perempuan itu mengayunkan langkahnya menyusuri koridor. Sesekali ia melirik ruangan Ikarus yang masih terang benderang, lalu pandangannya tertuju pada paper bag dengan label ‘GUCCI’ di tangannya. Siang tadi Hera menyempatkan diri keluar hotel untuk membelikan kemeja baru untuk Ikarus.Ragu untuk memberikan kemejanya itu, Hera kembali mengayunkan langkahnya menuju ke lobi. Ia lantas melangkah menuju ke depan. Ditatapnya lalu lintas yang tampak ramai, perempuan itu memutuskan untuk berjalan kaki alih-alih membawa mobilnya.Begitu tiba di restoran Asia, Hera lantas mengedarkan matanya ke sekitar. Wafa yan

  • Roommate with Benefits    7. Roommate with Benefits

    “Lo mau tidur di mana malam ini?” tanya Hera dengan hati-hati, sadar jika Ikarus masih marah kepadanya.Setelah berhasil membujuk Ikarus untuk tetap tinggal di apartemennya, keduanya duduk berhadapan di meja makan. Ada satu bungkus nasi goreng yang sempat dibeli Ikarus sebelum tiba di apartemen Hera. Masing-masing dari mereka memegang sendok di tangannya.“Kenapa lo bisa seceroboh itu, sih?” ujar Hera lagi. “Lo kan hacker. Lo seharusnya—” Bibir Hera terkatup rapat saat suaranya naik satu oktaf. “Maksud gue… kenapa lo bisa kecolongan gini, coba.”“Namanya juga halangan,” jawab Ikarus dengan datar. “Nggak ada yang tahu kapan gue ditimpa musibah.”“Terus rencana lo apa setelah ini?” tanya Hera dengan hati-hati.“Nggak tahu. Gue bahkan nggak pegang duit sepeserpun sekarang,” ujar Ikarus berbohong. Hera menghela napas panjang sembari melipat kedua tangannya di atas meja. Ia sedikit mencondongkan kepalanya ke depan agar bisa menatap Ikarus dengan lekat. “Miskin banget, ya?”“Kenapa? Lo ngg

  • Roommate with Benefits    8. Nadine Putri Gunadi

    [Mas, hari ini sibuk? Aku pengen ketemu.][Kangen…]Ikarus menghela napas panjang begitu mendapati pesan itu muncul di layar ponselnya. Ia mengurut keningnya yang terasa pening. Rasanya masih seperti mimpi. Alih-alih membalasnya, Ikarus memilih untuk segera bergegas bersiap-siap.“Gue nggak biasa sarapan.” Perkataan Hera yang tiba-tiba muncul di depan kamar yang ditempati Ikarus itu membuat pria itu hampir terlonjak kaget karenanya.“Ya ampun, Ra. Lo nggak usah ngagetin gue gitu bisa nggak, sih?”“Lagian kenapa, sih? Lo pikir gue hantu?” Hera mencebikkan bibir. Mereka sudah terlihat rapi dengan balutan kerja masing-masing. Pun dengan Ikarus yang langsung mengenakan kemeja pemberian Hera tanpa mau repot-repot mencucinya terlebih dahulu. “Nggak kebesaran kan kemejanya?” katanya sembari tersenyum. “Tapi bisa nggak sih, lo pakai kemeja yang beneran dikit?” Hera lantas mengayunkan langkahnya mendekati Ikarus, tangannya terulur ke depan, membenarkan posisi kerahnya yang sempat terselip ke b

  • Roommate with Benefits    9. Mengulang Malam Itu Kembali

    “Belum balik?” Ikarus mendongakkan wajah dan mendapati Ares berdiri di ambang pintu ruangannya. “Mau ngopi dulu, nggak? Kayaknya lo lagi banyak pikiran.”Ikarus tidak menjawab namun ia langsung beranjak dari tempat duduknya. Mereka mengayunkan langkahnya menuju ke Sixty Lounge—cafe yang ada di pinggir pantai, masih di bawah naungan Sixty Season Resort.Begitu tiba di Sixty Lounge, mereka kemudian memesan dua cangkir kopi dan langsung duduk di salah satu meja yang kosong. Ditatapnya kerlap-kerlip di seberang lautan sana. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.Lalu, “Gue tadi siang ketemu sama Nadine. Dua minggu lagi dia akan menikah.”“So?”Ikarus menggeleng. “Gue udah feeling lama sebenarnya, Res. Hubungan gue sama Nadine nggak akan berhasil. Lo masih ingat waktu lo minta gue untuk melepaskan dia dan memilih untuk deketin Hera, kan?” Pria itu menyesap kopinya. “Gue sempat memikirkannya.”“Memikirkan Hera?”Ikarus mengangguk. “Iya. Hanya saja waktu itu Nadine yang nggak mau gue l

Bab terbaru

  • Roommate with Benefits    100. Aku Sayang Kamu Selamanya

    “Rus? Suar mana?”Hera yang baru saja tiba di kediamannya lantas mengedar ke sekitar. Wajahnya terlihat lelah, ditambah dengan ia tidak menemukan putranya di sana.“Pulang-pulang tuh, kenapa bukan suaminya yang dicariin lebih dulu, sih? Kamu sengaja mau bikin aku cemburu atau gimana?” protes Ikarus saat itu.Hera menghela napas lalu melangkah mendekati Ikarus yang terlihat santai di sofa. Pria itu tengah mengambil cuti hari ini. “Iya, iya.” Hera mencium pipi Ikarus dengan pelan. “Suar sekarang di mana? Kamu kok kelihatan rapi gini? Mau ke mana?”Bayi mungil yang kini usianya baru menginjak tujuh bulan itu seakan jadi obat lelah Hera. Setiap kali perempuan itu menghabiskan waktu seharian dengan pekerjaannya yang menumpuk, setelah melihat Suar, lelahnya tiba-tiba menguap begitu saja.“Tadi Mama sama Papa mampir ke sini. Terus Suar sama Budhe Harni diangkut sekalian. Katanya biar papa sama mamanya ada waktu berduaan.”Hera terkekeh lalu berhambur memeluk Ikarus. “Emang selama ini kita ng

  • Roommate with Benefits    99. Mahija Suar Leanders

    “Terima kasih untuk waktunya, Pak. Saya berharap kerjasama ini bisa berlangsung lama.”“Sama-sama, Pak Ikarus. Kalau begitu saya pamit dulu.”Setelah menyelesaikan pertemuannya dengan salah satu klien, Ikarus melenggang meninggalkan restoran. Tangannya merogoh saku celananya, lalu membelalak.‘32 missed called from Heraira Cassandra’‘10 missed called from Mama’Ikarus menghentikan langkahnya. Ia mendadak panik. Jemarinya kemudian bergulir, menekan tombol memanggil. Berharap tidak ada sesuatu yang terjadi.Lalu, “Ra! Kamu—”“Bang, ini Mama. Kamu di mana sih, Bang? Dari tadi Mama coba telepon, Hera juga udah telepon kamu puluhan kali. Kok nggak dijawab, sih?”Mendengar suara Bella yang panik, Ikarus ikut panik. “Maaf, Ma. Aku tadi lagi meeting. Ada apa?”“Buruan ke rumah sakit, Bang. Hera mau lahiran!”Ikarus membelalak. Lalu tanpa pikir panjang pria itu berlari meninggalkan restoran untuk segera bergegas menuju ke rumah sakit detik itu juga.“Mama temenin Hera dulu ya, Ma. Ini aku lan

  • Roommate with Benefits    98. You Drive Me Crazy (21+)

    “Rus… lagi ngapain?”Pertanyaan itu meluncur bebas dari bibir Hera yang baru saja bangun dari tidurnya. Sejak pulang kerja tadi, Hera memang memilih untuk tidur lantaran tengah mengantuk.Ikarus menoleh lalu menurunkan laptop dari pangkuannya, merentangkan tangannya ke arah Hera agar segera menghampirinya.“Lagi ngerjain weekly report, Sayang. Kok bangun?”“Iya. Aku tadi mimpi buruk.” Hera lantas berhambur memeluk Ikarus, menyurukkan wajahnya di ceruk leher suaminya.Masih dengan mengenakan pakaian kerjanya, Ikarus mengusap punggung Hera dengan lembut, kemeja yang dikenakannya basah karena keringat. “It’s okay… mimpi kan cuma bunga tidur, Ra. Kamu baik-baik saja sekarang.”Lama Hera berdiam diri di dalam dekapan Ikarus. Perempuan itu kemudian menarik diri, lalu menatap Ikarus dengan lekat.“Rus…”“Hm?”“Kayaknya Dede kangen sama kamu, deh.”Ikarus tercenung selama beberapa saat. Pria itu kemudian menarik ujung bibirnya ke atas lalu mendaratkan kecupan singkat di bibir Hera. “Bentar ya

  • Roommate with Benefits    97. Pillow Talk

    “Hai, Rhe… gue datang.” Hera menaruh sebuah buket bunga lily di atas pusara Rhea. Menatap lekat batu nisan yang bertuliskan ‘Sorhea Winona’ itu dengan perasaan berkecamuk. Satu tahun telah berlalu setelah kepergian Rhea. “Lo apa kabar? Lo baik-baik saja di sana, kan?”Hera menggigit bibirnya bagian dalam. Menahan desakan air di pelupuk matanya. Rasanya masih seperti mimpi. Baru kemarin Hera masih tertawa bersama Rhea, namun ia tidak menyangka jika Tuhan telah mengambil sahabatnya satu tahun yang lalu.“Rhe, bentar lagi lo bakalan banyak keponakan.” Hera mengusap sudut matanya dengan punggung tangan. Tak mampu menghalau air matanya yang jatuh begitu saja. “Eve bentar lagi lahiran, dan Eros… dia juga bahagia seperti pesan terakhir lo. Bentar lagi dia juga bakalan jadi seorang ayah.” Perempuan itu kemudian menoleh ke samping, menatap Ikarus yang sejak tadi berdiri di sisinya. “Ada banyak hal yang pengen gue ceritakan sama lo, Rhe. Minggu lalu gue dapat kejutan dari Ikarus, dia beli rumah

  • Roommate with Benefits    96. Kejutan Untuk Hera

    “Sayang? Masih lama?”Hera yang baru saja keluar dari kamar mandi lantas terkekeh geli. “Ini lho, masih handukan. Mau ke dokter handukan gini?”Ikarus meraup wajahnya dengan gusar. Senyumnya terbit di wajahnya begitu saja. Pria itu kemudian melangkah mendekati Hera yang kini perutnya sudah membola. Usia kandungannya sudah menginjak bulan ketujuh, membuat perempuan itu terlihat menggemaskan. “Aku nggak sabar pengen lihat perkembangan jagoan kita.” Ikarus melingkarkan tangannya ke pinggang Hera, memeluk perempuan itu dari belakang. “Wangi banget, sih?”“Awas dong, Papa. Mama mau ganti baju dulu, nih. Gimana bisa ganti kalau kamu peluk gini, coba? Katanya nggak sabar pengen lihat jagoannya.”Ikarus melepaskan diri lalu terkekeh. “Iya, iya. Aku tunggu di depan kalau gitu, ya? Tapi jangan lama-lama.”“Iya.”Setelah menunggu lima belas menit, akhirnya Hera selesai bersiap-siap. Keduanya berjalan meninggalkan unit mereka untuk segera bergegas menuju ke rumah sakit detik itu juga.Tepat saat

  • Roommate with Benefits    95. Kabar dari Eros

    “WHAT?!? Riri hamil anaknya Eros?” Mendengar perkataan Ikarus barusan, membuat Hera seketika membelalak. “Kamu udah pastikan kebenarannya?”Ikarus mengangguk. “Aku juga sempat kaget tadi. Udah gitu Ares ngamuk di kafe sampai bikin Eros babak belur.”“Tapi Eros nggak apa-apa, kan?”“Nggak apa-apa, kok. Untungnya Riri keluar dari ruangan dan menenangkan Ares.”“Ini kayak bukan Eros banget nggak, sih?” Hera menghela napas pendek. “Kayaknya aku harus nemuin Eros sekarang, deh.”“Sekarang banget?” Ikarus melepas kemeja yang dikenakannya, “tapi udah malam, Sayang.”Hera kemudian turun dari ranjang tidurnya lalu bergerak mendekati lemari pakaian untuk mengambil baju ganti di sana. “Masih jam delapan, kok. Aku harus tahu kebenarannya. Kita tahu kalau selama ini Eros belum bisa ngelupain Rhea, kan? Dan kita tahu hal itu.” ujar Hera terlihat tidak percaya.Ikarus menghela napas. “Aku anterin, ya?”“Nggak usah, Rus. Kamu juga barusan pulang, kan? Kamu pasti capek juga.”“Nggak ada kata capek ka

  • Roommate with Benefits    94. Double Date

    Hera hanya bisa menggelengkan kepalanya begitu tiba di Bali Galeria Mall. Suasana mall sore itu terlihat cukup ramai mengingat bahwa mereka berkunjung saat akhir pekan.“Emang kita mau nonton apa sih, Bang?” tanya Bella saat mereka sudah melangkah memasuki mall.Ikarus terkekeh. “Ada film Marvel, Ma. Bukan film horor, kok, jadi Mama nggak usah khawatir.”Bella menghela napas lega. “Sumpah, ya. Seumur-umur, Mama belum pernah double date begini, mana yang ngajak double date anak sendiri pula.”Ikarus kembali tertawa. “Kapan lagi bisa ngajak Mama sama Papa kencan barengan, kan?”Bella dan Kairav hanya menggelengkan kepalanya. Lalu mereka berjalan menaiki eskalator untuk menuju bioskop. Beruntungnya Ikarus sudah sempat membeli tiket nontonnya secara online, sehingga mereka tidak perlu mengantri lagi begitu mereka tiba di gedung bioskop.“Ra, kayaknya habis nonton nyalon bentaran seru deh, ya?” celetuk Bella saat itu.“Ah iya, Ma. Aku juga kayaknya pengen banget creambath, deh. Semenjak h

  • Roommate with Benefits    93. Suami Ngidam

    “Makan malam di luar, yuk? Sekalian aku pengen ngajak nonton kamu.” Ikarus menyurukkan wajahnya di ceruk leher Hera. Alih-alih menunggu tanggapan istrinya Ikarus kembali melanjutkan ucapannya. “Tapi kamu lagi mager banget, ya? Masih ngerasa mual?”Suara Ikarus sejenak membuat Hera yang tadinya masih terpejam kini membuka matanya.Ini hari Sabtu, dan mereka libur. Seharian ini Hera menghabiskan waktunya dengan bergelung di bawah selimut. Entah karena hormon kehamilannya, Hera benar-benar malas untuk melakukan sesuatu akhir-akhir ini.“Mau nonton apa? Tumben banget, sih?” tanya Hera dengan malas.“Kok tumben? Emangnya salah kalau aku ngajak kamu ‘pacaran’ istri sendiri? Udah lama banget kayaknya kita nggak jalan berdua, kecuali kalau lagi makan, Ra. Ya, kan?”Hera memutar matanya lalu terkekeh geli. “Kamu kenapa, sih? Aneh banget tahu, nggak.”“Aneh kenapa, coba?”“Ya aneh aja. Nggak kayak biasanya kamu begini.” Hera tersenyum kecil, lalu mendaratkan kecupan singkat di pipi Ikarus. “Tad

  • Roommate with Benefits    92. But, I Want You (21+)

    “Kamu emang sengaja sekongkolan sama Eros, kan? Makanya bisa tahu kalau aku di sini?”Ikarus terkekeh lalu menyelipkan anak rambut Hera ke belakang telinga. Dibandingkan dengan sebelumnya yang masih merasa kesal, Hera sudah terlihat lebih tenang sekarang.Ikarus menghela napas. “Kenapa pakai acara kabur-kaburan segala, coba? Kan aku jadi khawatir sama kamu, Ra.”“Siapa coba yang memulai? Salah siapa pakai acara ngambek-ngambek nggak jelas gitu.”“Ya kan aku nggak suka kalau ada cowok yang deket-deket sama kamu, Ra. Mana dia kelihatan banget kalau tertarik sama kamu pula. Siapa yang nggak kesal, coba?”“Aku nggak akan berpaling sama kamu, Rus. Jadi kamu nggak usah khawatir. Lagian siapa yang bakalan naksir kalau tahu aku udah bersuami dan sekarang aku lagi hamil muda gini, hm?”“Dia nggak tahu kalau kamu lagi hamil, by the way.” Ikarus mendecak, menoleh dan memperhatikan Eros yang tengah duduk di bibir pantai, menikmati matahari terbenam yang terasa sempurna seorang diri.“Kan! Mulai l

DMCA.com Protection Status