Bandara penuh dengan calon penumpang. Beberapa orang lainnya menunggu kedatangan seseorang dari pesawat untuk dijemput.
Termasuk Jiyeon—wanita yang raut wajah merengut, berdiri di tengah-tengah jalan seperti orang linglu, membawa karton berukuran 50cm X 60cm bertuliskan Kim Taehyung. Jiyeon sendiri bingung melakukan apa untuk mengisi waktu luangnya sembari menunggu Taehyung—atasannya yang ia jemput. Seandainya Jiyeon tau wajah Taehyung seperti apa, saat ini Jiyeon bersantai-santai di kedai kopi, sayang Jiyeon tidak berani meninggalkan tempatnya berdiri karena ia cemas kehilangan jejak atasannya apalagi membuat Taehyung menunggunya.Seharusnya Jiyeon mengukuti kata hatinya untuk menolak Hyena sewaktu menawarkan padanya tugas menjemput.Jika saja Jiyeon mendengarkan hatinya, ia masih berada di rumah menonton TV sambil makan camilan kesukaannya.
Tapi Jiyeon tidak pernah belajar dari kesalahannya. Dan berakhir menghujat dirinya sendiri hingga tenggelam dalam jurang penyesalan.Ia pun memeriksa arloji di pergelangan tangan kirinya. Ternyata ia baru sadar bahwa ia telah menunggu selama 2 jam, Jiyeon hendak memeriksa jadwal pendaratan yang harusnya sejak dari awal ia masuk dari bandara. Jiyeon memutuskan kembali duduk ke bangku tempat di mana ia duduk tadi.Setelah sampai di bangku Jiyeon merogoh tas untuk mengambil ponsel.
Kini ponsel sudah di tangannya, dengan kasar ia mencari kontak nomor yang ia tuju dan menekan kontak tersebut berharap orang itu mengakat dengan cepat.Beberapa detik kemudian akhirnya terangkat.“Ha—““Yak, Hyun Hyena, kau mengerjaiku!” ledaknya.Jiyeon tak menyadari bahwa dirinya menjadi perhatian umum. Ia benar-benar menghiraukan semua orang yang melihatnya, dalam pikirannya fokus tertuju pada orang yang sedang ia ajak bicara. Jiyeon hanya peduli menyembur amarahnya pada teman kerja. Membentak sepuasnya hingga temannya sendiri merasakan rasa bersalah paling dalam. “Aissh, apaan, tiba-tiba membentakku!” Hyena ikut meninggikan nada bicaranya.“Pesawatnya mendarat pukul 10 pagi!” bahkan ia menekan kata sepuluh pagi.“Sebentar lagi jam 10! Apa masalahnya?” sela Hyena berusaha menjaga nada bicara agar tak mengganggu pasien yang ada di rumah sakit.“Kau menyuruhku ke bandara jam 8 pagi, ternyata jam 10, pesawat baru mendarat di bandara! Sialan kau, mengganggu hari-hari indahku yang harusnya aku lewati dengan meluangkan waktu untuk bersantai-santai, lihat sekarang, aku kehilangan setengah kehidupan duniawiku!!” Jiyeon menyebur speakernya layaknya rapper.Hyena frustasi pada dirinya sendiri yang membangunkan macan yang tertidur dalam diri Jiyeon.“Maa-” belum sempat Hyena selesai berbicara, Jiyeon memotong.“Harusnya kau yang menjemput bukan aku! Kau selalu memberiku tugas tidak jelas, dan juga waktu yang kau janjikan pasti salah. Kau, kapan sadar penderitaan yang ‘ku alami karena dirimu! Aku seperti orang gila, ah, tidak, orang-orang di sini mengiraku orang gila. Berteriak pada siapapun, padahal aku tak bermaksud meneriaki mereka. Satu-satunya orang yang menjadi perkara semua ini adalah kau, Hyun Hyenai!” protesnya.“Maaf, Jiyeon-ah. Kau masuk kerja jam 10 sedangkan aku jam 7 pagi. Niatnya sekalian kau yang jemput dokter Kim, lagian kau dan dokter Kim akan menjadi tim kerja,” jelasnya dengan nada pelan.Sayang penjelasan Hyena gagal menenangkan amarah Jiyeon. Jiyeon tetap mengoceh. Hyena menjauhkan ponselnya dari telinga. Gendang telinganya mulai kesakitan.Bisa-bisa gendang telingannya pecah karena Jiyeon. Hyena berharap seseuatu atau siapapun datang sebagai alasannya kabur dari ledakan Jiyeon.Baru saja Hyena harapkan di depan seorang pria datang. Pria itu bukan lain seorang dokter sekaligus kekasihnya. Ia bernama Minsoo. ‘Oppa[panggilan kakak laki oleh wanita]!’ panggil Hyena dari tempatnya.‘Hallo, Jiyeon-ah, aku harus pergi sekarang, dah!’ lekas Hyena menutup ponselnya lalu mengejar Minsoo.“Awas kau berani tutup!” tetapi sambungan telah terputus, “Kau, Yak!” umpatnya.
Jiyeon melihat layar ponselnya. Muncul pemberitahuan bahwa panggilan telah terputus.
“Tunggu saja di rumah sakit, kau akan mati di tanganku! Arghhh!” Jiyeon menghentak-hentakan kakinya di lantai dengan cepat. “Kim Taehyung, kapan anda datang?” melasnya.Jiyeon menoleh ke arah deretan area penjemput mulai penuh. Lekas ia beranjak dari kursi menuju gerombolan manusia. Sesampai tempat ia harus berusaha mencari celah agar mendapat barisan paling depan. Kali ini ia menggunakan kepalanya untuk mendesak, menyodok-nyodokan kepala di celah tubuh orang-orang yang saling berhimpitan. Sayang usahanya tetap gagal. Beberapa kali ia terlempar keluar oleh orang yang berdesakan, bahkan ia telempar dan jatuh kelantai untuk kesekian kalinya. “Yak! Beri aku celah, gajah!” bentaknya.Tak di duga orang itu menoleh ke belakang.
“Siapa yang mengataiku gajah!” sekarang Jiyeon menempatkan dirinya dalam masalah besar.“Orang itu langsung pergi ke sana!” sahutnya seraya menunjukan arah.Berbohong cara tepat untuk melindunginya jika berhasil membuat orang itu percaya.
“Yang mana!” orang itu sedikit mempercayai Jiyeon.“Okh, itu orang yang anda jemput!” serunya. Jiyeon berusaha menyelamatkan dirinya dengan mengalihkan perhatian. Orang itu berbalik dan lupa dengan amarahnya.Jiyeon menghela napas lega, “Miris sekali~”Karton bertulis Kim Taehyung tanpa sengaja terlupakan oleh Jiyeon. Jiyeon berdiri dan merapikan pakaian dari debu. Entah api dari mana menyulut membuat semangat Jiyeon berkobar-kobar. Ia merapatkan kedua kakinya, kemudian menempelkan kedua telapak tangannya. Kedua tanganya mengarah lurus ke depan. Ia pun meluncurkan badannya layak perenang. “Gimana ini? Uhh ... Tanganku terjebak. Ya Tuhan, apa salahku kepada-Mu? Hari ini kenapa aku sial terus? Sampai kapan mereka menjepit tanganku!” gerutunya.“Lepaskan tanganku!” ledaknya kepada orang yang di depannya. Karena ramai mereka tak mendengar suara Jiyeon.Tangan Jiyeon terlalu kecil hingga mereka tak merasakan ada sesuatu yang mengganjal di pinggang mereka, atau dasarnya kulit mereka tebal?!“Yakkk!”Jiyeon mengerahkan tenaga yang tersisa. Jiyeon menarik kencang tangannya, tubuhnya miring ke belakang. Bila kedua tangannya terbebas, seketika punggungnya akan merasakan keras dan dinginnya lantai.Mata Jiyeon yang terpejam mulai terbuka dan kepalanya berbalik ke belakang. Karton bertuliskan nama Taehyung tergeletak di lantai.“Lihat langkahmu! Awas jangan injak!” serunya memperingatkan pada orang-orang yang melewati daerah itu. Jiyeon bertekat menyelamatkan kartonnya.“Erhhh!” tariknya lagi dan akhirnya terbebas. Dengan cepat tangan kanan Jiyeon menebak tubuh agar tak terjatuh di lantai. Ia langsung berlari menuju Kim Taehyung. Tapi sepertinya ia menabrak sesuatu di samping tadi. Namun Jiyeon tak begitu peduli, apakah ia menabrak seseorang, yang terpenting menyelamatkan kartonnya. “Kim Taehyung, kau selamat!”“Akk! panasss panass!!” rintih seseorang di sampingnya.Sebelumnya di tempat yang sama –Taehyung telah keluar dari pesawat sebelumnya memeriksa barang bawaannya. Taehyung mencari jemputannya utusan kakeknya.Berjalan terus ke depan hingga melihat deretan orang memegang karton dengan berbagai nama di belakang pagar pembatas.Cepat tapi teliti Taehyung mencari namanya. Hasilnya nihil, Taehyung tak menemukan satupun namanya tertulis di karton mereka.Ditengah Jalan Taehyung mandapati Jiyeon. Taehyung melihat Jiyeon menjerit—sesuatu yang dirinya sendiri tidak tau kenapa. Sepertinya tangannya terjepit tapi apa peduli Taehyung dengan Jiyeon—orang asing yang baru ia temui di bandara?Lantas Taehyung meneruskan perjalanan untuk membeli kopi, saat ini yang ia butuhkan adalah kafein agar memulihkan tenaganya. Kasir kedai kopi sudah di depannya, lekas Taehyung memesan.“Selamat datang, bisa
Taehyung sejak mendarat di bandara ia sudah menghubungi Junsu.Dulu mereka sempat bertetangga waktu sekolah di China. Lantas hubungan mereka hingga kini masih terjaga.Junsu yang mendapat kabar bahwa Taehyung tiba di bandara. Segeralah dia menawarkan diri menjemput Taehyung yang kebetulan membawa barang sekiranya muat di mobilnya.Beberapa menit perjalanan ke bandara akhirnya sampai juga. Junsu mendapati Taehyung berdiri di luar pintu bersama Jiyeon. Mereka berdua tampak berjauhan satu sama lain.Dan sepertinya Taehyung enggan memperdulikan kehadiran Jiyeon apalagi memandang wajah Jiyeon yang memelas. Mereka bertingkah seolah-olah sepasang kekasih yang saling bertengkar, memilih membisu dan bersikap dingin.Junsu dapat membaca apa yang terjadi diantara Jiyeon dan Taehyung saat itu, ia hanya tersenyum seraya membantu Taehyung memasukan
Jiyeon berbalik arah menuju kantor presedir yang sebelumnya ia hendak ke cafeteria—beristirahat bersama Hyena.Sepanjang perjalanan ia mengusap keningnya. Sakit yang ia rasakan kalah banding dengan seribu kata yang digunakan mengekspresikan rasa malunya. Hari ini benar-benar hari yang sial bagi Jiyeon, sudah jatuh disambar pertir pula.Dari kejauhan Seungjoo berjalan di depan Jiyeon. Ia tak sengaja melihat Jiyeon yang merintih kesakitan hingga lupa keberadaan Seungjoo yang sebentar lagi berpapasan dengannya.Seungjoo sudah bersiap-siap memasang senyuman di wajahnya dan menyapa Jiyeon—yang sebentar lagi akan berkerjasama dalam satu tim dengannya.Seungjoo berhenti berniat menyapa Jiyeon saat Jiyeon jalan terus sampai keningnya menabrak pundak Seungjoo, duk~!Jiyeon terpental pelan mundur ke belakang. Tiba-tiba emosinya naik seketika, tapi di
55Tepat pukul pukul 6 pagi Taehyung berdiri tepat di depan pintu tangga darurat. Ia mengenakan kaos hitam, menggunakan sepatu dan celana yang panjangnya selutut. Kakinya tak henti-henti menghentak lantai.Waktu terus berjalan kini menunjukkan pukul 6:15. Emosi Taehyung nyaris keluar beruntung Jiyeon sudah datang, berlari menghampirinya, Jiyeon mengenakan jaket tebal, celana training hitam dan kaos putih.Jiyeon membungkuk 90’ sambil kedua tangannya menumpu pada lutut. Jiyeon lupa dengan perintah Taehyung kemari, ini akibat menonton drama sampai malam, ia jadi lupa waktu.“Ma-ma hah . .. hah maaf,” Jiyeon tersendat napasnya yang belum beraturan. Kedua matanya tertuju pada lantai.“Ck!” decak Taehyung kesal tapi waktu sudah terlanjur berjalan mau apalagi.“Ikuti aku,”Taehyung memimpin jalan, J
Kenyataannya jangankan menyapa, bertanya saja Jiyeon ketakutan. Jiyeon juga takut dengan reaksi mereka seandainya tau Jiyeon tidak bisa menjawab. Susah payah Jiyeon menelan saliva. Ia baru pertama kali bertemu Taehyung kemarin dan masalahnya belum kelar tentang kasus menyiram Taehyung dengan kopi panas. “Bagaimana?” Hyena bertanya semakin menekan batin Jiyeon. “Aku hanya tau dia di sini selama 3 bulan, seterusnya aku kurang tau” ungkap Jiyeon ketakutan. Para suster kompak mendesah kecewa. “Apa yang kalian harapkan dari Jiyeon, dia baru sehari bekerja dengan dokter Kim, mana mungkin dia tau semua jawabannya.” bela Hyena. “Benar, aku baru sehari,” timpal Jiyeon. “Kalau gitu pertanyaan ini kamu tanyakan langsung,” usul suster lain. “Iya benar, jadi pertanyaan yang kita buat tidak sia-sia,” sanggah suster lainnya. “Aku setuju,” ujar mereka serempak. “A aaaa…. ~” Jiyeon kehabisan kata-ka
Taehyung dan Jiyeon terkapar karena terlalu banyak meminum alcohol. Alhasil Seungjoo menggendong Taehyung, orang yang paling lemah terhadap akohol diantara teman-temannya. Padahal Taehyung baru menghabiskan 1 botol minuman.Junsu berjalan memimpin di depan. Jalannya terhuyun-huyun. Tak kala Junsu tertawa terkikik tidak jelas, sepanjang perjalanan.Minsoo menggendong Hyena, sedangkan Jiyeon berjalan sempoyongan di sebelah Seungjoo.Malam ini malam penyambutan Taehyung yang sangat menyenangkan namun berakhir dengan kekacauan. Renacana awal mereka hanya makan bersama dan bernyanyi saja. Tetapi tak disangka suasana menjadi semakin panas dan seru hingga mereka keblablasan minum terlallu banyak.“Hihihi,” kekeh Junsu.Seungjoo dan Minsoo kerepotan jadinya. Beruntung rumah sakit mereka dekat dengan tempat mereka bermain tadi.“Seungjoo oppa, capek?” tanya Jiyeon sedikit teler.“Bukan masalah,
Kesialan menyertai Taehyung dan Jiyeon yang dikejar waktu keberangkatan kereta. Mereka lupa jadwal aktivitas sebagai relawan di desa tepencil– entah di mana tempatnya hanya Seungjoo tau letak desa tersebut.Akibat pesta kemari ingatan Jiyeon dan Taehyung tentang tugas hilang, tau begini mereka tak minum banyak minuman. Mereka hanya berharap bisa sampai ke stasiun tepat waktu sebelum kereta berangkat.Awalnya Taehyung mengira ia datang tepat waktu ke rumah sakit. Saat berjalan menuju koridor, Taehyung mendapati Jiyeon berdiri dengan tas punggung dan koper polo kecil berwarna hitam.Terasa janggal melihat raut muka Jiyeon terlihat muram, Taehyung akhirnya menyadari dia terlambat saat Jiyeon mengucapkan keluhannya.“Mereka sudah berangkat duluan, kita terlambat,”Jiyeon sengaja menunggu Taehyung datang dan membiarkan dirinya ditinggal yang lain. Jiyeon mempunyai frasat bahwa Taehyung sama sekali tida
Jiyeon dan Taehyung duduk tenang menunggu ajumma dan anaknya membawa makanan ke meja yang di depan mereka. Saat ajumma datang membawa makanan, Jiyeon lekas berdiri membantu membawakan sekaligus menata makanan di atas meja. Setelah tertata rapi, Jiyeon kembali duduk dengan posisi santun, begitu juga Taehyung.“Duduklah dengan nyaman saat makan, kaki kalian pasti pegal saat perjalanan.” ujar ajumma lembut.“Terimakasih,” mereka duduk dengan nyaman. Jiyeon membantu ajumma memorsi nasi.“Umur anda berapa?” tanya wanita dengan penuh semangat.“28 tahun,”“Uwaa berati anda oppa, saya 27 tahun. Boleh saya panggil oppa,” Taehyung menjawab iya dan wanita itu semakin bersemangat, “siapa nama oppa?”“Kim Taehyung,” ia menjawab sambil menerima mangkuk nasi dari Jiyeon.“Aku, Kim Min Hwa,