Kesialan menyertai Taehyung dan Jiyeon yang dikejar waktu keberangkatan kereta. Mereka lupa jadwal aktivitas sebagai relawan di desa tepencil– entah di mana tempatnya hanya Seungjoo tau letak desa tersebut.
Akibat pesta kemari ingatan Jiyeon dan Taehyung tentang tugas hilang, tau begini mereka tak minum banyak minuman. Mereka hanya berharap bisa sampai ke stasiun tepat waktu sebelum kereta berangkat.
Awalnya Taehyung mengira ia datang tepat waktu ke rumah sakit. Saat berjalan menuju koridor, Taehyung mendapati Jiyeon berdiri dengan tas punggung dan koper polo kecil berwarna hitam.
Terasa janggal melihat raut muka Jiyeon terlihat muram, Taehyung akhirnya menyadari dia terlambat saat Jiyeon mengucapkan keluhannya.
“Mereka sudah berangkat duluan, kita terlambat,”
Jiyeon sengaja menunggu Taehyung datang dan membiarkan dirinya ditinggal yang lain. Jiyeon mempunyai frasat bahwa Taehyung sama sekali tida
Jiyeon dan Taehyung duduk tenang menunggu ajumma dan anaknya membawa makanan ke meja yang di depan mereka. Saat ajumma datang membawa makanan, Jiyeon lekas berdiri membantu membawakan sekaligus menata makanan di atas meja. Setelah tertata rapi, Jiyeon kembali duduk dengan posisi santun, begitu juga Taehyung.“Duduklah dengan nyaman saat makan, kaki kalian pasti pegal saat perjalanan.” ujar ajumma lembut.“Terimakasih,” mereka duduk dengan nyaman. Jiyeon membantu ajumma memorsi nasi.“Umur anda berapa?” tanya wanita dengan penuh semangat.“28 tahun,”“Uwaa berati anda oppa, saya 27 tahun. Boleh saya panggil oppa,” Taehyung menjawab iya dan wanita itu semakin bersemangat, “siapa nama oppa?”“Kim Taehyung,” ia menjawab sambil menerima mangkuk nasi dari Jiyeon.“Aku, Kim Min Hwa,
₰“Ck, kenapa dia belum datang, bikin orang cemas,” dengus Hyena kesal.Orang yang Hyena maksud adalah Jiyeon. Sejak mereka sampai di tempat hingga sekarang belum mendapatkan kabar dari Jiyeon dan Taehyung. Mereka maupun Taehyung dan Jiyeon kesusahan memberi kabar karena jaringan lemah.“Jangan-jangan mereka tersesat,” imbuh Minsoo.Sementara itu Seungjoo memeriksa arlojinya. Semua perlengkapan barang sudah siap dan mereka sudah mengenakan seragam lengkap kerja, hanya tinggal menunggu kedatangan Taehyung dan Jiyeon di balai desa.Hyena sudah lama berjalan modar-mandir sambil mengigit kuku di hadapan Minsoo dan Seungjoo. Bahkan Hyena belum meminum teh yang sudah disajikan.Tak lama kemudian suara berisik mesin terdengar semakin keras mencuri perhatian mereka bertiga, dan saat mobil itu berhenti di depan, Jiyeon dan Taehyung keluar dari mobil. Begitu leganya mereka melihat Jiyeo
Road 10Ruangan laboratorium nampak Taehyung, Seungjoo sedang berbincang dengan Junsu. Junsu secara resmi telah melakukan uji kecocokan dengan tulang sumsum milik Jiah. Jiah tak mengetahui ini, Junsu sengaja merahasiakannya sebab ia tau bahwa Jiah akan menolak pertolongan Junsu karena tidak mau membuat Junsu kerepotan sampai mendonorkan tulang sumsum.“Kita tunggu beberapa minggu, setelah hasilnya muncul, kita langsung jadwalkan opersinya.” Jelas Seungjoo serius.“Semoga saja cocok, Tuhan,” doannya.“Kau yakin tidak akan memberitau Jiah?” ucap Taehyung.“Tidak, lebih baik seperti ini, kalau dia tau aku mencoba mendonorkan tulang sumsumku dia akan marah, yang terburuk dia akan merasa bersalah ketika hasilnya tidak cocok. Pasti dia terbebani karena berpikir telah membuatku repot-repot harus mengetest kecocokan,” jelas Junsu.“Sebenarnya aku tidak setuju kau dengan Jiah,”
1 minggu berlalu, tempat kerja Seungjoo pindah seruangan dengan Taehyung dan Jiyeon. Taehyung tak keberatan dengan usul presedir yang memindah tempat kerja Seungjoo, dengan begitu komunikasi dan pekerjaan mereka akan effesien.Seungjoo sibuk menata barang-barangnya sementara itu Taehyung dan Jiyeon masih berolahraga naik turun tangga darurat. Jiyeon bertambah sedikit kuat dalam satu minggu terakhir ini.Biasanya putaran pertama dia sudah menyerah, dibandingkan sekarang, satu setengah putaran Jiyeon memilih merangkak di tangga sesekali istirahat mengisi ulang tenaga sebentar disaat tenaganya habis lalu kembali merangkak lagi setelah badannya siap.Jiyeon tak bisa berhenti kagum dengan daya tahan tubuh Taehyung. Taehyung sama sekali tak kelelahan sampai garis akhir.Digaris akhir Jiyeon menggeletakan tubuhnya di atas rumput sambil memandangi langit yang biru nan gelap, ia menghirup mentah-mentah oksigen hingga memenuhi paru-parunya lalu ia hembuskan semua s
Taehyung masuk ruang kerjanya. Taehyung meletakkan kantung plastik berisi camilan di mejanya.Ia beniat melanjutkan perkerjaan yang ia tunda. Ia duduk dan tangannya sudah sibuk mengetik huruf pada keyboard, belum ada beberapa menit sudah ia bosan dengan aktivitasnya. Entah tiba-tiba saja dia bosan seketika padahal tadi dia terbakar semangat.Taehyung berhenti melakukan pekerjaan yang sebenarnya bisa ia kerjakan besok. Taehyung merebahkan punggungnya pada kursi, matanya tak sengaja melihat tempat kerja Jiyeon yang kosong tanpa pemiliknya, "Ch, Doraemon!" dan komentar itu keluar dari mulutnya.Seketika pikiran Taehyung buyar hanya dengan mengingat Jiyeon. Taehyung menopang kepala dengan dua tangan menutup wajahnya, ia berusaha menenangkan dirinya.Ia benar-benar frustrasi mengingat Jiyeon tiba-tiba dadanya bisa sesak, "Arghhhh!" dengusnya frustrasi, "Kenapa, sih!!" umpatnya.Tiba-tiba Taehyung mengingat kejadian sewaktu Jiyeon mabuk.
“Terimakasih nona Park,” ungkap sang professor.“Bukan hal yang besar, saya siap dipanggil kapan saja,” jawab Jiyeon lalu ia memberikan senyuman simpul.Professor menepuk lengan Jiyeon pelan. Isyarat bahwa ia bangga dengan murid didiknya. Tak butuh waktu lama Jiyeon mampu menyelesaikan sekolah, menuntun ilmu kedokteran. Murid seperti Jiyeon tentu saja membuatnya dipandang sebagai pencetak bintang besar.“Saya duluan, prof,” Jiyeon pamit, sang professor memberi jawaban dengan senyuman tanda mengiyakan.Jiyeon berjalan menjauh dari ruangan bedah. Ia melepas semua atribut operasi yang ia pakai. Kini hanya memakai pakaian kerja biasa.Ketika ia berada taman yang ada sebuah kolam dan air mancur, ponselnya berdering. Ia buka ponselnya, nama adiknya terlihat di layar. Jiyeon pun duduk di tepi kolam itu.‘Unnie, kau sedang apa?’ tanya adiknya yang di telepon.
Tepat di daerah Yeoido, rumah makan keluarga. Jiyeon bersama ayah dan ibunya tengah menikmati makanan.Jiyeon sangat lahap memakan mie pesanannya. Masakan China merupakan masakan favoritnya.Orangtuanya sibuk saling berbincang sedangkan Jiyeon fokus memakan makanannya.Sang ibu pun memperhatikan anaknya yang terlihat tidak pernah makan selama beberapa hari.“Jiyeon, makan pelan-pelan,” tegur sang ibu.Sebelum menjawab teguran sang ibu, Jiyeon meminum tehnya untuk menghilangkan seret yang mengganjal di lehernya.“Aku perlu makan banyak ibu, pekerjaanku semakin berat, setiap pagi aku harus olahraga deng
Road 155 Mei Hari anak-anak nasional di Negara Korea Selatan. Yayasan Gyonghee—milik keluarga Taehyung selalu melakukan bakti sosial pada hari anak-anak. Taehyung untuk pertama kalinya berpartisipasi mengikuti acara bakti sosial mewakili keluargannya, selaku pendiri yayasan tersebut.Sojung bersama perdana mentri—orang tua Jiah, juga ikut berpatisipasi mengikuti acara yayasan Gyonghee, karena pedana mentri pemegang saham tertinggi.Terdapat 10 mobil box berisi 300 unit sepasang sepatu berserta mainan dan perlengkapan sekolah hasil terkumpulnya sumbangan dari masyarakat siap diantar.Tujuan mobil box ini berbeda-beda, yaitu; Seoul, Busan, Daegu, Incheon, Gwangju, Daejon, Ulsan dan khususnya Jeju dengan 3 mobil box.Mobil box yang menuju Jeju terbagi 3 jurusan. Jeju city(kota), Shin-jeju dan Seogwipo-si.Taehyung bersama Seungjoo dan Jiyeon berada perjalan menuju ke pelabuhan menuju pulau Jeju, tepatnya mere