Taehyung dan Jiyeon terkapar karena terlalu banyak meminum alcohol. Alhasil Seungjoo menggendong Taehyung, orang yang paling lemah terhadap akohol diantara teman-temannya. Padahal Taehyung baru menghabiskan 1 botol minuman.
Junsu berjalan memimpin di depan. Jalannya terhuyun-huyun. Tak kala Junsu tertawa terkikik tidak jelas, sepanjang perjalanan.
Minsoo menggendong Hyena, sedangkan Jiyeon berjalan sempoyongan di sebelah Seungjoo.
Malam ini malam penyambutan Taehyung yang sangat menyenangkan namun berakhir dengan kekacauan. Renacana awal mereka hanya makan bersama dan bernyanyi saja. Tetapi tak disangka suasana menjadi semakin panas dan seru hingga mereka keblablasan minum terlallu banyak.
“Hihihi,” kekeh Junsu.
Seungjoo dan Minsoo kerepotan jadinya. Beruntung rumah sakit mereka dekat dengan tempat mereka bermain tadi.
“Seungjoo oppa, capek?” tanya Jiyeon sedikit teler.
“Bukan masalah, aku terbiasa dengan sistuasi seperti ini, aku sering menggendong Minsoo saat dia mabuk.”
“Hyung, ah, maafkan aku hyung,” ujar Minsoo mengingat dirinya sewaktu mabuk dulu.
“Biar saya yang menggantikan anda menggendong Kim Taehyung,” tawar Jiyeon.
“Yak, jangan memanggil namaku, kitatidak sedekat itu. Aku tidak suka kau, Jiyeon, jangan sok akrab, ck,” desis Taehyung kesal, suaranya paruh.
Tangan Jiyeon bergantungan di lengan Taehyung yang memeluk leher Seungjoo. Seungjoo pun jadi miring ke arah Jiyeon. Lantas Taehyung mendorong kepala Jiyeon supaya jauh darinya.
“Jangan dekat-dekat padaku, aku benci kau, hik,” ujarnya lalu cegukan.
Jiyeon terdorong menjauh dari Taehyung tetapi Jiyeon kembali mendekat.
“Seungjoo oppa milikku, bodoh,” tiba-tiba Taehyung berkata seperti itu.
Taehyung mempererat pelukkannya di leher Seungjoo. Seungjoo sesak napas, ia berhenti sejenak.
“Hihihi,” kekeh Junsu yang masih berjalan memimpin di depan.
“Akh, Taehyung, kau terlalu kencang memelukku,” Seungjoo menepuk perlahan tangan Taehyung supaya Taehyung mengendorkan pelukannya.
“Aku ingin sekali membantumu, tapi aku tidak bisa, menyebalkan,” gerutu Minsoo yang tertahan karena menggendong Hyena.
“Biarkan saya saja yang menggendong dokter Kim, hik,” pinta Jiyeon disela cegukannya.
“Minggat sana!” usir Taehyung.
Jiyeon kehilangan keseimbangannya. Ia jatuh lalu tertidur di jalan. Minsoo dan Seungjoo berhenti, mereka hendak membantu sayangnya mereka ada tanggungan menggendong.
“Aduh, auhhhhh, merepotkan sekali, auhh,” kesal Minsoo, “yak, Lee Junsu, berhentilah, dan ke sini, bantu kami, dasar bocah tengil!” umpat Minsoo stress.
“Junsu!” panggil Seungjoo.
“Okay,” Junsu berbalik, menghampiri mereka.
“Auh, hyung, aku benar-benar minta maaf kalau selama ini membuatmu repot, aku tidak akan membuatmu kerepotan lagi, sungguh maafkan aku hyung,” sesal Minsoo menyadari betapa merepotkannya mengurus orang mabuk, disisi lain ia merasa berterimakasih pada Seungjo yang sesalu memperhatikannya dengan baik.
Junsu pun tidur di sebelah Jiyeon. Minsoo pun menyenggol pantat Junsu supaya Junsu bangun.
“Arghhh! Bangun, malah ikut tidur!” omel Minsoo frustasi.
“BANGUN LEE JUNSUUU!” teriak Minsoo.
Mata Junsu berkedip-kedip. Ia duduk sembari mengusap-usap matanya supaya pandangannya tak menjadi kabur.
“Bantu Jiyeon bangun, cepat,” pinta Minsoo.
“Suster Park, bangun, bangun, hoam~” Junsu menggoyang pundak Jiyeon. Jiyeon mengeluarkan erangan serak.
Junsu pun membantu Jiyeon berdiri. Lalu ia menaruh lengannya di pundak Jiyeon, ia menggunakan Jiyeon untuk membantunya berjalan bukannya membantu Jiyeon berjalan.
“Ayo,” perintah Junsu, Jiyeon pun perlahan membantu memapah Junsu berjalan ke rumah sakit.
“Ah, terserah,” kesal Minsoo.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka. Tak lama kemudian mereka sampai di rumah sakit. Junsu memutuskan berpisah dengan mereka, ia berjalan menuju kamar Jiah. Sedangkan yang lain menuju tempat istirahat khusus pegawai.
“Jiah, aku pulang,” ujarnya sembari membuka pintu.
Jiah yang tertidur tak tau bahwa Junsu masuk ke dalam ruangannya. Sementara itu Junsu telah tidur di sebelah Jiah, memeluk punggung Jiah.
“Jiah ku, Jiah ku, Jiah ku,” Junsu ngelindur.
Jiah terbangun. Ia kebingungan dengan sistuasi yang dia hadapi. Terbangun dalam kondisi dipeluk dengan seseorang yang samar.
Alhasil ia memutar tubuhnya. Ia menemukan Junsu tertidur lelap dalam keaadan mabuk berat.
Mata Jiah mengamati seksama wajah Junsu. Entah mengapa Jiah tersenyum lembut. Ujung selimu ia tarik hingga menutupi leher Junsu. Ia pun ikut tertidur kembali.
Disisi lain, Minsoo berusaha membuka pintu kamar.
“Ya ampun kenapa sulit sekali,” gerutu Minsoo, “kebuka!”
Mereka pun masuk ke dalam. Dengan perlahan Minsoo membaringkan Hyena dikasur. Tiba-tiba seorang suster datang ke kamar.
“Ternyata anda di sini, Dokter Bang Shil menunggu anda di ruang operasi,” ujarnya.
“Baik, aku akan segera ke sana,” ujarnya pada si suster.
“Aku duluan,” pamitnya pada Seungjoo.
Belum sempat berbicara, Minsoo menutup pintunya sekaligus menutup mulut Seungjoo yang membutuhkan bantuannya.
“Ah, bantu aku,” rengek Seungjoo yang masih kerepotan menghadapi Taehyung dan Jiyeon.
Perlahan-lahan Seungjoo membaringkan tubuh Taehyung di kasur. Waktu pantatnya menyentuh kasur, tanpa sengaja tubuhnya terhuyung ke belakang. Taehyung memeluk Seungjoo di atas kasur. Jiyeon yang melihatnya pun ikut berbaring satu kasur dengan mereka.
Seungjoo berada di tengah-tengah. Taehyung memeluk erat punggungnya sedangkan Jiyeon menggunakan lengan Seungjoo sebagai bantalnya.
Rasanya sesak di dada akibat pelukan Taehyung, juga kram mati rasa tepat di lengan yang di gunakan Jiyeon sebagai bantal.
“Suster Park, bangunlah, tanganku mati rasa,” melas Seungjoo.
Jiyeon mengabaikan permintaan Seungjoo. Malahan dia semakin mapan dengan posisinya.
“Dokter Kim, dokter Kim, dokter Kim” panggil Jiyeon.
“Berisik . . .” sahut Taehyung serak.
“Dimana dokter Kim?” tanyanya dalam kondisi menutup matanya sendiri.
“Pergilah sana, kenapa kau terus mengikutiku, menyebalkan sekali kau ini,” omel Taehyung.
“Saya akan berbuat baik, tolong bimbing saya, hmnnn, hari ini sangat menyenangkan tapi juga melelahkan, hik,”
”Owh, tanganku, oh, astaga,” rintih Seungjoo menderita. Ia berusaha bangun, sayangnya gagal karena Taehyung menghambatnya, kembali menekan Seungjoo untuk tidur.
“Seungjoo oppa jangan tinggalkan aku bersama Doraemon, aku benar-benar tidak mau berduaan bersamanya,” rengek Taehyung.
“Tanganku rasanya ingin putus Taehyung, lepaskan aku dulu, biar aku bisa memindahkan Jiyeon ke kasur sebelah.” ujar Seungjoo.
“Janji jangan pergi dariku,”
“Iya, iya, jadi tolonglah lepaskan aku,” pinta Seungjoo.
Taehyung pun melepaskan pelukannya. Seungjoo mulai mencoba mengalihkan kepala Jiyeon dari lengannya. Saat Seungjoo di atas Jiyeon, Jiyeon menarik Seungjoo ke pelukannya.
“Akh, suster Park,” ujarnya kemudia berusaha lagi bangun. Jiyeon kembali meluluk Seungjoo dan akhirnya Seungjo terjatuh di pinggir kasur. Jiyeon masih berada di kasur.
“Pantatku,” Seungjoo meringis kesakitan.
Seseorang masuk ke ruangan lagi. Kali ini ia mencari Seungjoo.
“Dokter, anda diminta untuk ke ruangan operasi sekarang,”
“Au, ah, terserah,” Seungjoo pun berdiri dan berjalan menurut panggilan ke ruangan operasi.
Sementari itu Hyena, Jiyeon dan Taehyung masih tertidur di ruangannya.
“Dokter Kim, Dokter Kim,” panggil Jiyeon.
“Berisik,” sahut Taeyung cepat.
“Dokter Kim, saya pusing sekali,”
“Sukurin, rasakan itu,” ejek Taehyung.
Jiyeon pun membuka matanya perlahan. Ia memiringkan tubuhnya menghadap Taehyung yang meringkuk di sampingnya. Terlihat Taehyung kedinginan.
“Dokter Kim, kedinginan,”
“ . . . . “ Taehyung diam tanpa membuka matanya.
Jiyeon pun melepas jaketnya. Ia menyelimuti Taehyung dengan jaketnya. Kerutan di kening Taehyung menghilang, artinya Taehyung merasa agak nyaman setelah diselimuti.
Wajah tertidur Taehyung sangat lucu. Jiyeon pun mengelus-elus kepala Taehyung seiring senyum konyolnya karena masih dalam keadaan mabuk.
Perlahan Jiyeon mendekat. Ia memberi tiga kali kecupan di kening Taehyung, cup, cup, cup!
“Imut sekali hihi,” dan Jiyeon tertidur pulas sampai jatuh dari kasur. Entah Jiyeon pingsan atau tewas di lantai.
Mereka tertidur begitu pulas hingga melupakan sesuatu hal yang penting di hari esok.
Kesialan menyertai Taehyung dan Jiyeon yang dikejar waktu keberangkatan kereta. Mereka lupa jadwal aktivitas sebagai relawan di desa tepencil– entah di mana tempatnya hanya Seungjoo tau letak desa tersebut.Akibat pesta kemari ingatan Jiyeon dan Taehyung tentang tugas hilang, tau begini mereka tak minum banyak minuman. Mereka hanya berharap bisa sampai ke stasiun tepat waktu sebelum kereta berangkat.Awalnya Taehyung mengira ia datang tepat waktu ke rumah sakit. Saat berjalan menuju koridor, Taehyung mendapati Jiyeon berdiri dengan tas punggung dan koper polo kecil berwarna hitam.Terasa janggal melihat raut muka Jiyeon terlihat muram, Taehyung akhirnya menyadari dia terlambat saat Jiyeon mengucapkan keluhannya.“Mereka sudah berangkat duluan, kita terlambat,”Jiyeon sengaja menunggu Taehyung datang dan membiarkan dirinya ditinggal yang lain. Jiyeon mempunyai frasat bahwa Taehyung sama sekali tida
Jiyeon dan Taehyung duduk tenang menunggu ajumma dan anaknya membawa makanan ke meja yang di depan mereka. Saat ajumma datang membawa makanan, Jiyeon lekas berdiri membantu membawakan sekaligus menata makanan di atas meja. Setelah tertata rapi, Jiyeon kembali duduk dengan posisi santun, begitu juga Taehyung.“Duduklah dengan nyaman saat makan, kaki kalian pasti pegal saat perjalanan.” ujar ajumma lembut.“Terimakasih,” mereka duduk dengan nyaman. Jiyeon membantu ajumma memorsi nasi.“Umur anda berapa?” tanya wanita dengan penuh semangat.“28 tahun,”“Uwaa berati anda oppa, saya 27 tahun. Boleh saya panggil oppa,” Taehyung menjawab iya dan wanita itu semakin bersemangat, “siapa nama oppa?”“Kim Taehyung,” ia menjawab sambil menerima mangkuk nasi dari Jiyeon.“Aku, Kim Min Hwa,
₰“Ck, kenapa dia belum datang, bikin orang cemas,” dengus Hyena kesal.Orang yang Hyena maksud adalah Jiyeon. Sejak mereka sampai di tempat hingga sekarang belum mendapatkan kabar dari Jiyeon dan Taehyung. Mereka maupun Taehyung dan Jiyeon kesusahan memberi kabar karena jaringan lemah.“Jangan-jangan mereka tersesat,” imbuh Minsoo.Sementara itu Seungjoo memeriksa arlojinya. Semua perlengkapan barang sudah siap dan mereka sudah mengenakan seragam lengkap kerja, hanya tinggal menunggu kedatangan Taehyung dan Jiyeon di balai desa.Hyena sudah lama berjalan modar-mandir sambil mengigit kuku di hadapan Minsoo dan Seungjoo. Bahkan Hyena belum meminum teh yang sudah disajikan.Tak lama kemudian suara berisik mesin terdengar semakin keras mencuri perhatian mereka bertiga, dan saat mobil itu berhenti di depan, Jiyeon dan Taehyung keluar dari mobil. Begitu leganya mereka melihat Jiyeo
Road 10Ruangan laboratorium nampak Taehyung, Seungjoo sedang berbincang dengan Junsu. Junsu secara resmi telah melakukan uji kecocokan dengan tulang sumsum milik Jiah. Jiah tak mengetahui ini, Junsu sengaja merahasiakannya sebab ia tau bahwa Jiah akan menolak pertolongan Junsu karena tidak mau membuat Junsu kerepotan sampai mendonorkan tulang sumsum.“Kita tunggu beberapa minggu, setelah hasilnya muncul, kita langsung jadwalkan opersinya.” Jelas Seungjoo serius.“Semoga saja cocok, Tuhan,” doannya.“Kau yakin tidak akan memberitau Jiah?” ucap Taehyung.“Tidak, lebih baik seperti ini, kalau dia tau aku mencoba mendonorkan tulang sumsumku dia akan marah, yang terburuk dia akan merasa bersalah ketika hasilnya tidak cocok. Pasti dia terbebani karena berpikir telah membuatku repot-repot harus mengetest kecocokan,” jelas Junsu.“Sebenarnya aku tidak setuju kau dengan Jiah,”
1 minggu berlalu, tempat kerja Seungjoo pindah seruangan dengan Taehyung dan Jiyeon. Taehyung tak keberatan dengan usul presedir yang memindah tempat kerja Seungjoo, dengan begitu komunikasi dan pekerjaan mereka akan effesien.Seungjoo sibuk menata barang-barangnya sementara itu Taehyung dan Jiyeon masih berolahraga naik turun tangga darurat. Jiyeon bertambah sedikit kuat dalam satu minggu terakhir ini.Biasanya putaran pertama dia sudah menyerah, dibandingkan sekarang, satu setengah putaran Jiyeon memilih merangkak di tangga sesekali istirahat mengisi ulang tenaga sebentar disaat tenaganya habis lalu kembali merangkak lagi setelah badannya siap.Jiyeon tak bisa berhenti kagum dengan daya tahan tubuh Taehyung. Taehyung sama sekali tak kelelahan sampai garis akhir.Digaris akhir Jiyeon menggeletakan tubuhnya di atas rumput sambil memandangi langit yang biru nan gelap, ia menghirup mentah-mentah oksigen hingga memenuhi paru-parunya lalu ia hembuskan semua s
Taehyung masuk ruang kerjanya. Taehyung meletakkan kantung plastik berisi camilan di mejanya.Ia beniat melanjutkan perkerjaan yang ia tunda. Ia duduk dan tangannya sudah sibuk mengetik huruf pada keyboard, belum ada beberapa menit sudah ia bosan dengan aktivitasnya. Entah tiba-tiba saja dia bosan seketika padahal tadi dia terbakar semangat.Taehyung berhenti melakukan pekerjaan yang sebenarnya bisa ia kerjakan besok. Taehyung merebahkan punggungnya pada kursi, matanya tak sengaja melihat tempat kerja Jiyeon yang kosong tanpa pemiliknya, "Ch, Doraemon!" dan komentar itu keluar dari mulutnya.Seketika pikiran Taehyung buyar hanya dengan mengingat Jiyeon. Taehyung menopang kepala dengan dua tangan menutup wajahnya, ia berusaha menenangkan dirinya.Ia benar-benar frustrasi mengingat Jiyeon tiba-tiba dadanya bisa sesak, "Arghhhh!" dengusnya frustrasi, "Kenapa, sih!!" umpatnya.Tiba-tiba Taehyung mengingat kejadian sewaktu Jiyeon mabuk.
“Terimakasih nona Park,” ungkap sang professor.“Bukan hal yang besar, saya siap dipanggil kapan saja,” jawab Jiyeon lalu ia memberikan senyuman simpul.Professor menepuk lengan Jiyeon pelan. Isyarat bahwa ia bangga dengan murid didiknya. Tak butuh waktu lama Jiyeon mampu menyelesaikan sekolah, menuntun ilmu kedokteran. Murid seperti Jiyeon tentu saja membuatnya dipandang sebagai pencetak bintang besar.“Saya duluan, prof,” Jiyeon pamit, sang professor memberi jawaban dengan senyuman tanda mengiyakan.Jiyeon berjalan menjauh dari ruangan bedah. Ia melepas semua atribut operasi yang ia pakai. Kini hanya memakai pakaian kerja biasa.Ketika ia berada taman yang ada sebuah kolam dan air mancur, ponselnya berdering. Ia buka ponselnya, nama adiknya terlihat di layar. Jiyeon pun duduk di tepi kolam itu.‘Unnie, kau sedang apa?’ tanya adiknya yang di telepon.
Tepat di daerah Yeoido, rumah makan keluarga. Jiyeon bersama ayah dan ibunya tengah menikmati makanan.Jiyeon sangat lahap memakan mie pesanannya. Masakan China merupakan masakan favoritnya.Orangtuanya sibuk saling berbincang sedangkan Jiyeon fokus memakan makanannya.Sang ibu pun memperhatikan anaknya yang terlihat tidak pernah makan selama beberapa hari.“Jiyeon, makan pelan-pelan,” tegur sang ibu.Sebelum menjawab teguran sang ibu, Jiyeon meminum tehnya untuk menghilangkan seret yang mengganjal di lehernya.“Aku perlu makan banyak ibu, pekerjaanku semakin berat, setiap pagi aku harus olahraga deng
Sekian lama bernegoisasi dengan Junsu. Akhirnya Taehyung berhasil membujuk Junsu untuk mengikuti Jiyeon pergi. Dan Jiah ikut serta. Ia tak mau ketinggalan hal menyenangkan, Taehyung awalnya enggan atas kehadiran Jiah, sebab masalahnya berkaitan tentang namja, perempuan dilarang ikut campur.Tetapi apa boleh buat, Junsu dan Jiah, harga mati. Mereka satu paket jadi susah memisahkan mereka.Usai melepas jarum infusnya, ia keluar bersama Junsu dan Jiah. Tampilan Taehyung, kaos hijau gelap dengan celana panjang hitam. Busana yang wajar, sisi lain, bertentangan dengan Taehyung. Junsu bersama Jiah mengenakan pakaian serba gelap. Mengenakan sun-glasses, topi, masker. Gaya pakaian penyelundup narkoba.Dibuatnya jerah, Taehyung keberatan dengan penampilan mereka. Malu ketika Taehyung menunggu sepasang burung di lobby, lalu datang menghampirinya mengenakan busana penjahat. Mereka pikir sedang bermain film laga.“Ya, terlalu
Satu hal yang belum Jiyeon jelaskan pada Sehun. Tempat. Dimana mereka bertemu. Cerdasnya Jiyeon, kian hari membuat Jiyeon bangga pada dirinya sendiri. Merahasiakan tujuannya, ke mana mereka akan kunjungi. Sehingga Sehun mau tak mau harus menjemput Jiyeon di rumah sakit.Malam sebelum mereka kencan, Sehun sibuk mengurus pakaian sedangkan Jiyeon sibuk membuat cupcake—kue mangkuk, di dapur rumah sakit.Tentu saja Jiyeon menggunakan bahan yang ia beli di supermarket. Ia bawa ke dapur, malam hari dapur rumah sakit berhenti beroperasi. Cocok untuk Jiyeon, leluasa bergerak sebab ia tidak akan mengganggu pegawai lain ataupun diganggu.Suara mixer memenuhi ruangan. Seorang tamu menimbulkan bunyi, langkah sandal. Taehyung. Mengenakan piyama rumah sakit. Mengitari bangunan, mencari Jiyeon sambil mebawa tiang bersama infus bertengger. Dan berhasil menemukan Jiyeon di dapur.“Apa yang kau lakukan di sini,” sela Taehyung.
ConnectedPing! Ping!Dering ponsel Jiyeon menyeruak. Mengugah Jiyeon yang tertidur dalam pelukan Taehyung. Mulanya Jiyeon tak mengenali siapa yang memeluknya, setelah mengingat kondisi Taehyung memburuk, dan dilarikan ke rumah sakit.Kepayahan mengurus Taehyung, dimulai dari memasang jarum infus. Mendata diagnose, menulis laporan serta memesan bangsal untuk Taehyung.Yang Jiyeon ingat selesai merawat Taehyung, ia duduk di kursi menunggu Taehyung sadar. Lama-kelamaan Jiyeon tertidur. Bangun-bangun, mendapati dirinya tidur seranjang dengan Taehyung—yang memeluknya erat. Tangan kukuh Taehyung menekan badan Jiyeon. Puncak kepalanya menyentuh dagu Jiyeon.Ketika matanya terbuka lebar, nyawanya kembali sepenuhnya. Jiyeon berusaha menggapai ponselnya yang berada di meja. Bergerak sedikit saja, Taehyung kian mengencangkan pelukannya. Tangan kanannya pantang menyerah mengapai ponselnya, hanya saja kepala Taehyung menahan d
Sekian lama Jiyeon berkeliling mencari Taehyung, akhirnya Jiyeon menemukan Taehyung di dalam mobilnya. Menekan mundur kursinya sampai terasa nyaman digunakan tidur. Meskipun Taehyung terlihat terlelap, Jiyeon tau Taehyung berpura-pura.Badannya bergerak unglai, berjalan ke mobilnya. Tenaganya setengah habis ia kerahkan mencari Taehyung. Dan ternyata selama ini. Taehyung berada di mobilnya. Absurd.Jiyeon masuk ke dalam mobilnya. Memegang setir mobil, menekan keningnya pada setir. Mengatur napasnya, di luar sana panas sampai-sampai tubuhnya memerah—kepanas tersengat sinar matahari. Padahal Jiyeon berpindah-pindah tempat, Jiyeon menggidik ngeri membayangkan dirinya duduk sendirian tersengat matahari. Akan sama halnya dengan telur goreng.Dimobilnya panas juga kering. Jiyeon heran bagaimana Taehyung bertahan hidup di temperature ekstrim mobilnya. Badan Taehyung berkeringat. Wajahnya pucat. AC mobil Jiyeon tak begitu cepat merangsang sebab mesin mobil kepanasa
It’s not hard “Ya, Oh Sehun!” panggil Mingyu di belakang. Sehun tidak memperdulikan Mingyu selama seminggu. Kenapa, sebab Mingyu sering menghubungi Sehun tiap malam harinya, pagi hari hingga sore hari ia mengusik Sehun. Hanya untuk mendapatkan nomor seluler milik Jiyeon tentunya. Sehun bersumpah demi Tuhan, tidak akan memberikan nomor Jiyeon ke Mingyu. Jika itu terjadi maka Sehun kalah, dan dia harus menuruti aturan Jiyeon. Sehun memang sudah menghapus nomor seluler Jiyeon. Namun masalah mendapatkan kembali nomor Jiyeon sangatlah mudah. Nomor seluler Jiyeon telah di-update oleh ayahnya. Jadi setiap pegawai rumah Sehun memiliki nomor seluler Jiyeon. Dikondisikan menanggulangi keadaan yang diluar prediksi. “Ya, berhenti, kau dengar aku,” Mingyu berlari sepenuh tenaga. Sedangkan Sehun berjalan cepat. Mingyu menggapai lengan Sehun. Sehun mengibaskan lengannya, tangan Mingyu terbeba
Have a breakPerkotaan menerangi kegelapan bak bintang di langit. Sayang langit perkotaan hampa penampakkan bintang. Jangan salahkan bangunan metropolitan, manusia yang mengebu-ngebu menggunakan lampu.Jiyeon sedikit jengkel tak dapat menikmati langit di siang hari, juga malam hari. Malam yang diidamkan Jiyeon ketika ia bersama Hyun Jung di rumah nenek mereka.Paling menyenangkan berkunjung ke rumah nenek dimusim panas. Menyaksikan kembang api di laut. Makan makanan laut seperti shasimi—hidangan laut dimakan mentah. Hyun Jung suka makan shasimi dengan pasta cabai yang dicampur madu.Makan itu Jiyeon pesan. Maka dari itu ditengah perayaan penyambutannya, Jiyeon jadi teringat kenangannya bersama Hyun Jung.Bukannya sedih sebaliknya Jiyeon bahagia mempunyai kenangan manis bersama saudaranya.Dan Minsoo sangat berisik bernyanyi di depan. Feel-dari moment-nya menjadi absurd dan sulit di
Take that handJiyeon menjenguk Sehun usai tugasnya. Jiyeon lebih menyia-nyikan waktu makan di cafetari, walaupun pihak sekolah sudah menyediakannya hidangan lezat, bukan masalah besar. Keperluan utama Jiyeon memeriksa pasiennya. Oh Sehun.Jiyeon memang tak berharap lebih Sehun begitu saja mendatanginya. Beruntung, entah bisa disebut kebetulan, berkat sifat brutal Taehyung, Sehun dilarikan ke UKS. Tanpa sengaja Taehyung memberi jalan Jiyeon mendekati Sehun.Jiyeon tengah mengamati wajah Sehun. Dagu, bibir, hidung, mata, dan kening. Bagian wajah Sehun, laki-laki idaman wanita. Tampan sekali. Beku maka abadi. Bertanya-tanya, apa yang dimakan ibunya sewaktu mengandung dirinya.Wajah sempurna. Sekali kedip, 1, 2, dan banyak wanita pasti luluh. Harta melimpah, sudah ada dikertas warisan. Kehidupan mapan. Lalu permasalahnya apa, Oh Sehun kekurangan apa?Mungkin Sehun terlalu pucat. Tidak, sekalipun pucat dia tetap sempurna. Ku
Re-callBerdiri di depan, Taehyung yang sedang memegang microphone. Suaranya terdengar jelas di gedung olahraga. Taehyung tengah memperkenalkan dirinya dan juga timnya. Maksud kedatangannya ke sekolahan tersebut.Peserta tim kedokteran terdiri dari Taehyung—leader. Seungjoo, Jiyeon, Minsoo, Hyena—satu-satunya yang suster. Sisanya petugas paramedic.Kegiatan pertama mereka tentang kebersihan dalam rumah dan lingkungan. Setelah itu pertolongan pertama dan terakhir materi keremajaan. Tentang pisikologi remaja masa kini, Jiyeon mempunyai kewenangan menerangkan materi tersebut.Selesai menjelaskan materi kini mereka melakukan prakter CPR—penanganan pertama berupa pijatan jantung atau mulut ke mulut. Lantas banyaknya siswa, dibagilah mereka menjadi beberapa kelompok dengan tiap kelompok didampingi petugas paramedic.Tim dari kedokteran berpencar kecuali Taehyung. Menjaga jaraknya tak terlalu
$$$Jiyeon tengah memilih menu makan yang tersaji diprasmanan. Sarapan pagi sehat, buah-buahan dan daging untuk tenaga.Jiyeon menghiraukan bisik-bisik pegawai rumah sakit Gyonghee yang tengah membicarakannya. Ya, Jiyeon telah manganggap wajar dengan orang-orang rumah sakit yang membicarakan profilnya.Kini Jiyeon hanya memperdulikan perutnya yang kelaparan. “Kurasa sudah cukup,” komentarnya pada piring makanannya yang penuh.Jiyeon keluar dari barisan. Berdiam diri menerawang ruangan, mencari tempat duduk untuknya. Dimana kemungkinan besar tempat duduk tanpa orang yang bertanya padanya tentang dirinya terutama tentang saudara kembarnya.Dan Jiyeon menemukan sosok Seungjoo sendirian. Ya, Jiyeon mengenal Seungjoo karena insiden Mingyu. Sejak Seungjoo mengantarnya ke rumah sakit, mereka tak ada lagi kontak komunikasi.Jiyeon pun memutuskan langkahnya ke Seungjoo. Sesampai di tempat, Jiyeon meletakkan piringnya, seketi