Kenyataannya jangankan menyapa, bertanya saja Jiyeon ketakutan. Jiyeon juga takut dengan reaksi mereka seandainya tau Jiyeon tidak bisa menjawab.
Susah payah Jiyeon menelan saliva. Ia baru pertama kali bertemu Taehyung kemarin dan masalahnya belum kelar tentang kasus menyiram Taehyung dengan kopi panas.
“Bagaimana?” Hyena bertanya semakin menekan batin Jiyeon.
“Aku hanya tau dia di sini selama 3 bulan, seterusnya aku kurang tau” ungkap Jiyeon ketakutan. Para suster kompak mendesah kecewa.
“Apa yang kalian harapkan dari Jiyeon, dia baru sehari bekerja dengan dokter Kim, mana mungkin dia tau semua jawabannya.” bela Hyena.
“Benar, aku baru sehari,” timpal Jiyeon.
“Kalau gitu pertanyaan ini kamu tanyakan langsung,” usul suster lain.
“Iya benar, jadi pertanyaan yang kita buat tidak sia-sia,” sanggah suster lainnya.
“Aku setuju,” ujar mereka serempak.
“A aaaa…. ~” Jiyeon kehabisan kata-kata.
“Kau simpan, terus tanyakan,”
₰
Sesampai di ruangan ia duduk sambil memandangi kertas pertanyaan. Dalam kesempatan Jiyeon curi-curi pandang pada Taehyung.
Perlahan dan hati-hati ia melihat Taehyung. Melirik Taehyung membuatnya takut tak karuan. Apalagi jika Taehyung yang meliriknya, lirikan Taehyung tak jauh beda dengan tajamnya pisau.
Bingung bagaimana caranya ia menanyakan pada Taehyung. Jiyeon bisa saja melalaikan dan enggan bertanya karena Jiyeon tidak butuh, tapi terror suster untuk menagih jawaban pasti akan berlangsung selama kertas pertanyaan kosong oleh jawaban.
Dokter Kim tampak pekerjaannya sudah selesai, Jiyeon memberanikan diri bertanya pada Taehyung. Jiyeon sendiri juga sedikit penasaran dengan pertanyaan itu.
“Dokter Kim,” panggil Jiyeon dengan nada halus dari mejanya yang berada di samping meja Taehyung.
Taehyung tak menjawab Jiyeon.
“Dokter Kim,” Jiyeon kembali memangginya dengan nada yang sama.
Taehyung akhirnya menangkap suara Jiyeon. Ia menoleh ke arah Jiyeon dengan raut wajah datar.
Menunggu mulut Jiyeon berkata sesuatu sebelum Taehyung sendiri yang akan menyerang Jiyeon. Jantung Jiyeon terpompa cepat dan gugup seketika karena pandangan mata Taehyung tepat di-mata Jiyeon.
“Mnn… saya boleh bertanya, dok?” tanya Jiyeon berhati-hati.
“Tanya apa,” balasnya datar.
“Anu…. ” Jiyeon melihat daftar dan secepatnya ia memutuskan pertanyaan yangakan ia pilih.
“Mwo[apa]?”
“Dokter Kim lahir ditahun, bulan dan tanggal berapa?”
Jiyeon sedikit takut.
Wajah Taehyung berubah menjadi heran, raut wajahnya menggambarkan kenapa Jiyeon bertanya tentang bulan, tahun dan tanggal kelahirannya.
“Saya hanya penasaran, banyak yang menyangkal anda menjadi dokter semuda ini,”
“Maksudmu aku terlihat tua?” kini Taehyung menyerang Jiyeon. Sudah pasti Jiyeon menampakan ekspresi wajah kusut yang mewakili perasaannya
“Bukan-bukan, maksud saya anda terlalu muda menjadi dokter,” jelasnya panik.
“Jadi kau meragukan kemapuanku karena usiaku muda?” serangnya lagi.
“Bukan itu maksud saya, maaf. Bagaimana saya menjelaskannya Dx ,” Jiyeon gugup ulah bibirnya sendiri yang tak mampu mengucapkan kalimat dengan benar dan jelas.
“Begini, diusia dokter yang muda ini banyak yang penasaran berapa usia anda, semua hal negatif yang anda sebutkan tadi hanya salah paham,” Jiyeon nyaris merengek ketakutan.
Mimik wajah Jiyeon menurut Taehyung cukup menampakan bahwa Jiyeon tertekan. Taehyung pun akhirnya mengalah pada dirinya sendiri yang sedari tadi bersikap kasar pada Jiyeon.
“28 tahun, Desember,”
“Anda seumuran dengan tetangga saya,” ujarnya membawa-bawa tetangganya. Jiyeon sedikit memperlihatkan senyuman. Namun tetap saja yang tidak penting bagi Taehyung. Lantas Taehyung kembali dengan urusannya, Jiyeon masih merasa belum puas dengan satu pertanyaan.
“Dokter Kim,” panggilnya ragu-ragu.
“Apa,” sahutnya tanpa berkutik dari komputernya.
“Boleh saya bertanya lagi tentang riwayat pendidikan dokter?” tanya Jiyeon halus.
Berhuntung Taehyung tak menolehkan wajahnya ke arah Jiyeon. Jiyeon sedikit leluasa bertanya tanpa menghadapi tatapan mata Taehyung.
“SD Seoul, SMP Teratai di China, SMA Teratai di China, Univesitas China jurusan kedokteran,” jawab Taehyung sambil mengetik pada keyboard.
“Waa… “ gumam Jiyeon kagum.
“Golongan darah dokter,”
“Tipe AB,”
“Tinggi badan dan berat badan,”
“177cm kalau tak salah, berat badan? 50kg ke atas,”
“Dokter anak keberapa?”
“Tunggal,”
“Dok-“ belum selesai Jiyeon bertanya, Taehyung memotong.
“Yak!” ia berdecak, Taehyung menolehkan padangannya ke arah Jiyeon dengan tatapan malas dan kesal, “Kau sedang mewawancaraiku?”
Emosinya keluar karena Taehyung tak sengaja menghapus datanya saat ditanyai Jiyeon. Tentu bukan salah Jiyeon sepenuhnya, hanya saja sialnya Jiyeon bertanya di waktu yang sama saat tangan Taehyung menyenggol tombol hapus.
“Maaf,” Jiyeon menundukan kepala seranya meremas-remas ujung seragamnya.
“Ya!” seru Taehyung makin meninggi. Sudah berkali-kali Jiyeon melontarkan kata maaf sampai Taehyung muak mendengarnya.
“Berhenti minta maaf, aku benci sekali mendengarnya,” bentaknya.
“Baik,” Jiyeon pun pura-pura menyibukan diri.
“Hah..” dengus Taehyung kasar. Ia menggebrakan tangannya ke atas meja sebagai pelampiasan. Jiyeon pun tersentak di tempat.
“Ya, kau, suster ajaib, buatkan aku teh,” Taehyung berniat mengusir Jiyeon untuk sementara waktu dari ruangannya.
“Baik,” Jiyeon membungkuk lalu keluar dari ruangan.
₰
Tepat jam 9 malam, sesuai janji mereka akan pergi minum dan karaoke merayakan kedatangan Taehyung. Semuanya sudah tiba di tempat, Jiyeon berangkat bersama Taehyung, Hyena dan Minsoo dengan bus sedangkan Seungjoo bersama Junsu dengan mobil.
Nomor 11 adalah ruangan mereka. Saat mereka masuk lampu beraneka warna menyambut serta beberapa minuman dan makanan sudah tersedia di meja.
Mereka pun duduk di sofa yang sengaja ditata berbentuk ‘U’ dan mulai mencampur minuman tanpa basa-basi.
Jiyeon menuangkan minuman kepada Taehyung yang duduk di sebelahnya. Taehyung meminumnya. Dan giliran Taehyung menuangkan minuman kepada Jiyeon. Jiyeon menerima dengan posisi santun meminum menghadap ke arah lain sedangkan Taehyung menuangakan biasa—tanpa santun.
Taehyung meletakan bir ke meja, “Cukup, jangan minum terlalu banyak,” perintah Taehyung pada Jiyeon karena dia enggan kerepotan mengurus orang mabuk.
Sementara itu Junsu dan Minsoo asik duet menyayikan lagu ‘Gentleman - PSY’. Tepuk tangan dan kegembiraan pun menyebar keseluruh ruangan.
Tarian-tarian yang mereka peragakan seseuai video menambah panas acara. Beberapa menit kemudian lagu yang mereka nyanyikan selesai.
Layar pada TV di depan mereka menunjukan hasil penilaian dari mesin karaoke. Mereka mendapatkan nilai 96. Mereka kegirangan mendapat nilai tinggi sesekali menyombongkan diri.
Giliran Hyena menyanyikan lagu. Minsoo memberikan mic-nya pada Hyena. Hyena memilih lagu ballad. Sekejap suasana menjadi tenang daripada suasanan sebelumnya yang heboh. Suara Hyena meningkatkan nafus minum mereka. Karena lagu yang dinyanyikan Hyena adalah Eyes-Nose-Lips - Taeyang.
Seiring waktu bir di atas meja semakin berkurang.
Semua orang termasuk Taehyung dan Jiyeon akhirnya mabuk. Ulah Hyena yang terus memaksa Jiyeon untuk minum dan Taehyung sendiri tak menyadari bahwa ia telah meminum 1 botol hingga teler.
Giliran Jiyeon menyanyi tiba.
Ia suka rela menyanyi dalam keadaan mabuk berat. Ia berjalan sempoyongan ke depan lalu menghadap semua orang, tangannya menelusuri lagu dan lagu yang ia pilih berjudul ‘Something-Girl day’.
“Lagu ini saya persembahkan untuk dokter Kim, atasan saya yang menakutkan he.. he.. he..” ujarnya teler sambil menunjuk Taehyung yang duduk sedang minum.
Tunjukan jari Jiyeon tidak pas ke arah Taehyung karena dia tertlalu mabuk.
Lagu intro pun main, semua memberi sambutan tepuk tangan yang meriah kepadanya. Jiyeon mengambil posisinya, ia berpegangan tembok sebelah TV dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang mic, Jiyeon membelakangi semua orang.
Pantatnya ia goyang ke kanan dan ke kiri secara berirama sesuai alunan musik. Orang-orang heboh karena penghayatan tari Jiyeon. Terkesan nakal dan menggoda.
“Don’t you walking and lies ever again… I’m sick been aloneee…” jemari Jiyeon iya petik sesuai ketukan musik.
“Uuuu… Park Jiyeon!” teriak heboh Hyena dan Minsoo.
Jiyeon pun berbalik menghadap ke arah penonton.
Matanya terlihat sayu menambah kesan menggoda, “Drop it!” desahnya. Seruangan semakin berteriak heboh.
“Ahhh…” Jiyeon mulai menggoyangkan pantatnya ke kiri perlahan dan terkesan erotis.
“Ahhh…” desahnya erotis.
Jiyeon menggerakan pantatnya secara perlahan ke kanan dan sesekali berpaling ke belakang sambil berpegangan tembok dan mengedipkan salah satu mata.
“Waaa uwaaa!!! Park Jiyeon! Prak Jiyeon! Park Jiyeon!” semua berteriak nama Jiyeon kecuali Taehyung, ia masih asik minum.
Junsu sibuk merekam untuk Jiah sedangkan Seungjoo, anak baik, dia merasa berada di luar angkasa.
Tiba-tiba Taehyung berjalan sempoyongan menuju tempat Jiyeon dan mengambil alih remot. Taehyung sengaja menekan tombol stop, ia memandang semua orang dengan wajah lunglai.
“Ya, kalian kira tadi sexy,” Taehyung memandang mereka dengan pandangan serius tapi masih terlihat mabuk. Taehyung kembali memutar lagu ‘Something-Girl Day’ dari awal.
“Aku tunjukan cara menyanyi dan menari yang benar,” ujarnya angkuh. Semua memberinya tepuk tangan yang heboh disertai siulan dari Minsoo.
Seungjoo tak tau apa yang terjadi.
Taehyung duduk di bawah lantai berposisi persis posisi Girl Day saat di MV. Sementara Jiyeon kembali di posisinya berpegangan pada dinding. Mereka melakukan duet dengan posisi berbeda.
Musik mulai berputar dan masuk ke intro.
“Suster ajaib, kau intro,” ujarnya teler.
“Okay~” begitu juga Jiyeon.
“Don’t you walking and lies ever again … I’m sick been aloneee…” jemari Jiyeon iya petik sesuai musik lagi.
Jiyeon menoleh ke belakang dan memandang penuh intens—terkesan erotis.
“Drop it,” desahnya datar.
Taehyung mulai membuka lebar pahanya ke arah berlawanan dan memasang tatapan sexy yang terkesan menggelikan. Hyena berteriak histeris seperti tante girang yang mendapat hibuaran plus-plus. Mulutnya tak berhentih mengeluarkan jeritan dalam hati. Pemandangan yang Taehyung ciptakan layaknya vitamin bagi Hyena—sebagai kaum hawa.
“Ahhh…” Taehyung pun mendesah dan tubuhnya merayap di lantai persis gerakan Girls Day. Tangan Taehyung mahir meraba lantai.
“Daebak. . .” kejut Junsu yang masih merekam.
Mata Seungjoo membelalak, “. . . .”
“Ahhh…” kemudian kedua tangan dan kakinya menumpu badan sehingga menghasilkan posisi merangkak persis gerakan Girls Day. Lalu Taehyung dengan pelan menggoyangkan pantat serta perut ke kanan dan ke kiri.
Saat itu semua orang lupa akan waktu dan rasa lelah bekerja berkat hiburan dari Taehyung yang berduet dengan Jiyeon. Tawa bahak akhirnya bisa lepas dari mereka membawa semua beban.
Taehyung dan Jiyeon terkapar karena terlalu banyak meminum alcohol. Alhasil Seungjoo menggendong Taehyung, orang yang paling lemah terhadap akohol diantara teman-temannya. Padahal Taehyung baru menghabiskan 1 botol minuman.Junsu berjalan memimpin di depan. Jalannya terhuyun-huyun. Tak kala Junsu tertawa terkikik tidak jelas, sepanjang perjalanan.Minsoo menggendong Hyena, sedangkan Jiyeon berjalan sempoyongan di sebelah Seungjoo.Malam ini malam penyambutan Taehyung yang sangat menyenangkan namun berakhir dengan kekacauan. Renacana awal mereka hanya makan bersama dan bernyanyi saja. Tetapi tak disangka suasana menjadi semakin panas dan seru hingga mereka keblablasan minum terlallu banyak.“Hihihi,” kekeh Junsu.Seungjoo dan Minsoo kerepotan jadinya. Beruntung rumah sakit mereka dekat dengan tempat mereka bermain tadi.“Seungjoo oppa, capek?” tanya Jiyeon sedikit teler.“Bukan masalah,
Kesialan menyertai Taehyung dan Jiyeon yang dikejar waktu keberangkatan kereta. Mereka lupa jadwal aktivitas sebagai relawan di desa tepencil– entah di mana tempatnya hanya Seungjoo tau letak desa tersebut.Akibat pesta kemari ingatan Jiyeon dan Taehyung tentang tugas hilang, tau begini mereka tak minum banyak minuman. Mereka hanya berharap bisa sampai ke stasiun tepat waktu sebelum kereta berangkat.Awalnya Taehyung mengira ia datang tepat waktu ke rumah sakit. Saat berjalan menuju koridor, Taehyung mendapati Jiyeon berdiri dengan tas punggung dan koper polo kecil berwarna hitam.Terasa janggal melihat raut muka Jiyeon terlihat muram, Taehyung akhirnya menyadari dia terlambat saat Jiyeon mengucapkan keluhannya.“Mereka sudah berangkat duluan, kita terlambat,”Jiyeon sengaja menunggu Taehyung datang dan membiarkan dirinya ditinggal yang lain. Jiyeon mempunyai frasat bahwa Taehyung sama sekali tida
Jiyeon dan Taehyung duduk tenang menunggu ajumma dan anaknya membawa makanan ke meja yang di depan mereka. Saat ajumma datang membawa makanan, Jiyeon lekas berdiri membantu membawakan sekaligus menata makanan di atas meja. Setelah tertata rapi, Jiyeon kembali duduk dengan posisi santun, begitu juga Taehyung.“Duduklah dengan nyaman saat makan, kaki kalian pasti pegal saat perjalanan.” ujar ajumma lembut.“Terimakasih,” mereka duduk dengan nyaman. Jiyeon membantu ajumma memorsi nasi.“Umur anda berapa?” tanya wanita dengan penuh semangat.“28 tahun,”“Uwaa berati anda oppa, saya 27 tahun. Boleh saya panggil oppa,” Taehyung menjawab iya dan wanita itu semakin bersemangat, “siapa nama oppa?”“Kim Taehyung,” ia menjawab sambil menerima mangkuk nasi dari Jiyeon.“Aku, Kim Min Hwa,
₰“Ck, kenapa dia belum datang, bikin orang cemas,” dengus Hyena kesal.Orang yang Hyena maksud adalah Jiyeon. Sejak mereka sampai di tempat hingga sekarang belum mendapatkan kabar dari Jiyeon dan Taehyung. Mereka maupun Taehyung dan Jiyeon kesusahan memberi kabar karena jaringan lemah.“Jangan-jangan mereka tersesat,” imbuh Minsoo.Sementara itu Seungjoo memeriksa arlojinya. Semua perlengkapan barang sudah siap dan mereka sudah mengenakan seragam lengkap kerja, hanya tinggal menunggu kedatangan Taehyung dan Jiyeon di balai desa.Hyena sudah lama berjalan modar-mandir sambil mengigit kuku di hadapan Minsoo dan Seungjoo. Bahkan Hyena belum meminum teh yang sudah disajikan.Tak lama kemudian suara berisik mesin terdengar semakin keras mencuri perhatian mereka bertiga, dan saat mobil itu berhenti di depan, Jiyeon dan Taehyung keluar dari mobil. Begitu leganya mereka melihat Jiyeo
Road 10Ruangan laboratorium nampak Taehyung, Seungjoo sedang berbincang dengan Junsu. Junsu secara resmi telah melakukan uji kecocokan dengan tulang sumsum milik Jiah. Jiah tak mengetahui ini, Junsu sengaja merahasiakannya sebab ia tau bahwa Jiah akan menolak pertolongan Junsu karena tidak mau membuat Junsu kerepotan sampai mendonorkan tulang sumsum.“Kita tunggu beberapa minggu, setelah hasilnya muncul, kita langsung jadwalkan opersinya.” Jelas Seungjoo serius.“Semoga saja cocok, Tuhan,” doannya.“Kau yakin tidak akan memberitau Jiah?” ucap Taehyung.“Tidak, lebih baik seperti ini, kalau dia tau aku mencoba mendonorkan tulang sumsumku dia akan marah, yang terburuk dia akan merasa bersalah ketika hasilnya tidak cocok. Pasti dia terbebani karena berpikir telah membuatku repot-repot harus mengetest kecocokan,” jelas Junsu.“Sebenarnya aku tidak setuju kau dengan Jiah,”
1 minggu berlalu, tempat kerja Seungjoo pindah seruangan dengan Taehyung dan Jiyeon. Taehyung tak keberatan dengan usul presedir yang memindah tempat kerja Seungjoo, dengan begitu komunikasi dan pekerjaan mereka akan effesien.Seungjoo sibuk menata barang-barangnya sementara itu Taehyung dan Jiyeon masih berolahraga naik turun tangga darurat. Jiyeon bertambah sedikit kuat dalam satu minggu terakhir ini.Biasanya putaran pertama dia sudah menyerah, dibandingkan sekarang, satu setengah putaran Jiyeon memilih merangkak di tangga sesekali istirahat mengisi ulang tenaga sebentar disaat tenaganya habis lalu kembali merangkak lagi setelah badannya siap.Jiyeon tak bisa berhenti kagum dengan daya tahan tubuh Taehyung. Taehyung sama sekali tak kelelahan sampai garis akhir.Digaris akhir Jiyeon menggeletakan tubuhnya di atas rumput sambil memandangi langit yang biru nan gelap, ia menghirup mentah-mentah oksigen hingga memenuhi paru-parunya lalu ia hembuskan semua s
Taehyung masuk ruang kerjanya. Taehyung meletakkan kantung plastik berisi camilan di mejanya.Ia beniat melanjutkan perkerjaan yang ia tunda. Ia duduk dan tangannya sudah sibuk mengetik huruf pada keyboard, belum ada beberapa menit sudah ia bosan dengan aktivitasnya. Entah tiba-tiba saja dia bosan seketika padahal tadi dia terbakar semangat.Taehyung berhenti melakukan pekerjaan yang sebenarnya bisa ia kerjakan besok. Taehyung merebahkan punggungnya pada kursi, matanya tak sengaja melihat tempat kerja Jiyeon yang kosong tanpa pemiliknya, "Ch, Doraemon!" dan komentar itu keluar dari mulutnya.Seketika pikiran Taehyung buyar hanya dengan mengingat Jiyeon. Taehyung menopang kepala dengan dua tangan menutup wajahnya, ia berusaha menenangkan dirinya.Ia benar-benar frustrasi mengingat Jiyeon tiba-tiba dadanya bisa sesak, "Arghhhh!" dengusnya frustrasi, "Kenapa, sih!!" umpatnya.Tiba-tiba Taehyung mengingat kejadian sewaktu Jiyeon mabuk.
“Terimakasih nona Park,” ungkap sang professor.“Bukan hal yang besar, saya siap dipanggil kapan saja,” jawab Jiyeon lalu ia memberikan senyuman simpul.Professor menepuk lengan Jiyeon pelan. Isyarat bahwa ia bangga dengan murid didiknya. Tak butuh waktu lama Jiyeon mampu menyelesaikan sekolah, menuntun ilmu kedokteran. Murid seperti Jiyeon tentu saja membuatnya dipandang sebagai pencetak bintang besar.“Saya duluan, prof,” Jiyeon pamit, sang professor memberi jawaban dengan senyuman tanda mengiyakan.Jiyeon berjalan menjauh dari ruangan bedah. Ia melepas semua atribut operasi yang ia pakai. Kini hanya memakai pakaian kerja biasa.Ketika ia berada taman yang ada sebuah kolam dan air mancur, ponselnya berdering. Ia buka ponselnya, nama adiknya terlihat di layar. Jiyeon pun duduk di tepi kolam itu.‘Unnie, kau sedang apa?’ tanya adiknya yang di telepon.
Sekian lama bernegoisasi dengan Junsu. Akhirnya Taehyung berhasil membujuk Junsu untuk mengikuti Jiyeon pergi. Dan Jiah ikut serta. Ia tak mau ketinggalan hal menyenangkan, Taehyung awalnya enggan atas kehadiran Jiah, sebab masalahnya berkaitan tentang namja, perempuan dilarang ikut campur.Tetapi apa boleh buat, Junsu dan Jiah, harga mati. Mereka satu paket jadi susah memisahkan mereka.Usai melepas jarum infusnya, ia keluar bersama Junsu dan Jiah. Tampilan Taehyung, kaos hijau gelap dengan celana panjang hitam. Busana yang wajar, sisi lain, bertentangan dengan Taehyung. Junsu bersama Jiah mengenakan pakaian serba gelap. Mengenakan sun-glasses, topi, masker. Gaya pakaian penyelundup narkoba.Dibuatnya jerah, Taehyung keberatan dengan penampilan mereka. Malu ketika Taehyung menunggu sepasang burung di lobby, lalu datang menghampirinya mengenakan busana penjahat. Mereka pikir sedang bermain film laga.“Ya, terlalu
Satu hal yang belum Jiyeon jelaskan pada Sehun. Tempat. Dimana mereka bertemu. Cerdasnya Jiyeon, kian hari membuat Jiyeon bangga pada dirinya sendiri. Merahasiakan tujuannya, ke mana mereka akan kunjungi. Sehingga Sehun mau tak mau harus menjemput Jiyeon di rumah sakit.Malam sebelum mereka kencan, Sehun sibuk mengurus pakaian sedangkan Jiyeon sibuk membuat cupcake—kue mangkuk, di dapur rumah sakit.Tentu saja Jiyeon menggunakan bahan yang ia beli di supermarket. Ia bawa ke dapur, malam hari dapur rumah sakit berhenti beroperasi. Cocok untuk Jiyeon, leluasa bergerak sebab ia tidak akan mengganggu pegawai lain ataupun diganggu.Suara mixer memenuhi ruangan. Seorang tamu menimbulkan bunyi, langkah sandal. Taehyung. Mengenakan piyama rumah sakit. Mengitari bangunan, mencari Jiyeon sambil mebawa tiang bersama infus bertengger. Dan berhasil menemukan Jiyeon di dapur.“Apa yang kau lakukan di sini,” sela Taehyung.
ConnectedPing! Ping!Dering ponsel Jiyeon menyeruak. Mengugah Jiyeon yang tertidur dalam pelukan Taehyung. Mulanya Jiyeon tak mengenali siapa yang memeluknya, setelah mengingat kondisi Taehyung memburuk, dan dilarikan ke rumah sakit.Kepayahan mengurus Taehyung, dimulai dari memasang jarum infus. Mendata diagnose, menulis laporan serta memesan bangsal untuk Taehyung.Yang Jiyeon ingat selesai merawat Taehyung, ia duduk di kursi menunggu Taehyung sadar. Lama-kelamaan Jiyeon tertidur. Bangun-bangun, mendapati dirinya tidur seranjang dengan Taehyung—yang memeluknya erat. Tangan kukuh Taehyung menekan badan Jiyeon. Puncak kepalanya menyentuh dagu Jiyeon.Ketika matanya terbuka lebar, nyawanya kembali sepenuhnya. Jiyeon berusaha menggapai ponselnya yang berada di meja. Bergerak sedikit saja, Taehyung kian mengencangkan pelukannya. Tangan kanannya pantang menyerah mengapai ponselnya, hanya saja kepala Taehyung menahan d
Sekian lama Jiyeon berkeliling mencari Taehyung, akhirnya Jiyeon menemukan Taehyung di dalam mobilnya. Menekan mundur kursinya sampai terasa nyaman digunakan tidur. Meskipun Taehyung terlihat terlelap, Jiyeon tau Taehyung berpura-pura.Badannya bergerak unglai, berjalan ke mobilnya. Tenaganya setengah habis ia kerahkan mencari Taehyung. Dan ternyata selama ini. Taehyung berada di mobilnya. Absurd.Jiyeon masuk ke dalam mobilnya. Memegang setir mobil, menekan keningnya pada setir. Mengatur napasnya, di luar sana panas sampai-sampai tubuhnya memerah—kepanas tersengat sinar matahari. Padahal Jiyeon berpindah-pindah tempat, Jiyeon menggidik ngeri membayangkan dirinya duduk sendirian tersengat matahari. Akan sama halnya dengan telur goreng.Dimobilnya panas juga kering. Jiyeon heran bagaimana Taehyung bertahan hidup di temperature ekstrim mobilnya. Badan Taehyung berkeringat. Wajahnya pucat. AC mobil Jiyeon tak begitu cepat merangsang sebab mesin mobil kepanasa
It’s not hard “Ya, Oh Sehun!” panggil Mingyu di belakang. Sehun tidak memperdulikan Mingyu selama seminggu. Kenapa, sebab Mingyu sering menghubungi Sehun tiap malam harinya, pagi hari hingga sore hari ia mengusik Sehun. Hanya untuk mendapatkan nomor seluler milik Jiyeon tentunya. Sehun bersumpah demi Tuhan, tidak akan memberikan nomor Jiyeon ke Mingyu. Jika itu terjadi maka Sehun kalah, dan dia harus menuruti aturan Jiyeon. Sehun memang sudah menghapus nomor seluler Jiyeon. Namun masalah mendapatkan kembali nomor Jiyeon sangatlah mudah. Nomor seluler Jiyeon telah di-update oleh ayahnya. Jadi setiap pegawai rumah Sehun memiliki nomor seluler Jiyeon. Dikondisikan menanggulangi keadaan yang diluar prediksi. “Ya, berhenti, kau dengar aku,” Mingyu berlari sepenuh tenaga. Sedangkan Sehun berjalan cepat. Mingyu menggapai lengan Sehun. Sehun mengibaskan lengannya, tangan Mingyu terbeba
Have a breakPerkotaan menerangi kegelapan bak bintang di langit. Sayang langit perkotaan hampa penampakkan bintang. Jangan salahkan bangunan metropolitan, manusia yang mengebu-ngebu menggunakan lampu.Jiyeon sedikit jengkel tak dapat menikmati langit di siang hari, juga malam hari. Malam yang diidamkan Jiyeon ketika ia bersama Hyun Jung di rumah nenek mereka.Paling menyenangkan berkunjung ke rumah nenek dimusim panas. Menyaksikan kembang api di laut. Makan makanan laut seperti shasimi—hidangan laut dimakan mentah. Hyun Jung suka makan shasimi dengan pasta cabai yang dicampur madu.Makan itu Jiyeon pesan. Maka dari itu ditengah perayaan penyambutannya, Jiyeon jadi teringat kenangannya bersama Hyun Jung.Bukannya sedih sebaliknya Jiyeon bahagia mempunyai kenangan manis bersama saudaranya.Dan Minsoo sangat berisik bernyanyi di depan. Feel-dari moment-nya menjadi absurd dan sulit di
Take that handJiyeon menjenguk Sehun usai tugasnya. Jiyeon lebih menyia-nyikan waktu makan di cafetari, walaupun pihak sekolah sudah menyediakannya hidangan lezat, bukan masalah besar. Keperluan utama Jiyeon memeriksa pasiennya. Oh Sehun.Jiyeon memang tak berharap lebih Sehun begitu saja mendatanginya. Beruntung, entah bisa disebut kebetulan, berkat sifat brutal Taehyung, Sehun dilarikan ke UKS. Tanpa sengaja Taehyung memberi jalan Jiyeon mendekati Sehun.Jiyeon tengah mengamati wajah Sehun. Dagu, bibir, hidung, mata, dan kening. Bagian wajah Sehun, laki-laki idaman wanita. Tampan sekali. Beku maka abadi. Bertanya-tanya, apa yang dimakan ibunya sewaktu mengandung dirinya.Wajah sempurna. Sekali kedip, 1, 2, dan banyak wanita pasti luluh. Harta melimpah, sudah ada dikertas warisan. Kehidupan mapan. Lalu permasalahnya apa, Oh Sehun kekurangan apa?Mungkin Sehun terlalu pucat. Tidak, sekalipun pucat dia tetap sempurna. Ku
Re-callBerdiri di depan, Taehyung yang sedang memegang microphone. Suaranya terdengar jelas di gedung olahraga. Taehyung tengah memperkenalkan dirinya dan juga timnya. Maksud kedatangannya ke sekolahan tersebut.Peserta tim kedokteran terdiri dari Taehyung—leader. Seungjoo, Jiyeon, Minsoo, Hyena—satu-satunya yang suster. Sisanya petugas paramedic.Kegiatan pertama mereka tentang kebersihan dalam rumah dan lingkungan. Setelah itu pertolongan pertama dan terakhir materi keremajaan. Tentang pisikologi remaja masa kini, Jiyeon mempunyai kewenangan menerangkan materi tersebut.Selesai menjelaskan materi kini mereka melakukan prakter CPR—penanganan pertama berupa pijatan jantung atau mulut ke mulut. Lantas banyaknya siswa, dibagilah mereka menjadi beberapa kelompok dengan tiap kelompok didampingi petugas paramedic.Tim dari kedokteran berpencar kecuali Taehyung. Menjaga jaraknya tak terlalu
$$$Jiyeon tengah memilih menu makan yang tersaji diprasmanan. Sarapan pagi sehat, buah-buahan dan daging untuk tenaga.Jiyeon menghiraukan bisik-bisik pegawai rumah sakit Gyonghee yang tengah membicarakannya. Ya, Jiyeon telah manganggap wajar dengan orang-orang rumah sakit yang membicarakan profilnya.Kini Jiyeon hanya memperdulikan perutnya yang kelaparan. “Kurasa sudah cukup,” komentarnya pada piring makanannya yang penuh.Jiyeon keluar dari barisan. Berdiam diri menerawang ruangan, mencari tempat duduk untuknya. Dimana kemungkinan besar tempat duduk tanpa orang yang bertanya padanya tentang dirinya terutama tentang saudara kembarnya.Dan Jiyeon menemukan sosok Seungjoo sendirian. Ya, Jiyeon mengenal Seungjoo karena insiden Mingyu. Sejak Seungjoo mengantarnya ke rumah sakit, mereka tak ada lagi kontak komunikasi.Jiyeon pun memutuskan langkahnya ke Seungjoo. Sesampai di tempat, Jiyeon meletakkan piringnya, seketi