It’s not hard
“Ya, Oh Sehun!” panggil Mingyu di belakang.
Sehun tidak memperdulikan Mingyu selama seminggu. Kenapa, sebab Mingyu sering menghubungi Sehun tiap malam harinya, pagi hari hingga sore hari ia mengusik Sehun. Hanya untuk mendapatkan nomor seluler milik Jiyeon tentunya.
Sehun bersumpah demi Tuhan, tidak akan memberikan nomor Jiyeon ke Mingyu. Jika itu terjadi maka Sehun kalah, dan dia harus menuruti aturan Jiyeon.
Sehun memang sudah menghapus nomor seluler Jiyeon. Namun masalah mendapatkan kembali nomor Jiyeon sangatlah mudah.
Nomor seluler Jiyeon telah di-update oleh ayahnya. Jadi setiap pegawai rumah Sehun memiliki nomor seluler Jiyeon. Dikondisikan menanggulangi keadaan yang diluar prediksi.
“Ya, berhenti, kau dengar aku,” Mingyu berlari sepenuh tenaga. Sedangkan Sehun berjalan cepat.
Mingyu menggapai lengan Sehun. Sehun mengibaskan lengannya, tangan Mingyu terbeba
Sekian lama Jiyeon berkeliling mencari Taehyung, akhirnya Jiyeon menemukan Taehyung di dalam mobilnya. Menekan mundur kursinya sampai terasa nyaman digunakan tidur. Meskipun Taehyung terlihat terlelap, Jiyeon tau Taehyung berpura-pura.Badannya bergerak unglai, berjalan ke mobilnya. Tenaganya setengah habis ia kerahkan mencari Taehyung. Dan ternyata selama ini. Taehyung berada di mobilnya. Absurd.Jiyeon masuk ke dalam mobilnya. Memegang setir mobil, menekan keningnya pada setir. Mengatur napasnya, di luar sana panas sampai-sampai tubuhnya memerah—kepanas tersengat sinar matahari. Padahal Jiyeon berpindah-pindah tempat, Jiyeon menggidik ngeri membayangkan dirinya duduk sendirian tersengat matahari. Akan sama halnya dengan telur goreng.Dimobilnya panas juga kering. Jiyeon heran bagaimana Taehyung bertahan hidup di temperature ekstrim mobilnya. Badan Taehyung berkeringat. Wajahnya pucat. AC mobil Jiyeon tak begitu cepat merangsang sebab mesin mobil kepanasa
ConnectedPing! Ping!Dering ponsel Jiyeon menyeruak. Mengugah Jiyeon yang tertidur dalam pelukan Taehyung. Mulanya Jiyeon tak mengenali siapa yang memeluknya, setelah mengingat kondisi Taehyung memburuk, dan dilarikan ke rumah sakit.Kepayahan mengurus Taehyung, dimulai dari memasang jarum infus. Mendata diagnose, menulis laporan serta memesan bangsal untuk Taehyung.Yang Jiyeon ingat selesai merawat Taehyung, ia duduk di kursi menunggu Taehyung sadar. Lama-kelamaan Jiyeon tertidur. Bangun-bangun, mendapati dirinya tidur seranjang dengan Taehyung—yang memeluknya erat. Tangan kukuh Taehyung menekan badan Jiyeon. Puncak kepalanya menyentuh dagu Jiyeon.Ketika matanya terbuka lebar, nyawanya kembali sepenuhnya. Jiyeon berusaha menggapai ponselnya yang berada di meja. Bergerak sedikit saja, Taehyung kian mengencangkan pelukannya. Tangan kanannya pantang menyerah mengapai ponselnya, hanya saja kepala Taehyung menahan d
Satu hal yang belum Jiyeon jelaskan pada Sehun. Tempat. Dimana mereka bertemu. Cerdasnya Jiyeon, kian hari membuat Jiyeon bangga pada dirinya sendiri. Merahasiakan tujuannya, ke mana mereka akan kunjungi. Sehingga Sehun mau tak mau harus menjemput Jiyeon di rumah sakit.Malam sebelum mereka kencan, Sehun sibuk mengurus pakaian sedangkan Jiyeon sibuk membuat cupcake—kue mangkuk, di dapur rumah sakit.Tentu saja Jiyeon menggunakan bahan yang ia beli di supermarket. Ia bawa ke dapur, malam hari dapur rumah sakit berhenti beroperasi. Cocok untuk Jiyeon, leluasa bergerak sebab ia tidak akan mengganggu pegawai lain ataupun diganggu.Suara mixer memenuhi ruangan. Seorang tamu menimbulkan bunyi, langkah sandal. Taehyung. Mengenakan piyama rumah sakit. Mengitari bangunan, mencari Jiyeon sambil mebawa tiang bersama infus bertengger. Dan berhasil menemukan Jiyeon di dapur.“Apa yang kau lakukan di sini,” sela Taehyung.
Sekian lama bernegoisasi dengan Junsu. Akhirnya Taehyung berhasil membujuk Junsu untuk mengikuti Jiyeon pergi. Dan Jiah ikut serta. Ia tak mau ketinggalan hal menyenangkan, Taehyung awalnya enggan atas kehadiran Jiah, sebab masalahnya berkaitan tentang namja, perempuan dilarang ikut campur.Tetapi apa boleh buat, Junsu dan Jiah, harga mati. Mereka satu paket jadi susah memisahkan mereka.Usai melepas jarum infusnya, ia keluar bersama Junsu dan Jiah. Tampilan Taehyung, kaos hijau gelap dengan celana panjang hitam. Busana yang wajar, sisi lain, bertentangan dengan Taehyung. Junsu bersama Jiah mengenakan pakaian serba gelap. Mengenakan sun-glasses, topi, masker. Gaya pakaian penyelundup narkoba.Dibuatnya jerah, Taehyung keberatan dengan penampilan mereka. Malu ketika Taehyung menunggu sepasang burung di lobby, lalu datang menghampirinya mengenakan busana penjahat. Mereka pikir sedang bermain film laga.“Ya, terlalu
Bandara penuh dengan calon penumpang. Beberapa orang lainnya menunggu kedatangan seseorang dari pesawat untuk dijemput. Termasuk Jiyeon—wanita yang raut wajah merengut, berdiri di tengah-tengah jalan seperti orang linglu, membawa karton berukuran 50cm X 60cm bertuliskan Kim Taehyung. Jiyeon sendiri bingung melakukan apa untuk mengisi waktu luangnya sembari menunggu Taehyung—atasannya yang ia jemput. Seandainya Jiyeon tau wajah Taehyung seperti apa, saat ini Jiyeon bersantai-santai di kedai kopi, sayang Jiyeon tidak berani meninggalkan tempatnya berdiri karena ia cemas kehilangan jejak atasannya apalagi membuat Taehyung menunggunya. Seharusnya Jiyeon mengukuti kata hatinya untuk menolak Hyena sewaktu menawarkan padanya tugas menjemput. Jika saja Jiyeon mendengarkan hatinya, ia masih berada di rumah menonton TV sambil makan camilan kesukaannya.Tapi Jiyeon tidak pernah belajar dari kesalahannya
Sebelumnya di tempat yang sama –Taehyung telah keluar dari pesawat sebelumnya memeriksa barang bawaannya. Taehyung mencari jemputannya utusan kakeknya.Berjalan terus ke depan hingga melihat deretan orang memegang karton dengan berbagai nama di belakang pagar pembatas.Cepat tapi teliti Taehyung mencari namanya. Hasilnya nihil, Taehyung tak menemukan satupun namanya tertulis di karton mereka.Ditengah Jalan Taehyung mandapati Jiyeon. Taehyung melihat Jiyeon menjerit—sesuatu yang dirinya sendiri tidak tau kenapa. Sepertinya tangannya terjepit tapi apa peduli Taehyung dengan Jiyeon—orang asing yang baru ia temui di bandara?Lantas Taehyung meneruskan perjalanan untuk membeli kopi, saat ini yang ia butuhkan adalah kafein agar memulihkan tenaganya. Kasir kedai kopi sudah di depannya, lekas Taehyung memesan.“Selamat datang, bisa
Taehyung sejak mendarat di bandara ia sudah menghubungi Junsu.Dulu mereka sempat bertetangga waktu sekolah di China. Lantas hubungan mereka hingga kini masih terjaga.Junsu yang mendapat kabar bahwa Taehyung tiba di bandara. Segeralah dia menawarkan diri menjemput Taehyung yang kebetulan membawa barang sekiranya muat di mobilnya.Beberapa menit perjalanan ke bandara akhirnya sampai juga. Junsu mendapati Taehyung berdiri di luar pintu bersama Jiyeon. Mereka berdua tampak berjauhan satu sama lain.Dan sepertinya Taehyung enggan memperdulikan kehadiran Jiyeon apalagi memandang wajah Jiyeon yang memelas. Mereka bertingkah seolah-olah sepasang kekasih yang saling bertengkar, memilih membisu dan bersikap dingin.Junsu dapat membaca apa yang terjadi diantara Jiyeon dan Taehyung saat itu, ia hanya tersenyum seraya membantu Taehyung memasukan
Jiyeon berbalik arah menuju kantor presedir yang sebelumnya ia hendak ke cafeteria—beristirahat bersama Hyena.Sepanjang perjalanan ia mengusap keningnya. Sakit yang ia rasakan kalah banding dengan seribu kata yang digunakan mengekspresikan rasa malunya. Hari ini benar-benar hari yang sial bagi Jiyeon, sudah jatuh disambar pertir pula.Dari kejauhan Seungjoo berjalan di depan Jiyeon. Ia tak sengaja melihat Jiyeon yang merintih kesakitan hingga lupa keberadaan Seungjoo yang sebentar lagi berpapasan dengannya.Seungjoo sudah bersiap-siap memasang senyuman di wajahnya dan menyapa Jiyeon—yang sebentar lagi akan berkerjasama dalam satu tim dengannya.Seungjoo berhenti berniat menyapa Jiyeon saat Jiyeon jalan terus sampai keningnya menabrak pundak Seungjoo, duk~!Jiyeon terpental pelan mundur ke belakang. Tiba-tiba emosinya naik seketika, tapi di