Home / Pernikahan / Roommate with Benefits / 3. Si Bajingan yang Beruntung

Share

3. Si Bajingan yang Beruntung

Author: IKYURA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Help me please, okay?” Tangan Hera lantas bergerak ke belakang, menarik tali spaghetti dress yang dikenakannya hingga luruh ke pinggangnya.

Untuk selama beberapa saat Ikarus terdiam. Sampai saat Hera kembali merapat, mencium Ikarus lebih dalam dan tajam, pria itu membalas pagutannya.

Ikarus adalah pria normal. Seolah ada yang membangunkan sesuatu yang ada di dalam diri Ikarus, tubuh pria itu seketika memanas. Sebagian di dalam diri Ikarus memintanya untuk berhenti. Namun di sisi lain ia tidak ingin menghentikan apa yang baru saja akan dimulainya. Terlebih saat bibir Hera yang terasa manis membuat segalanya semakin menggila.

Ikarus semakin memperdalam ciumannya. Satu tangannya melingkar di tengkuk leher Hera. Sementara satu tangan lainnya bergerak ke belakang, meremas pinggul Hera seiring dengan Ikarus yang menggeram pelan.

Pun dengan Hera yang mulai menggerakkan pinggulnya, seolah bukan hanya Ikarus saja yang menggila, Hera juga merasakan hal sama.

Bibir keduanya saling bertautan, lidahnya membelit satu sama lain. Membuat segalanya semakin tak terkendali. Ikarus mengumpat berkali-kali di dalam hati.

“Rus, akh…” Tubuh Hera menggelinjang hebat di atas pangkuan Ikarus. Ada desiran asing yang membuat Hera bisa merasakan tubuhnya mulai mendidih. Seiring dengan hasratnya yang meronta-ronta, menuntut untuk dituntaskan.

“Wait, Ra.” Ikarus mendongak, tatapannya yang telah berkabutkan gairah bertumbukan selama beberapa detik dengan sepasang mata sayu Hera. “Let me ask you something,” bisik Ikarus mencoba menahan Hera agar tidak kehilangan kendali. 

“What?”

“Is it your first?”

“Ya.” Hera mengerjap.

“Are you sure? Gue nggak mau lo menyesal.”

“Stop talking, and fuck me please.”

Hera menjadi yang pertama kali mengikis jarak yang ada di antara mereka. Ciuman itu mulai dalam dan membabi buta saat tangan Hera meraih butiran kancing kemeja Ikarus, melepaskannya dengan tak sabaran hingga kancing itu terlepas paksa.

“It’s gucci, Ra,” desis Ikarus lirih.

“But, I don't care.”

Entah siapa yang memulai lebih dulu. Bibir keduanya kembali bertaut. Lalu Ikarus bangkit berdiri, menggendong Hera dan membawanya menuju ke sebuah kamar dengan cahaya yang temaram. Tiba di sebuah kamar yang diyakini Ikarus adalah kamar Hera, ia lantas merebahkan tubuh Hera di atas ranjang tidurnya.

Ditatapnya Hera yang tampak menunggu. Ikarus lantas melepaskan kemejanya dan menjatuhkannya ke lantai sebelum kembali merangkak di atas perempuan itu.

“Are you sure?” tanya Ikarus memastikan lagi.

Hera tidak mengatakan apa-apa. Yang dilakukan perempuan itu menarik Ikarus agar mendekat, kembali melekatkan bibir keduanya. Sementara satu tangan Ikarus bergerak ke bawah, menyelinap di balik dress yang kini hanya menutupi bagian tubuh bawah Hera.

“Rush, Akh…” Tubuh Hera mengejang saat bisa merasakan tangan Ikarus menyentuh di bawah sana. 

“You want me to stop?”

Hera menggeleng dan hal itu membuat Ikarus kembali melanjutkan apa yang sempat tertunda tadi. Sebut saja dirinya ‘Si Bajingan yang Beruntung’, Ikarus bahkan bisa mendapatkan kepuasan tanpa perlu bersusah payah. Lalu tangannya bergerak rendah, menurunkan kain yang menutupi bagian tubuh Hera hingga kini perempuan itu polos.

Ikarus sempat memaki dalam hatinya. Bajingan! Bagaimana bisa ia memiliki niat untuk meniduri sahabatnya sendiri yang kini tidak berdaya karena pengaruh alkohol? 

Pria itu kembali merapatkan tubuhnya, mencium bibir Hera seiring dengan tangannya yang bergerak ke bawah lalu tenggelam di antara basah dan lembab. Bersamaan dengan tubuh Hera yang menggelinjang hebat.

“Akh… Rus,” desah Hera.

Ikarus kembali mendongak. Menatap mata sayu Hera, sebelum menyurukkan wajahnya di antara ceruk leher perempuan itu. Membaui aroma strawberry yang menguar dari dalam tubuh Hera. Sementara tangan Ikarus semakin bergerak liar di bawah sana. 

“You’re so wet, Ra.”

Hera menggigit bibirnya bagian dalam. Merasakan tubuhnya mulai mendidih, terlebih saat tangan Ikarus tak kunjung menghentikan kegilaannya.

“Rus…” lenguhnya pelan. Tubuh Hera terasa bergetar hebat. Otot-ototnya mengejang seiring dengan hasratnya yang berkobar-kobar di dada.

“Lepaskan.” Bersamaan dengan sentakan klimaks untuk pertama kalinya dirasakan Hera.

Napas perempuan itu terengah-engah. Wajahnya telah dibanjiri keringat, dan hal itu membuat Ikarus memujinya berkali-kali. Perempuan itu terlihat begitu cantik sekaligus… menggairahkan?

Ikarus menarik tangannya lalu menurunkan resleting celananya, membebaskan kain yang masih melekat di tubuhnya yang mulai terasa sesak. Sebelum kembali merapat sembari memosisikan diri. 

“Akh, Rus…” Cengkraman kuat diiringi dengan rintihan lirih yang meluncur dari bibir Hera membuat Ikarus bergerak hati-hati. Tubuhnya yang belum melesak sepenuhnya membuat Hera terpaksa menahan perih di bagian bawah sana.

“Tahan, Ra.” Ikarus berbisik lirih sebelum kembali mencium bibir Hera dengan penuh kelembutan. Mencoba meredamkan perihnya mengingat bahwa ini adalah yang pertama kalinya.

Saat segalanya mulai terkendali, Ikarus kemudian bergerak. Wajahnya mendongak, menatap wajah Hera yang tampak menahan nyeri di bawah sana. Pria itu meraih kedua tangan Hera dan membawanya ke atas kepala. Lagi-lagi ia mencium bibirnya.

“Is everything okay?”

Ketika Ikarus menangkap anggukan samar Hera, pria itu menambah tempo gerakannya. Membuat perempuan itu seperti dihantam rasa perih sekaligus nikmat yang bertubi-tubi.

“Akh, Rus…” Hera menggigit bibirnya demi meredakan suara liar yang meluncur dari bibir Ikarus.

Sementara Ikarus bergerak, mengentakkan tubuhnya di atas Hera. Sesekali melenguh pelan seiring dengan gerakannya yang semakin liar dan membabi buta.

Desahan yang saling bersahut-sahutan terdengar menggaung memenuhi ruangan. Peluh keringat yang membanjiri sekujur tubuhnya membuat segalanya lantas terhenti. Hasratnya yang meledak-ledak di dalam diri Ikarus telah berhasil membakar habis batas kesabarannya. Pria itu mengentakkan tubuhnya sekali lagi, kali ini semakin dalam dan tajam.

“Rus…”

“Ra…”

Ikarus kembali merapatkan tubuhnya, mencium bibir Hera dengan tak sabaran. Ia mendesakkan tubuhnya sekali lagi. Bersamaan dengan rasa hangat meledak di dalam sana.

Napas keduanya terengah-engah. Suasana di kamar yang tadinya hening, kini hujan mulai jatuh membasahi bumi. Ikarus menjatuhkan kepalanya di bahu Hera yang telah terkulai lemah tak berdaya.

Detik demi detik berlalu. Napas keduanya telah berangsur normal. Ikarus menarik diri sembari mendaratkan kecupan singkat di kening Hera. Baru setelah itu ia bergerak menuju ke kamar mandi untuk sekadar membersihkan diri.

Di bawah pancuran shower, Ikarus tak henti-hentinya memaki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia melakukan kegilaan ini? Terlebih ini adalah pengalaman pertama bagi Hera. Bedebah tak tahu diri ini berhasil merenggut apa yang berharga dari Hera.

“Bajingan lo, Rus!” maki Ikarus pada dirinya sendiri.

Lima belas menit setelah membersihkan diri, Ikarus keluar dengan mengenakan kemeja yang sudah tidak berbentuk karena ulah Hera. Pria itu membawa sebuah handuk kecil yang telah dibasahi air hangat, lalu ia bergerak mendekati Hera yang sudah terlelap. Ikarus duduk di tepi ranjang dan mulai membersihkan tubuh perempuan itu dengan handuk hangat tersebut.

Ada jeda selama beberapa saat. Tatapan Ikarus lekat ke arah Hera yang kini tengah terlelap.

“Sorry, Ra. Gue emang—” Ikarus menghela napas pendek. Lagi-lagi ia mengutuk dalam hatinya. “Gue seharusnya menahan diri.”

Setelah memastikan Hera bersih. Ikarus membenarkan posisi tubuh Hera agar nyaman. Ia menarik selimut sebatas bahu, menatap perempuan itu sebentar, sebelum memutuskan untuk keluar dari kamar Hera.

Ikarus menghempaskan tubuhnya di sofa sembari meraup wajahnya dengan gusar. “Brengsek! Brengsek! Brengsek!”

Rasa kalutnya semakin menjadi, terlebih saat ia telah mendapatkan apa yang selama ini dijaga Hera.

“Lo sekarang mau gimana, Rus? Lo hancurkan semuanya dan—” Ikarus menghela napas, bersamaan dengan ponselnya yang berdering. Membuat perhatian pria itu teralihkan sejenak.

“Halo, Res?”

“Lo di mana?” tanya Ares di seberang sana.

“Gue lagi di apartemennya Hera. Kayaknya gue bakalan nginep di sini.”

“Lo serius?”

“Mm.” Ikarus bergumam lirih. “Gue habis melakukan kesalahan fatal, Res. Dan gue nggak tahu gimana lagi untuk menolong diri gue sendiri setelah ini.” 

***

Related chapters

  • Roommate with Benefits    4. Kesalahan Semalam

    HERA menggeliat di atas tempat tidurnya saat samar sekali ia merasakan tubuhnya menggigil kedinginan. Ia menarik selimut yang membalut tubuhnya, lalu ia mengerjapkan matanya.Perempuan itu menolehkan wajahnya, menatap jam yang ada di atas nakas. Pukul lima pagi. Lalu ia tersentak dengan matanya yang membelalak lebar. “Damn it!” makinya lirih.Hera menundukkan wajahnya, melihat bagaimana penampilannya yang masih polos dan hanya berbalutkan selimut tebal di tubuhnya. Perempuan itu menghela napas dengan gusar sembari menyugar rambutnya. “What the hell are you doing, Ra?”Ingatannya lantas membawanya kembali pada kejadian semalam. Bagaimana Hera marah dan kecewa dengan Bima, lalu ia pulang dalam kondisi yang setengah sadar setelah menenggak tequila beberapa gelas. Sampai akhirnya ia bercinta dengan sahabatnya sendiri.“Tolol lo, Ra!” Hera meraup wajahnya dengan gusar, ia abaikan rasa pengar sekaligus pening yang sejak tadi dirasakannya. “Mau ditaruh mana muka lo habis ini, hah?”Hera lant

  • Roommate with Benefits    5. Sikap Ikarus

    “Kenapa telat?”Suara celetukan Ares yang baru saja muncul dari balik pintu ruangannya membuat Ikarus lantas menoleh ke arahnya.“Gue tadi ke tempat Eros dulu buat ambil baju.” Ikarus yang tadinya tengah sibuk membaca weekly report yang terpampang di layar monitor, lantas menghela napas panjang. “Gue udah bicara sama Hera.” Pandangan Ikarus kemudian tertuju ke arah Ares yang kini tengah menyandarkan bahunya di ambang pintu. “Mm… tapi dia menolak?”Ikarus mengangguk. “Iya.”“Alasannya?”“Dia menganggap kalau apa yang kita lakukan semalam itu cuma kesalahan satu malam. Dia nggak mau gue bertanggung jawab atas apa yang udah gue… renggut dari dia.” Ikarus menghela napas panjang. “Dia merasa nggak seharusnya kita melakukan hal itu semalam karena dia punya Bima.”“Dia yang memulainya, kan? Sebajingan-bajingannya lo, lo nggak kayak gue. Melakukan segala cara untuk merebut Eve dari cowoknya. Lo juga bukan Zeus yang terpaksa nidurin Artemis untuk nolongin dia dari desakan bokapnya.”“So, what

  • Roommate with Benefits    6. Adik dan Kakak

    “Kak, gue lagi di restoran Asia dekat hotel lo. Lo balik jam berapa, sih? Kerja apa dikerjain?”“Berisik ya, Waf. Ini gue lagi siap-siap mau ke situ.”“Good. Gue mau minta traktir lo habis ini. Buruan.”Setelah mendengar ocehan adik perempuannya, Hera mengakhiri panggilannya dengan cepat. Ia lantas mengemasi barang-barangnya dan langsung bergegas meninggalkan ruangannya yang sudah sepi.Perempuan itu mengayunkan langkahnya menyusuri koridor. Sesekali ia melirik ruangan Ikarus yang masih terang benderang, lalu pandangannya tertuju pada paper bag dengan label ‘GUCCI’ di tangannya. Siang tadi Hera menyempatkan diri keluar hotel untuk membelikan kemeja baru untuk Ikarus.Ragu untuk memberikan kemejanya itu, Hera kembali mengayunkan langkahnya menuju ke lobi. Ia lantas melangkah menuju ke depan. Ditatapnya lalu lintas yang tampak ramai, perempuan itu memutuskan untuk berjalan kaki alih-alih membawa mobilnya.Begitu tiba di restoran Asia, Hera lantas mengedarkan matanya ke sekitar. Wafa yan

  • Roommate with Benefits    7. Roommate with Benefits

    “Lo mau tidur di mana malam ini?” tanya Hera dengan hati-hati, sadar jika Ikarus masih marah kepadanya.Setelah berhasil membujuk Ikarus untuk tetap tinggal di apartemennya, keduanya duduk berhadapan di meja makan. Ada satu bungkus nasi goreng yang sempat dibeli Ikarus sebelum tiba di apartemen Hera. Masing-masing dari mereka memegang sendok di tangannya.“Kenapa lo bisa seceroboh itu, sih?” ujar Hera lagi. “Lo kan hacker. Lo seharusnya—” Bibir Hera terkatup rapat saat suaranya naik satu oktaf. “Maksud gue… kenapa lo bisa kecolongan gini, coba.”“Namanya juga halangan,” jawab Ikarus dengan datar. “Nggak ada yang tahu kapan gue ditimpa musibah.”“Terus rencana lo apa setelah ini?” tanya Hera dengan hati-hati.“Nggak tahu. Gue bahkan nggak pegang duit sepeserpun sekarang,” ujar Ikarus berbohong. Hera menghela napas panjang sembari melipat kedua tangannya di atas meja. Ia sedikit mencondongkan kepalanya ke depan agar bisa menatap Ikarus dengan lekat. “Miskin banget, ya?”“Kenapa? Lo ngg

  • Roommate with Benefits    8. Nadine Putri Gunadi

    [Mas, hari ini sibuk? Aku pengen ketemu.][Kangen…]Ikarus menghela napas panjang begitu mendapati pesan itu muncul di layar ponselnya. Ia mengurut keningnya yang terasa pening. Rasanya masih seperti mimpi. Alih-alih membalasnya, Ikarus memilih untuk segera bergegas bersiap-siap.“Gue nggak biasa sarapan.” Perkataan Hera yang tiba-tiba muncul di depan kamar yang ditempati Ikarus itu membuat pria itu hampir terlonjak kaget karenanya.“Ya ampun, Ra. Lo nggak usah ngagetin gue gitu bisa nggak, sih?”“Lagian kenapa, sih? Lo pikir gue hantu?” Hera mencebikkan bibir. Mereka sudah terlihat rapi dengan balutan kerja masing-masing. Pun dengan Ikarus yang langsung mengenakan kemeja pemberian Hera tanpa mau repot-repot mencucinya terlebih dahulu. “Nggak kebesaran kan kemejanya?” katanya sembari tersenyum. “Tapi bisa nggak sih, lo pakai kemeja yang beneran dikit?” Hera lantas mengayunkan langkahnya mendekati Ikarus, tangannya terulur ke depan, membenarkan posisi kerahnya yang sempat terselip ke b

  • Roommate with Benefits    9. Mengulang Malam Itu Kembali

    “Belum balik?” Ikarus mendongakkan wajah dan mendapati Ares berdiri di ambang pintu ruangannya. “Mau ngopi dulu, nggak? Kayaknya lo lagi banyak pikiran.”Ikarus tidak menjawab namun ia langsung beranjak dari tempat duduknya. Mereka mengayunkan langkahnya menuju ke Sixty Lounge—cafe yang ada di pinggir pantai, masih di bawah naungan Sixty Season Resort.Begitu tiba di Sixty Lounge, mereka kemudian memesan dua cangkir kopi dan langsung duduk di salah satu meja yang kosong. Ditatapnya kerlap-kerlip di seberang lautan sana. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.Lalu, “Gue tadi siang ketemu sama Nadine. Dua minggu lagi dia akan menikah.”“So?”Ikarus menggeleng. “Gue udah feeling lama sebenarnya, Res. Hubungan gue sama Nadine nggak akan berhasil. Lo masih ingat waktu lo minta gue untuk melepaskan dia dan memilih untuk deketin Hera, kan?” Pria itu menyesap kopinya. “Gue sempat memikirkannya.”“Memikirkan Hera?”Ikarus mengangguk. “Iya. Hanya saja waktu itu Nadine yang nggak mau gue l

  • Roommate with Benefits    10. You Drive Me Crazy (21+)

    “Karena lo nggak bilang gue mesti pakai dress yang gimana, gue ambil dress asal. Semoga aja gue nggak saltum.”Mendengar perkataan itu, Ikarus yang terlihat resah sejak tadi lantas menoleh ke belakang dan langsung tertegun.“Gimana? Gue udah cocok digandeng ke kondangan, kan?” ujarnya lagi. Perempuan itu memutar tubuhnya, seolah ingin memperlihatkan betapa sempurnanya penampilannya kali ini.Ikarus yang melihatnya lantas bangkit dari duduknya dan langsung menerbitkan senyuman kecilnya. “Perfect!”Sudah hampir satu bulan lebih Ikarus tinggal di apartemen Hera. Dan selama itu pula mereka menjadi partner yang saling menguntungkan satu sama lain.“Gue nggak habis pikir kenapa Bima nggak seriusin lo aja,” celetuk Ikarus sembari membelai bahu Hera. “Lo cantik, lo sempurna, lo juga… enak.”Mendengar kalimat kurang ajar Ikarus, Hera menatap pria itu dengan tatapan galak. “Bilang aja lo ketagihan!”Pria itu menarik ujung bibirnya ke atas. “Lo juga, kan?”Hera lantas menundukkan wajahnya. Pura-

  • Roommate with Benefits    11. You Drive Me Crazy II (21+)

    “Take off your underpants.”“Lo gila?!” Hera membelalak. “Di sini?”Ikarus tidak menjawabnya. Wajahnya sudah merapat, lalu ia mendaratkan kecupan di ceruk leher Hera dengan satu tangannya menurunkan dress itu hingga lirih ke pinggang.Tak hanya sampai di sana, tangannya kemudian bergerak turun. Telapak tangannya yang hangat bergerak mengusap paha di balik dress yang dikenakannya. Menurunkan celana dalam Hera dengan tangannya sendiri.Lalu, “Akh, Rush…” Jemari Ikarus sudah menyelinap dan tenggelam di bawah sana. Membuat Hera yang tidak tahan dengan sentuhan Ikarus hanya bisa menggigit bibirnya. “You’re crazy.” Meskipun dalam hatinya, Hera juga menikmati.“You look so sexy in two situations,” desis Ikarus dengan suara sensual. “When you wear the sexiest dress and when you moan my name loudly.”Hera menarik ujung bibirnya ke atas membentuk sebuah senyuman. Ia bisa merasakan dadanya berdesir hangat seiring dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Terlebih saat jemari Ikarus dengan lihai memai

Latest chapter

  • Roommate with Benefits    100. Aku Sayang Kamu Selamanya

    “Rus? Suar mana?”Hera yang baru saja tiba di kediamannya lantas mengedar ke sekitar. Wajahnya terlihat lelah, ditambah dengan ia tidak menemukan putranya di sana.“Pulang-pulang tuh, kenapa bukan suaminya yang dicariin lebih dulu, sih? Kamu sengaja mau bikin aku cemburu atau gimana?” protes Ikarus saat itu.Hera menghela napas lalu melangkah mendekati Ikarus yang terlihat santai di sofa. Pria itu tengah mengambil cuti hari ini. “Iya, iya.” Hera mencium pipi Ikarus dengan pelan. “Suar sekarang di mana? Kamu kok kelihatan rapi gini? Mau ke mana?”Bayi mungil yang kini usianya baru menginjak tujuh bulan itu seakan jadi obat lelah Hera. Setiap kali perempuan itu menghabiskan waktu seharian dengan pekerjaannya yang menumpuk, setelah melihat Suar, lelahnya tiba-tiba menguap begitu saja.“Tadi Mama sama Papa mampir ke sini. Terus Suar sama Budhe Harni diangkut sekalian. Katanya biar papa sama mamanya ada waktu berduaan.”Hera terkekeh lalu berhambur memeluk Ikarus. “Emang selama ini kita ng

  • Roommate with Benefits    99. Mahija Suar Leanders

    “Terima kasih untuk waktunya, Pak. Saya berharap kerjasama ini bisa berlangsung lama.”“Sama-sama, Pak Ikarus. Kalau begitu saya pamit dulu.”Setelah menyelesaikan pertemuannya dengan salah satu klien, Ikarus melenggang meninggalkan restoran. Tangannya merogoh saku celananya, lalu membelalak.‘32 missed called from Heraira Cassandra’‘10 missed called from Mama’Ikarus menghentikan langkahnya. Ia mendadak panik. Jemarinya kemudian bergulir, menekan tombol memanggil. Berharap tidak ada sesuatu yang terjadi.Lalu, “Ra! Kamu—”“Bang, ini Mama. Kamu di mana sih, Bang? Dari tadi Mama coba telepon, Hera juga udah telepon kamu puluhan kali. Kok nggak dijawab, sih?”Mendengar suara Bella yang panik, Ikarus ikut panik. “Maaf, Ma. Aku tadi lagi meeting. Ada apa?”“Buruan ke rumah sakit, Bang. Hera mau lahiran!”Ikarus membelalak. Lalu tanpa pikir panjang pria itu berlari meninggalkan restoran untuk segera bergegas menuju ke rumah sakit detik itu juga.“Mama temenin Hera dulu ya, Ma. Ini aku lan

  • Roommate with Benefits    98. You Drive Me Crazy (21+)

    “Rus… lagi ngapain?”Pertanyaan itu meluncur bebas dari bibir Hera yang baru saja bangun dari tidurnya. Sejak pulang kerja tadi, Hera memang memilih untuk tidur lantaran tengah mengantuk.Ikarus menoleh lalu menurunkan laptop dari pangkuannya, merentangkan tangannya ke arah Hera agar segera menghampirinya.“Lagi ngerjain weekly report, Sayang. Kok bangun?”“Iya. Aku tadi mimpi buruk.” Hera lantas berhambur memeluk Ikarus, menyurukkan wajahnya di ceruk leher suaminya.Masih dengan mengenakan pakaian kerjanya, Ikarus mengusap punggung Hera dengan lembut, kemeja yang dikenakannya basah karena keringat. “It’s okay… mimpi kan cuma bunga tidur, Ra. Kamu baik-baik saja sekarang.”Lama Hera berdiam diri di dalam dekapan Ikarus. Perempuan itu kemudian menarik diri, lalu menatap Ikarus dengan lekat.“Rus…”“Hm?”“Kayaknya Dede kangen sama kamu, deh.”Ikarus tercenung selama beberapa saat. Pria itu kemudian menarik ujung bibirnya ke atas lalu mendaratkan kecupan singkat di bibir Hera. “Bentar ya

  • Roommate with Benefits    97. Pillow Talk

    “Hai, Rhe… gue datang.” Hera menaruh sebuah buket bunga lily di atas pusara Rhea. Menatap lekat batu nisan yang bertuliskan ‘Sorhea Winona’ itu dengan perasaan berkecamuk. Satu tahun telah berlalu setelah kepergian Rhea. “Lo apa kabar? Lo baik-baik saja di sana, kan?”Hera menggigit bibirnya bagian dalam. Menahan desakan air di pelupuk matanya. Rasanya masih seperti mimpi. Baru kemarin Hera masih tertawa bersama Rhea, namun ia tidak menyangka jika Tuhan telah mengambil sahabatnya satu tahun yang lalu.“Rhe, bentar lagi lo bakalan banyak keponakan.” Hera mengusap sudut matanya dengan punggung tangan. Tak mampu menghalau air matanya yang jatuh begitu saja. “Eve bentar lagi lahiran, dan Eros… dia juga bahagia seperti pesan terakhir lo. Bentar lagi dia juga bakalan jadi seorang ayah.” Perempuan itu kemudian menoleh ke samping, menatap Ikarus yang sejak tadi berdiri di sisinya. “Ada banyak hal yang pengen gue ceritakan sama lo, Rhe. Minggu lalu gue dapat kejutan dari Ikarus, dia beli rumah

  • Roommate with Benefits    96. Kejutan Untuk Hera

    “Sayang? Masih lama?”Hera yang baru saja keluar dari kamar mandi lantas terkekeh geli. “Ini lho, masih handukan. Mau ke dokter handukan gini?”Ikarus meraup wajahnya dengan gusar. Senyumnya terbit di wajahnya begitu saja. Pria itu kemudian melangkah mendekati Hera yang kini perutnya sudah membola. Usia kandungannya sudah menginjak bulan ketujuh, membuat perempuan itu terlihat menggemaskan. “Aku nggak sabar pengen lihat perkembangan jagoan kita.” Ikarus melingkarkan tangannya ke pinggang Hera, memeluk perempuan itu dari belakang. “Wangi banget, sih?”“Awas dong, Papa. Mama mau ganti baju dulu, nih. Gimana bisa ganti kalau kamu peluk gini, coba? Katanya nggak sabar pengen lihat jagoannya.”Ikarus melepaskan diri lalu terkekeh. “Iya, iya. Aku tunggu di depan kalau gitu, ya? Tapi jangan lama-lama.”“Iya.”Setelah menunggu lima belas menit, akhirnya Hera selesai bersiap-siap. Keduanya berjalan meninggalkan unit mereka untuk segera bergegas menuju ke rumah sakit detik itu juga.Tepat saat

  • Roommate with Benefits    95. Kabar dari Eros

    “WHAT?!? Riri hamil anaknya Eros?” Mendengar perkataan Ikarus barusan, membuat Hera seketika membelalak. “Kamu udah pastikan kebenarannya?”Ikarus mengangguk. “Aku juga sempat kaget tadi. Udah gitu Ares ngamuk di kafe sampai bikin Eros babak belur.”“Tapi Eros nggak apa-apa, kan?”“Nggak apa-apa, kok. Untungnya Riri keluar dari ruangan dan menenangkan Ares.”“Ini kayak bukan Eros banget nggak, sih?” Hera menghela napas pendek. “Kayaknya aku harus nemuin Eros sekarang, deh.”“Sekarang banget?” Ikarus melepas kemeja yang dikenakannya, “tapi udah malam, Sayang.”Hera kemudian turun dari ranjang tidurnya lalu bergerak mendekati lemari pakaian untuk mengambil baju ganti di sana. “Masih jam delapan, kok. Aku harus tahu kebenarannya. Kita tahu kalau selama ini Eros belum bisa ngelupain Rhea, kan? Dan kita tahu hal itu.” ujar Hera terlihat tidak percaya.Ikarus menghela napas. “Aku anterin, ya?”“Nggak usah, Rus. Kamu juga barusan pulang, kan? Kamu pasti capek juga.”“Nggak ada kata capek ka

  • Roommate with Benefits    94. Double Date

    Hera hanya bisa menggelengkan kepalanya begitu tiba di Bali Galeria Mall. Suasana mall sore itu terlihat cukup ramai mengingat bahwa mereka berkunjung saat akhir pekan.“Emang kita mau nonton apa sih, Bang?” tanya Bella saat mereka sudah melangkah memasuki mall.Ikarus terkekeh. “Ada film Marvel, Ma. Bukan film horor, kok, jadi Mama nggak usah khawatir.”Bella menghela napas lega. “Sumpah, ya. Seumur-umur, Mama belum pernah double date begini, mana yang ngajak double date anak sendiri pula.”Ikarus kembali tertawa. “Kapan lagi bisa ngajak Mama sama Papa kencan barengan, kan?”Bella dan Kairav hanya menggelengkan kepalanya. Lalu mereka berjalan menaiki eskalator untuk menuju bioskop. Beruntungnya Ikarus sudah sempat membeli tiket nontonnya secara online, sehingga mereka tidak perlu mengantri lagi begitu mereka tiba di gedung bioskop.“Ra, kayaknya habis nonton nyalon bentaran seru deh, ya?” celetuk Bella saat itu.“Ah iya, Ma. Aku juga kayaknya pengen banget creambath, deh. Semenjak h

  • Roommate with Benefits    93. Suami Ngidam

    “Makan malam di luar, yuk? Sekalian aku pengen ngajak nonton kamu.” Ikarus menyurukkan wajahnya di ceruk leher Hera. Alih-alih menunggu tanggapan istrinya Ikarus kembali melanjutkan ucapannya. “Tapi kamu lagi mager banget, ya? Masih ngerasa mual?”Suara Ikarus sejenak membuat Hera yang tadinya masih terpejam kini membuka matanya.Ini hari Sabtu, dan mereka libur. Seharian ini Hera menghabiskan waktunya dengan bergelung di bawah selimut. Entah karena hormon kehamilannya, Hera benar-benar malas untuk melakukan sesuatu akhir-akhir ini.“Mau nonton apa? Tumben banget, sih?” tanya Hera dengan malas.“Kok tumben? Emangnya salah kalau aku ngajak kamu ‘pacaran’ istri sendiri? Udah lama banget kayaknya kita nggak jalan berdua, kecuali kalau lagi makan, Ra. Ya, kan?”Hera memutar matanya lalu terkekeh geli. “Kamu kenapa, sih? Aneh banget tahu, nggak.”“Aneh kenapa, coba?”“Ya aneh aja. Nggak kayak biasanya kamu begini.” Hera tersenyum kecil, lalu mendaratkan kecupan singkat di pipi Ikarus. “Tad

  • Roommate with Benefits    92. But, I Want You (21+)

    “Kamu emang sengaja sekongkolan sama Eros, kan? Makanya bisa tahu kalau aku di sini?”Ikarus terkekeh lalu menyelipkan anak rambut Hera ke belakang telinga. Dibandingkan dengan sebelumnya yang masih merasa kesal, Hera sudah terlihat lebih tenang sekarang.Ikarus menghela napas. “Kenapa pakai acara kabur-kaburan segala, coba? Kan aku jadi khawatir sama kamu, Ra.”“Siapa coba yang memulai? Salah siapa pakai acara ngambek-ngambek nggak jelas gitu.”“Ya kan aku nggak suka kalau ada cowok yang deket-deket sama kamu, Ra. Mana dia kelihatan banget kalau tertarik sama kamu pula. Siapa yang nggak kesal, coba?”“Aku nggak akan berpaling sama kamu, Rus. Jadi kamu nggak usah khawatir. Lagian siapa yang bakalan naksir kalau tahu aku udah bersuami dan sekarang aku lagi hamil muda gini, hm?”“Dia nggak tahu kalau kamu lagi hamil, by the way.” Ikarus mendecak, menoleh dan memperhatikan Eros yang tengah duduk di bibir pantai, menikmati matahari terbenam yang terasa sempurna seorang diri.“Kan! Mulai l

DMCA.com Protection Status