Sekian lama bernegoisasi dengan Junsu. Akhirnya Taehyung berhasil membujuk Junsu untuk mengikuti Jiyeon pergi. Dan Jiah ikut serta. Ia tak mau ketinggalan hal menyenangkan, Taehyung awalnya enggan atas kehadiran Jiah, sebab masalahnya berkaitan tentang namja, perempuan dilarang ikut campur.
Tetapi apa boleh buat, Junsu dan Jiah, harga mati. Mereka satu paket jadi susah memisahkan mereka.
Usai melepas jarum infusnya, ia keluar bersama Junsu dan Jiah. Tampilan Taehyung, kaos hijau gelap dengan celana panjang hitam. Busana yang wajar, sisi lain, bertentangan dengan Taehyung. Junsu bersama Jiah mengenakan pakaian serba gelap. Mengenakan sun-glasses, topi, masker. Gaya pakaian penyelundup narkoba.
Dibuatnya jerah, Taehyung keberatan dengan penampilan mereka. Malu ketika Taehyung menunggu sepasang burung di lobby, lalu datang menghampirinya mengenakan busana penjahat. Mereka pikir sedang bermain film laga.
“Ya, terlalu
Bandara penuh dengan calon penumpang. Beberapa orang lainnya menunggu kedatangan seseorang dari pesawat untuk dijemput. Termasuk Jiyeon—wanita yang raut wajah merengut, berdiri di tengah-tengah jalan seperti orang linglu, membawa karton berukuran 50cm X 60cm bertuliskan Kim Taehyung. Jiyeon sendiri bingung melakukan apa untuk mengisi waktu luangnya sembari menunggu Taehyung—atasannya yang ia jemput. Seandainya Jiyeon tau wajah Taehyung seperti apa, saat ini Jiyeon bersantai-santai di kedai kopi, sayang Jiyeon tidak berani meninggalkan tempatnya berdiri karena ia cemas kehilangan jejak atasannya apalagi membuat Taehyung menunggunya. Seharusnya Jiyeon mengukuti kata hatinya untuk menolak Hyena sewaktu menawarkan padanya tugas menjemput. Jika saja Jiyeon mendengarkan hatinya, ia masih berada di rumah menonton TV sambil makan camilan kesukaannya.Tapi Jiyeon tidak pernah belajar dari kesalahannya
Sebelumnya di tempat yang sama –Taehyung telah keluar dari pesawat sebelumnya memeriksa barang bawaannya. Taehyung mencari jemputannya utusan kakeknya.Berjalan terus ke depan hingga melihat deretan orang memegang karton dengan berbagai nama di belakang pagar pembatas.Cepat tapi teliti Taehyung mencari namanya. Hasilnya nihil, Taehyung tak menemukan satupun namanya tertulis di karton mereka.Ditengah Jalan Taehyung mandapati Jiyeon. Taehyung melihat Jiyeon menjerit—sesuatu yang dirinya sendiri tidak tau kenapa. Sepertinya tangannya terjepit tapi apa peduli Taehyung dengan Jiyeon—orang asing yang baru ia temui di bandara?Lantas Taehyung meneruskan perjalanan untuk membeli kopi, saat ini yang ia butuhkan adalah kafein agar memulihkan tenaganya. Kasir kedai kopi sudah di depannya, lekas Taehyung memesan.“Selamat datang, bisa
Taehyung sejak mendarat di bandara ia sudah menghubungi Junsu.Dulu mereka sempat bertetangga waktu sekolah di China. Lantas hubungan mereka hingga kini masih terjaga.Junsu yang mendapat kabar bahwa Taehyung tiba di bandara. Segeralah dia menawarkan diri menjemput Taehyung yang kebetulan membawa barang sekiranya muat di mobilnya.Beberapa menit perjalanan ke bandara akhirnya sampai juga. Junsu mendapati Taehyung berdiri di luar pintu bersama Jiyeon. Mereka berdua tampak berjauhan satu sama lain.Dan sepertinya Taehyung enggan memperdulikan kehadiran Jiyeon apalagi memandang wajah Jiyeon yang memelas. Mereka bertingkah seolah-olah sepasang kekasih yang saling bertengkar, memilih membisu dan bersikap dingin.Junsu dapat membaca apa yang terjadi diantara Jiyeon dan Taehyung saat itu, ia hanya tersenyum seraya membantu Taehyung memasukan
Jiyeon berbalik arah menuju kantor presedir yang sebelumnya ia hendak ke cafeteria—beristirahat bersama Hyena.Sepanjang perjalanan ia mengusap keningnya. Sakit yang ia rasakan kalah banding dengan seribu kata yang digunakan mengekspresikan rasa malunya. Hari ini benar-benar hari yang sial bagi Jiyeon, sudah jatuh disambar pertir pula.Dari kejauhan Seungjoo berjalan di depan Jiyeon. Ia tak sengaja melihat Jiyeon yang merintih kesakitan hingga lupa keberadaan Seungjoo yang sebentar lagi berpapasan dengannya.Seungjoo sudah bersiap-siap memasang senyuman di wajahnya dan menyapa Jiyeon—yang sebentar lagi akan berkerjasama dalam satu tim dengannya.Seungjoo berhenti berniat menyapa Jiyeon saat Jiyeon jalan terus sampai keningnya menabrak pundak Seungjoo, duk~!Jiyeon terpental pelan mundur ke belakang. Tiba-tiba emosinya naik seketika, tapi di
55Tepat pukul pukul 6 pagi Taehyung berdiri tepat di depan pintu tangga darurat. Ia mengenakan kaos hitam, menggunakan sepatu dan celana yang panjangnya selutut. Kakinya tak henti-henti menghentak lantai.Waktu terus berjalan kini menunjukkan pukul 6:15. Emosi Taehyung nyaris keluar beruntung Jiyeon sudah datang, berlari menghampirinya, Jiyeon mengenakan jaket tebal, celana training hitam dan kaos putih.Jiyeon membungkuk 90’ sambil kedua tangannya menumpu pada lutut. Jiyeon lupa dengan perintah Taehyung kemari, ini akibat menonton drama sampai malam, ia jadi lupa waktu.“Ma-ma hah . .. hah maaf,” Jiyeon tersendat napasnya yang belum beraturan. Kedua matanya tertuju pada lantai.“Ck!” decak Taehyung kesal tapi waktu sudah terlanjur berjalan mau apalagi.“Ikuti aku,”Taehyung memimpin jalan, J
Kenyataannya jangankan menyapa, bertanya saja Jiyeon ketakutan. Jiyeon juga takut dengan reaksi mereka seandainya tau Jiyeon tidak bisa menjawab. Susah payah Jiyeon menelan saliva. Ia baru pertama kali bertemu Taehyung kemarin dan masalahnya belum kelar tentang kasus menyiram Taehyung dengan kopi panas. “Bagaimana?” Hyena bertanya semakin menekan batin Jiyeon. “Aku hanya tau dia di sini selama 3 bulan, seterusnya aku kurang tau” ungkap Jiyeon ketakutan. Para suster kompak mendesah kecewa. “Apa yang kalian harapkan dari Jiyeon, dia baru sehari bekerja dengan dokter Kim, mana mungkin dia tau semua jawabannya.” bela Hyena. “Benar, aku baru sehari,” timpal Jiyeon. “Kalau gitu pertanyaan ini kamu tanyakan langsung,” usul suster lain. “Iya benar, jadi pertanyaan yang kita buat tidak sia-sia,” sanggah suster lainnya. “Aku setuju,” ujar mereka serempak. “A aaaa…. ~” Jiyeon kehabisan kata-ka
Taehyung dan Jiyeon terkapar karena terlalu banyak meminum alcohol. Alhasil Seungjoo menggendong Taehyung, orang yang paling lemah terhadap akohol diantara teman-temannya. Padahal Taehyung baru menghabiskan 1 botol minuman.Junsu berjalan memimpin di depan. Jalannya terhuyun-huyun. Tak kala Junsu tertawa terkikik tidak jelas, sepanjang perjalanan.Minsoo menggendong Hyena, sedangkan Jiyeon berjalan sempoyongan di sebelah Seungjoo.Malam ini malam penyambutan Taehyung yang sangat menyenangkan namun berakhir dengan kekacauan. Renacana awal mereka hanya makan bersama dan bernyanyi saja. Tetapi tak disangka suasana menjadi semakin panas dan seru hingga mereka keblablasan minum terlallu banyak.“Hihihi,” kekeh Junsu.Seungjoo dan Minsoo kerepotan jadinya. Beruntung rumah sakit mereka dekat dengan tempat mereka bermain tadi.“Seungjoo oppa, capek?” tanya Jiyeon sedikit teler.“Bukan masalah,
Kesialan menyertai Taehyung dan Jiyeon yang dikejar waktu keberangkatan kereta. Mereka lupa jadwal aktivitas sebagai relawan di desa tepencil– entah di mana tempatnya hanya Seungjoo tau letak desa tersebut.Akibat pesta kemari ingatan Jiyeon dan Taehyung tentang tugas hilang, tau begini mereka tak minum banyak minuman. Mereka hanya berharap bisa sampai ke stasiun tepat waktu sebelum kereta berangkat.Awalnya Taehyung mengira ia datang tepat waktu ke rumah sakit. Saat berjalan menuju koridor, Taehyung mendapati Jiyeon berdiri dengan tas punggung dan koper polo kecil berwarna hitam.Terasa janggal melihat raut muka Jiyeon terlihat muram, Taehyung akhirnya menyadari dia terlambat saat Jiyeon mengucapkan keluhannya.“Mereka sudah berangkat duluan, kita terlambat,”Jiyeon sengaja menunggu Taehyung datang dan membiarkan dirinya ditinggal yang lain. Jiyeon mempunyai frasat bahwa Taehyung sama sekali tida